dear lykim,
sebenarnya panna / kebijaksanaan itu ada bermacam2 tingkatannya yaitu :
Yang pertama adalah Suta-maya panna, kebijaksanaan yang diperoleh dengan cara membaca atau mendengarkan kata-kata orang lain.
Kebenaran yang diterima ini sangat membantu untuk masuk pada arah yang benar.
Tetapi bagi dirinya sendiri, jenis panna ini tidak bisa membebaskan, karena sebenarnya itu hanyalah kebenaran pinjaman. Kebenaran itu mungkin diterima hanya karena kepercayaan buta. Atau mungkin karena dosa, takut bahwa bila tidak percaya dia akan masuk neraka. Atau mungkin karena lobha, dengan harapan bahwa keyakinan itu akan membawanya ke surga.
Tetapi pada pokoknya, itu bukanlah kebijaksanaannya sendiri.
Kebijaksanaan yang diterima ini berguna untuk membawanya ke tingkat berikutnya, yaitu cinta-maya panna, pemahaman intelektual.
Dengan rasionya, orang memeriksa apa yang telah didengar atau dibacanya itu untuk melihat apakah itu logis, praktis, dan bermanfaat.
Apabila demikian, maka dia menerimanya. Pemahaman rasional ini juga penting tetapi sangat
berbahaya bila dianggap sebagai tujuan akhir.
Orang mungkin mengembangkan pengetahuan intelektualnya, dan kemudian berkesimpulan bahwa dia adalah orang yang sangat bijaksana. Jadi, apa yang dia pelajari malahan menyebabkan pengembangan egonya. Maka dia berada jauh sekali dari pembebasan.
Fungsi yang benar dari pemahaman intelektual adalah untuk mengantar pada tahap selanjutnya: bhavana-maya panna, kebijaksanaan yang berkembang di dalam dirinya, pada tingkat pengalaman.
Inilah kebijaksanaan yang nyata. Sutta-maya panna (kebijaksanaan yang diterima) dan cinta-maya panna (pemahaman intelektual) bisa sangat bermanfaat bila memberikan semangat
dan bimbingan untuk menuju langkah berikutnya: bhavana-maya panna.
Tetapi hanya kebijaksanaan pengalamanlah yang bisa membebaskan, karena ini merupakan kebijaksanaannya sendiri, yang berdasarkan pada pengalamannya sendiri.
Ada contoh untuk tiga jenis panna itu. Seorang dokter memberikan resep obat pada seseorang yang sakit. Di rumah, orang ini lalu menghafalkan resep itu tiap hari karena keyakinannya yang besar pada dokternya. Inilah sutta-maya panna.
Karena tidak puas dengan resep itu, dia kembali pada dokternya dan bertanya serta menerima penjelasan tentang resep itu: mengapa obat itu penting dan bagaimana cara kerjanya. Inilah cinta-maya panna.
Akhirnya orang itu minum obatnya. Baru setelah minum obat itulah maka penyakitnya terhapus. Manfaatnya datang hanya dari langkah ketiga, yaitu bhavana-maya panna.
Jadi sebenarnya selalu ada kebijaksanaan dari setiap tindakan yg diambil namun hanya dari bhavana sajalah yg bisa membimbing menuju nibbana
Semoga bisa bermanfaat