//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: SEJARAH TIPITAKA  (Read 31436 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #45 on: 14 December 2008, 07:13:10 PM »
Seseorang bukan "pendukung Dhamma" hanya karena ia banyak bicara. Namun seseorang yang walaupun hanya belajar sedikit tetapi batinnya melihat Dhamma dan tidak melalaikannya, maka sesungguhnya ia adalah seorang "pendukung Dhamma".

====================================================================================

Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak-tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

====================================================================================

_/\_


Nah, syair di dalam Dhammapada inilah yang membingungkan saya, karena awalnya kan belum ada ajaran dalam bentuk kitab (tertulis), tapi mengapa ada syair di atas yaitu "membaca kitab suci"? Apa mungkin salah terjemahan?

Ada yg bisa menjelaskan? please.

Kisah Dua Orang Sahabat
 
 
 DHAMMAPADA I, 19-20
 

        Suatu ketika terdapat dua orang sahabat yang berasal dari keluarga terpelajar, dua bhikkhu dari Savatthi. Salah satu dari mereka mempelajari Dhamma yang pernah dikhotbahkan oleh Sang Buddha, dan sangat ahli/pandai dalam menguraikan dan mengkhotbahkan Dhamma tersebut. Dia mengajar lima ratus bhikkhu dan menjadi pembimbing bagi delapan belas group daripada bhikkhu tersebut.

        Bhikkhu lainnya berusaha keras, tekun, dan sangat rajin dalam meditasi sehingga ia mencapai tingkat kesucian arahat dengan pandangan terang analitis.

        Pada suatu kesempatan, ketika bhikkhu kedua datang untuk memberi hormat kepada Sang Buddha di Vihara Jetavana, kedua bhikkhu tersebut bertemu. Bhikkhu ahli Dhamma tidak mengetahui bahwa bhikhhu sahabatnya telah menjadi seorang arahat. Dia memandang rendah bhikkhu kedua itu, dia berpikir bahwa bhikkhu tua ini hanya mengetahui sedikit Dhamma. Maka dia berpikir akan mengajukan pertanyaan kepada sahabatnya, bahkan ingin membuat malu.

        Sang Buddha mengetahui tentang maksud tidak baik itu, Sang Buddha juga mengetahui bahwa hasilnya akan membuat kesulitan bagi pengikut luhur seperti bhikkhu terpelajar itu. Dia akan terlahir kembali di alam kehidupan yang lebih rendah.

        Dengan dilandasi kasih sayang, Sang Buddha mengunjungi kedua bhikkhu tersebut untuk mencegah sang terpelajar bertanya kepada bhikkhu sahabatnya. Sang Buddha sendiri bertanya perihal "Penunggalan Kesadaran" (jhana) dan "Jalan Kesucian" (magga) kepada guru Dhamma; tetapi dia tidak dapat menjawab karena dia tidak mempraktekkan apa yang telah diajarkan.

        Bhikkhu sahabatnya telah mempraktekkan Dhamma dan telah mencapai tingkat kesucian arahat, dapat menjawab semua pertanyaan. Sang Buddha memuji bhikkhu yang telah mempraktekkan Dhamma (vipassaka), tetapi tidak satu kata pujianpun yang diucapkan Beliau untuk orang yang terpelajar (ganthika).

        Murid-murid yang berada di tempat itu tidak mengerti, mengapa Sang Buddha memuji bhikkhu tua dan tidak memuji kepada guru yang telah mengajari mereka. Karena itu, Sang Buddha menjelaskan permasalahannya kepada mereka.

        Pelajar yang banyak belajar tetapi tidak mempraktekkannya sesuai Dhamma adalah seperti penggembala sapi, yang menjaga sapi-sapi untuk memperoleh upah, sedangkan seseorang yang mempraktekkan sesuai Dhamma adalah seperti pemilik yang menikmati lima manfaat dari hasil pemeliharaan sapi-sapi tersebut. Jadi orang terpelajar hanya menikmati pelayanan yang diberikan oleh murid-muridnya, bukan manfaat dari "Jalan" dan "Hasil Kesucian" (magga-phala).

        Bhikkhu lainnya, berpikir dia mengetahui sedikit dan hanya bisa sedikit dalam menguraikan Dhamma, telah memahami dengan jelas inti dari Dhamma dan telah mempraktekkannya dengan tekun dan penuh semangat; adalah seseorang yang berkelakuan sesuai Dhamma (anudhammacari). Yang telah menghancurkan nafsu indria, kebencian, dan ketidak-tahuan, pikirannya telah bebas dari kekotoran batin, dan dari semua ikatan terhadap dunia ini maupun pada yang selanjutnya, ia benar-benar memperoleh manfaat dari "Jalan" dan "Hasil Kesucian" (magga-phala).

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 19 dan 20 berikut ini:

Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak-tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

***


Kisah yang melatarbelakangi syair Dhammapada tersebut tidak mengindikasikan "membaca" kitab suci, tetapi mempelajari ajaran Sang Buddha, yang pada saat itu keknya bukan dalam bentuk "tulisan" tetapi "lisan".
yaa... gitu deh

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #46 on: 14 December 2008, 07:17:18 PM »
hmmm mungkinnnn dlu itu emank uda ada kitab suci, tapi ya tentu saja tak seperti tipitaka, mungkin buku yang menuliskan tentang filsafat, seperti itu....

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #47 on: 14 December 2008, 07:25:13 PM »
Keknya, hanya syair Dhammapada yang telah dipetik oleh Bro Ryu diatas yang berisi tentang "membaca kitab suci", sedangkan yang lain lebih cenderung pada tradisi lisan.
yaa... gitu deh

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #48 on: 14 December 2008, 07:29:15 PM »
Keknya, hanya syair Dhammapada yang telah dipetik oleh Bro Ryu diatas yang berisi tentang "membaca kitab suci", sedangkan yang lain lebih cenderung pada tradisi lisan.
Khan dua terpelajar, bisa saja mereka terbiasa membaca.
Suatu ketika terdapat dua orang sahabat yang berasal dari keluarga terpelajar, dua bhikkhu dari Savatthi. Salah satu dari mereka mempelajari Dhamma yang pernah dikhotbahkan oleh Sang Buddha, dan sangat ahli/pandai dalam menguraikan dan mengkhotbahkan Dhamma tersebut. Dia mengajar lima ratus bhikkhu dan menjadi pembimbing bagi delapan belas group daripada bhikkhu tersebut.


Ya kalo ngartiin mah bukan bagian aye ah :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #49 on: 14 December 2008, 07:34:58 PM »
Keknya, hanya syair Dhammapada yang telah dipetik oleh Bro Ryu diatas yang berisi tentang "membaca kitab suci", sedangkan yang lain lebih cenderung pada tradisi lisan.
Khan dua terpelajar, bisa saja mereka terbiasa membaca.
Suatu ketika terdapat dua orang sahabat yang berasal dari keluarga terpelajar, dua bhikkhu dari Savatthi. Salah satu dari mereka mempelajari Dhamma yang pernah dikhotbahkan oleh Sang Buddha, dan sangat ahli/pandai dalam menguraikan dan mengkhotbahkan Dhamma tersebut. Dia mengajar lima ratus bhikkhu dan menjadi pembimbing bagi delapan belas group daripada bhikkhu tersebut.


Ya kalo ngartiin mah bukan bagian aye ah :))



:))

Iye,
cuman aye/saia tidak bisa menyangkal kalau pertanyaan ini emang muncul pada saat membaca Dhammapada dan mengetahui sejarah Tipitaka dalam tulisan.
yaa... gitu deh

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #50 on: 14 December 2008, 11:07:16 PM »
Quote
>>>Bisakah kita mencari sendiri dhamma itu tanpa ada seorang 'Buddha'? semudah itukah?
Quote
bisa dan sangat bisa......sebab buddha  mencaapai kebuddhaaan tidak berfokus pada buddha sebelmnya sebab ajaran buddha sebelum nya telah lenyap........

Disini ada pertanyaan lanjutan... semudah itukah?
Memang secara teori setiap makhluk bisa bertekad untuk menjadi buddha, tapi saya pikir 'tak semudah' itu bro... :)) ...

Quote
>>>Apakah kita semua yang walaupun telah bertekad menjadi Bodhisatta, mempunyai 'kemampuan' untuk menjadi paling tidak seorang 'Pacceka Buddha'?
Quote
bisa hanya tergantung oleh kharma yg kita pupuk sudah sampai batasnya belum itu aja sebenarnya .....

tidak mudah juga kan?

Quote
'berbuat apaun yg kita senangi dan tidak dengan apa yg kita tidak sukai...........'

kata-kata malah membahayakan lho bila tidak dikasih 'pengertian benar' tentang itu...
misalnya:
bagaimana pendapat anda kalau ada seseorang yang mempunyai kegemaran untuk berkelahi, gemar minum minuman keras dsb... apakah ini 'kata itupun sangat benar'?...
Quote
untuk kata2 sy sudah tekankan mari kita renungkan......
ini adalh murid buddha yg memang tidak 100% dia mau ngajak sesat apa benar......itu tidak jadfi masalah bukannya dia yg kita kwatirkan tapi kita yg menyerap kata2 it

tentunya persepsi tiap orang gak sama kan?

Namo Buddhaya...  _/\_ ...

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #51 on: 15 December 2008, 11:36:54 AM »
 ;D terlalu serius neh .. kongkow2 dulu ye  ;D
isinya panjang dan oot, kalo lagi iseng aja di klik >.<': ShowHide

kenapa di bikin kitab ? karena mewariskan secara lisan jau lebih sulit di pertahankan, jadi di kitab in spy lebih tahan lama, so inti dari lisan n kitab ini apakah sama ? menurut anda2, kalo ga secara kitab kira2 ajaran buddha bertahan sampe taun berapa ?
ajaran A kalo secara lisan di diwariskan terus selama 2008 tahun apakah tetep jadi A or melenceng jadi A234234 ?
ajaran A kalo secara tertulis diwariskan terus selama 2008 tahun apakah tetep jadi A or melenceng sejauh A234234 ? ataukah cuman sampe A2583 ?

kemungkinan terjadi kesalahan pewarisan selalu terjadi, tp kalo di bandingkan antara lisan n tulisan kira2 lebih salah yg mana kalao di wariskan sampe 2008 tahun ?

dari artikel mas ryu, kalo kita liat dari sudut pandang tula, apakah kesalahan si A dibanding si B ? si A mungkin cuman rajin belajar teori .. tp praktek nya jarang2 or mala ga pernah ? so ? kembali yg perna saya ketik dulu .. teori itu mendukung praktek ...

ada 2 orang beli HP blackberry bold yg mahal gile itu ...
orang 1. membaca manual book nya dulu terus sambil di utik2 itu smartphone, mungkin di tengah2 jalan ada di manual book yg ga sesuai or salah ketik or apalah, sambil utik2 dia akan menyadari kesalahan itu or lgsg nanya ke pemakai lain (bikinan manusia gitu lo ;D mana ada yg sempurna ;D yg bikinan tuhan aja ga sempurna kok, isa koit isa sakit dll)

orang 2. ga pake baca manual .. lgsg hajar, mungkin dari nyalain sampe lama banget isi nya nanya2 molo or mala kalo ga pake nanya lebih gawat, itu BOLD isinya dipake utk nelpon n sms duang ... pake 2280i aja kalo begini ;D

nongol lagi :
orang 3. ga pake utik2 HP baca manual book nya pagi sore malam pagi sore malam sampe sebulan, mungkin dia menyadari wuiw ini HP keren banget isa sms nelpon messanger email ketik ketik gps dll, tp ya segono aja.

other cases ah ;D asik banget xixixixixi

suatu hari si A les masak, si guru kasi resep2 spy bisa masak setara koki resto terkenal, bumbunya ini lo .. abcada;lkdksjflkajweljfaiefjla;ijefajiesl sampe muacem2 masakan .. setelah 1 kitabsuci, mungkin si A ini jenius lah .. isa inget itu smua, terus A jg dari waktu kewaktu mempraktekan masakn2 itu biar tidak lupa n bisa menikmati hasil nya, terus si A punya anak, kira si A mau ngajarin teknik, bumbu yg dia inget n praktekin itu smua kaga ke anaknya biar ikutan sukses n secanggih dia ? kemungkinan besar pasti akan mengajarkan (minat dan bakat tergantung si anak), tp apakah smua orang bisa mengajar dengan baik or mengutarakan apa yg ada diotaknya dengan baik ? kadang mengajar selain ILMU yg mau di ajarkan jg sangat di pengaruhi MOOD, ketrampilan mengajar dll, kira2 kalo si A tuangkan smua resep di dalem otak nya ke dalam buku terus dia sambil ngajar kan ke si anak sambil baca buku itu lebih mudah n lebih efektif kaga ?

kalo si A mau ngajarkan ke tetangganya yg ternyata sangat tertarik jg kira2 si A lebih mudah mengajar berdasarkan ingetannya duang or sambil di sertai buku tulisan smua resep2 nya kaga ?
kira2 sauatu hari kalo si A uda ga da .. terus ada orang yg nemuin buku dia yg berisi reesep2 itu .. bisa mengaplikasikan or mempelajarinya kaga ? or lebih baik yg orang rencanya mau nemuin buku itu lebih baik berlatih sendiri nemuin resep sendiri sampe 1 buku itu ? pdhl itu mungkin resep turun menurun .. dari gurunya guru masak si A terus ke anak si A .. guru nya guru masak si A itu kumpulin resep2 itu selama 45 tahun, berarti kira2 yg rencana nemuin resep itu (kalo di pukul sama) harus belajar sendiri selama 45 th agar bisa ngumpulin resep2 seperti itu, baru sukses.

dan balik lagi .. kalo kira2 si A wariskan itu resep dari generasi 1  2 3 4 5 - 10 .... lebih match yg pake buku or cuman mulut ke mulut ? (getok tular)


menurut para tetua bener kaga sikap si A kalo bikin menuangkan smua reesep yg di inget nya itu agar tetep terwariskan dengan baik (at least lebih baik)

mohon bimbingannya para tetua.
jadi OOT ya ? xxixixixiixiixixixixixi dari bahas tripitaka jadi bahas resep masakah warisan leluhur wukukukukuku

Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #52 on: 16 December 2008, 12:52:01 AM »
kitab buka satu2nya atau inti dari manusia bisa hidup bahagia, masuk surga ,mencapai penerangan sempurna dan masuk nibana.....................

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #53 on: 16 December 2008, 01:22:07 AM »
Quote
kitab buka satu2nya atau inti dari manusia bisa hidup bahagia, masuk surga ,mencapai penerangan sempurna dan masuk nibana.....................

Demikian juga dengan mengandalkan 'pengalaman hidup' saja (walaupun itu disertai 'kebijaksanaan pribadi') toh...?

mengapa?

Karena ukuran 'kebijaksanaan' menurut tiap orang berbeda...

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #54 on: 16 December 2008, 10:54:56 AM »
kitab memang bukan satu2 nya .. kitab cuman sebagai pedoman duang ... mau masuk surga jg gaperlu baca tipitaka ah ... dari kata2 guru disekulah, ma pa dirumah dan kata2 orang bijak... surga bisa tercapai lah ...

masuk nibana mau ngapain ? jojing ?

btw menurut waliagung hidup bahagia itu seperti apa ?

Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #55 on: 16 December 2008, 11:58:26 AM »
Quote
kitab buka satu2nya atau inti dari manusia bisa hidup bahagia, masuk surga ,mencapai penerangan sempurna dan masuk nibana.....................

Demikian juga dengan mengandalkan 'pengalaman hidup' saja (walaupun itu disertai 'kebijaksanaan pribadi') toh...?

mengapa?

Karena ukuran 'kebijaksanaan' menurut tiap orang berbeda...


inilah yg membedakan agama buddha dengan yg lainnya.................
 buddha sekali lg menekankan kita mencari jalan hidup/kebahagian/dan penerangan sempurna itu dari diri sendiri.................
bukan arti kita itu umat buddha sombong tp memang kenyataan dan faktanya diri sendiri yg bisa mendapatkan itu semua bukan kitab and agama.......

Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #56 on: 16 December 2008, 12:04:32 PM »
kitab memang bukan satu2 nya .. kitab cuman sebagai pedoman duang ... mau masuk surga jg gaperlu baca tipitaka ah ... dari kata2 guru disekulah, ma pa dirumah dan kata2 orang bijak... surga bisa tercapai lah ...

masuk nibana mau ngapain ? jojing ?

btw menurut waliagung hidup bahagia itu seperti apa ?

mengahiri penderitaan dan kelahiran kembali.............
memang apa artinya kita hidup di dunia yg selalu berulang2.............kaga ada kerjaan ya...............................

hidup mau bahagia mengurangi sikap over dalam hal apapun yg menyangkut kehidupan...
sebenarnya sederhana aja..................

"HIDUP YG MAU MENERIMA SEGALA YG BAIK DAN BURUK PENGALAMAN KITA DI DUNIA AKAN MENJADI HIDUP LEBIH HIDUP" KAYA IKLAN NIH.....................

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #57 on: 16 December 2008, 12:14:33 PM »
Quote
inilah yg membedakan agama buddha dengan yg lainnya.................
 buddha sekali lg menekankan kita mencari jalan hidup/kebahagian/dan penerangan sempurna itu dari diri sendiri.................
bukan arti kita itu umat buddha sombong tp memang kenyataan dan faktanya diri sendiri yg bisa mendapatkan itu semua bukan kitab and agama.......

Quote
Karena ukuran 'kebijaksanaan' menurut tiap orang berbeda...

makanya kitab suci juga diperlukan toh...? :)

Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #58 on: 16 December 2008, 12:39:21 PM »
Quote
inilah yg membedakan agama buddha dengan yg lainnya.................
 buddha sekali lg menekankan kita mencari jalan hidup/kebahagian/dan penerangan sempurna itu dari diri sendiri.................
bukan arti kita itu umat buddha sombong tp memang kenyataan dan faktanya diri sendiri yg bisa mendapatkan itu semua bukan kitab and agama.......

Quote
Karena ukuran 'kebijaksanaan' menurut tiap orang berbeda...

makanya kitab suci juga diperlukan toh...? :)



YA....saya tidak memungkirkan keberadaan kitab.....................
tp alangkah baiknya bila kitab2 itu sebagai perlengkap pengetahuan kita yg perlu kita kaji kembali masih paskah dengan jln hidup kita.......................

mengapa sy sebut sepwerti itu................
karena banyak sekali buku2 agama buddha walaupun bukan masuk kategori kitab suci
yg menurut sy terlalu mengada-ada..................
seperti contoh ada buku judulnya kalau kg salah....................]]

membaca amithba buddha di waktu orang sedang menjelang kematian.....

disitu tertulis begitu mudahnya manusia mencapai alam kebahagiaan dengan membaca nama buddha..............................
yg secara logika sy masih ragu (bukan meragukan BUDDHA)

dan itu semua sy pelajari dgn seksama itu karena kita diharuskan/mengsakralkan kitab yg secara betul2 buatan murid BuDDHA

sebab BUDDHA sendiri menya5takan jgn mencari pembenaran di luar diri kita karena hanya dirikita yg bisa menyelamatkan sendiri hidup kita...........

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #59 on: 16 December 2008, 01:32:19 PM »
Quote
YA....saya tidak memungkirkan keberadaan kitab.....................
tp alangkah baiknya bila kitab2 itu sebagai perlengkap pengetahuan kita yg perlu kita kaji kembali masih paskah dengan jln hidup kita.......................

ya iya lah kan Jamilah gak pake dong.... :))

Quote
membaca amithba buddha di waktu orang sedang menjelang kematian.....
disitu tertulis begitu mudahnya manusia mencapai alam kebahagiaan dengan membaca nama buddha..............................
yg secara logika sy masih ragu (bukan meragukan BUDDHA)

ini bahasan Theravada lho... subjectnya SEJARAH TIPITAKA... :)

Quote
dan itu semua sy pelajari dgn seksama itu karena kita diharuskan/mengsakralkan kitab yg secara betul2 buatan murid BuDDHA

 :-?

sebab BUDDHA sendiri menya5takan jgn mencari pembenaran di luar diri kita karena hanya dirikita yg bisa menyelamatkan sendiri hidup kita...........[/quote]

Ehipassiko...