//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: SEJARAH TIPITAKA  (Read 31425 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #30 on: 14 December 2008, 06:36:12 PM »
[at]g.citra

bisa dan sangat bisa......sebab buddha  mencaapai kebuddhaaan tidak berfokus pada buddha sebelmnya sebab ajaran buddha sebelum nya telah lenyap........

bisa hanya tergantung oleh kharma yg kita pupuk sudah sampai batasnya belum itu aja sebenarnya .....

untuk kata2 sy sudah tekankan mari kita renungkan......
ini adalh murid buddha yg memang tidak 100% dia mau ngajak sesat apa benar......itu tidak jadfi masalah bukannya dia yg kita kwatirkan tapi kita yg menyerap kata2 itu

manusia tidak akan tersesat hanya karena orang lain,dewa, dan buddha.........
tapi diri sendiri yg menentukan sesat atau tidak..............

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #31 on: 14 December 2008, 06:37:01 PM »
pencerahan memang bukan melalui kitab
tapi kitab pun mempunyai peranan penting, setidaknya dalam kitab, telah tertulis apa yang telah ditemukan
sehingga kita tak perlu mencari ulang lagi, kita tinggal memahami dan membuktikan kebenaran yg ada

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #32 on: 14 December 2008, 06:38:59 PM »
[at]g.citra

bisa dan sangat bisa......sebab buddha  mencaapai kebuddhaaan tidak berfokus pada buddha sebelmnya sebab ajaran buddha sebelum nya telah lenyap........

bisa hanya tergantung oleh kharma yg kita pupuk sudah sampai batasnya belum itu aja sebenarnya .....

untuk kata2 sy sudah tekankan mari kita renungkan......
ini adalh murid buddha yg memang tidak 100% dia mau ngajak sesat apa benar......itu tidak jadfi masalah bukannya dia yg kita kwatirkan tapi kita yg menyerap kata2 itu

manusia tidak akan tersesat hanya karena orang lain,dewa, dan buddha.........
tapi diri sendiri yg menentukan sesat atau tidak..............
dan keadaan juga bisa menentukan seseorang jadi sesat atau tidak bro :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #33 on: 14 December 2008, 06:43:38 PM »
[at]reenzia

dari tadi saya sudah katakan bahwa kitab bukan sumber dari pencerahaan tapi kita

walaupun di dunia tanpa kitab ajaran buddha akan ada di setiap manusia yg ingin hidup damai dan bahagia

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #34 on: 14 December 2008, 06:46:16 PM »
[at]reenzia

dari tadi saya sudah katakan bahwa kitab bukan sumber dari pencerahaan tapi kita

walaupun di dunia tanpa kitab ajaran buddha akan ada di setiap manusia yg ingin hidup damai dan bahagia
Ajaran Buddha yang mana dulu nih :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #35 on: 14 December 2008, 06:47:43 PM »
[at]ryu

keadaan adalah peran yg sangat besar untuk mencapai pencerahaan...
tapi keadaan itu terjadi tidak timbul begitu saja semua terikat oleh kharma kita bila kita pupuk yg bagus maka keadaan yg membuat kita jauh dari dharma maka tidak akan terjadi........................

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #36 on: 14 December 2008, 06:47:49 PM »
 [at] wali

betull.....
tapi...tidak mudah menemukannya bro...

selama 2000 tahun terakhir ini aja baru Sang Sidharta yg menemukan dhamma secara total
dan sejak dia wafat sampe sekarang pun ada kitabnya, tapi brp org yg uda berhasil mengikuti jejaknya? no one!

ada kitab aja susah, pa lg gak ada? paling ngga kan dengan kitab bisa sedikit memudahkan bila gak mengerti
tapi tentu saja dengan tidak diterima secara blind faith, harus dipahami dan dibuktikan juga

yah bisa dianggap sebagai pedoman lah, walaupun gak bisa secara total, karena kitab pun harus dibuktikan juga

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #37 on: 14 December 2008, 06:49:19 PM »
Hmm......

Kalo saya perhatikan di forum ini,
Ada beberapa yang menolak kitab.
Karena beralasan bahwa dengan membaca kitab tidak akan membawa ke pencerahan.
Namun sebelum mereka berpendapat demikian.
Bukankah mereka membaca kitab terlebih dahulu?
Karena apabila tidak membaca kitab, bagaimana mereka bisa tahu bahwa membaca kitab (saja) itu tidak akan membawa pencerahan?
« Last Edit: 14 December 2008, 06:51:06 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #38 on: 14 December 2008, 06:52:14 PM »
yah ibarat org belajar mengendarai mobil lah

walaupun ada buku panduan, tapi tetap saja perlu dipraktekkan
emank sih gak baca buku panduan bisa dipraktekkan langsung

tapi dengan membaca buku panduan kan paling ngga kesalahan/tabrakan yg mungkin terjadi bisa diminimalisir

tapi tanpa praktek walaupun buku panduan itu dihapal mati
ttp aja gak bisa dimengerti dan dipahami secara total karena gak dipraktekkan

_/\_
« Last Edit: 14 December 2008, 06:55:09 PM by Reenzia »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #39 on: 14 December 2008, 06:54:25 PM »
Mengatakan tercerahkan tanpa kitab, tapi tahu tercerahkan dari kitab juga
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #40 on: 14 December 2008, 06:57:25 PM »
Mengatakan tercerahkan tanpa kitab, tapi tahu tercerahkan dari kitab juga

 :yes:

Jadi apabila memang membaca kitab suci benar-benar tidak berguna,
Minimal, dengan membaca kitab suci,
seseorang dapat mengerti bahwa membaca kitab suci (saja tanpa praktek) tidak berguna.

dengan kata lain,

Hal tidak berguna yang berguna :))
yaa... gitu deh

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #41 on: 14 December 2008, 07:00:38 PM »
Seseorang bukan "pendukung Dhamma" hanya karena ia banyak bicara. Namun seseorang yang walaupun hanya belajar sedikit tetapi batinnya melihat Dhamma dan tidak melalaikannya, maka sesungguhnya ia adalah seorang "pendukung Dhamma".

====================================================================================

Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak-tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

====================================================================================

_/\_
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #42 on: 14 December 2008, 07:02:56 PM »
Tak usah mendengarkan banyak ajaran, tapi laksanakan satu bait sutra, itulah dhamma sejati

Master Cheng Yen

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #43 on: 14 December 2008, 07:03:21 PM »
Seseorang bukan "pendukung Dhamma" hanya karena ia banyak bicara. Namun seseorang yang walaupun hanya belajar sedikit tetapi batinnya melihat Dhamma dan tidak melalaikannya, maka sesungguhnya ia adalah seorang "pendukung Dhamma".

====================================================================================

Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak-tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

====================================================================================

_/\_


Nah, syair di dalam Dhammapada inilah yang membingungkan saya, karena awalnya kan belum ada ajaran dalam bentuk kitab (tertulis), tapi mengapa ada syair di atas yaitu "membaca kitab suci"? Apa mungkin salah terjemahan?

Ada yg bisa menjelaskan? please.
yaa... gitu deh

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: SEJARAH TIPITAKA
« Reply #44 on: 14 December 2008, 07:09:22 PM »
Seseorang bukan "pendukung Dhamma" hanya karena ia banyak bicara. Namun seseorang yang walaupun hanya belajar sedikit tetapi batinnya melihat Dhamma dan tidak melalaikannya, maka sesungguhnya ia adalah seorang "pendukung Dhamma".

====================================================================================

Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak-tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

====================================================================================

_/\_


Nah, syair di dalam Dhammapada inilah yang membingungkan saya, karena awalnya kan belum ada ajaran dalam bentuk kitab (tertulis), tapi mengapa ada syair di atas yaitu "membaca kitab suci"? Apa mungkin salah terjemahan?

Ada yg bisa menjelaskan? please.

Kisah Dua Orang Sahabat
 
 
 DHAMMAPADA I, 19-20
 

        Suatu ketika terdapat dua orang sahabat yang berasal dari keluarga terpelajar, dua bhikkhu dari Savatthi. Salah satu dari mereka mempelajari Dhamma yang pernah dikhotbahkan oleh Sang Buddha, dan sangat ahli/pandai dalam menguraikan dan mengkhotbahkan Dhamma tersebut. Dia mengajar lima ratus bhikkhu dan menjadi pembimbing bagi delapan belas group daripada bhikkhu tersebut.

        Bhikkhu lainnya berusaha keras, tekun, dan sangat rajin dalam meditasi sehingga ia mencapai tingkat kesucian arahat dengan pandangan terang analitis.

        Pada suatu kesempatan, ketika bhikkhu kedua datang untuk memberi hormat kepada Sang Buddha di Vihara Jetavana, kedua bhikkhu tersebut bertemu. Bhikkhu ahli Dhamma tidak mengetahui bahwa bhikhhu sahabatnya telah menjadi seorang arahat. Dia memandang rendah bhikkhu kedua itu, dia berpikir bahwa bhikkhu tua ini hanya mengetahui sedikit Dhamma. Maka dia berpikir akan mengajukan pertanyaan kepada sahabatnya, bahkan ingin membuat malu.

        Sang Buddha mengetahui tentang maksud tidak baik itu, Sang Buddha juga mengetahui bahwa hasilnya akan membuat kesulitan bagi pengikut luhur seperti bhikkhu terpelajar itu. Dia akan terlahir kembali di alam kehidupan yang lebih rendah.

        Dengan dilandasi kasih sayang, Sang Buddha mengunjungi kedua bhikkhu tersebut untuk mencegah sang terpelajar bertanya kepada bhikkhu sahabatnya. Sang Buddha sendiri bertanya perihal "Penunggalan Kesadaran" (jhana) dan "Jalan Kesucian" (magga) kepada guru Dhamma; tetapi dia tidak dapat menjawab karena dia tidak mempraktekkan apa yang telah diajarkan.

        Bhikkhu sahabatnya telah mempraktekkan Dhamma dan telah mencapai tingkat kesucian arahat, dapat menjawab semua pertanyaan. Sang Buddha memuji bhikkhu yang telah mempraktekkan Dhamma (vipassaka), tetapi tidak satu kata pujianpun yang diucapkan Beliau untuk orang yang terpelajar (ganthika).

        Murid-murid yang berada di tempat itu tidak mengerti, mengapa Sang Buddha memuji bhikkhu tua dan tidak memuji kepada guru yang telah mengajari mereka. Karena itu, Sang Buddha menjelaskan permasalahannya kepada mereka.

        Pelajar yang banyak belajar tetapi tidak mempraktekkannya sesuai Dhamma adalah seperti penggembala sapi, yang menjaga sapi-sapi untuk memperoleh upah, sedangkan seseorang yang mempraktekkan sesuai Dhamma adalah seperti pemilik yang menikmati lima manfaat dari hasil pemeliharaan sapi-sapi tersebut. Jadi orang terpelajar hanya menikmati pelayanan yang diberikan oleh murid-muridnya, bukan manfaat dari "Jalan" dan "Hasil Kesucian" (magga-phala).

        Bhikkhu lainnya, berpikir dia mengetahui sedikit dan hanya bisa sedikit dalam menguraikan Dhamma, telah memahami dengan jelas inti dari Dhamma dan telah mempraktekkannya dengan tekun dan penuh semangat; adalah seseorang yang berkelakuan sesuai Dhamma (anudhammacari). Yang telah menghancurkan nafsu indria, kebencian, dan ketidak-tahuan, pikirannya telah bebas dari kekotoran batin, dan dari semua ikatan terhadap dunia ini maupun pada yang selanjutnya, ia benar-benar memperoleh manfaat dari "Jalan" dan "Hasil Kesucian" (magga-phala).

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 19 dan 20 berikut ini:

Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai dengan ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain; ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

Biarpun seseorang sedikit membaca kitab suci, tetapi berbuat sesuai dengan ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak-tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik di sini maupun di sana; maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

***
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything