//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???  (Read 29326 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #45 on: 13 June 2008, 03:09:18 PM »
Bro Suchamda,

Topik kita adalah "Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???"

Pendapat saya telah sy posting di awal thread ini, yakni: Lebih baik menahan nafsu (dengan cara mengalihkan ke kegiatan lain, mengamati sehingga hilang dgn sendirinya dll) ketimbang melampiaskan hawa nafsu setiap kali timbul.

Pendapat sy tersebut sekaligus merupakan prinsip saya.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #46 on: 13 June 2008, 03:34:37 PM »
TS nanya, akhirnya jawaban akhir harus sesuai skenario awal dia sendiri.........

kayanya thread kaya gini makin sering muncul deh.........


end of OOT deh, biar ga dibilang "menghujat" lagi... he3......

Rupanya kebiasaan anda menghakimi dan "membaca pikiran orang lain" (yg tidak betul) masih juga belum hilang walaupun sudah diperingatkan.

Dimanakah dan kapankah saya melarang anda atau siapapun untuk memberikan jawaban akhir?
Sebagai TS, berhak untuk mengarahkan agar pertanyaannya dipahami dengan benar, diselami dengan benar,  dan juga mengarahkan agar diskusi tetap pada arah yg dimaksudkan. Kalau anda mau membuat skenario sendiri tanpa interferensi dari arahan saya, misalnya "seks adalah menghambat pencerahan", kenapa tidak membuka saja thread tersendiri?

dear ko daniel,

sudah diperingatkan??? oleh siapa??? khan sesuai konsepnya : tidak ada aku, berarti tidak ada siapapun yang memperingatkan dong.......he3...


mengenai thread, singkatnya boleh saya simpulkan : asumsi bahwa thread harus sesuai dengan skenario yang disusun ko daniel adalah SALAH, betul???
karena tidak ada larangan untuk memberikan jawaban, betul????

tapi anda juga yang menyatakan :
1. Sebagai TS, berhak untuk mengarahkan agar pertanyaannya dipahami dengan benar, diselami dengan benar,  dan juga mengarahkan agar diskusi tetap pada arah yg dimaksudkan.

2. Kalau anda mau membuat skenario sendiri tanpa interferensi dari arahan saya


berarti ko daniel menyangkal bahwa tidak ada skenario, namun hanya mengarahkan diskusi untuk tetap pada arah yang dimaksudkan?  :whistle:


yo wis......... aku mingkem yo...........

back to mingkem mode : ON......
« Last Edit: 13 June 2008, 03:37:27 PM by markosprawira »

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #47 on: 13 June 2008, 04:12:17 PM »
Quote from: markos prawira
udah diperingatkan??? oleh siapa??? khan sesuai konsepnya : tidak ada aku, berarti tidak ada siapapun yang memperingatkan dong.......he3...

Kalau anda bermaksud untuk mengolok-olok, silakan dilanjut, saya terima saja.  :)
Tapi saya ingatkan bahwa asumsi-asumsi anda tersebut salah, dan sebetulnya anda sudah diingatkan oleh pak Hudoyo disini : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,3101.msg48731.html#msg48731

Quote from: hudoyo
Rekan Markos,

Silakan Anda tempuh jalan Anda ... saya akan menempuh jalan saya ...

Sekadar masukan buat Anda:
Anda suka sekali menilai batin orang lain ...


Quote from: markos prawira
mengenai thread, singkatnya boleh saya simpulkan : asumsi bahwa thread harus sesuai dengan skenario yang disusun ko daniel adalah SALAH, betul???
karena tidak ada larangan untuk memberikan jawaban, betul?

Anda sengaja memenggal pemahaman yg saya lontarkan tanpa memahami konteksnya. Saya menjawab komentar anda terakhir itu dikarenakan saya keberatan dengan sikap judgmental anda.

Cobalah jujur dan tanyakan pada batinmu sendiri apa motivasimu mengatakan  :
Quote from: markosprawira
TS nanya , akhirnya jawaban akhir harus sesuai skenario awal dia sendiri.........

kayanya thread kaya gini makin sering muncul deh.........


end of OOT deh, biar ga dibilang "menghujat" lagi... he3.....

Skenario berarti adalah sebuah plot yang diatur sebelumnya.
Sedangkan diskusi seperti ini terjadi mengalir dengan berbagai macam kemungkinan jawaban, saya tidak mengaturnya karena tidak mungkin mengatur jawaban orang lain. Saya hanya mengikuti saja perkembangan arah diskusi sembari mengarahkan. Arah-mengarahkan adalah suatu hal yang wajar dilakukan oleh seorang TS, apalagi bila para penjawab (termasuk anda) salah mengartikan kasusnya. Apakah ini dapat disebut sebagai skenario??
Kata-kata "skenario" yang anda munculkan dalam kalimat anda sebelumnya itu memberikan persepsi sesuatu yang lain, sesuatu yg bersifatkan ad hominem.

Anda bahkan mengatakan "biar ga dibilang menghujat lagi"...
Sesungguhnya, saya lebih suka anda jujur mengatakan "saya ingin menghujat anda". Sekalipun anda menghujat saya pun tidak apa-apa asalkan masih relevan dengan topik dan ada nilai edukasinya. Tetapi kali ini mohon maaf bila saya kritik, karena ada kesamaan antara sikap antara anda dan contoh kasus kita di topik ini : sesuatu sikap artifisial yang disembunyikan dibalik kesopanan/ etika yang dibuat2. This is not the way we learn Dharma, agree? ;)
« Last Edit: 14 June 2008, 03:22:21 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #48 on: 13 June 2008, 04:27:38 PM »
Quote from: willibordus
Lebih baik menahan nafsu (dengan cara mengalihkan ke kegiatan lain, mengamati sehingga hilang dgn sendirinya dll) ketimbang melampiaskan hawa nafsu setiap kali timbul.

Baik. Saya hargai prinsip anda.
Tetapi saya melihat adanya perbedaan antara prinsip anda dengan prinsip 'bikkhu jorok' dalam kasus yg saya berikan.
Dalam kalimat anda, tersirat bahwa penahanan hawa nafsu masih bersifat relatif, artinya masih bisa disalurkan. Dan itu namanya bukan selibat.

Dia kurang lebih akan berprinsip :Harus menahan nafsu (dengan cara mengalihkan ke kegiatan lain, mengamati sehingga hilang dgn sendirinya dll) apapun yang terjadi daripada melampiaskan hawa nafsu setiap kali timbul.

Bisakah melihat perbedaannya?

Oleh karena itulah, maka saya tidak begitu menanggapi komentar anda. Bukan karena mengurangi rasa hormat saya kepada anda, tetapi semata-mata karena tidak relevan dengan kasus yang kita coba angkat dalam topik ini.

Yang menjadi masalah adalah :

Quote from: willibordus
MO, pemahaman akan dukkha telah tertembus lagi selapis, selangkah lebih maju....
~ 'Tidak mendapatkan' / 'Keinginan Tidak Kesampaian' adalah dukkha
~ 'Mendapatkan' / 'keinginan yg terpuaskan' adalah lebih dukkha lagi....

Dalam mengatakan hal tersebut di atas, maka kita bisa simpulkan bahwa anda hendak mengatakan bahwa :
~ Sex adalah salah satu sumber dari dukkha yang harus dipatahkan.

Dengan asumsi bahwa saudara belajar Buddhism untuk bisa lepas dari dukkha dan kemudian sudah tahu caranya, yaitu dengan mematahkan sex. Tetapi mengapa anda masih berprinsip mengambang seperti di atas?
Bukankah akan lebih bersesuaian/ konsisten jika antara apa yang anda katakan itu dibarengi dengan  prinsip selibat total?

Rekan Willi, kalau pertanyaan saya ini terlalu privacy, silakan untuk tidak usah dijawab. Sejujurnya, pertanyaan itu sendiri pernah menghampiri saya.  Dan disini saya hanya ingin berbagi perenungan saja buat rekan2 lain yg membaca. Bila merasa ada manfaat dan  perlu dilanjut terserah bila mau lewat japri saja. Mohon maaf bila tidak berguna atau terlalu intrusif.
« Last Edit: 14 June 2008, 03:02:19 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #49 on: 13 June 2008, 04:37:02 PM »
Intinya balik lagi ke orang itu, apa mau mikirin sex terus tapi tidak tersalurkan/mending lepas jubah jadi jangan Muna Muna gitu ko?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #50 on: 13 June 2008, 04:55:37 PM »
Intinya balik lagi ke orang itu, apa mau mikirin sex terus tapi tidak tersalurkan/mending lepas jubah jadi jangan Muna Muna gitu ko?

Maksudnya "Muna Muna" itu munafik?
Yah, kurang lebih begitulah. Tapi perlu dipahami bahwa kita juga jangan kemudian menjadi bersikap reaktif kemudian menjadi radikal dari sisi sebaliknya. Inti yg penting dipahami adalah bahwa --menurut pendapat saya-- untuk mencapai pencerahan kita harus bisa melihat kondisi real kita dengan jujur : kebutuhan2, kecondongan2, karakter, dsb. Jangan justru sebaliknya membentuk sikap artifisiality (kepalsuan), kesucian yang semu. Ini banyak terjadi karena keinginan2 : ingin mencapai nibbana, ingin terlihat suci, ingin dianggap seorang dharmais yg baik, dst.
Semua itu muncul karena kita dikondisikan oleh asumsi2 , pembelajaran2 masa lalu, kepercayaan2 kita, dst. Sehingga kita akhirnya tiada lain menjadi boneka yang sedang bermain sandiwara.

Alih-alih mengalami transformasi batin, tapi kita hanyalah menjadi seorang aktor yang sedang berupaya keras untuk bermain peran dengan baik.!! Represi (penekanan) itu bila dipaksakan tiada lain hanyalah akan mengalihkan energi itu bisa menjadi suatu gangguan kejiwaan (eg. histerik, hipersensitivitas, psikopat), apalagi yg mengalami adalah orang yg kepribadiannya belum matang atau hidup di lingkungan masyarakat yg tidak supportive. (inilah mengapa saya menganjurkan agar hal ini diselami, dirasakan sendiri melalui praktek, jangan hanya berteori).

Terhadap masalah seksual. Alih-alih menstereotype-kan hal itu sebagai "no-no", adalah lebih baik untuk memahami bagaimana proses batin kita sendiri memandang secara konseptual terhadap fenomena seksual tersebut. Dengan kata lain : Alih-alih pembebasan, sikap delusional kita thd masalah sex itu sendiri sudah merupakan konsep penghambat utk memahami apa yang ada. It's not sex itself that is the problem, but our relationship to it.

That's IMHO.
« Last Edit: 13 June 2008, 04:59:04 PM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #51 on: 14 June 2008, 08:51:51 AM »
Kulonuwun.
Numpang nanya, apakah perbedaannya antara orang yang menjalankan vinaya hidup selibat (berpantang sex) tetapi sehari-harinya hidup menit demi menit untuk menekan-nekan libidonya; dan seorang sex maniac yang "just do it"???

Beda atau sama saja? ^-^
(sori pertanyaan bodoh) ;D

Bro Suchamda, asumsi yg Bro tawarkan adalah sbb:
~ Ada seorang Bhikkhu yg pikirannya seks terus (menit demi menit), tapi ia menahannya
~ Ada seorang seks maniak yg melepaskan libidonya setiap saat ia kepengen
Pertanyaannya: Apakah mereka berbeda / sama?

Pertama-tama, dapat sy sampaikan bahwa asumsi yg Bro tawarkan tidak mungkin terjadi*). Kemungkinan yg realistis adalah sbb:

~ Bhikkhu yg serius menempuh jalur kebiaraan, berusaha menjaga vinaya dengan baik.

A. Jika timbul dorongan seksual, maka ia akan berusaha menahannya dengan berbagai cara yg ditawarkan Buddhism. Jika ia berhasil mematahkan nafsunya ini, maka pada kemunculan berikutnya intensitasnya mulai jarang dan kekuatan nafsu ini perlahan-lahan mulai melemah

B. Jika timbul dorongan seksual, dan ia tidak kuat menahannya, dilepaskan, maka di kesempatan selanjutnya dorongan ini akan semakin sering kemunculannya dan ia membutuhkan kesadaran ekstra untuk mematahkannya dibandingkan kesempatan sebelumnya

~ Bhikkhu yg tidak serius dengan jalur kebhikhuan, masuk kebhikkhuan ada tujuan tertentu, misalnya demi menaikkan harkat diri atau ingin mendapat pengakuan dalam masyarakat, tidak memegangn vinaya dengan baik.

C. Jika timbul dorongan seksual, ia mungkin akan menahannya (dengan alasan-alasan tertentu), tapi karena pandangan benarnya tidak kuat, maka usaha ini akan berat

D. Jika timbul dorongan seksual, ia akan melampiaskannya setiap kali ada kesempatan. Ia tidak peduli dengan vinaya. Maka ia akan semakin jatuh moralnya.

Menjawab pertanyaan Bro suchamda, maka:
~ Bhikkhu A dan B sudah jelas lebih baik dibanding seorang Sex Maniac.
~ Bhikkhu C, berkemungkinan pindah ke A atau B atau bisa juga jatuh ke D.
~ Bhikkhu D, tidak ada bedanya dengan umat awam, kalau ia hobby seks, bisa juga disamakan dengan seorang Sex Maniac.

-----

Bro Suchamda mengasumsikan jika nafsu tidak dilampiaskan, maka ia akan muncul terus menit demi menit.... kenyataannya adalah TIDAK begitu.

*) Tidak mungkin terjadi demikian karena: Nafsu, seperti halnya pikiran yg lainnya, sifatnya sama: PIKIRAN TIDAKLAH KEKAL.

Jika nafsu muncul, yg mana pada tahapan pertama muncul sifatnya makin lama makin kuat, pada saat itu kita ada 2 pilihan:
~ Mengikuti permainan pikiran tsb, sehingga nafsu makin kuat
~ Mengalihkan pikiran atau mengamati nafsu ini, maka nafsu akan melemah.

Dalam keadaan apapun kita TETAP PUNYA 2 PILIHAN tsb. Masalahnya, kita mau apa tidak saja.

---

Karena sy belum pernah menjadi Bhikkhu :), maka apa yg dipaparkan diatas adalah dugaan saja, namun bukan dugaan tanpa dasar. Karena paparan diatas berdasarkan pengalaman sendiri juga. Jadi, tinggal mengganti kata Bhikkhu menjadi umat awam, sbb:
 
~ Umat awam yg serius ingin mengikis dukkha, berusaha melatih diri dgn baik, maka:

A. Jika timbul dorongan seksual, maka ia akan berusaha menahannya dengan berbagai cara yg ditawarkan Buddhism. Jika ia berhasil mematahkan nafsunya ini, maka pada kemunculan berikutnya intensitasnya mulai jarang dan kekuatan nafsu ini perlahan-lahan mulai melemah

B. Jika timbul dorongan seksual, dan ia tidak kuat menahannya, dilepaskan, maka di kesempatan selanjutnya dorongan ini akan semakin sering kemunculannya dan ia membutuhkan kesadaran ekstra untuk mematahkannya dibandingkan kesempatan sebelumnya

~ Umat awam yg tidak peduli dengan ajaran. Ada yg mengikuti nafsu semaunya, ada juga yg  masih memegang/mempercayai ajaran agama, maka:

C. Jika timbul dorongan seksual, ia mungkin akan menahannya (dengan alasan-alasan tertentu, mungkin agama), tapi karena pandangan benarnya tidak kuat, maka usaha ini akan berat. Tapi, ia tetap punya kesempatan naik ke A atau B atau bisa juga jatuh ke D (bawah)

D. Jika timbul dorongan seksual, ia akan melampiaskannya setiap kali ada kesempatan. Ia tidak peduli dengan agama/ajaran apapun. Moralnya semakin merosot. Bisa jadi ia adalah seks maniak.

-----

Have a nice weekend  :)

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #52 on: 14 June 2008, 09:54:09 AM »
Quote from: willibordus
MO, pemahaman akan dukkha telah tertembus lagi selapis, selangkah lebih maju....
~ 'Tidak mendapatkan' / 'Keinginan Tidak Kesampaian' adalah dukkha
~ 'Mendapatkan' / 'keinginan yg terpuaskan' adalah lebih dukkha lagi....

Dalam mengatakan hal tersebut di atas, maka kita bisa simpulkan bahwa anda hendak mengatakan bahwa :
~ Sex adalah salah satu sumber dari dukkha yang harus dipatahkan.


Betul. Sex dan juga segala macam pemuasan nafsu rendah lainnya adalah sumber dukkha.

Quote
Dengan asumsi bahwa saudara belajar Buddhism untuk bisa lepas dari dukkha dan kemudian sudah tahu caranya, yaitu dengan mematahkan sex. Tetapi mengapa anda masih berprinsip mengambang seperti di atas? Bukankah akan lebih bersesuaian/ konsisten jika antara apa yang anda katakan itu dibarengi dengan  prinsip selibat total?

Nah disinilah letak masalahnya Bro.

Kita semua tau persis bahwa seks, kemarahan, makan enak, kebencian, dll adalah sumber dukkha.
Sedangkan kita ingin mengikis dukkha. Kenapa kita tidak TOTAL melakukan tindakan yg diajarkan Sang Buddha?

Jawabannya:
karena kita belum mau melakukan semuanya. Kita belum mendapatkan kondisi yg pas untuk mempraktekkan secara total apa yg diajarkan oleh Sang Buddha. Banyak syarat dan jalan yg mesti kita tempuh untuk perlahan-lahan dapat mengikis dukkha kita secara total. Butuh waktu, butuh kesabaran, butuh persiapan batin yg matang.

Mirip Sang Buddha ketika menyempurnakan paraminya, butuh berkalpa-kalpa. Kenapa Sang Buddha tidak menyempurnakan keBuddhaannya dalam satu kehidupan saja? Semuanya adalah proses Bro. Tidak bisa dipaksakan.

Saya pikir Bro ada salah persepsi, bahwa jika kita berbicara Dhamma, kita MESTI bisa mempraktekkannya 100%. Menurutku tidak Bro. Kita -seperti sekarang ini- senantiasa membahas Dhamma (mis: lewat forum ini), artinya kita sedang menyempurnakan 'pemahaman benar' kita. Satu dari 8 jalan.

Membahas Dhamma mana yg benar, mana yg tidak, sementara kita belum mampu mempraktekkannya 100% bukan berarti kita munafik. Bagaimana mungkin kita bisa berdaya upaya benar jika kita tidak mengetahui teori secara benar?

Meningkatkan pemahaman benar adalah suttamayapanna (kebijaksanaan melalui belajar), selanjutnya kita meningkatkan cintamayapanna (kebijaksanaan melalui renungan dan pengalaman). Paling dalam, kita perlu meningkatkan bhavanamayapanna (kebijaksanaan melalui penembusan).

Quote
Rekan Willi, kalau pertanyaan saya ini terlalu privacy, silakan untuk tidak usah dijawab. Sejujurnya, pertanyaan itu sendiri pernah menghampiri saya.  Dan disini saya hanya ingin berbagi perenungan saja buat rekan2 lain yg membaca. Bila merasa ada manfaat dan  perlu dilanjut terserah bila mau lewat japri saja. Mohon maaf bila tidak berguna atau terlalu intrusif.

Tidak masalah Bro  :), sy menganggap kita semua disini perlu saling mengingatkan dan sama-sama masih belajar. Kita semua sedang mengalami proses masing-masing. Saya sendiri banyak mendapat renungan dari tulisan2 Bro Suchamda.
Saya saat ini juga ingin membagi apa yg saya alami, yg -IMO- agak berbeda dengan pemahaman Bro Suchamda.

Sy juga tidak tau dimana split-nya, tapi menurut sy kita perlu konsisten dijalur Dhamma, tapi tidak perlu mengharapkan hasil yg terlalu cepat dan sempurna, pelan-pelan saja. Ketika mesti melanggar, ya dilanggar, tidak ada yg akan menyalahkan kita. Yg ada hanyalah Causes and Consequences, sebab dan akibat. Ya, kita perlahan-lahan perbaiki terus.

Istilah saya, nyante aja...

Semoga bermanfaat...

Anumodana,

 _/\_

::
« Last Edit: 14 June 2008, 09:56:39 AM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #53 on: 14 June 2008, 11:00:24 AM »
Mungkin seharusnya dari awal perbandingannya adalah "munafik" Vs "lepas kontrol", bukan "penahanan diri (selibat)" Vs "lepas kontrol ('just do it')". Kedua hal ini adalah jauh berbeda. Kalo munafik dari contoh2 di atas, itu bukanlah usaha penahanan diri (selibat), namun pengejaran terhadap suatu status (mungkin mau dilihat suci dsb) yang sebetulnya tidak pantas dimilikinya.

penahanan Vs lepas kontrol: orang puasa walaupun sakit perut, tetap berusaha menahan lapar Vs orang rakus yang makan seenaknya.
munafik Vs lepas kontrol: orang makan sembunyi2 saat puasa Vs orang terang2an batal puasa.

Sedangkan mengenai bhikkhu sendiri, itu 'kan hanya satu "profesi" saja, tidak beda dengan manusia biasa. Bedanya kalo orang biasa mungkin terikat peraturan kantor, para bhikkhu terikat oleh vinaya. Kalo pandangan orang tentang bhikkhu adalah pasti suci, itu juga sudah topik yang berbeda lagi, tidak bisa juga dimasukkan sekaligus.






Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #54 on: 14 June 2008, 11:24:23 AM »

Sy pikir topik ini tidak tepat masuk thread Theravada. cocoknya di thread Buddhisme Umum, karena ini adalah bahasan Bhikkhu secara general, bukan khusus Bhikkhu Theravada kan?

::

« Last Edit: 14 June 2008, 11:25:57 AM by willibordus »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #55 on: 14 June 2008, 11:56:16 AM »
Tergantung yang bikin topik sih. Kalo memang mau bahas dari satu tradisi Theravada rasanya juga tidak masalah. Berarti pembahasannya peraturannya, ikut Vinaya tradisi Theravada, tidak dicampur. Karena memang vinayanya bervariasi.

Kalo untuk tradisi Theravada, kalau tidak salah merancap (masturbasi) saja langsung terkena Sanghadisesa, yang tentu saja bukan tidak mungkin akhirnya bhikkhu itu dikeluarkan. Mungkin nyanadhana atau siapapun yang lebih fokus ke vinaya bisa koreksi kalo saya salah.

Jadi memang sebetulnya tulisan di topik yang muncul bhikkhu selibat (yang menurut vinaya adalah penahanan diri dari pemuasan seksual dalam bentuk apapun) dan isinya yang mengatakan tidak melakukan hubungan seksual tapi melakukan pemuasan dengan cara lain (termasuk masturbasi) sebetulnya sudah kurang sesuai.



Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #56 on: 16 June 2008, 08:31:49 AM »
<tambahan ke bro Kainyn>
Vinaya soal Masturbasi ada diatur juga dalam perihal mimpi basah. Kalau seorang Bhikkhu dengan sengaja membuat spermanya keluar melalui tangan atau bantuan apapun, itu termasuk pelanggaran terkecuali dengan mimpi basah karena itu adalah faktor alamiah tubuh dalam mengatur volume sperma, namun masih perlu dicatat, sewaktu mengalami mimpi basah,mimpinya jangan yang macam2.hueheheh, pegendalian pikiran.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #57 on: 16 June 2008, 09:12:19 AM »
nyanadhana,

Thanx buat tambahan infonya!

 _/\_

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #58 on: 16 June 2008, 09:30:13 AM »
kalau ingin melihat di vinaya bisa didownload disini juga, bagian yg itu ada disana
http://dhammacitta.org/perpustakaan/ebook/theravada/vinaya-pitaka-volume-i-suttavibhanga
There is no place like 127.0.0.1

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Apa bedanya Bhikkhu Selibat dan Sex Maniac???
« Reply #59 on: 16 June 2008, 09:49:37 AM »
Sumedho,

Thanx buat link-nya. BTW yang Jataka, ada yang lainnya?  ;D

 _/\_

 

anything