//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Perhatian Penuh Terhadap Dhamma  (Read 1968 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline DNA

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 126
  • Reputasi: 23
  • Dhamma Nan Agung
Perhatian Penuh Terhadap Dhamma
« on: 22 January 2009, 09:07:04 PM »
BAB IV. EMPAT LANDASAN PERHATIAN PENUH

....

Landasan perhatian penuh yang ke empat adalah dhammānupassanā satipatthāna, yang berarti perenungan atau perhatian penuh terhadap Dhamma. Di sini Dhamma meliputi banyak kategori dari proses batin dan jasmani. Kategori pertama adalah lima nivārana (lima rintangan batin).

1.   Kāmacchanda: keinginan indra – keinginan terhadap obyek-obyek bentuk, suara, bau, rasa, dan sentuhan.
2.   Vyāpāda: kemarahan atau niat jahat.
3.   Thīna-middha: kemalasan dan keengganan – mengantuk, ketumpulan mental, perasaan berat/kelambanan.
4.   Uddhacca-kukkucca: penyesalan, kekhawatiran atau ketidakbahagiaan terhadap apa yang pernah dilakukan.
      Aspek pertama: ketidakbahagiaan terhadap kegagalan dalam melakukan sesuatu yang harus    dilakukan di masa lampau.
      Aspek ke dua: ketidakbahagiaan terhadap perbuatan yang telah dilakukan yang seharusnya    tidak boleh dilakukan.
      Contoh ini adalah perbuatan yang mengakibatkan karma buruk.
5.   Vicikicchā: keragu-raguan.

Selama pikiran tercemar, seorang meditator tidak akan dapat menyadari proses batin dan jasmani. Hanya jika pikiran telah terkonsentrasi dengan baik pada obyek meditasi (proses batin atau jasmani), ia dapat terbebas dari kekotoran batin atau rintangan batin. Pikiran menjadi jernih dan dapat menembus/mengerti sifat alamiah dari proses batin dan jasmani sebagaimana apa adanya. Jadi apapun yang muncul dari kelima rintangan batin tersebut, ia harus selalu waspada. Contoh: jika seorang meditator mendengar lagu yang merdu dari luar dan tidak mencatatnya, mungkin akan muncul keinginan untuk mendengarkan lagu tersebut. Ia mungkin ingin mendengarkan kembali lagu tersebut dan menikmatinya. Keinginan untuk mendengarkan lagu adalah keinginan indra – kāmacchanda. Jadi, saat ia mendengar lagu yang merdu, ia harus mencatatnya sebagai “mendengar, mendengar.” Ia mungkin masih terpengaruh oleh lagu tersebut jika perhatian penuhnya tidak cukup kuat.

Jika ia mengetahui bahwa keinginan indra untuk mendengar lagu itu dapat membawanya pada keadaan yang tidak diinginkan, atau kecelakaan, atau dapat menjadi penghalang kemajuan meditasinya, ia akan mencatat keinginannya sebagai ‘keinginan, keinginan’, hingga keinginannya hancur oleh perhatian penuh yang kuat. Saat perhatian penuh menjadi kuat dan terus menerus, keinginan itu akan hilang. Keinginan hilang karena telah diamati dengan penuh semangat dan penuh perhatian. Jika meditator mengamati dan berperhatian penuh pada keinginan indranya sebagaimana apa adanya, mencatatnya dalam batin ‘keinginan, keinginan’, maka ia telah mengikuti apa yang diajarkan oleh Buddha dalam Mahā Satipatthāna Sutta. Berperhatian penuh dengan cara seperti ini disebut dhammānupassanā satipatthāna atau perenungan terhadap obyek-obyek pikiran, contohnya: perenungan terhadap rintangan batin (nivārana).

Thīna-middha, kemalasan dan keengganan, sebenarnya berarti mengantuk. Dua hal ini adalah ‘teman lama’ para meditator, saat meditator mengantuk, ia akan menikmatinya. Jika muncul sensasi menyenangkan dalam dirinya, ia akan mampu mengamatinya. Tetapi bila rasa ngantuk yang muncul, ia tak bisa menyadarinya karena ia menyukainya. Itu sebabnya mengapa thīna-middha atau perasaan ngantuk disebut sebagai ‘teman lama’ para meditator. Hal ini membuat ia berada dalam lingkaran kelahiran lebih lama. Jika ia tak mampu mengamati rasa ngantuknya, ia tak akan dapat mengatasinya. Kecuali jika ia telah merealisasi sifat alamiah dari kemalasan dan keengganan (mengantuk), yogi akan melekat serta menikmatinya. Jika kita mengantuk, kita harus berusaha dan berjuang lebih keras dalam berlatih. Artinya kita harus mengamati dengan penuh perhatian, semangat, dan tepat, sehingga kita dapat membuat pikirannya aktif dan siaga. Ketika pikiran menjadi aktif dan siaga, pikiran akan terbebas dari rasa ngantuk. Kemudian meditator dapat mengatasi rasa ngantuk.

Uddhacca-kukkucca adalah rintangan batin ke empat. Uddhacca adalah kegelisahan atau gangguan, sedangkan kukkucca adalah penyesalan. Dalam hal ini, uddhacca berarti gangguan pikiran, kegelisahan, atau berkelananya pikiran. Ketika pikiran berkelana atau berpikir sesuatu, bukannya mencatat obyek meditasi, inilah yang disebut sebagai uddhacca. Jika pikiran berkelana, meditator harus waspada pada pikirannya sebagaimana apa adanya. Pada awal latihan, seorang meditator mungkin tidak dapat mengamati pikiran yang berkelana. Ia bahkan tidak mengetahui bahwa pikirannya berkelana. Ia berpikir bahwa pikirannya terfokus pada obyek meditasi, dalam hal ini gerakan dinding perut atau pernafasan. Ketika yogi mengetahui bahwa pikirannya berkelana, ia harus mencatatnya ‘berkelana, berkelana’ atau ‘berpikir, berpikir.’ Ini artinya uddhacca-kukkucca telah diamati.

Rintangan batin ke lima adalah vicikicchā atau keragu-raguan. Meditator mungkin mempunyai keragu-raguan terhadap Buddha, Dhamma, Sangha, atau teknik meditasi. Keraguan apapun yang muncul, harus diamati dengan penuh perhatian. Meditator harus berperhatian penuh pada apapun sebagaimana apa adanya. Ini dikenal sebagai dhammānupassanā satipatthāna.

....

Sumber: Meditasi Vipassanā (Ceramah Mengenai Meditasi Pandangan Terang) - Sayadaw U Janakābhivamsa
May these merits of mine lead me to the extinction of all defilements
May these merits of mine be conducive to my attainment of Nibbana
May all sentient beings obtain the share of my merits and be well and happy always. Sadhu3..

cunda

  • Guest
Re: Perhatian Penuh Terhadap Dhamma
« Reply #1 on: 22 January 2009, 09:09:09 PM »
namaste suvatthi hotu


selamat berdiskusi semoga bermanfaat dalam prakteknya

thuti

 

anything