//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: PENTINGNYA MEMPELAJARI EMPAT NIKAYA  (Read 3589 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline DNA

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 126
  • Reputasi: 23
  • Dhamma Nan Agung
PENTINGNYA MEMPELAJARI EMPAT NIKAYA
« on: 19 January 2009, 05:46:46 PM »
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).

Pada kenyataannya, kita lihat dari Nikaya dan Vinaya bahwa orang-orang
mencapai Sotapanna hanya dengan mendengarkan Sutta daripada bermeditasi.

1. Sutta AN 9.20 mendefinisikan Pemasukan arus (Tingkat Kesucian Jalan Pertama)
sebagai pencapaian Pandangan Benar.

2. Di SN 43 dan AN 12.11.9, disebutkan bahwa Pandangan Benar dicapai hanya dengan
dua kondisi: mendengarkan penuturan orang lain dan memiliki pertimbangan yang
seksama. (Yoniso manasikara). Tingkat dari pertimbangan yang seksama yang diperlukan
untuk pencapaian Sotapanna tentu saja berbeda dari pencapaian Arahat.
23

3. Di SN 55.3.4, Sang Buddha berkata bahwa jika pohon-pohon bisa memahami
perkataan Beliau, (bukan bermeditasi!), bahkan pohon-pohon tersebut bisa menjadi
Sotapanna.

4. Di SN 46.4.8, Sang Buddha berkata bahwa ketika seseorang mendengarkan Dhamma
dengan penuh perhatian, 5 rintangan tidak muncul di diri seseorang dan 7 Bojjhanga
terpenuhi. Ini adalah kondisi untuk pencapaian Ariya.

5. Di SN 55.1.2, karakteristik untuk seorang Sotapanna adalah: memiliki keyakinan pada
Buddha, Dhamma, Sangha, dan sila yang sempurna – tidak disebutkan tentang meditasi,
dsb.

6. Di AN 3.85; 9.12, Sotapanna dan Sakadagami dikatakan memiliki Sila yang sempurna;
Anagami memiliki Sila dan Samadhi yang sempurna; Arahat memiliki Sila, Samadhi,
Panna yang sempurna. Ini berarti bahwa Sotapanna dan Sakadagami tidak membutuhkan
Jhana sementara Anagami dan Arahat harus memiliki empat Jhana.

7. Di MN 22, Sotapanna dikatakan telah melenyapkan 3 belenggu dan Sakadagami telah
melenyapkan 3 belenggu dan melemahkan nafsu sensual dan kedengkian. Jadi
Sakadagami membutuhkan tingkat konsentrasi tertentu sebelum Jhana (yakni Upacara
Samadhi) sementara Sotapanna tidak perlu, dan hanya perlu merenungi dan refleksi pada
Dhamma yang telah dia pelajari.

8. Ada beberapa contoh dalam Nikaya dan Vinaya tentang umat awam yang datang
mendengarkan Sutta dari Sang Buddha (persis serupa dengan yang kita miliki dalam
Nikaya) untuk pertama kalinya dan mencapai Sotapanna, misalnya DN 3, 5; MN 56, 91;
AN 8.12, 8.21.

Jadi ketika Dhamma yang asli masih dapat ditemui di dunia sekarang ini, akan
dapat memberikan manfaat yang tak terhingga bagi kita untuk mempelajarinya.
May these merits of mine lead me to the extinction of all defilements
May these merits of mine be conducive to my attainment of Nibbana
May all sentient beings obtain the share of my merits and be well and happy always. Sadhu3..

Offline DNA

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 126
  • Reputasi: 23
  • Dhamma Nan Agung
Re: PENTINGNYA MEMPELAJARI EMPAT NIKAYA
« Reply #1 on: 19 January 2009, 05:52:42 PM »
Pertanyaan: Jika Jhana adalah keadaan yang sedemikian superior dan akan
memberikan anda kebijaksanaan, kewaspadaan, ketenang-seimbangan, dsb.
Mengapa ketika Sang Buddha mengikuti dua guru sekte luar, Beliau tidak
mencapai pencerahan?


Jalan Ariya Berfaktor Delapan terdiri dari delapan faktor dan ada perbedaan
antara Konsentrasi Benar dalam Buddhisme dan Konsentrasi Benar di ajaran sekte luar.
Di ajaran sekte luar Konsentrasi Benar mungkin saja Jhana, tetapi dalam ajaran Sang
Buddha Konsentrasi Benar Ariya atau Konsentrasi Benar Mulia atau Konsentrasi Benar
Buddhis adalah empat jhana didukung oleh tujuh faktor dari Jalan Ariya Berunsur
Delapan yang lainnya (MN 117). Hanya ketika delapan faktor ini bekerja secara
bersamaan, anda baru dapat mengakhiri penderitaan dan memperoleh pencerahan. Tidak
tepat bagi anda untuk hanya menggunakan satu faktor, Konsentrasi Benar saja. Itulah
sebabnya ketika orang berkata bahwa Devadatta mencapai kesemua Jhana dan masih saja
dia tidak memperoleh kebijaksanaan, kita katakan pada awalnya dia memiliki pandangan
salah, dan karena pandangan salah dia memiliki pikiran salah; karena pikiran salah, dia
ingin membunuh Sang Buddha. Bagaimana orang tersebut bisa menjadi seorang Arahat?


LENYAPNYA DHAMMA YANG ASLI

Kita harus mempelajari empat Nikaya dan menjadi jelas akan empat Nikaya
sebelum kita mengajar. Sang Buddha berkata jika kita mengajari Dhamma yang salah, hal
itu akan menyebabnya lenyapnya Dhamma yang asli. Sang Buddha berkata di SN 16.13
bahwa ada lima hal yang akan menjadi penyebab lenyapnya Dhamma yang asli. Dhamma
yang asli tidak lenyap secara tiba-tiba layaknya kapal yang tenggelam. Lenyapnya
Dhamma yang asli terjadi secara bertahap.

Lima hal yang menyebabkan lenyapnya Dhamma yang asli, yakni:

1. Tidak ada rasa hormat pada Buddha; dengan kata lain, beberapa orang walaupun
mereka memanggil diri mereka sebagai Buddhis, tidak menaruh banyak rasa hormat
kepada Buddha seperti kepada makhluk lainnya.

2. Tidak ada rasa hormat pada Dhamma, yakni Sutta Sang Buddha dalam 4 Nikaya. Sang
Buddha berkata di SN 20.7 bahwa di masa depan orang-orang tidak ingin mendengarkan
dan menguasai khotbah-khotbah Sang Buddha. Mereka lebih menyenangi untuk
mendengarkan dan menguasai kata-kata para siswanya, dan ini hanya persajakan belaka,
dibandingkan dengan Sutta Sang Buddha. Jadi kita harus berkonsentrasi dalam
mempelajari 4 Nikaya daripada buku-buku lain!

3. Tidak ada rasa hormat pada Sangha. Mungkin, untuk berbagai alasan, umat awam
gagal menjalankan tugas mereka dalam mendukung para bhikkhu maka garis silsilah
Sangha terputus, sehingga menjadi lenyap.

4. Tidak ada rasa hormat pada Praktek Dhamma, yakni pelatihan Sila, Samadhi, Panna.
Beberapa orang menyepelekan praktek Dhamma dan beberapa orang berkata bahwa Sila
dan Samadhi tidak diperlukan, dsb.

5. Tidak ada rasa hormat pada Samadhi, yakni empat Jhana. Beberapa orang mengajarkan
bahwa Jhana tidak penting dan tidak diperlukan untuk pencerahan. Ini dengan sendirinya
akan menyebabkan lenyapnya Dhamma yang asli.


Sumber: Samatha dan Vipassana - Bhikkhu Dhammavuddho Mahathera
May these merits of mine lead me to the extinction of all defilements
May these merits of mine be conducive to my attainment of Nibbana
May all sentient beings obtain the share of my merits and be well and happy always. Sadhu3..

Offline Juice_alpukat

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 734
  • Reputasi: 11
  • Gender: Male
Re: PENTINGNYA MEMPELAJARI EMPAT NIKAYA
« Reply #2 on: 04 June 2010, 05:59:26 PM »
Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.

Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).

Pada kenyataannya, kita lihat dari Nikaya dan Vinaya bahwa orang-orang
mencapai Sotapanna hanya dengan mendengarkan Sutta daripada bermeditasi.

1. Sutta AN 9.20 mendefinisikan Pemasukan arus (Tingkat Kesucian Jalan Pertama)
sebagai pencapaian Pandangan Benar.

2. Di SN 43 dan AN 12.11.9, disebutkan bahwa Pandangan Benar dicapai hanya dengan
dua kondisi: mendengarkan penuturan orang lain dan memiliki pertimbangan yang
seksama. (Yoniso manasikara). Tingkat dari pertimbangan yang seksama yang diperlukan
untuk pencapaian Sotapanna tentu saja berbeda dari pencapaian Arahat.
23

3. Di SN 55.3.4, Sang Buddha berkata bahwa jika pohon-pohon bisa memahami
perkataan Beliau, (bukan bermeditasi!), bahkan pohon-pohon tersebut bisa menjadi
Sotapanna.

4. Di SN 46.4.8, Sang Buddha berkata bahwa ketika seseorang mendengarkan Dhamma
dengan penuh perhatian, 5 rintangan tidak muncul di diri seseorang dan 7 Bojjhanga
terpenuhi. Ini adalah kondisi untuk pencapaian Ariya.

5. Di SN 55.1.2, karakteristik untuk seorang Sotapanna adalah: memiliki keyakinan pada
Buddha, Dhamma, Sangha, dan sila yang sempurna – tidak disebutkan tentang meditasi,
dsb.

6. Di AN 3.85; 9.12, Sotapanna dan Sakadagami dikatakan memiliki Sila yang sempurna;
Anagami memiliki Sila dan Samadhi yang sempurna; Arahat memiliki Sila, Samadhi,
Panna yang sempurna. Ini berarti bahwa Sotapanna dan Sakadagami tidak membutuhkan
Jhana sementara Anagami dan Arahat harus memiliki empat Jhana.

7. Di MN 22, Sotapanna dikatakan telah melenyapkan 3 belenggu dan Sakadagami telah
melenyapkan 3 belenggu dan melemahkan nafsu sensual dan kedengkian. Jadi
Sakadagami membutuhkan tingkat konsentrasi tertentu sebelum Jhana (yakni Upacara
Samadhi) sementara Sotapanna tidak perlu, dan hanya perlu merenungi dan refleksi pada
Dhamma yang telah dia pelajari.

8. Ada beberapa contoh dalam Nikaya dan Vinaya tentang umat awam yang datang
mendengarkan Sutta dari Sang Buddha (persis serupa dengan yang kita miliki dalam
Nikaya) untuk pertama kalinya dan mencapai Sotapanna, misalnya DN 3, 5; MN 56, 91;
AN 8.12, 8.21.

Jadi ketika Dhamma yang asli masih dapat ditemui di dunia sekarang ini, akan
dapat memberikan manfaat yang tak terhingga bagi kita untuk mempelajarinya.

anumodana...nice thread...

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: PENTINGNYA MEMPELAJARI EMPAT NIKAYA
« Reply #3 on: 04 June 2010, 06:51:33 PM »
hmm kalau seperti ini kan jelas jadi untuk umat awam pertama kali mesti melatih diri dengan sutta pitaka, baru kemudian dengan meditasi dan akhirnya mampu mengembangkan panna.

kalau kebanyakan rakus namanya belum bisa jalan satu langkah dah mau lari