Di Sutta SN 55.6.3. Sang Buddha menasehati umat awam untuk mempelajari
Sutta. Di SN 20.7, Sang Buddha memperingatkan bahwa di masa depan, orang-orang
tidak akan mempelajari Sutta tetapi lebih menyenangi untuk mempelajari karya dari
pengikutnya yaitu bhikkhu lain (yakni buku-buku belakangan) dan ini akan menuntun
pada lenyapnya Sutta.
Sang Buddha menekankan pentingnya banyak belajar (bahusacca)
dalam banyak Sutta, misalnya di MN 43 dikatakan bahwa Pandangan Benar didukung
oleh banyak belajar menuntun pada pencerahan. Tidak mempelajari Sutta adalah suatu
ekstrim, dan mempelajari terlalu banyak buku adalah ekstrim yang lainnya – jalan tengah
adalah mempelajari empat Nikaya yang tertua. Pentingnya mempelajari Nikaya dapat
dipahami dari kenyataan bahwa Sang Buddha berbicara tentang 5000 Sutta dan siswa-siswa
Beliau disebut Savaka (Pendengar). Satu Sutta menjelaskan kebenaran dari satu
sudut jadi dengan banyaknya Sutta yang kita pelajari, maka semakin baik pemahaman
kita karena kita melihat Dhamma dijelaskan dari sudut yang berbeda dan kita dapat
menghubungkan yang satu dengan yang lainnya (yakni membandingkan mereka).
Pada kenyataannya, kita lihat dari Nikaya dan Vinaya bahwa orang-orang
mencapai Sotapanna hanya dengan mendengarkan Sutta daripada bermeditasi.
1. Sutta AN 9.20 mendefinisikan Pemasukan arus (Tingkat Kesucian Jalan Pertama)
sebagai pencapaian Pandangan Benar.
2. Di SN 43 dan AN 12.11.9, disebutkan bahwa Pandangan Benar dicapai hanya dengan
dua kondisi: mendengarkan penuturan orang lain dan memiliki pertimbangan yang
seksama. (Yoniso manasikara). Tingkat dari pertimbangan yang seksama yang diperlukan
untuk pencapaian Sotapanna tentu saja berbeda dari pencapaian Arahat.
23
3. Di SN 55.3.4, Sang Buddha berkata bahwa jika pohon-pohon bisa memahami
perkataan Beliau, (bukan bermeditasi!), bahkan pohon-pohon tersebut bisa menjadi
Sotapanna.
4. Di SN 46.4.8, Sang Buddha berkata bahwa ketika seseorang mendengarkan Dhamma
dengan penuh perhatian, 5 rintangan tidak muncul di diri seseorang dan 7 Bojjhanga
terpenuhi. Ini adalah kondisi untuk pencapaian Ariya.
5. Di SN 55.1.2, karakteristik untuk seorang Sotapanna adalah: memiliki keyakinan pada
Buddha, Dhamma, Sangha, dan sila yang sempurna – tidak disebutkan tentang meditasi,
dsb.
6. Di AN 3.85; 9.12, Sotapanna dan Sakadagami dikatakan memiliki Sila yang sempurna;
Anagami memiliki Sila dan Samadhi yang sempurna; Arahat memiliki Sila, Samadhi,
Panna yang sempurna. Ini berarti bahwa Sotapanna dan Sakadagami tidak membutuhkan
Jhana sementara Anagami dan Arahat harus memiliki empat Jhana.
7. Di MN 22, Sotapanna dikatakan telah melenyapkan 3 belenggu dan Sakadagami telah
melenyapkan 3 belenggu dan melemahkan nafsu sensual dan kedengkian. Jadi
Sakadagami membutuhkan tingkat konsentrasi tertentu sebelum Jhana (yakni Upacara
Samadhi) sementara Sotapanna tidak perlu, dan hanya perlu merenungi dan refleksi pada
Dhamma yang telah dia pelajari.
8. Ada beberapa contoh dalam Nikaya dan Vinaya tentang umat awam yang datang
mendengarkan Sutta dari Sang Buddha (persis serupa dengan yang kita miliki dalam
Nikaya) untuk pertama kalinya dan mencapai Sotapanna, misalnya DN 3, 5; MN 56, 91;
AN 8.12, 8.21.
Jadi ketika Dhamma yang asli masih dapat ditemui di dunia sekarang ini, akan
dapat memberikan manfaat yang tak terhingga bagi kita untuk mempelajarinya.