//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Menyeberangi arus dengan rakit tua  (Read 3101 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline DNA

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 126
  • Reputasi: 23
  • Dhamma Nan Agung
Menyeberangi arus dengan rakit tua
« on: 01 January 2009, 10:49:42 PM »
BAB 7

[...]

Bab terakhir ini khusus akan membahas aspek meditasi Buddhis. Karena
keberhasilan meditasi sangat tergantung pada fondasi yang kokoh sedangkan
fondasi meditasi yang kokoh sesungguhnya sangat sulit diraih, maka pembahasan
aspek meditasi Buddhis ini sengaja ditaruh di bab terakhir. Kita seharusnya
memahami dulu dengan benar dasar-dasar ajaran Buddha sebelum melatih meditasi
secara serius. Pemahaman ini dapat diraih melalui ketekunan dalam mempelajari
sutta-sutta penting di 4 Nikaya.


A. Penjamin keberhasilan meditasi

Fondasi yang kokoh itulah kunci keberhasilan meditasi. Seseorang yang
berkepribadian kejam tidak akan mampu meraih kemajuan yang berarti di dalam
meditasinya. Maka dari itu, Buddha menganjurkan beberapa hal yang perlu
dikembangkan yang akan menjamin keberhasilan meditasi [MN 107, MN 125]. Hal-hal
tersebut antara lain:

1) Berkelakuan baik sehingga diri kita tidak mengalami penyesalan dan kerisauan
akibat dari kelakuan buruk kita. Hal ini telah dijelaskan dengan cukup
mendetail di bab-bab sebelumnya.

2) Menjaga pintu indera dengan seksama. Ini berarti mata tidak melirik-lirik
objek yang membawa nafsu, telinga tidak dimanjain dengan musik, hidung tidak
dimanjain dengan bau yang harum-harum, mulut tidak dibiarkan ketagihan dengan
rasa yang enak-enak, badan tak sembarang disentuh dan menyentuh objek-objek
yang membawa nafsu, pikiran tak dibiarkan membayangkan hal-hal yang membawa
nafsu. Ini adalah pelatihan yang sungguh sulit, terutama untuk umat perumah
tangga. Menjaga pintu indera ini seharusnya dilatih secara bertahap diiringi
pemahaman yang baik terhadap Dhamma. Ini bukan berarti kita pantang menatap
lawan jenis sewaktu berbicara dengan mereka, pantang mendengar lagu yang diputar
oleh orang lain, pantang mencium bau makanan yang sedap dari tetangga kita,
pantang menerima makanan enak yang disajikan kepada kita, pantang bersalaman
dengan orang, dst. Apa yang dimaksud di sini adalah kita membatasi diri kita,
menjaga pintu indera kita supaya nafsu
tidak menguasai (menghinggapi) diri kita. Ingat, ajaran Buddha bertujuan untuk
melenyapkan nafsu dengan jalur tengah (tidak dengan jalur ekstrim).

3) Mengatur porsi makanan kita. Janganlah makan berlebihan. Cukup makan untuk
menghilangkan rasa lapar. Tentunya ini juga adalah latihan yang cukup sulit
yang seharusnya dilatih perlahan-lahan diiringi pemahaman Dhamma yang matang.

4) Tekun berusaha. Di siang dan sore hari sewaktu duduk dan berjalan (berjalan
bolak balik adalah latihan meditasi yang umum di zaman Buddha), hilangkanlah
pikiran-pikiran yang merugikan dan yang menghambat perkembangan batin. Di malam
hari, berbaringlah dengan postur singa (badan berbaring ke samping kanan, kaki
yang satu di atas kaki yang lain, dengan berpikir, ‘saya akan segera
bangun!’). Di pagi hari setelah bangun, sewaktu duduk dan berjalan,
hilangkanlah pikiran-pikiran yang merugikan dan yang menghambat perkembangan
batin.

5) Sadar penuh dengan apa yang sedang dilakukan. Sewaktu berjalan, duduk,
berdiri, berbicara, makan, minum, dst, berwaspadalah (tingkatkan kesadaran
penuh) dengan aktivitas yang sedang dilakukan.

Kelima latihan ini adalah fondasi utama dalam meditasi. Seseorang yang
benar-benar ingin melatih meditasi seharusnya melatih kelima hal di atas.


"this Dhamma is compared to a raft, for the purpose of crossing over, not for
holding onto. You should let go even of Dhammas, to say nothing of
non-Dhammas." (Majjhima Nikaya 22)
http://groups.yahoo.com/group/Taman_Budicipta/message/2875
May these merits of mine lead me to the extinction of all defilements
May these merits of mine be conducive to my attainment of Nibbana
May all sentient beings obtain the share of my merits and be well and happy always. Sadhu3..

Offline DNA

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 126
  • Reputasi: 23
  • Dhamma Nan Agung
Re: Menyeberangi arus dengan rakit tua
« Reply #1 on: 01 January 2009, 10:55:14 PM »
B. Samatha & Vipassana

Terdapat banyak metode meditasi yang diajarkan Buddha, dua diantaranya adalah
samatha & vipassana. Tapi kurang tepat bila kita mengatakan bahwa metode
meditasi Buddhis hanya ada 2 jenis. Karena jelas ada metode lain yang dapat
digunakan, yang sama efektifnya dengan metode samatha & vipassana. Seperti yang
dikatakan Bhikkhu Ananda dalam Yuganaddha Sutta (AN 4.170) bahwa siapapun yang
mengaku dirinya telah meraih nibbana hanya dapat meraihnya melalui 4 cara:

I. Menyempurnakan samatha dulu baru kemudian menyempurnakan vipassana, setelah
itu jalur nibbana terbuka dan ia menelusurinya.

II. Menyempurnakan vipassana dulu baru kemudian menyempurnakan samatha, setelah
itu jalur nibbana terbuka dan ia menelusurinya.

III. Menyempurnakan samatha dan vipassana secara bersamaan, setelah itu jalur
nibbana terbuka dan ia menelusurinya.

IV. Dengan pandai mengendalikan keresahan batin yang terhalus yang menyangkut
Dhamma ini, ia kemudian meraih konsentrasi. Setelah itu jalur nibbana terbuka
dan ia menelusurinya.


Cara I-III menggunakan 2 metode ini: samatha & vipassana. Cara IV tidak
menggunakan samatha maupun vipassana. Mari kita mengkaji metode samatha &
vipassana.

Dari ungkapan Bhikkhu Ananda di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa samatha
dan vipassana harus saling melengkapi. Sebenarnya apakah itu samatha? Apakah
itu vipassana? Mari kita pelajari penjelasan yang diberikan oleh Buddha.

Samadhi Sutta (AN 4.94) berisi penjelasan Buddha tentang samatha & vipassana.
Buddha mengatakan siapapun yang sempurna pelaksanaan samathanya tapi tidak
sempurna vipassananya seharusnya mencari mereka yang sempurna vipassananya dan
belajar dari mereka, dan sebaliknya. Bagi yang tidak sempurna kedua-duanya,
maka ia seharusnya mencari seseorang yang sempurna keduanya. Sedangkan yang
telah sempurna keduanya masih harus berusaha melenyapkan sisa-sisa kekotoran
batin yang terhalus. Ini menunjukan kepada kita bahwa mereka yang telah
sempurna samatha & vipassananya masih belum tuntas dengan tugas mereka. Samadhi
Sutta dan Yuganaddha Sutta di atas jelas-jelas saling melengkapi dan tidak
saling bertentangan.

Mari kita meneliti penjelasan yang diberikan oleh Buddha tentang vipassana di
Samadhi Sutta ini. Buddha menjelaskan metode vipassana sebagai berikut:

"Bagaimana kelompok kehidupan ini seharusnya dipahami? Bagaimana cara
menelitinya?"

Buddha merujuk kepada mereka yang mahir dalam vipassana sebagai berikut:

"...mereka melihat fenomena (gejala) ini dengan kebijaksanaan yang tajam."

Inilah kata-kata singkat yang dipakai Buddha dalam menjelaskan metode vipassana
ini. Jadi terlihat jelas bahwa metode vipassana menekankan pada
analisa/penelitian/pemahaman melalui kebijaksanaan yang tajam.


Mari kita kembali pada metode samatha. Bagaimana Buddha menjelaskan metode
samatha?

"Bagaimana pikiran ini ditenangkan? Bagaimana pikiran ini didiamkan? Bagaimana
pikiran ini disatukan? Bagaimana pikiran ini dikonsentrasikan?"

Sedang untuk mereka yang mahir dalam metode samatha, Buddha merujuk kepada
mereka sebagai berikut:

"...mereka memiliki batin yang penuh dengan ketenangan."

Nah, inilah penjelasan singkat yang diberikan Buddha tentang metode samatha.
Singkatnya, samatha adalah metode yang bersifat menenangkan batin ini,
mengkonsentrasikan pikiran ini.


Jadi bila kita kembali pada Yuganaddha Sutta di atas, maka kita memahami apa
sebenarnya 4 cara tersebut. Cara IV yang tidak mencakup samatha ataupun
vipassana juga tetap memerlukan konsentrasi. Lagi-lagi hal ini sesuai dengan
Jalan Utama Berunsur Delapan yang mencakup konsentrasi benar. Di
Maha-cattarisaka Sutta (MN 117), Buddha merincikan Jalan Utama Berunsur Delapan
ini. Hanya setelah konsentrasi benar teraih, maka pintu nibbana baru bisa
terbuka. Konsentrasi benar yang dimaksud adalah jhana.

Seseorang yang melatih samatha akan hidup penuh dengan kedamaian batin (jhana).
Walaupun demikian, bila ia tidak pandai dalam hal-hal yang menyangkut kelompok
kehidupan ini (tubuh, persepsi, kesadaran, perasaan, pikiran), ia tak akan mampu
maju pesat dalam Dhamma. Sedangkan untuk mereka yang pandai dalam hal Dhamma,
yang melihat fenomena (kelompok kehidupan) dengan kebijaksanaan yang tajam,
masih diperlukan ketenangan batin yang tinggi, yakni konsentrasi (jhana).
Mengapa? Karena kata Buddha, walau seseorang mengetahui Dhamma ini dengan
sangat baik, ia masih tetap akan terikat dengan kenikmatan duniawi, kecuali bila
ia telah meraih kebahagiaan yang lebih tinggi daripada kenikmatan duniawi
tersebut. Hanya setelah itulah, ia akan mampu melepaskan keterikatannya pada
kenikmatan duniawi. Kebahagiaan yang lebih tinggi yang disebut oleh Buddha
tersebut adalah jhana. Perkataan Buddha ini dapat dibaca di Cula dukkhakhanda
Sutta (MN 14).


Maka jelaslah bahwa fungsi samatha adalah memberikan sesuatu yang lebih
menyenangkan dari kesenangan duniawi, yakni batin yang menenangkan, damai,
tentram, pikiran yang penuh konsentrasi. Sedangkan fungsi vipassana adalah
menganalisa & meneliti sifat asli fenomena (kelompok kehidupan). Ketika
keduanya telah sempurna, maka pintu nibbana akan terbuka.

Dalam melatih samatha & vipassana secara bersamaan (cara III di atas), Buddha
menganjurkan kita untuk menggunakan metode yang sesuai tergantung situasi dan
kondisi kita [SN 46.53]. Buddha menjelaskan bila kita sedang diserang rasa
ngantuk, maka kita tidak seharusnya menggunakan metode meditasi yang bersifat
menenangkan batin--metode yang memicu kepada ketenangan, konsentrasi, dan
keseimbangan (definisi dari samatha). Buddha menyebutkannya sebagai metode yang
salah, dan memberikan perumpamaan--bagaikan seorang yang ingin membuat percikan
api tetapi menggunakan kayu yang basah untuk menyalakannya. Seterusnya, Buddha
menjelaskan bila seseorang sedang diserang rasa ngantuk, maka ia seharusnyalah
menggunakan metode meditasi yang bersifat menganalisa Dhamma, menimbulkan
energi, dan menghasilkan kegirangan di dirinya (definisi dari vipassana).
Inilah metode yang lebih sesuai. Karena metode ini akan mampu melawan langsung
rasa ngantuk.


Kemudian Buddha menjelaskan bila kita sedang dikuasai pikiran yang terlalu
aktif, maka kita tidak seharusnya menggunakan metode meditasi yang menganalisa
Dhamma, menimbulkan energi, dan menghasilkan kegirangan di dirinya. Lagi-lagi
Buddha menyebutkannya sebagai metode yang salah, dan memberikan juga
perumpamaan--bagaikan seorang yang ingin meredakan api tetapi malahan
menggunakan kayu yang kering. Seterusnya, Buddha menjelaskan bila kita sedang
dikuasai pikiran yang terlalu aktif, maka ia seharusnyalah menggunakan metode
meditasi yang bersifat menenangkan batin, yakni metode yang memicu kepada
ketenangan, konsentrasi, dan keseimbangan. Inilah metode yang lebih sesuai.
Karena metode ini akan mampu melawan langsung pikiran yang terlalu aktif.


<br><br>&quot;this Dhamma is compared to a raft, for the purpose of crossing
over, not for holding onto. You should let go even of Dhammas, to say nothing
of non-Dhammas.&quot; (Majjhima Nikaya 22)
http://groups.yahoo.com/group/Taman_Budicipta/message/2879
May these merits of mine lead me to the extinction of all defilements
May these merits of mine be conducive to my attainment of Nibbana
May all sentient beings obtain the share of my merits and be well and happy always. Sadhu3..

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menyeberangi arus dengan rakit tua
« Reply #2 on: 02 January 2009, 12:59:12 AM »
bsk baca ahh.. udah malem :P
appamadena sampadetha

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Menyeberangi arus dengan rakit tua
« Reply #3 on: 03 January 2009, 01:04:31 AM »
so.. be balance lagi.. bersikap adaptif dan fleksibel thdp tiap2 keadaan.. utk yg cenderung aktif ya dipasifkan dan sebaliknya. :)

nice post. GRP sent ;)

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: Menyeberangi arus dengan rakit tua
« Reply #4 on: 04 January 2009, 01:21:19 PM »
Nice Post..... kasih +

Offline DNA

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 126
  • Reputasi: 23
  • Dhamma Nan Agung
Re: Menyeberangi arus dengan rakit tua
« Reply #5 on: 31 December 2010, 07:43:34 PM »
IV. Dengan pandai mengendalikan keresahan batin yang terhalus yang menyangkut
Dhamma ini, ia kemudian meraih konsentrasi. Setelah itu jalur nibbana terbuka
dan ia menelusurinya.


Cara IV tidak menggunakan samatha maupun vipassana.
Cara IV yang tidak mencakup samatha ataupun vipassana juga tetap memerlukan konsentrasi.

dear teman2, adakah referensi sutta lain yg menguraikan lebih jelas lagi tentang cara IV ini?
May these merits of mine lead me to the extinction of all defilements
May these merits of mine be conducive to my attainment of Nibbana
May all sentient beings obtain the share of my merits and be well and happy always. Sadhu3..