Ada berbagai metode dalam kultivasi Sukhavati, selain dengan merenungkan keagungan dan tanda2 dan gambaran seorang Buddha Amitabha, bisa juga dengan pelafan. Pelafalan tentu tidak sebatas dalam ucapan, tetapi memfokuskan pikiran dlm 1 titik, yaitu sosok Amitabha Buddha. Selain itu, "efek" dari pemfokusan terus menerus akan menumbuhkan " kebiasaan" akan selalu mengingat seorang Buddha, sehingga memungkinkan akan terlahir di sukhavati.
Dari kalimat saya di atas, apakah ada yg bisa melihat korelasinya dengan, Buddhanusati, Samatha Bhavana, dan karma baik dari "KEBIASAAN" mengingat akan dhamma dlm sistem Abhidhamma?
sosok nya saja belum pernah dilihat...
mau disuruh berfantasi sampai dimana saudara edward?
jika merenungkan buddhanusati. disitu seorang yogi bisa membangkitkan saddha dimana seorang buddha tercerahkan.
dikarenakan "Dhamma-nya."
jadi bukan sekedar percaya buddha...tetapi "apa yang ditemukan buddha"
buddha dan dhamma itu tidak dapat dipisahkan....
tidak mungkin meng-Agung-kan "sesosok" yang tidak ada "apa-apa-nya"
buddha di agungkan karena menemukan Dhamma, dan Dhamma ada karena Buddha menemukan.
kalau samantha bhavana.....melafalkan nama itu memicu pikiran agar tidak lari dan konsentrasi ke objek awal...
tidak mungkin mencapai konsentrasi yang baik apabila "si penggerak" yg dipakai.
mengingat kebiasaan baik?....saya tidak melihat adanya perbuatan baik/buruk apabila seseorang mengucapkan "besok hari sabtu" selama 100x.
semua itu dari pikiran-nya.
salam metta.
Apakah ada salah satu dari kita ini yg pernah melihat secara langsung sosok Siddharta?
Buddha memank tidak dapat dipisahkan dengan Dhamma.Bukankah banyak terdapat tulisan dalam sutta/sutra bahwa ada banyak dunia laen dengan Buddha masing2? Ato jgn2 tulisan seperti itu hanya ada dalam sutra yah?
Lain lagi, bukankah kualitas semua buddha itu sama?
Dhamma ada dimana2, bahkan ada sebelum kedatangan Samyaksambuddha, rasanya lebih tepat jika dikatakan bahwa seorang Samyaksambuddha "hanya" memutar roda dhamma dengan menemukannya kembali dan membabarkannya kepada semua makhluk agar dapat menemui dhamma.
Saya rasa ada yg salah dengan anda pahami dalam pelafalan Amitabha.
Membiasakan diri untuk selalu fokus pikirannya dan merenungkan sosok Buddha tidak ada gunanya?
Kalau memank seperti ini "pakem" pemikiran anda, stament 1 n 2 sudah ditolak, tentu stament 3 sebagai akibat, udh pasti tidak relevan.
bro edward yang bijak,
tanpa melihat buddha, seseorang mampu mencapai tingkat kesucian....dikarenakan dhamma yang begitu
nyata."ada sebuah kisah seorang pemuda belum pernah melihat "buddha gotama" dan memanggil buddha gotama dengan sebutan "sahabat" pemuda tersebut mencapai tingkat kesucian dikarenakan mendengarkan dhamma yang
nyatatetapi bagaimana dengan pelafalan amitabha ?
sudah point jelas disitu,
anda katakan buddha semua sama, dan dhamma semua sama.
lalu "apa yang diajarkan buddha amitabha?"
penderitaan saja tidak ada di sana.
dengan demikian pertanyaan anda "apakah pernah melihat sosok siddharta?"
jawabannya. "tidak secara fisik"
tetapi melihat "4 kesunyataan mulia di sekarang merupakan penglihatan"
saya rasa kata buddha "barang siapa melihat dhamma, maka melihat buddha"
kalau amitabha?... liat ajaran dmana?
4 kesunyataan mulia? jalan beruas 8?....................
tahukah yang saya maksud kenyataan saat ini.
penderitaan
jika demikian saya bertanya dari awal
"apakah kelahiran merupakan suatu penderitaan?"
Penderitaan itu sebab atau akibat?
bro edward, pertanyaan ini saya tujukkan kepada anda...
"apakah menurut bro edward kelahiran merupakan suatu penderitaan?"saya menjelaskan tentang suatu gambaran (umum) apa?
anda menjelaskan tentang apa?
mengenai keyakinan,
klo seseorang atau anda melangkah bertindak karena (didahului) apa?
saat ada pengakuan kata-kata 'namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa.' itu mencerminkan apa?
saat ada pengakuan kata-kata 'aku berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha' itu mencerminkan apa?
apakah anda sudah berjumpa Buddha?
dengan sudah mengetahui, melihat pintu (pikiran) itu, apakah anda sudah dapat melihat 'keBuddhaan'?
apakah DHAMMA/kebenaran yang sesungguhnya?
apakah karma itu?
apakah mengalami kelahiran dan kematian yang berulang-ulang itu?
apakah anda sebelumnya sudah melihat 'Nibanna'?
apakah anda sudah mencapai arahat?
mengapa anda mengikuti jalan dan memegang teguh ajaran guru Buddha dan mencerminkan pengakuan sebagai umat/pengikut/murid?
apakah dengan pengajaran jalan umum sekarang yang dapat dimengerti oleh intelektualitas anda (sebagai bukti anda dapat menjelaskan dengan baik dan dapat melakukan) anda sudah tercerahkan, melihat dan berlaku segala sesuatunya apa adanya seperti Buddha/mereka yang tercerahkan melihat?
dan yang terakhir, apakah anda sudah mengalami semuanya itu? klo belum karena apa anda memiliki (memegang teguh) pengetahuan itu?
berbahagialah mereka yang belum melihat namun percaya.
(catatan : bisa berbeda makna tulisan jika seperti tendensi bung hendarko tulis "Berbahagialah orang yang percaya namun tidak melihat.", muncul ketidak-murnian pencerapan/pandangan karena apa?)
sebab seperti guru Buddha bilang :
Pada saat itu Yang Dijunjungi mengucapkan suatu gatha yang berbunyi :
Barang siapa melihat-Ku dalam wujud,
Barang siapa mencari-Ku dalam suara,
Dia mempraktekkan jalan menyimpang,
Dan tidak dapat melihat Hyang Tathagatha.
sesungguhnya dari kisah penjelasan kalimat diatas, sebenarnya kita sudah (pernah) melihat atau belum? apa yang membuat manusia tidak melihat atau terbatasi melihat?
teori saja, tindakan meraih apa yang belum terlihat, pengalaman-kebenaran kenyataan teori yang dinyatakan (sebagai pembelajaran untuk meraih/menuju hasil yang belum terlihat), jika menuju untuk mencapai hasil di depan belum terlihat itu karena apa?
good hope and love
coedabgf
saudara coedabgf yang bijak,
saya berjumpa dengan 4 kesunyataan mulia yang merupakan
kenyataan depan mata.
pertanyaan anda mengenai ini
apakah DHAMMA/kebenaran yang sesungguhnya?
apakah karma itu?
apakah mengalami kelahiran dan kematian yang berulang-ulang itu?
apakah anda sebelumnya sudah melihat 'Nibanna'?
apakah anda sudah mencapai arahat?
mengapa anda mengikuti jalan dan memegang teguh ajaran guru Buddha dan mencerminkan pengakuan sebagai umat/pengikut/murid?
ketika kita mempratekkan 4 kesunyataan mulia yang merupakan realita.....
semua pertanyaan ini tidak lah perlu lagi ditanyakan.......
mengapa?
karena akan membawa anda melihat hakekat magga dan phala....yakni berkurangnya "keinginan"
padam nya "keserakahan"
padam nya "kebencian"
padam nya "kebodohan" >>> ya salah satu jika tidak bisa melihat "penderitaan" dan beranggapan bahwa "kelahiran" bukan penderitaan.
mohon maaf, tetapi jika anda tidak mempratekkan jalan tersebut........
anda hanya akan menjadi penghitung sapi milik orang lain...yakni dengan berkata
"apakah anda telah mencapai tingkatan tertentu?
apakah anda pernah merealisasikan nibbana?
apakah anda pernah merealisasikan ini, itu , dsb-nya?
saya rasa disini kita semua belum mencapai apa-apa, mari belajar bersama-sama.
inilah pengucapan-pengucapan dimana biasanya dipakai seseorang yang belajar dhamma seperti menghitung sapi milik orang lain...
sehingga antara fantasi dan fakta sudah sulit dibedakannya.
=========================================================
jalani lah 4 kesunyataan mulia, dan anda temukan betapa banyak pula sisi menyedihkannya semua yang terbentuk ini...
dan ketika anda telah sampai pada tahap tertentu, semua ini sudah menjadi tidaklah ada apa-apa-nya.
pernah kah anda melihat realita kehidupan ini?
lalu apa yang menyebabkan "keinginan" melafalkan amitofo lagi?
jawaban nya ada disitu.
banyak berkah pada anda
salam metta.