Berarti pernyataan di bawah ini:
... FAKTA anatta hanya bisa ditembus dalam khanika-samadhi
juga merupakan opini pribadi?
Bukan opini pribadi, melainkan pengalaman pribadi
Pengalaman yg kita dapatkan dari meditasi tidak serta merta bisa diklaim sebagai kebenaran universal.
Seperti contohnya disini, Pak Hud mengklaim bahwa Khanika Samadhi dalam MMD adalah suatu 'Penembusan Anatta' (sebagai catatan, siapa saja yg sudah menembus anatta adalah seorang sotapanna alias orang suci/ariya sangha). Nanti akan sy bahas mengapa Kahnika Samadhi ini agak janggal jika dihubungkan dengan vipassana, apalagi jika dihubungkan dengan penembusan anatta.
Pertama, dasar pemikiran Pak Hud bahwa penyebab penderitaan kita semua adalah si AKU (pikiran). Mensinonimkan 'AKU = Pikiran' ini adalah suatu kefatalan, yg akan menyebabkan kesalahan tempuh jalan selanjutnya, yakni: berusaha menyingkirkan 'pikiran' ini (karena menganggap pikiran adalah AKU, si penyebab penderitaan). Usaha untuk menyingkirkan/memadamkan pikiran ini dapat kita lihat dari praktik yg mendasari MMD, yaitu: lihatlah apa adanya, tidak ada perbuatan baik dan buruk, sadari saja… meditasi dengan cara ini dilabeli dengan ‘tanpa usaha’ / ‘tanpa konsep’.
Dalam vipassana tradisionil, apapun metodanya, tetap ada pelabelan terhadap objek yg diawasi, ada pelabelan terhadap gerak-gerik batin. Dalam MMD, pelabelan ini ditiadakan, hanya sadari saja.
Sesungguhnya, apa yg terjadi ketika dalam proses mengamati gerak-gerik batin ini kita BERUSAHA (tidak berusaha) menghilangkan pelabelan terhadap setiap gerak-gerik batin tsb? Hasilnya adalah KOSONGNYA PIKIRAN (yg dikalim sebagai 'Padamnya Pikiran). Meditasi yg mengosongkan pikiran akan menimbulkan berbagai sensasi dengan cepat.
Apakah sensasi-sensasi ini yg kemudian di klaim sebagai Khanika Samadhi?
Nah, sekarang kita bahas mengenai Khanika Samadhi yg oleh para meditator MMD dipegang sebagai barometer ‘penembusan paham anatta’.
Apakah Khanika Samadhi tsb? Apa yg terjadi ketika kita dalam Khanika Samadhi? Apakah benar benar ketika Khanika Samadhi kita merealisasi anatta?
Berbagai pertanyaan tsb akan terjawab jika kita memahami perbedaan meditasi Samatha dan Vipassana. Dalam
meditasi Samatha, prosesnya: kita memegang teguh suatu objek sehingga dalam beberapa saat kita akan terlarut dengan objek tsb. Saat ‘larut’ tsb, tiada dualisme antara objek dan kita. Pada saat tsb, kekotoran batin tidak muncul (bukan hilang, hanya mengendap).
Ketika ‘saat’ tsb usai, kita kembali mengalami banyak objek, dan kekotoran batin kita kembali hadir. Oleh karena itu timbullah istilah: Keluar masuk Jhana.
Bagaimana dengan Vipassana? Pada Vipassana, kita melakukan pengamatan terhadap banyak objek, yakni faktor batin yg timbul dan lenyap silih berganti. Pertama-tama kita akan kesulitan dan banyak sekali batin yg timbul dan lenyap. Lama kelamaan batin yg timbul dan lenyap makin sedikit dan pemahaman kita bertambah akan ketidak kekalan segala sesuatu. Dengan bertambahnya pemahaman, otomatis kekotoran batin kita terkikis. Sehingga dalam Vipassana, tidak ada istilah ‘Keluar Masuk’, yang ada adalah:
Pengikisan Kekotoran Batin dan Peningkatan Panna. Artinya, ketika sesi meditasi selesai,
hasil yg telah direalisasi tidak lenyap, melainkan tetap ada.
Jika dirangkum:
Meditasi Samatha:
~ ada ‘Keluar Masuk’ konsentrasi
~ aLaDaM tidaklah permanen
Meditasi Vipassana:
~ tidak ada ‘Keluar Masuk’ konsentrasi
~ pengikisan LDM (peningkatan Panna) permanen
Sekarang kita lihat MMD:
~ ada saat
masuk ‘Khanika Samadhi’ (saat masuk ini ‘si meditator merealisasi ‘Anatta’)
~ ketika
keluar dari Khanika Samadhi, si meditator kembali seperti sedia kala (tidak merealiasi ‘Anatta’ dalam kesehariannya)
Dari defenisi diatas, saya simpulkan
MMD lebih condong ke Samatha, meditasi dilandasi ‘Mengosongkan Pikiran’ (meskipun diistilahkan ‘tanpa label’), sehingga akan timbul sensasi-sensasi kosmos yg disalahtanggapi sebagai ‘Khanika Samadhi’.
Jadi dapat dimengerti mengapa MMD hanya bisa cocok dengan sedikit sutta tertentu dan berlawanan dengan banyak sutta lainnya. Karena sudah ‘salah dari sono’nya sehingga bentrok dengan source-nya. Akibat yg timbul adalah, ‘Buah’ menyalahkan ‘Akar’nya. Ini ibarat agama tetangga yg pondasinya memang tidak kuat, sehingga setiap penemuan pengetahuan baru bentrok dengan alkitab.
Padahal, Vipassana sesungguhnya, adalah pengikisan kebodohan batin yg permanen secara bertahap.
Vipassana yg sejati tidak bertentangan dengan sutta manapun. Selalu sinkron dan saling mendukung. Vipassana yg asli dan semua sutta (termasuk Abhidhamma sutta) tidak pernah konflik, indah diawal, indah ditengah dan indah diakhir. Contohnya banyak sekali, dari zaman dahulu sd sekarang.
::