ya, tetapi bagi budis, ada orang yang bantu, maka disebut2 lah buda anu yang menolong, ga beda jauh dengan agama lain kalau ada yang bantu maka sosok agamanyalah yang disebut2 ikut campur tangan.
Buddha ada dalam diri setiap orang.
Amitabha tak berbeda dengan diri sendiri yang sejati,
tubuh diri sendiri adalah Maha Vairochana Tathagata,
Menara Pusaka Stupa Myoho Renge Kyo (Saddharmapundarika Sutra) dengan Sakyamuni, Prabhutaratna dan keempat Bodhisattva dari Bumi adalah hati diri sendiri dan setiap makhluk.
“Orang-orang dapat berkata bahwa para bodhisattva dalam sutra-sutra Buddhis tidaklah memiliki realita sejarah. Kita tidak dapat mengetahui kapan mereka terlahirkan dan kapan mereka meninggal. Namun kita tidak membutuhkan realita sejarah. Sebagai contohnya, kita tahu bahwa sifat sejati dari bodhisattva Avalokitesvara adalah cinta kasih dan cinta kasih adalah sesuatu yang NYATA di hidup ini. Tidaklah menjadi persoalan apakah Avalokitesvara itu pria atau wanita, berkulit hitam atau putih, seorang anak kecil atau politisi, jika cinta kasih ada di sana, maka sang bodhisattva ada di sana. Seorang sejarawan tidak dapat merenggut keyakinanku pada Avalokitesvara, karena aku tahu secara jelas bahwa CINTA KASIH adalah SESUATU YANG NYATA, yang memanifestasikan dirinya ke dalam wujud yang berbeda-beda.”(Ven. Thich Nhat Hanh, The Energy of Prayer)
Ada satu kisah dari Bhiksu Nichiren. Saat itu ada murid beliau yang sakit meminta doa dari beliau yang seorang Mahabodhisattva, yakin apabila bhiksu Nichiren yang mendoakan pasti penyakitnya akan sembuh. Nichiren tidak menolak mendoakannya, namun dengan tegas memintanya untuk jangan manja karena sebenarnya sraddha pada para Buddha Saddharmapundarika Sutra yang ada dalam hatinya sendirilah yang menyembuhkannya, bukan doa dari bhiksu Nichiren. Inilah yang dinamakan diri sendiri menang melawan penyakit.
The Siddha Wanderer