Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi > Mahayana

Xuan Zang, Bhikshu Tang San Zang Asli dalam Sejarah

<< < (2/6) > >>

seniya:
Ajaran Xuan Zang

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Xuan Zang tidak hanya mempengaruhi Cina melalui kisah perjalanannya yang menakjubkan dan penuh rintangan, melainkan juga dengan pemikiran dan ajaran beliau khususnya dalam pengaruhnya terhadap agama Buddha di Cina. Beberapa pokok ajaran Xuan Zang yang bisa kita baca dari bukunya Cheng Wei Shi Lun adalah sebagai berikut:
• Metode-metode ajaran Buddhis memerlukan logika
• Gagasan metafisik seperti sifat Kebuddhaan dan Tathagata-garbha (benih Kebuddhaan dalam semua makhluk) dapat mengaburkan makna ajaran dasar Buddha.
• Yang Mutlak dalam agama Buddha, seperti Kedemikianan dan dharma yang tidak berkondisi, adalah tidak nyata, melainkan hanyalah ciptaan konseptual secara bahasa.
• Hanya apa yang bersifat sementara dan menghasilkan akibat yang dapat terlihat adalah "nyata" (dravya); "nyata" ini berlawanan dengan "tidak nyata" atau "nominal" (prajnapti).
• Kemungkinan pencapaian spiritual seseorang dibentuk oleh kombinasi benih karma yang melekat dan yang diperoleh yang selanjutnya harus diupayakan agar dapat berbuah.
• Tidak ada pertentangan antara ajaran Madhyamika dan Yogacara.

Buku Cheng Wei Shi Lun merupakan buku ensiklopedia tentang ajaran Yogacara dan perdebatannya dengan sesama aliran Yogacara maupun non-Yogacara. Di dalamnya terdapat diskusi tentang 8 kesadaran, 100 dharma, 3 karakteristik, hukum sebab musabab, dan 5 langkah menuju Kebuddhaan, serta juga berbagai topik lain yang menjadi perhatian umat Buddha di India dan Cina pada abad ke-7.

Istilah Tathagata-garbha tidak ditemukan dalam Cheng Wei Shi Lun karena dalam bukunya Xuan Zang berusaha menolak gagasan Tathagata-garbha (yang menjadi alasan para rivalnya seperti Fazang menyerang ajaran Xuan Zang). Ajaran Tathagata-garbha menggunakan perumpamaan untuk membandingkan sifat murni dan tidak berkondisi dari Tathagata-garbha dengan ruang angkasa yang tidak terbatas menjangkau ke mana-mana dan tidak menghalangi maupun dihalangi oleh apa pun. Cheng Wei Shi Lun berargumen bahwa ruang angkasa merupakan ciptaan mental yang dihasilkan oleh kebiasaan membayangkan gambaran ruang yang pernah didengar seseorang. Semua dharma yang tidak berkondisi juga merupakan ciptaan khayal dari bahasa kita, termasuk Tathagata-garbha dan sinonimnya Kedemikianan (Tathata). Bagi kebanyakan pengikut Buddhis, Kedemikianan merupakan gagasan metafisik, realitas tertinggi yang hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang telah mencapai Pencerahan. Chen Wei Shi Lun menyebutkan: "Dharma-dharma yang tidak berkondisi semuanya adalah rekaan nama (prajnapti) yang dibangun di atas dasar Kedemikianan dan Kedemikianan juga adalah istilah rekaan.... Kami tidak sama seperti aliran lain (yang mengakui) bahwa selain dari bentuk jasmani, pikiran, dst, terdapat dharma yang nyata dan kekal yang disebut Kedemikinan. Alih-alih, (kami mengatakan) dharma-dharma yang tidak berkondisi sesungguhnya bukan hal yang nyata."

Chen Wei Shi Lun membedakan 3 tingkat kenyataan: (1) yang sama sekali salah dan tidak nyata, yang termasuk khayalan logika, kesadaran yang salah (misalnya halusinasi), dst. (2) khayalan nominal yang merupakan ciptaan konseptual bahasa yang disalahartikan sebagai sesuatu yang nyata. Ia adalah pedang yang bermata ganda,karena khayalan ini dapat membuat orang-orang percaya dan terikat pada hal-hal yang tidak nyata, namun khayalan dari ajaran Buddhis (seperti konsep Kedemikianan) dapat membebaskan orang-orang dari khayalan ini sepenuhnya. (3) Kenyataan yang didefinisikan sebagai bersifat sementara, dihasilkan oleh sebab dan kondisi, dan menghasilkan hal-hal yang dapat diamati. Dengan demikian, hal-hal yang kekal dan tidak dapat diamati adalah tidak nyata, seperti konsep Ketuhanan dan Kedemikianan, sedangkan momen dari persepsi indra yang disadari adalah nyata. Ketiga jenis kenyataan ini lebih jauh disebut sebagai kebenaran konvensional (samvrti-satya). Apa yang merupakan kebenaran mutlak (paramartha-satya) merupakan aliran dari kondisi-kondisi sementara yang saling bergantungan (paratantra).

Ajaran Tathagata-garbha, terutama seperti yang dirumuskan oleh penerjemah Paramartha, menganggap pikiran sebagai yang nyata, yang tertinggi, penyebab eternal segala sesuatu, yang menyadari apa yang membentuk Pencerahan. Cheng Wei Shi Lun dengan tajam membedakan penggunaan istilah "hanya kesadaran" dan "hanya pikiran" dari gagasan ini. "Untuk mengatasi keterikatan terhadap pandangan bahwa di luar pikiran dan kondisi mental yang sejenis (citta caitta) terdapat objek-objek yang nyata, kami mengatakan bahwa hanya kesadaran yang ada. Jika anda terikat pada 'hanya kesadaran' sebagai sesuatu yang benar-benar ada, itu tidak ada bedanya dengan terikat pada objek indera luar, yaitu hanyalah keterikatan pada dharma lainnya," tulis Xuan Zang. Objek-objek luar ditolak untuk dapat fokus pada kenyataan bahwa apa yang diketahui secara langsung terjadi hanya dalam kesadaran; bahwa kita yang terjebak dalam cermin khayal ini adalah masalah, bukan solusi. Menghancurkan pendekatan epistemologi ini dengan mengubah kesadaran menjadi "pengetahuan langsung" (jnana) merupakan tujuan ajaran Xuan Zang.

Dengan menyatakan bahwa setiap arus kesadaran memiliki benih yang telah menyatu dengannya tanpa awal dan juga benih yang diperoleh dari pengalaman baru (yaitu yang alamiah dan hasil pengaruh luar), Cheng Wei Shi Lun menyebut adanya lima gotra atau keluarga dalam ajaran Yogacara. Benih yang telah menyatu tersebut menentukan kemungkinan ajaran yang diikuti seseorang. Tiga gotra pertama berdasarkan 3 jenis Pencerahan dalam agama Buddha, yaitu Arhat atau Sravakabuddha (seseorang yang dapat mencapai Pencerahan dengan belajar ajaran Buddha), Pratyekabuddha (seseorang yang mencapai Pencerahan tanpa bantuan orang lain dengan memahami hukum sebab musabab), dan Bodhisattva (seseorang yang mencapai Pencerahan melalui jalan Mahayana), ditambah dengan kelompok yang tidak tentu jalan Pencerahan-nya (aniyata) dan kelompok yang tidak memiliki potensi spiritual (agotra). Setiap gotra memiliki beberapa benih Pencerahan, tetapi tidak semuanya dan dengan demikian tingkat Pencerahan mereka ditentukan berdasarkan hal ini. Arhat memiliki paling sedikit, Bodhisattva paling banyak, dengan Pratyekabuddha di antara keduanya. Mereka yang memiliki benih Pencerahan yang penuh dapat menjadi Buddha. Kontroversi ajaran ini adalah penyebutan adanya golongan yang tidak memiliki benih Pencerahan dan oleh sebabnya tidak dapat mencapai Pencerahan. Ini jelas bertentangan dengan gagasan Buddhis yang terdapat dalam Nirvana Sutra dan sutra lainnya bahwa sifat Kebuddhaan adalah universal sehingga semua makhluk dapat mencapai Pencerahan. Tidak ada ajaran Cheng Wei Shi Lun yang ditentang keras oleh para lawannya selain ajaran ini.

NB: Tentu saja maksud dimasukkannya ajaran Xuan Zang di sini bukan untuk memperdebatkan apakah ajaran tersebut benar atau sesuai dengan ajaran Buddha pada umumnya, melainkan hanya sebagai pelengkap guna menambah wawasan kita tentang pengetahuan dan kejeniusan Xuan Zang, seorang penerjemah kitab suci Buddhis yang terkemuka pada zamannya (bahkan salah satu terjemahan beliau yang sering digunakan umat Buddha Mahayana adalah Prajna Paramita Hridaya Sutra). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang ajaran Yogacara secara umum yang menjadi dasar ajaran Xuan Zang ini, silakan dilihat di http://en.wikipedia.org/wiki/Yogacara

seniya:
Peta Perjalanan Xuan Zang dari Cina ke India



Sumber:

1. Journey to the West - History (The True Story of Xuan Zhuang) (http://www.vbtutor.net/Xiyouji/history.htm)
2. Buddhist Pilgrimage Part I.5 Record of the Western Worldby Hsuan Tsang oleh Chan Khoon San
3. Major Thinkers of the Eastern World: Xuan Zang oleh Ian McGreal

Edward:
mau tanya donk...
artikel ini kumpulan kutipan dari sumber2 tersebut yah?
soalny banyak bgt istilah dan informasi baru yg kurang mengerti..
1. pada masa abad 5 dikatakan ada banyak sekali aliran, dan mahayana sudah berdiri sendiri. seperti apakah aliran mahayana pada zaman tersebut?
2. rasanya ada yg kurang kronologis dari timeline-nya, terutama pada  bagian

--- Quote ---Dari Ajanta ia berjalan ke Valabhi sekitar tahun 641 melalui Bharoch, Malava, dan Kachha. Valabhi merupakan ibukota kerajaan Maitraka di Gujarat dan sebuah pusat belajar dan perdagangan. Menurut Xuan Zang:

"Di sini terdapat sekitar seratus keluarga yang memiliki kekayaan seratus lakh (juta). Barang-barang yang langka dan berharga dari daerah-daerah yang jauh disimpan di sini dalam jumlah besar."

Ia mengunjungi sebuah vihara besar di mana dua orang guru Mahayana terkemuka, Sthiramati dan Gunamati pernah tinggal dan menulis kitab ulasan mereka. Berjalan ke arah barat, ia melewati Surashtra dan Gurjjara sebelum tiba di Ujjain (Ujjeni), ibukota Avanti. Di sini terdapat banyak vihara, tetapi kebanyakan hancur dan hanya terdapat 300 bhikshu tersisa. Berjalan ke barat, ia melintasi Sindhus di mana ia menyaksikan beberapa ratus vihara yang didiami oleh beberapa puluh ribu bhikshu aliran Sammatiya. Kemudian berjalan ke utara dan menyeberangi sungai Indus, ia tiba di Multan. Di sini umat Buddha dan para bhikshu sedikit. Terdapat 10 vihara, semuanya dalam reruntuhan. Pada titik ini Xuan Zang memutuskan untuk kembali ke Nalanda karena ia telah mengunjungi kebanyakan tempat suci Buddhis di India.

Kembali ke Nalanda, Xuan Zang menghabiskan waktunya mempelajari ajaran Mahayana dan ikut serta dalam debat filosofi. Setelah memperoleh pengetahuan agama Buddha yang cukup, ia berpikir untuk kembali ke tanah kelahirannya dan menyebarkan ajaran baru tersebut. Raja Assam, Kumara-raja, mendengar tentang kemampuan guru Cina tersebut dan mengundang Xuan Zang ke ibukotanya Kamarupa pada tahun 634. Saat Xuan Zang berada di Kamarupa, sang raja mendapat perintah dari raja atasannya, Raja Harsha Vardhana, untuk membawa sang bhikshu untuk menemuinya di Kajinghara, sebuah negeri kecil di tepi sungai Gangga. Saat pertemuan tersebut, keduanya menjalin hubungan yang dekat.

--- End quote ---

mohon penjelasannya...thx

seniya:

--- Quote from: Edward on 02 March 2010, 10:29:31 AM ---mau tanya donk...
artikel ini kumpulan kutipan dari sumber2 tersebut yah?
soalny banyak bgt istilah dan informasi baru yg kurang mengerti..
1. pada masa abad 5 dikatakan ada banyak sekali aliran, dan mahayana sudah berdiri sendiri. seperti apakah aliran mahayana pada zaman tersebut?

--- End quote ---

Ya, benar, berasal dari sumber2 tsb dan sumber2 tsb bs di-googling kok.....
Maksudnya nama alirannya ya? Kalau nama alirannya antara lain Madhyamika dan Yogacara, bahkan Bhikshu Silabhadra, kepala universitas Nalanda, kemungkinan adalah seorang dari aliran Yogacara karena dikatakan beliau menguasai kitab Yogacara-bhumi-sastra dan mengajarkan Xuan Zang isi dan maknanya. Juga sudah ada pemujaan terhadap Bodhisattva seperti Tara dan Avalokitesvara seperti kutipan berikut:


--- Quote ---Pataliputta (Patna), ibukota kerajaan Magadha selama masa Raja Asoka sedang dalam kemunduran. Di sana terdapat 50 vihara dengan sekitar 10.000 bhikshu, kebanyakan beraliran Mahayana. Di kota tua tersebut Xuan Zang melihat ratusan vihara, stupa dan kuil dewa tinggal reruntuhan. Xuan Zang juga mengunjungi vihara Kukkutarama yang dibangun oleh Raja Asoka, namun bangunannya telah runtuh dan hanya tinggal fondasi dinding yang tersisa. Berjalan ke selatan, ia melewati vihara Tiladaka di mana para sarjana dan cendikiawan datang untuk belajar agama Buddha. Di dalam salah satu bangunannya ia melihat patung Tara dan Avalokitesvara didirikan di samping patung Sang Buddha, yang menandakan pengaruh Tantra dalam agama Buddha.

--- End quote ---


--- Quote from: Edward on 02 March 2010, 10:29:31 AM ---2. rasanya ada yg kurang kronologis dari timeline-nya, terutama pada  bagian

--- Quote ---Dari Ajanta ia berjalan ke Valabhi sekitar tahun 641 melalui Bharoch, Malava, dan Kachha. Valabhi merupakan ibukota kerajaan Maitraka di Gujarat dan sebuah pusat belajar dan perdagangan. Menurut Xuan Zang:

"Di sini terdapat sekitar seratus keluarga yang memiliki kekayaan seratus lakh (juta). Barang-barang yang langka dan berharga dari daerah-daerah yang jauh disimpan di sini dalam jumlah besar."

Ia mengunjungi sebuah vihara besar di mana dua orang guru Mahayana terkemuka, Sthiramati dan Gunamati pernah tinggal dan menulis kitab ulasan mereka. Berjalan ke arah barat, ia melewati Surashtra dan Gurjjara sebelum tiba di Ujjain (Ujjeni), ibukota Avanti. Di sini terdapat banyak vihara, tetapi kebanyakan hancur dan hanya terdapat 300 bhikshu tersisa. Berjalan ke barat, ia melintasi Sindhus di mana ia menyaksikan beberapa ratus vihara yang didiami oleh beberapa puluh ribu bhikshu aliran Sammatiya. Kemudian berjalan ke utara dan menyeberangi sungai Indus, ia tiba di Multan. Di sini umat Buddha dan para bhikshu sedikit. Terdapat 10 vihara, semuanya dalam reruntuhan. Pada titik ini Xuan Zang memutuskan untuk kembali ke Nalanda karena ia telah mengunjungi kebanyakan tempat suci Buddhis di India.

Kembali ke Nalanda, Xuan Zang menghabiskan waktunya mempelajari ajaran Mahayana dan ikut serta dalam debat filosofi. Setelah memperoleh pengetahuan agama Buddha yang cukup, ia berpikir untuk kembali ke tanah kelahirannya dan menyebarkan ajaran baru tersebut. Raja Assam, Kumara-raja, mendengar tentang kemampuan guru Cina tersebut dan mengundang Xuan Zang ke ibukotanya Kamarupa pada tahun 634. Saat Xuan Zang berada di Kamarupa, sang raja mendapat perintah dari raja atasannya, Raja Harsha Vardhana, untuk membawa sang bhikshu untuk menemuinya di Kajinghara, sebuah negeri kecil di tepi sungai Gangga. Saat pertemuan tersebut, keduanya menjalin hubungan yang dekat.

--- End quote ---

mohon penjelasannya...thx

--- End quote ---

Thx, atas ketelitian dan koreksinya, angka tahun yang kedua seharusnya 643 bukan 634 (salah ketik). Sayang saya tidak tahu bagaimana mengedit post saya sebelumnya di atas atau mungkin tidak bisa diedit oleh member biasa ya?

Edward:
Maksudnya, pada saat tersebut, dikatakan ada aliran mahayana, theravada, yogacara, mulastarvida dan lain-lain, yang kita tahu saat ini, hanya ada mahayana,theravada dan tantra(termasuk mahayana).Nah, apakah pada saat itu, semua aliran tersebut berdiri sendiri?

Saya pernah menonton acara discovery channel yang melalukan penelitian dan tilas mengenai perjalanan bhiksu Xuan Zhuang. Dikatakan bahwa,perjalanan melintasi jalur sutra pada saat itu dengan sendiri memang sangat sulit dan hampir mustahil untuk dilakukan.

NB :Fitur modify hanya bisa dilakukan oleh member biasa kurang lebih 30 menit setelah dilakukan post...Jadi saya yg modify yah.. ;)

Saya sticky yah...Artikel mangstab neh :jempol:

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

[*] Previous page

Go to full version