Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi > Pure Land / Tanah Suci

Cara Membaca Mantra agar Efektif

(1/4) > >>

hengki:
Tulisan jimat adalah sebuah bentuk sihir kuno dalam Taoisme, mirip dgn pengucapan Mantra dlm Agama Buddha. Jika org yg dianggap ahli dlm membuat simbol2 jimat tdk tahu bagaimana melakukannya dgn benar, maka makhluk halus akan mentertawakannya. Ada rahasia dlm menulis jimat supaya bisa efektif. Kuncinya adalah jgn memunculkan pikiran apapun.
Prinsip yg sama berlaku dlm Pengucapan Mantra. Beberapa org mampu secara efektif membaca Mantra. Misalnya, Air Welas Asih Agung, yg dimurnikan dgn pembacaan Mantra Welas Asih Agung/ Ta Pei Cou, bisa sangat efektif bg sebagian org, dan tdk efektif sama sekali bg org lain. Mengapa? Yg pertama tdk memiliki satu pikiran pun yg berkeliaran dr awal sampai akhir. Jika pd saat pembacaan ada satu pikiran yg muncul, Mantra akan menjadi tdk efektif. Oleh krn itu, semakin panjang Mantra, semakin sulit utk berhasil memanjatkannya. Mantra Surangama bisa sangat efektif. Namun cuma sedikit org yg mampu membacanya secara efektif. Mengapa? Kebanyakan org memiliki byk pikiran yg berkeliaran saat membaca Mantra. Dan cuma dibutuhkan satu pikiran yg berkeliaran utk membuat pengucapan Mantra kita tdk efektif.
Hal yg sama berlaku dlm pembacaan Sutra. Jika kita membaca satu kali Sutra Kehidupan Tanpa Batas tanpa adanya pikiran yg berkeliaran, itu hebat sekali!
Dr sini kita tahu bhw semakin pendek Mantra maka semakin mudah kita melafalkan dan memusatkan perhatian padanya. Membaca Namo Amitofo, jika kita msh beranggapan bhw ini jg msh terlalu panjang. Guru Lian Qi mengajarkan kita utk membaca "AMITOFO" saja. Jika membaca ini tanpa satu pikiran apapun, maka pembacaan itu akan efektif. Hal itu sama seperti mengirim telegram kpd Buddha Amitabha dan diterima olehNya. Namun jika menambahkan satu pikiran yg berkeliaran, Buddha Amitabha tdk akan bisa menerima pesan itu dan tdk akan memberikan tanggapan.

Sumber : Seni Mengubah Nasib. Empat Ajaran Liao Fan. Ulasan oleh Master Chin Kung

maitri88:
Bro Hengky , apakah anda masih aktif di DC . Saya ingin bertanya kepada anda sehubungan posting anda.

salam metta

Wibawa Utama:
Saya adalah seorang pembaca buku bukan praktisi.

Saya setuju dengan postingan ini.

Menurut pendapat Patriark Ou-i (1599 – 1655) yang saya kutip dari:

Bab Essence of The Sutra dari kitab Mind-Seal Of The Buddhas. Patriarch Ou-i’s Commentary On The Amitabha Sutra,
penerjemah J.C. Cleary,  penerbit Sutra Translation Committee of  the United States and Canada, 1997. Judul asli 阿 彌 陀 经 要 解  (ā-mí-tuó jīng yào-jiě).

Agar pembacaan mantra bisa efektifl diperlukan:

1. Keimanan (Ketetapan hati / faith).
2. Ikrar.
3. Praktek.

Karena setiap aliran atau metoda (mantra) merupakan suatu keupayaan, yang diadaptasikan untuk sasaran audiens tertentu, masing-masing aliran adalah sempurna dan lengkap untuk orang atau kelompok orang tertentu dalam waktu tertentu.

Didalam buku yang sama terdapat pendapat D.T Suzuki sebagai berikut:

"Teologi Buddhis memiliki teori sempurna menyeluruh untuk menjelaskan
bermacam-macam jenis pengalaman dalam Buddhisme, yang tampaknya sedemikian
bertentangan satu sama lain. Sesungguhnya sejarah Buddhisme Tiongkok
merupakan sederetan usaha-usaha mendamaikan beraneka-ragam aliran-aliran ...
Berbagai cara penggolongan dan rekonsiliasi ditawarkan, dan ... kesimpulan
mereka adalah sebagai berikut: Buddhisme menyediakan begitu banyak 
gerbang-gerbang untuk masuk kedalam kebenaran akibat dari sedemikian
beragamnya karakter, temperamen dan lingkungan manusia dikarenakan aneka
jenis karma. Hal ini secara gamblang digambarkan dan diajarkan Sang Buddha
sendiri ketika beliau mengatakan bahwa air yang sama yang diminum oleh
seekor sapi dan ular kobra menghasilkan dalam satu sisi susu yang
menyehatkan dan disisi lain menjadi racun yang mematikan, dan bahwa obat-
obatan haruslah diberikan sesuai dengan penyakitnya. Ini dinamakan doktrin
Upaya ([skillful]means) ... (The Eastern Buddhist, Vol.4, No.2, p.121.)"

Pendapat D.T Suzuki ini bermakna bahwa kita cukup memilih salah satu metoda
atau mantra saja yang kita anggap cocok untuk diri sendiri atau kelompok.

Mengenai keadaan pikiran ketika membaca mantra, berikut adalah kutipannya dari buku yang sama.

"Penglafalan dengan pikiran lurus. Konsep ini difahami dalam dua cara. Bagi Patriark Chih-i, Suhu Ou-i dan lainnya dari tradisi T'ien-t'ai, Zen dan Avatamsaka, ini setara dengan pemusatan pikiran dan samadi. Bagi Patriark Surga Barat (Pure Land) seperti Tao-ch'o dan Shan-tao, difihak yang lain, ini merujuk kepada penglafalan dengan keimanan tertinggi terhadap Buddha Amitabha dan Surga Barat. Walaupun kedua konsep pada pokoknya sama (seseorang tidak bisa menglafalkan dengan keimanan tertinggi tanpa masuk kedalam keadaan pikiran yang terpusat atau keadaan samadi) perbedaan ini bisa berguna dan berkeupayaan banyak bagi praktisi-praktisi pemula."

Saya sendiri sudah terbiasa dari kecil dengan mantra

Ná    Mó  Guān   Shì    Yīn   Pú   Sà   Mó   Hē    Sà
南  無 觀  世 音 菩 薩 摩 訶 薩
Lam  Bu  Kwan   Si     Im   Poo  Sat   Mo   Ho    Sat.

karena diajarkan oleh guru agama disekolah dasar dahulu dan mungkin sudah
tertanam dibawah sadar sedangkan kakak saya lebih senang mengucapkan

Omituofo
阿 彌 陀 佛
Omitohud.


CMIIW


maitri88:
Terima kasih atas posting bro Hengki dan bro Wibawa Utama...., saya juga setuju dengan pembabaran anda berdua.
Di sini saya hanya ingin menambahkan sedikit sebagai pelengkap dari pembabaran anda berdua.
Dalam Buddha Dharma disebutkan bahwa pikiran adalah sang pemimpin, sang pelopor. Segala sesuatu didahului oleh pikiran dan segala sesuatu sebetulnya diciptakan oleh pikiran. Pikiran merupakan salah satu bagian dari batin (nama), atau lengkapnya batin itu terdiri dari perasaan (vedana), sanna (pencerapan) , sankhara (bentuk bentuk pikiran/pikiran), dan vinnana (kesadaran).  Seperti Tanah Suci Sukhavati diciptakan oleh kekuatan batin/pikiran dari Amitabha Buddha.
Dalam Fisika Quantum dikatakan pikiran memancarkan gelombang gelombang energi yang memancar ke alam semesta. Semakin kuat konsentrasi pikiran itu, semakin besar gelombang energi yang dipancarkan.
Demikian pula pada saat kita membaca mantra atau melafalkan nama nama Buddha dan Bodhisattva...dengan pikiran terpusat /dengan konsentrasi , maka gelombang energi pikiran kita akan memancar dan menuju kepada para Buddha dan Bodhisattva tsb, sehingga Para Buddha dan Bodhisattva akan menerimanya/mendengarnya dan mereka akan memancarkan balik gelombang gelombang energinya yang berisi power spriritual yang akan membantu atau memberi pertolongan /berkah kepada kita. Dan power energi dari para Buddha ini mempunyai kekuatan luar biasa , di atas penalaran kita (bekerja secara ajaib dan bersifat suci), dan semakin banyak kita membaca mantra/melafal nama Buddha (dengan konsentrasi terpusat/bukan dengan pikiran berkeliaran) , maka power energi yang kita terima semakin besar.
Saya juga membaca mantra Buddhis  sejak lama, sejak remaja ( puluhan tahun yang lalu)
bersambung....

maitri88:
Pada waktu masih remaja, saya masih bodoh..., belum banyak mengerti, saya membaca mantra hanya membaca mantra saja, tidak saya resapi dan kadang pikiran kurang konsentrasi. Akan tetapi dengan bertambahnya usia, saya mulai banyak mempelajari Buddha Dharma, banyak membaca naskah naskah Buddhis, sehingga saya lebih banyak mengerti.
OLeh karena itu kalau saya membaca mantra mantra Buddhis adalah sbb :

1. Saya membaca mantra Buddhis dan saya mengerti artinya. Saya selalu  mencari terjemahan artinya dulu, kemudian saya hapalkan, sehingga
    konsentrai saya tidak buyar karena kalau tidak hapal harus membaca buku, mata tidak bisa dipejamkan, pikiran kurang terpusat, tidak bisa
    mencapai kondisi samadhi.
2. Saya meresapi dan menghayati dan saya yakini (dengan iman) artinya dan saya raskan dalam batin saya, makna tiap kata dari mantra Buddhis
    yang saya lafalkan.
3. Pikiran saya terpusat, penuh konsentrasi (tidak memikir yang lain) dan setelah banyak kali membaca saya merasakan adanya pithi (kegiuran),
    batin menjadi bersih penuh metta (cinta kasih) dan karuna (belas kasihan) dan timbul sukha ( kebahagiaan) akan tetapi belum mencapai ekagatha
    ( konsentrasi terpusat , sampai tidak menyadari lingkungan sekitar, katanya walaupun ada petir meledak di sebelah kita, kita tidak akan
    mendengar).
bersambung.....

Navigation

[0] Message Index

[#] Next page

Go to full version