//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Rico Tsiau

Pages: 1 ... 122 123 124 125 126 127 128 [129] 130 131
1921
Diskusi Umum / Re: saya telah mengerti dharma...
« on: 16 September 2011, 09:34:15 AM »
saudara pengemis, menurut anda karma adalah apa jika dia tidak menjadi primadona penentu segala kondisi kita. maksud saya lepas dari pembahasan bahwa sang buddha terlepas dari semua karmanya.
atau boleh saya katakan juga bahwa sang buddha terlepas dari karmanya juga karena karmanya sendiri? dan apakah persepsi ini salah?

begini bukankah kelahiran kita sekarang ini juga berkat karma kita di masa lampau?
terlahir cacat, tidak cacat, miskin kaya, tampan cantik jelek, dll bukankah itu kondisi atas sebab akibat karma kita?

seperti yang saya bilang sebelumnya, mungkin saya salah memahami dan mengerti dhamma mengenai karma. untuk itulah saya bertanya.

mohon bimbingan dari saudara pengemis.

1922
Diskusi Umum / Re: Dimanakah Nibbana? di OTAK KANAN..!!
« on: 15 September 2011, 04:28:00 PM »
pidionya gak muncul om...

tapi tolong kalo gak muncul, kasih link juga boleh lah...

1923
Diskusi Umum / Re: Alam Surga bisa bertambah atau berkurang ?
« on: 15 September 2011, 03:14:56 PM »
pertanyaan yang ditanyakan ts adalah pertanyaan sia - sia, karena tidak ada yang bisa menjawabnya dan dan walaupun dijawab kebenarannya  tidak bisa dibuktikan. pengemis mengembalikan pertanyaan ini kepada ts untuk direnungkan sendiri dan menjawab sendiri, karena pertanyaan yang ditanyakan adalah sia sia belaka dan tidak berguna

saya setuju.

1924
Diskusi Umum / Re: saya telah mengerti dharma...
« on: 15 September 2011, 03:09:05 PM »

tidak berkondisi adalah ketika saudara melakukan kebaikan dengan kesadaran penuh.... adakalanya orang2 melakukan kebaikan karena karma dia untuk melakukan kebaikan saat itu.. dan memperoleh pahala.. tidak terkondisi tidak demikian dengan pikiran terpusat dan sadar penuh akan apa yang dilakukan ia terlepas dari kondisi karma untuk melakukan perbuatan(baik ataupun buruk) melakukan kebaikan dengan tujuan orang tersebut atau makhluk tersbut mendapat jalan terang dan mampu mengerti dharma sang Buddha walaupun sedikit, apapun bentuknya kebaikannya ia dengan bijak tahu bahwa jika ia berbuat ini maka orang ini akan mampu memperoleh pengetahuan akan dharma walaupun sedikit... tujuan yang paling baik adalah membimbing orang mengerti dharma...
perbuatan tidak berkondisi biasanya cuma dilakukan oleh orang2 yang bijak.. oleh karena itu saudara harus berlatih
Buddha menunjukkan kesaktiannya hanya agar orang tersebut mengerti dharma, Beliau tidak menunjjukannya untuk pamer...


sangat mendalam pembahasannya.
terus terang saya kurang mengerti, tapi akan coba saya selami lebih dalam tulisan diatas.
dan alangkah bahagianya saya jika saudara pengemis mau merepotkan diri untuk saya dan mau meluangkan waktu saudara yang berharga untuk mengurai pemahaman ini lebih terperinci namun sederhana.

namun pada kesempatan ini ada satu hal lagi yang membuat saya tertarik atas kata anda mengenai takdir nasib.
menurut saudara pengemis, apa hubungan takdir dan karma. apakah takdir nasib merupakan kondisi atas karma?
dan apakah takdir itu memang ada dan terkondisi pada kehidupan kita?
sepemahaman saya yang dangkal, bukankah karma penentu segalanya? karmalah yang mengkondisikan segala sesuatu. jadi takdir disini maksudnya apa? atau apakah pemahaman saya salah mengenai karma?

maaf pertanyaan saya banyak sekali.

mohon bimbingannya, dan terima kasih telah menjawab pertanyaan saya.

 _/\_ _/\_

1925
Diskusi Umum / Re: saya telah mengerti dharma...
« on: 15 September 2011, 10:56:41 AM »
terima kasih juga saudara pengemis

tidak terkondisi, apakah bisa diartikan tiada pamrih?
dalam arti kata melakukan perbuatan hanya karena perbuatan itu sendiri, tanpa mengharapkan, menginginkan, dan mengetahui akan imbalan kamma baik atau buruk.
misal saya berdana, saya tentu berpikir bahwa dengan berdana saya telah melakukan kamma baik dan tentu saja akan memperoleh balasan yang baik. itukah terkondisi?
namun saya berdana, hanya karena ketulusan welas asih dengan tidak menyadari, mengetahui, mengharapkan, menginginkan kamma baik. itukah tidak terkondisi?

mohon bimbingannya.
 _/\_ _/\_

1926
Diskusi Umum / Re: saya telah mengerti dharma...
« on: 15 September 2011, 10:02:31 AM »
menarik..

saya ingin belajar dharma lebih dalam. ini serius, saya mengenal ajaran sang buddha hanya dari buku dan artikel.
dan tentu saja disekolah, sebatas pemahaman berdasarkan kurikulum.

mohon berikan wejangan dharma anda mengenai kehidupan dan kematian seperti yang anda katakan diatas.
juga nasib takdir? terkondisi dan tidak terkondisi. apa maksudnya.

saya mau bertanya, masalahnya saya tidak tau harus bertanya apa (betapa bodohnya saya)
bukankah lebih bijak jika anda memberikan/atau membabarkan dhamma pada saya apapun itu.

 _/\_ _/\_

1927
Pada masa Buddha berusia 49 tahun, bukannya media kertas/kanvas belum ada di daerah Asia Selatan ya?

point yang tepat untuk di pertanyakan.

1928
sepemahaman saya

Tumbuhan dalam konsep ajaran Buddha bukan merupakan mahluk hidup tapi sebagai benda hidup.
Artinya, tumbuhan memang hidup dari makanan dan pengaruh suhu udara seperti halnya mahluk hidup, namun tumbuhan tidak memiliki niat untuk melakukan sesuatu yang dimiliki oleh mahluk hidup.
Karena tidak memiliki niat atau kehendak, tumbuhan tidak melakukan kamma sehingga tumbuhan tidak terlibat dalam proses tumimbal lahir.

so membunuh tumbuhan contoh sayur, rumput, dll tidak dikategorikan sebagai perbuatan karma buruk. apalagi sayur yang jelas untuk konsumsi.
terkecuali anda yang demi kepentingan dan keuntungan pribadi dan atau suatu golongan lantas membunuh tumbuhan dalam skala besar, misal pembabatan/pembakaran hutan lindung yang berakibat pada penderitaan makhluk hidup lainnya, manusia yang terkena dampak banjir, binatang-binatang hutan yang mati dan kehilangan habitat karenanya, dll
namun dalam hal inipun membunuh tumbuhan (pohon, hutan) tidak lah berkarma buruk (kan yang dibunuh tumbuhan), tapi akibat yang timbul dari pembunuhan terhadap pohon/hutan itulah karma anda. so bukan karena pembunuhan (tumbuhan) tapi akibat dari pembunuhan itu sendiri yang harus kita renungkan.

CMIIW

1929
Kecuali klaim sepihak bahwa agama IS*** itu diturunkan dari Langit, apa bukti-nya ?


menurut mereka, buktinya adalah alquran itu sendiri.
karena tidak mungkin muhammad yang seorang buta huruf sanggup menyusun sebuah kitab seperti itu.

dan yang lebih penting, bukti isl*m adalah agama dari langit (sari tuhan) hanya terletak pada sebuah keyakinan semata. percaya dan hanya percaya.

seperti pada kalimat syahadat:
aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain allah
aku bersaksi bahwa muhammad adalah utusan allah.

simple kan?
mengakui dan percaya allah yang esa, dan mempercayai muhammad adalah utusanNya maka semua yang tertera pada kitab mereka adalah kebenaran yang paling benar yang berasal dari Tuhan.

1930
Diskusi Umum / Re: Pembahasan Lobha Dosa Moha
« on: 12 September 2011, 08:52:46 AM »
ternyata pembahasan LDM tidak sesederhana pemikiran awal saya yach?
banyak cakupan dan kaitan yang berhubungan dengannya.

saya coba bongkar sana sini dan tanya sama mbah dukun google, trus dikasih ini :
saya kutip dari sebuah web

Akusala Citta
 
Akusala citta adalah kesadaran / pikiran yang mengandung akusala hetu.

Di dalam Buddha Dhamma dikenal ada 6 hetu (akar), yaitu:

1. Kusala hetu 3: Alobha, Adosa, dan Amoha.
3. Akusala hetu 3: Lobha, Dosa, dan Moha.
 

Pengertian masing-masing hetu di dalam Paramattha Dhamma:

1. Alobha adalah sikap batin yang tidak melekat terhadap objek.
    Catatan: sikap batin tidak melekat terhadap objek bukan berarti menolak objek.
2. Adosa adalah sikap batin yang tidak menolak terhadap objek.
    Catatan: sikap batin tidak menolak terhadap objek bukan berarti melekat terhadap objek.
3. Amoha adalah sikap batin bijaksana / panna.
4. Lobha adalah sikap batin yang melekat terhadap objek.
5. Dosa adalah sikap batin yang menolak terhadap objek.
6. Moha adalah sikap batin yang tidak bijaksana, tak dapat membedakan kusala dan akusala, tak dapat
    berpegang teguh pada objek serta tak dapat menetapkan hati atas kebenaran.
 

Di dalam maha kusala citta, maha vipaka citta, dan maha kiriya citta, telah dibahas mengenai peran kusala hetu, yaitu alobha, adosa, dan amoha; dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Pada saat alobha muncul, pasti adosa juga muncul bersama (kedua sikap batin ini muncul selalu muncul bersama di dalam citta yang sama). Sebagai contoh: pada saat seorang sedang memaafkan (adosa) pasti saat itu ia tidak melekat (alobha).
Pada saat alobha dan adosa muncul, belum tentu disertai Amoha. Sebagai contoh: pada saat seorang sedang memaafkan (adosa) dan tidak melekat (alobha) belum tentu berhubungan dengan pengetahuan benar (belum tentu orang itu mengerti hakekat perbuatannya itu).
Pada saat pikiran / kesadaran tidak berhubungan dengan pengetahuan benar, tidaklah berarti pikiran / kesadaran itu memiliki pandangan keliru.
 

Di dalam akusala citta, maka hetu yang terlibat (akusala hetu) berperan dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut:

Pada saat lobha muncul, pasti adosa tidak muncul bersama.
Pada saat lobha muncul, pasti moha muncul bersama.
Pada saat dosa muncul, pasti moha muncul bersama
 

Jenis Akusala citta:

Lobha-mula-citta, yaitu kesadaran / pikiran akusala yang dipimpin oleh lobha
Dosa-mula-citta, yaitu kesadaran / pikiran akusala yang dipimpin oleh dosa
Moha-mula-citta, yaitu kesadaran / pikiran akusala yang dipimpin oleh moha
 

Terdapat delapan jenis lobha-mula-citta , yaitu:

No.   Disertai perasaan     Persekutuan dengan           Spontan / Dgn. ajakan
        (vedana)                    Pandangan keliru

1.   Senang                    Dengan pandangan keliru   Spontan
2.   Senang                    Dengan pandangan keliru   Dengan ajakan
3.   Senang                    Tanpa pandangan keliru           Spontan
4.   Senang                    Tanpa pandangan keliru           Dengan ajakan
5.   Netral                    Dengan pandangan keliru   Spontan
6.   Netral                    Dengan pandangan keliru   Dengan ajakan
7.   Netral                    Tanpa pandangan keliru           Spontan
8.   Netral                    Tanpa pandangan keliru           Dengan ajakan

Contoh nomor 1: Dengan perasaan senang dan spontan, pikiran seorang anak menyebabkan memakan bakso dengan lahap, dengan pandangan bahwa perbuatannya ini bukan kamma buruk.

Contoh nomor 3: Dengan perasaan senang dan spontan, pikiran seorang anak menyebabkan memakan bakso dengan lahap.

Perhatikan:

Satu pikiran / kesadaran lobha yang disertai perasaan senang akan memberikan efek / akibat lebih berat dibandingkan dengan yang disertai perasaan netral
Satu pikiran / kesadaran lobha yang bersekutu dengan pandangan keliru akan memberikan efek / akibat lebih berat dibandingkan dengan tidak bersekutu dengan pandangan keliru
Satu pikiran / kesadaran lobha yang muncul spontan akan memberikan efek / akibat lebih berat dibandingkan dengan yang muncul dengan ajakan.
 

Setelah kita membahas mengenai pikiran / kesadaran lobha dan jika diperbandingkan dengan pikiran maha kusala / maha vipaka dan maha kiriya, maka perlu kita perhatikan beberapa hal sebagai berikut:

Perasaan senang dapat muncul baik di dalam kusala citta maupun di dalam akusala citta. Jadi perasaan senang tidak selalu bersifat kusala.
Perasaan senang patut dikembangkan apabila menyertai pikiran / kesadaran kusala, sedangkan perasaan senang tidak patut dikembangkan apabila menyertai pikiran / kesadaran akusala.
Apabila terpaksa berpikiran lobha, maka harus berupaya agar kecenderungan pikiran lobha tersebut hanya disertai perasaan netral, jadi tidak bergembira di dalam berpikiran lobha.
Contoh kasus: Ketika bangun pagi, terdengar suara burung bersiul. Amir (bukan nama sebenarnya) tersenyum mendengar suara burung bersiul tersebut dengan pandangan bahwa kamma burung tersebut telah menyebabkan burung tersebut gembira. Namun, Amat (juga bukan nama sebenarnya) tersenyum mendengar suara burung bersiul tersebut dengan pandangan betapa senangnya menikmati pagi hari yang indah ceria itu. Kedua orang itu memiliki pikiran yang disertai perasaan senang, namun kualitas pikiran / kesadarannya tersebut berbeda. Amir berpikiran kusala dan disertai dengan pandangan benar, sedangkan Amat berpikiran akusala.

 

Jenis-jenis senyum dan tertawa
Dari perasaan senang, maka mengkondisikan senyuman atau tertawa. Senyuman atau tertawa dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan tingkatan batin seseorang, yaitu:

Sita = senyuman tidak terlihat gigi dari seorang Buddha
Hasita = senyuman terlihat gigi, yang mungkin dialami oleh Arahat, Anagami, Sakadagami, Sotapana dan mahluk awam
Vihasita = tertawa dengan suara perlahan dari Anagami, Sakadagami, Sotapana dan mahluk awam.
Atihasita = tertawa dengan suara besar dari Sakadagami, Sotapana dan mahluk awam.
Apahasita = tertawa sampai badan berguncang dari mahluk awam.
Upahasita = tertawa sampai mengeluarkan air mata dari mahluk awam.
 

Penyebab yang mengkondisikan lobha-mula-citta:

Tumimbal lahir dengan kekuatan kamma yang memiliki lobha sebagai pengiring.
Meninggal dari alam yang dominan diliputi lobha.
Selalu dapat mencerap objek yang baik.
Dapat mengalami objek yang menjadi kesenangannya.
 

Penyebab yang mengkondisikan pandangan keliru:

Mempunyai kebiasaan berpandangan keliru
Suka bergaul dengan mahluk / orang yang selalu berpandangan keliru.
Tidak suka belajar Dhamma.
Suka berpikir pada hal yang keliru.
Tidak mempertimbangkan objek secara seksama dan sesuai keadaan yang sesungguhnya.
 

copas dari : http://www.buddhistonline.com/dsgb/ad09.shtml

1931
Diskusi Umum / Re: Pembahasan Lobha Dosa Moha
« on: 09 September 2011, 11:42:39 AM »
oh ya... hampir lupa.

saya mohon maaf pada senior Kelana, karena tanpa seizin anda saya mencantumkan post anda dengan menQuote pada thread ini.
dan sekalian saya mohon izin anda untuk itu.

kalau dipikir2 saya sungguh teledor, tanpa tanya persetujuan dulu langsung lakukan yang menurut saya sendiri.

mohon maaf yang sebesar2nya.
karena setelah terPost kok gak bisa di robah ya?
tapi pada reply bisa diedit/robah.
apa pada starter topic tidak bisa dirobah?

1932
Diskusi Umum / Re: Pembahasan Lobha Dosa Moha
« on: 09 September 2011, 11:37:41 AM »
dalam hal ini berarti Moha lah yang harus ditundukkan terlebih dahulu?
atau semua sejalan, harus dilemahkan bersamaan dengan usaha keras?

1933
jadi LDM tergolong dimana ?


mohon mampir disini ya http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21124.0
kita bahas LDM secara tersendiri.

1934
Diskusi Umum / Pembahasan Lobha Dosa Moha
« on: 09 September 2011, 10:54:59 AM »
Lobha Dosa Moha (kita singkat LDM aja ya supaya memudahkan)

berangkat dari thread ini :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21056.0
yang awalnya membahas tentang sebuah tradisi, ujung2nya malah nyenggol mengenai LDM

makin dibahas kok rasanya topik LDM menjadi semakin menarik, seolah menjadi dasar atas setiap perbuatan.

mengutip pernyataan dari Senior Kelana
Menurut saya,
Hanya pikiran bersekutu dengan dosa (kebencian), loba (keserakahan), dan moha (kebodohan batin)  maka tindakan akan dikatakan perbuatan buruk.

Jika suatu tradisi hanya mewariskan hal yang tidak bermanfaat kepada generasi berikut mungkin akan mudah ditinggalkan, namun jika juga berdampak  menggerogoti kualitas mental?

Sungguh ironis, kadang kita ingin memberikan pandangan benar kepada anak kita, namun justru kita menjejelnya juga dengan suatu hal yang membebani mental mereka.

Terus terang, saya melihat topik ini berdasarkan pada kekhawatiran TS pada menjalankan tradisi orang tua, apakah nanti kalau tidak diikuti akan berakibat buruk atau tidak, serta “kutukan-kutukan” orang tua menyelimuti tradisi tesebut. Semua inilah yang saya sebut sebagai warisan. Saya tidak tahu apakah anda juga akan memaki dan mengutuk anak anda sebagai anak durhaka jika anak anda tidak melakuan tradisi yang sama.

Sekali lagi, tidak ada yang bisa melarang anda melakukan tradisi.

dan

Pertama, saya tidak yakin cetak buku agama adalah tradisi khas Buddhis, karena agama lain juga melakukannya, meskipun ya ada dalam literatur yang disebut sutra.
Tradisi adalah perbuatan atau tindakan yang menjadi kebiasaan. Dan perbuatan selalu diawali dengan niat. Niat inilah yang berhubungan dengan dosa, lobha, dan moha. Jika di awali dengan niat yang bersekutu dengan LDM dan diteruskan, maka akan menjadi kebiasaan/tradisi yang tentunya tidak baik. Dan tentu saja cara dalam melakukan perbuatan juga membentuk sifat dari perbuatan itu sendiri, baik atau buruk.

Apa sih esensi awal terbentuknya tradisi cetak buku agama ini? Apa sih tujuan/niat awal dari melakukan cetak buku agama/sutra? Inilah yang perlu dikaji. Saat ini saya tidak pada posisi mengkajinya karena cakupannya cukup luas, Sdr. Ryu. Jadi harap maklum.

dan

Sebuah perbuatan buruk bisa diawali dengan dosa saja, lobha saja, moha saja, atau rangkaian dua di antaranya, ataupun rangkaian ketiganya. Jadi saat moha muncul pada pikiran meskipun sendiri maka bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak baik. Bahkan dari apa yang pernah saya dengar (cmiiw), moha adalah kekotoran batin yang paling sulit dibanding dengan lobha dan dosa, karena dalam moha seseorang tidak lagi bisa melihat dan menilai baik sebagai baik dan buruk sebagai buruk, kadang menjadi seseorang yang keras kepala.

Sebagai orang awam yang senior-senior di DC menyebutnya sebagai puthujjana, kadang kala kita tidak menyadari bahwa kita sedang membenci/tidak menyukai sesuatu dengan menutupinya dengan melakukan perbuatan yang kelihatannya tidak membenci. Salah satu kasusnya dapat terjadi pada euthanasia. Seseorang memutuskan melakukan eutanasia kepada kerabatnya yang koma berbulan-bulan karena merasa kasihan, tidak tega kerabatnya menderita sakit terus. Sepertinya ini adalah perbuatan baik dimana membantu orang lain agar tidak menderita lagi. Padahal dibalik itu semua ada rasa benci, ketidaksukaan terhadap kondisi yang terjadi pada kerabatnya. Ia tidak suka kerabatnya menahan sakit, ia tidak suka melihat kerabatnya diinfus, bahkan tidak suka dengan bayaran tagihan rumah sakit yang membengkak.

Kita tidak suka anak kita nanti jatuh, kita tidak suka nanti anak kita sakit, tidak suka anak kita menangis pada malam hari, dst, bahkan tidak suka dimarahi orang tua dan dianggap anak durhaka. Berusaha menutupi ketidaksukaan ini kita melakukan perbuatan yang dianggap dapat melindungi anak dari jatuh, sakit dan menangis, dan dapat menghindar dari omelan orang tua, dalam hal ini kita melakukan tradisi pai cheng bu.

Jika bukan berlandaskan pada rasa tidak suka anak kita nanti jatuh, sakit dan menangis serta omelan orang tua, lalu apa dasarnya melakukan pai cheng bu? Apakah untuk mendapatkan pengakuan/penghargaan karena telah melakukan pelestarian budaya? Ini ujung-ujungnya adalah lobha, kehausan akan penghargaan dan kehormatan.

Inilah dosa, lobha dan moha yang terselubung, yang sebagai puthujjana kadang kala kita tidak melihatnya. Hanya para Arya saja yang telah bebas dari LDM. Untuk pembahasan LDM lebih mendalam saya persilahkan untuk menanyakannya pada senior-senior.

Demikian Sdr. Rico. Dan saya rasa sudah cukup saya menyampaikan pendapat saya mengenai tradisi pai cheng bu yang dikaitkan dengan Buddhisme sesuai dengan yang ditanyakan TS pada awal topik.

evam

kemudian atas ketertarikan saya, maka saya buka topic ini untuk dibahas bersama

saya sungguh terkesan atas dhamma yang disebar oleh senior2 di DC ini, saya sungguh belajar makin banyak disini.

jadi back to LDM
apa pengertian dasar dari LDM?
apa yang mengkondisikan LDM?
apa yang mendasari? cetana? atau apa?

berangkat dari kutipan Senior Ryu mengenai Moha

tahu salah dilakukan juga
tahu salah tidak dilakukan
tahu benar tidak dilakukan
tahu benar langsung melaksanakan

mohon para senior dan teman2 sekalian memberikan sumbangsih dharma di topic ini.

 _/\_ _/\_

1935
ya sebaiknya bikin saja thread baru.

sekarang tidak sempat, mungkin besok pagi saya bikin thread nya.
jangan lupa mampir ya....

Pages: 1 ... 122 123 124 125 126 127 128 [129] 130 131
anything