//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Rico Tsiau

Pages: 1 ... 119 120 121 122 123 124 125 [126] 127 128 129 130 131
1876
oops...

judulnya memang kelebihan "D"

 ;D ;D

1877
Eh... judulnya salah tuh.... kelebihan "d".
Kalo ngikut isi artikel mustinya judulnya :
(Salah satu) pandangan Nasrani terhadap Budhisme.

Btw, dalam konvensi umum Nasrani cenderung pada kr****n ka****k, sedangkan "kr****n" biasanya label pada aliran Protestan. Apakah di atas adalah tulisan dari aliran ka****k??
Tanpa perlu harus ditolak, orang yang menggenggam doktrin kr****n, "otomatis" menolak ajaran Buddha. ;D

sepertinya terkadang hal ini menjadi tolak ukur seberapa kuatnya iman seseorang.

1878
Mantap! Orang-orang tertentu memang pandai sekali memfitnah.

mungkin lebih tepatnya bukan fitnah, menurut saya mungkin lebih ke salah pengertian yang berakibat salah penyampaian dan perlakuan juga salah memandang suatu paham.

banyak orang yang melihat kulit luar lalu mengatakan itu keseluruhan isi. orang seperti ini tidak mau repot2 untuk melihat lebih kedalam. menurutnya kulit luar sudah mewakili.
parahnya orang jenis ini justru berani beropini secara luas, bahkan mempublikasikannya.
parahnya lagi, jika sampai bersikap menolak bantahan atas opini atau publikasinya karena menganggap pemahamannya sudah benar dan final.

1879
Budhisme adalah salah satu agama utama dunia dalam hal penganut, penyebaran geografis dan pengaruh sosio-budaya. Sekalipun umumnya masih berupa agama “Timur”, Budhisme makin populer dan berpengaruh di dunia Barat. Agama ini adalah agama dunia yang unik, meskipun memiliki banyak kesamaan dengan Hinduisme di mana keduanya mengajarkan tentang karma (etika sebab akibat), Maya (natur alam yang adalah ilusi), dan Samsara (lingkaran reinkarnasi). Para penganut Budha percaya bahwa tujuan hidup yang utama adalah untuk mencapai “pencerahan” sebagaimana yang mereka pahami.

Pendiri Budhisme, Siddhartha Gautama, lahir dalam keluarga bangsawan di India sekitar 600 S.M. Menurut cerita, dia hidup dalam kemewahan, tidak banyak tahu dunia luar. Orangtuanya menginginkan supaya dia tidak terkena pengaruh agama dan terlindung dari kesakitan dan penderitaan. Namun demikian, bentengnya dengan cepat ditembus, dia melihat orang tua, orang sakit dan jenazah. Penglihatannya yang keempat adalah seorang pertapa asketis (seseorang yang menolak kemewahan dan kenyamanan) yang penuh kedamaian. Melihat kedamaian si pertapa, dia memutuskan untuk menjadi seorang asketis. Dia meninggalkan hidup dalam kekayaan dan kelimpahan untuk mencari pencerahan melalui kesederhanaan. Dia menjadi ahli dalam menyakiti diri sendiri dan dalam meditasi yang dalam. Dia adalah pemimpin di antara rekan-rekannya. Pada akhirnya, upayanya berpuncak dalam sebuah langkah terakhir. Dia “memanjakan" dirinya dengan semangkok nasi dan kemudian duduk di bawah sebatang pohon ara (yang juga disebut pohon Bodhi) untuk bermeditasi sampai dia mendapat “pencerahan” atau mati. Sekalipun harus menghadapi berbagai pencobaan, pada paginya, dia mencapai pencerahan. Karena itu dia digelari “Yang Dicerahkan” atau “Budha.” Dia membawa realisasi baru ini dan mulai mengajar pertapa-pertapa lainnya yang memang sangat tunduk kepadanya. Lima rekannya menjadi murid-muridnya yang pertama.

Apa yang ditemukan oleh Gautama? Pencerahan terletak pada “jalan tengah,” bukan melalui kemewahan atau penyiksaan diri. Lagipula, dia mendapatkan apa yang kemudian dikenal sebagai “Empat Kebenaran Mulia” – 1) hidup adalah penderitaan (Dukha), 2) penderitaan adalah karena keinginan (Tanha, atau “keterikatan”), 3) seseorang dapat menghapus penderitaan dengan menghapus keterikatan, dan 4) hal ini dicapai dengan mengikuti jalan mulia delapan unsur. "Kedelapan unsur” terdiri dari memiliki 1) pemahaman yang benar, 2) itikad yang benar, 3) perkataan yang benar, 4) perbuatan yang benar, 5) hidup yang benar (menjadi pertapa), 6) upaya yang benar (mengarahkan tenaga secara pantas), 7) perhatian yang benar (meditasi), dan 8) konsentrasi yang benar (fokus). Pengajaran-pengajaran Budha dikumpulkan dalam Tripitaka atau “tiga keranjang.”

Di balik pengajaran-pengajaran tersohor ini adalah pengajaran-pengajaran yang sama dengan Hinduisme, yaitu reinkarnasi, karma, Maya, dan kecenderungan untuk melihat realita secara panteistik. Budhisme juga memiliki teologia yang rumit mengenai berbagai illah dan makhluk-makhluk suci. Namun, sama seperti Hinduisme, pandangan Budhisme mengenai Allah bisa sulit untuk disarikan. Beberapa aliran Budhisme dapat secara sah disebut ateistik, sementara lainnya dapat dikatakan panteistik, sementara lainnya adalah teistik, seperti Budha Tanah Murni. Budha klasik cenderung diam mengenai realita illahi dan karena itu dipandang sebagai teistik.

Budhisme zaman sekarang amat beranekaragam. Ajaran ini dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu Theravada (kendaraan kecil) dan Mahayana (kendaraan besar). Theravada adalah bentuk monastik yang mengajarkan bahwa hanya para rahib yang mendapat pencerahan tertinggi dan nirvana, sementara mahayana memungkinkan tujuan pencerahan ini dicapai juga oleh orang-orang biasa, yaitu yang bukan rahib. Dalam kategori-kategori ini dapat ditemukan berbagai cabang, termasuk di antaranya Tendai, Vajrayana, Nichiren, Shingo, Tanah Murni, Zen dan Ryobu. Karena itu penting untuk orang-orang luar yang berusaha memahami Budhisme untuk tidak menganggap tahu semua detil mengenai aliran Budhisme tertentu ketika yang dipelajari hanyalah Budhisme klasik yang historis.

Budha tidak pernah menganggap dirinya sebagai allah atau dewa apa pun. Sebaliknya, dia memandang dirinya sebagai “penunjuk jalan” bagi orang-orang lain. Hanya setelah kematiannya barulah dia diangkat menjadi allah oleh beberapa pengikutnya, meskipun tidak semua pengikutnya melihat dia sedemikian. Sebaliknya, dalam kekr****nan, dikatakan dengan jelas sekali dalam Alkitab bahwa Yesus adalah Anak Allah (Matius 3:17: “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan") dan bahwa Dia dan Allah adalah satu (Yohanes 10:30). Seseorang tidak bisa memandang dirinya sebagai orang kr****n tanpa percaya kepada Yesus sebagai Allah.

Yesus mengajarkan bahwa Dia adalah jalan dan bukan sekedar seseorang yang menunjukkan jalan, sebagaimana yang ditegaskan oleh Yohanes 14:6: “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Ketika Gautama meninggal dunia, Budhisme sudah merupakan pengaruh besar di India; tiga ratus tahun kemudian, Budhisme telah mencakup sebagian besar Asia. Kitab-kitab suci dan perkataan-perkataan yang dikaitkan dengan sang Budha ditulis sekitar empat ratus tahun setelah kematiannya.

Dalam Budhisme, dosa umumnya dipandang sebagai ketidaktahuan. Walaupun dosa dimengerti sebagai “kekeliruan moral,” "kejahatan" dan "kebaikan" dipahami dalam konteks amoral. Karma dipahami sebagai keseimbangan alam dan bukan yang diterapkan secara pribadi. Alam bukan moral; karena itu, karma bukanlah aturan moral, dan dosa pada dasarnya bukanlah tidak bermoral. Karena itu dapatlah kita katakan, berdasarkan pemikiran Budha, bahwa kesalahan kita bukanlah masalah moral karena pada dasarnya itu bukanlah kesalahan antar pribadi. Konsekuensi pemahaman yang demikian amatlah merusak. Untuk orang Budha, dosa lebih serupa dengan salah langkah dan bukannya pelanggaran terhadap natur Allah yang suci. Pemahaman sedemikian akan dosa tidak sejalan dengan kesadaran naluri moral bahwa manusia bersalah di hadapan Allah yang suci karena dosa mereka (Roma 1-2).

Karena Budha menganggap bahwa dosa bukan bersifat pribadi dan adalah kekeliruan yang dapat diperbaiki, Budhisme tidak menerima doktrin kejatuhan, doktrin dasar dalam kekr****nan. Alkitab memberitahu kita bahwa dosa manusia adalah masalah kekal yang berdampak kekal. Dalam Budhisme tidak diperlukan juruselamat untuk menyelamatkan orang dari dosa yang mencelakakan. Bagi orang kr****n, Yesus adalah satu-satunya jalan untuk selamat dari hukuman kekal. Untuk orang Budha, yang ada hanyalah hidup secara etis dan bermeditasi kepada dewa dewi dengan harapan dapat memperoleh pencerahan dan Nirvana. Mungkin sekali seseorang harus mengalami sejumlah reinkarnasi untuk melunasi hutang karma yang begitu bertumpuk. Untuk pengikut Budhisme yang sejati, agama itu adalah sebuah filsafat moral dan etis, yang dibungkus dalam penyangkalan terhadap diri sendiri seumur hidup. Dalam Budhisme, realita bukan bersifat pribadi dan bukanlah berdasarkan hubungan; dan karena itu, bukan dalam kasih. Allah bukan saja dipandang sebagai ilusi, namun, dengan melarutkan dosa menjadi kekeliruan bukan moral, dan dengan menolak semua realita materi sebagai sekedar maya (“ilusi”), diri kita sendiri pun kehilangan “diri.” Kepribadian menjadi ilusi.

Ketika ditanya bagaimana asal mula dunia, siapa/apa yang menciptakan alam semesta, dikatakan bahwa Budha tetap diam karena di dalam Budhisme tidak ada awal dan akhir. Sebaliknya yang ada hanyalah siklus lahir dan mati yang tidak berkesudahan. Orang bisa bertanya pribadi seperti apa yang menciptakan kita untuk hidup dan mengalami penderitaan serta kepahitan yang begitu luar biasa dan kemudian mati berulang-ulang? Hal itu bisa membuat orang merenung, apa artinya, mengapa peduli? Orang kr****n mengetahui bahwa Allah mengutus anak-Nya untuk mati bagi kita, sekali, supaya kita tidak perlu menderita secara kekal. Dia mengutus Anak-Nya supaya kita tahu bahwa kita tidak sendiri dan bahwa kita dikasihi. Kekr****nan mengetahui bahwa hidup itu bukan hanya penderitaan dan mati, “… dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa” (2Tim 1:10)

Budhisme mengajarkan bahwa Nirvana adalah keberadaan tertinggi, suatu kondisi yang murni, dan itu dicapai dengan cara yang relatif terhadap orang itu. Nirvana tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan tatanan logis dan karena itu tidak dapat diajarkan, hanya direalisasikan. Sebaliknya, pengajaran Yesus mengenai surga amat jelas. Dia mengajarkan bahwa tubuh fisik kita akan mati, namun roh kita akan bersama dengan Dia di surga (Markus 12: [at] 5). Budha mengajarkan bahwa orang tidak memiliki jiwa secara pribadi, karena diri sendiri atau ego adalah ilusi belaka. Untuk seorang Budha, tidak ada Bapa surgawi yang berbelas kasihan yang mengutus Anak-Nya untuk mati bagi kita, untuk keselamatan kita, untuk menyediakan jalan bagi kita mencapai kemuliaan-Nya. Pada akhirnya, itu sebabnya Budhisme haruslah ditolak.

sumber : http://www.gotquestions.org/indonesia/Budhisme.html

1880
minta PIN

emang tuhan pake BB

1881
Lingkungan / Re: Pakistan: Pemerkosaan Sebagai Metode Islamisasi
« on: 22 October 2011, 11:23:30 AM »
tragis dan prihatin.

1882
klo anda bersikap demikian, sama hal nya jg kita mengerti "maksud" cerita dr seorang wanita menjadi pelacur, terlepas dr kata benar ato salah, percaya ato tidak...

sedang kan yg dibahas di sini, apakah benar cerita dia menjadi seorang pelacur, jika tidak benar/dibuat-buat/mengada-ada, maka tentu nya itu adalah ucapan bohong/omong kosong/membodohi sidang pembaca dengan memainkan perasaan pembaca...

tidak dalam lingkup seluas itu, saya membatasi opini saya pada cerita diatas saja.
mungkin kita menilai sesuai pemahaman kita sendiri, tapi apakah memberi label benar / tidak benar membuat perbedaan? maksud saya membuat kita lebih baik? menurut saya tidak. saya membaca sebuah cerita dengan mengenyampingkan prasangka dan atau sikap menyelidiki kebenaran, dengan begini saya baru bisa mengerti seutuhnya maksud penyampaian cerita.

membaca/mendengar cerita sebagai sebuah cerita
pemahaman dan logika berpikir atas kebenaran cerita
menurut saya adalah dua hal yang berbeda, tapi bukan berarti tidak berkaitan sama sekali.

saya yakin datok (yang sering dikait2kan sama mas brewok  ;D ) telah banyak membaca cerita atau katakanlah kesaksian seperti ini. bisa kasih tau saya ada berapa banyak cerita seperti ini yang telah datok baca? susah bukan, karena terlalu banyak.
nah saat membaca/mendengar cerita ini dan cerita lainnya yang sejenis, jika kita memulainya dengan perasaan anti pati, was-was, cemooh, dll tentu menimbulkan persepsi tidak suka. kita akan cenderung meremehkan atau merendahkannya dan sebaliknya menjadi senang dan bangga bahwa ajaran yang kita pelajari/anut lebih baik dari orang yang bercerita tersebut. dan menganggap orang tersebut mencari sensasi dengan membual akan cerita yang fantastis. nah kalau sudah begitu saya mau tanya "cerita apa" yang anda baca/dengar pada cerita dimaksud? jadinya bukan baca cerita lagi kan? tapi lebih tepatnya memberi kepuasan semu pada bathin.

just my opinion, no offense.

 _/\_

1883
iya juga sih...
tapi kalo boong juga ga tau kan??

ya begitulah maksud saya.
atas cerita begituan, memang kita bisa bereaksi macem2
menyanggah, menolak, percaya, tidak percaya, mentertawakan, dll
tapi yang pasti saya selalu melihat apa intinya, apa tujuan penyampaian ceritanya. trus apa manfaatnya untuk saya.
lepas dari cerita bohong atau tidak.

IMO, gak penting banget untuk menghakimi kebenaran cerita ini. yang lebih penting adalah bagaimana saya bisa menangkap maksud penyampaian cerita si penulis.
kan intinya si pelukis bercerita melalui lukisannya, dan saya sebagai orang yang membaca cerita melaui lukisannya.
sudah sewajarnya jika saya berusaha mengerti maksudnya.
tidak ada kaitan dengan benar salah, percaya atau tidak percaya.

1884
yup...
memang bagus juga...
biar "serasa" betulan pernah kesana...

lha..?
pelukisnya kan memang betulan kesono.
baca gak sih cerita pelukisnya?  :-?

1885
tapi lukisannya cukup bagus juga yah?
sebuah karya seni yang unik menurut saya.

1886
Diskusi Umum / Re: Beda alam?? kok bisa?
« on: 17 October 2011, 10:00:05 AM »
 ;D

cerita ginian mah banyak, waktu kecil dikampung pas malamnya sering diceritain cerita ginian.
mungkin maksudnya sebagai hiburan, kan dulu gak punya tipi.  ;D

ok share cerita :
katanya, katanya lhoooo.....
ada orang yang bisa tersesat kealam lain, dibawa sama perempuan yang cantik.
didaerah sini terkenal dengan istilah orang bunian
katanya alam sana indaaaaah sekali
sampe lupa diri dan gak mau pulang lagi.
tapi sampe pada waktu tertentu merasa rindu sama keluarga barulah mau pulang.
trus katanya, waktu kita mau pulang kita harus melarikan diri alias jangan ketauan sama orang bunian-nya, ntar gak di ijinkan pulang. bahkan pake kekerasan lagi. busyeettt....
ga diceritain sih gimana pulangnya. pokoknya pulang  ;D

trus cerita lain, ada orang ntah dari mana tiba2 muncul (gila, ngagetin aja) trus juga tiba2 bisa ngilang.
tujuannya dateng ngasih semacam jimat, tapi minta imbalannya misal suruh kasih sesajen ayam putih yang diikat di tempat tertentu.
malamnya ngasih itu ayam, besok pagi udah ilang itu ayam.
ntah di mangsa binatang buas ato dibawa orang yang tiba2 muncul.

trus kami dikasih wejangan agar klo mo pipis di alam terbuka, misal bawah pohon, tepi sungai
kudu minta izin dulu, takutnya ada sesuatu dari alam lain yang marah. bisa gawat akibatnya.
gw inget ucapannya gini
" Tabeeeeek Datook, anak cucu numpang kencing"
 ;D ;D ;D ;D

cerita ginian OOT ato masih seputar alam lain ya?
klo OOT, maaf ya  ^:)^

1887
Diskusi Umum / Re: 49 hari setelah kematian
« on: 15 October 2011, 11:22:48 AM »
turut berduka cita.

maaf saya tidak bisa beri saran apapun, karena pengetahuan saya cetek.
tapi diatas sudah banyak senior2 yang memberikan masukan.
semoga bermanfaat.

1888
wahahaha....

ternyata member forum ini ada juga ya yang jadi anak angkat dewi kwan im.
kirain cuman didaerah asal saya aja.

mengenai berpikir positif dan efeknya pada orang sekitar kita, gw setuju sama bro will_i_am

waktu ada teman yang sakit, kami semua menjenguk memberinya dukungan semangat.
didepannya kami ketawa ketiwi bercerita yang lucu2, sampe ketawa terpingkal-pingkal. walau ada yang sakit, tapi suasananya jadi begitu menyenangkan dan bahagia. aura kebahagiaan itu ternyata berpengaruh pada yang sakit, dianya berkata jadi lebih ringan sakitnya. dan mukanya yang pucat kembali cerah dan berbinar.

1889
hmm...
setahu saya makhluk peta itu tidak punya capability untuk menolong manusia, karena keterbatasan kemampuan yang dimilikinya...
lagipula, sepertinya tidak mungkin seorang peta bisa menyembuhkan seorang manusia...
kalo bisa, kenapa engga nyembuhin diri sendiri saja dari rasa laparnya??

mohon maaf yang sebesar-besarnya.
mungkin saya mengambil istilah yang tidak tepat, "makhluk Peta"
padahal juga guru saya tersebut tidak menyebutkan secara jelas sesuatu yang telah meminjam nama dewa/dewi yang ingin berbuat kebajikan.
beliau hanya pernah menyebutkan makhluk lain, so tidak spesifik menyebut "makhluk Peta"
waktu itu saya cuman mengamini tanpa tanya, jelasnya makhluk apa? yang hidup di alam apa?
mohon maafkan kesalahan kata ini.

dulu di maitreya saya di beritahu bahwa para dewata sangat berperan dalam kehidupan kita, manusia.
para dewata bisa membantu manusia, yang kemalangan, yang kesusahan.
bukan hanya para dewata, tapi juga makhluk lainnya. dan sekali lagi saya tidak bertanya makhluk apa sih?
katanya, para makhluk ghaib ini berlomba2 berbuat kebajikan dengan menolong umat manusia.

supaya tidak terjadi kesalah pahaman disini, perlu saya klarifikasikan bahwa dalam tahun2 saya di maitreya tidak semua pengetahuan tentang ajaran maitreya yang di ajarkan kepada saya diberikan oleh yang bisa bertanggung jawab atas kebenaran ucapannya, rata2 adalah hasil dikasih tau oleh teman-teman yang sama2 aktif di vihara maitreya.
jadinya kabur dan simpang siur.
lagian klo dulu denger ceramah, rata2 tentang kasih Laomu yang tiada tara, hati nurani, dan vegetarian.

so sampe sekarang pengetahuan buddha dhamma saya banyak yang tercampur dengan ajaran aliran maitreya.
namun secara pribadi saya nilai ajaran moral di aliran maitreya sangat baik, dan sampai sekarang saya menghormatinya. walau tidak lagi menjadi bagian aliran ini.

back to topic.

tentang menjadi anak angkat para dewa/dewi, dan ikatan jodoh dengan para dewa/dewi
kejadian ini nyata ada dalam kehidupan ini, namun benarkah seseorang bisa menjadi anak angkat dalam arti sesungguhnya dari para dewa/dewi?

bagaimana memandang fenomena ini dalam kacamata buddhist?

1890
Keluarga & Teman / Re: plis tolongin aye lagi
« on: 12 October 2011, 03:36:38 PM »
kesiaaaan kesian kesian...

barang kali loe harus robah bawaan loe bro, lebih sanger kek.
piara kumis jenggot klo perlu.

tunjukin loe jantan, asal jangan tunjukin alat kejantanan aja.

Pages: 1 ... 119 120 121 122 123 124 125 [126] 127 128 129 130 131