//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Indra

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9
106
Penerjemahan dan penulisan Teks Buddhisme / Mustard, jujube
« on: 02 June 2009, 11:55:14 AM »
ada yg tau sebutan dua tanaman itu dalam bahasa indonesia?

107
Lowongan / Lowongan Designer interior
« on: 20 May 2009, 07:13:34 PM »
dibutuhkan seorang tenaga design interior,

kualifikasi:
- pengalaman 2 tahun
- menguasai software design interior

yg berminat silahkan PM saya dengan melanpirkan contoh desgn yg pernah dikerjakan, dan cantumkan gaji yg diharapkan.

108
Pojok Seni / gitar empat tangan
« on: 12 May 2009, 10:13:21 PM »

109
Theravada / MOVED: Buddha ?
« on: 05 May 2009, 09:49:22 AM »

110
Kesehatan / Vitamin K
« on: 22 April 2009, 01:26:07 PM »
Mau tanya sama pakar, saya disuruh dokter mengkonsumsi makanan yang mengandung Vit. K, mau tanya nih makanan apa yang mengandung vitamin K, yg saya tau cuma Keledai, Kelapa, Kangkung, Kailan, Kopi, apa lagi ya?

TIA

111
Pojok Seni / untuk yg minder
« on: 17 April 2009, 06:16:48 PM »
bagi mereka yang minder terhadap penampilan fisik, mudah menyerah, merasa tidak mampu, dll
wajib nonton ini



sepertinya video ini gak boleh ditempel di tempat lain, jadi silahkan langsung

112
Tibetan / SONGS OF MILAREPA
« on: 07 April 2009, 01:45:24 PM »

Kisah Lembah Permata Karang Merah
===========================

Sujud kepada semua Guru

Suatu ketika Sang Yogi Agung Milarepa sedang menetap di Benteng Elang di Lembah Permata [Karang Merah],  tercerap dalam praktik meditasi Mahàmudra.  Merasa lapar, ia memutuskan untuk mempersiapkan makanan, tetapi setelah mencari-cari,  ia tidak menemukan apapun yang tersisa di gua itu, tidak ada air maupun bahan bakar, apalagi garam, minyak, atau tepung. “Sepertinya aku telah melalaikan banyak hal!” ia berkata, “Aku harus pergi mengumpulkan kayu bakar.”

Ia pergi keluar. Tetapi ketika ia telah mengumpulkan banyak ranting, muncul badai, dan angin cukup kencang untuk menerbangkan kayu itu dan merobek jubah usangnya. Ketika ia berusaha mempertahankan jubahnya, kayu itu beterbangan tertiup angin. Ketika ia berusaha mempertahankan kayu itu, jubahnya robek. [Frustasi], Milarepa berpikir, “Walaupun aku telah mempraktikkan Dharma  dan hidup dalam kesunyian dalam waktu yang lama, aku masih belum menyingkirkan kemelekatan-ego! Apalah gunanya mempratikkan Dharma jika seseorang tidak mampu menyingkirkan kemelekatan-ego? Biarlah angin menerbangkan kayu-kayuku jika ia menginginkannya. Biarlah angin menerbangkan jubahku jika ia menginginkannya!” Dengan berpikir demikian, ia berhenti menolak. Tetapi, karena lemah yang disebabkan kurang makan, dengan tiupan angin yang berikutnya, ia tidak mampu lagi bertahan dari badai itu, dan jatuh pingsan.

Ketika ia tersadar dari pingsannya, badai telah berlalu. Tinggi di atas dahan pohon ia melihat serpihan jubahnya berkibar tertiup angin sepoi-sepoi. Kesia-siaan mutlak dari dunia ini dan segala perkaranya menampar Milarepa, dan perasaan kuat terhadap pelepasan keduniawian meliputi dirinya. Duduk di atas batu karang, ia bermeditasi sekali lagi.

Tidak lama kemudian, sebuncah awan putih muncul dari lembah Dro Wo  jauh di timur. “Di bawah batas awan-awan itu terletak kuil Guruku, Penerjemah Agung Marpa.”  Milarepa merenung, “Pada saat ini Beliau dan istrinya pasti sedang membabarkan ajaran Tantra, memberikan inisiasi dan instruksi kepada adik-adikku. Ya, guruku ada di sana. Jika aku pergi ke sana sekarang, aku akan dapat bertemu dengannya.” Suatu kerinduan yang tidak tertahankan kepada gurunya muncul dalam pikirannya sewaktu ia dengan putus asa memikirkan gurunya. Air matanya berlinang, dan ia mulai menyanyikan sebuah lagu, “Pikiran tentang Guruku”:

Dalam pikiran tentangmu, Ayah, Marpa,
penderitaanku teratasi;
Aku, si pengemis, sekarang menyanyikan untukmu sebuah
lagu kerinduan.

Di atas Lembah Permata Karang Merah, di Timur,
Melayang sebuncah awan putih,
Di bawahnya, bagaikan seekor gajah yang berdiri dengan
kedua kaki belakang, pegunungan yang besar menjulang;
Di sebelahnya, bagaikan seekor singa yang melompat,
tampak puncak lainnya.

Di kuil di Lembah Dro Wo, terdapat tempat duduk batu yang megah;
Siapakah yang sekarang bertahta di sana?
Apakah Marpa si Penerjemah?
Jika engkau, maka aku akan gembira dan bahagia.
Walaupun terbatas dalam penghormatan, aku ingin menjumpaimu;
Walaupun lemah dalam keyakinan, aku ingin bergabung denganmu.
Semakin aku bermeditasi, semakin aku merindukan Guruku.

Apakah istrimu, Dagmema, masih bersamamu?
Kepadanya aku lebih bersyukur daripada kepada ibuku.
Jika ia di sana aku akan gembira dan bahagia.
Walaupun perjalanan cukup panjang, aku ingin menjumpainya.
Walaupun perjalanan berbahaya, aku ingin bergabung dengannya.
Semakin aku merenungkan, semakin aku memikirkan engkau.
Semakin aku bermeditasi, semakin aku memikirkan Guruku.

Betapa bahagianya jika aku dapat bergabung dalam pertemuan itu,
Yang mana engkau mungkin sedang membabarkan Hevajra Tantra.
Walaupun berpikiran sederhana, aku ingin mempelajari.
Meskipun bodoh, aku ingin membacakan.
Semakin aku merenungkan, semakin aku memikirkan engkau.
Semakin aku bermeditasi, semakin aku memikirkan Guruku.

Saat ini engkau mungkin sedang memberikan Empat Inisiasi
Simbolis  dari Transmisi Oral,
Jika aku dapat bergabung dalam pertemuan itu, aku akan gembira dan
Bahagia.
Walaupun kurang akan jasa, aku ingin diinisiasi –
Walaupun terlalu miskin untuk memberi banyak, aku menginginkannya.
Semakin aku merenungkan, semakin aku memikirkan engkau.
Semakin aku bermeditasi, semakin aku memikirkan Guruku.

Saat ini engkau mungkin sedang mengajarkan Enam Yoga Nàropa;
Jika aku dapat bergabung dalam pertemuan itu, aku akan gembira dan
Bahagia.
Walaupun kurang cerdas, aku merasa perlu mempelajarinya;
Walaupun kurang tekun, aku ingin mempraktikkannya.
Semakin aku merenungkan, semakin aku memikirkan engkau.
Semakin aku bermeditasi, semakin aku memikirkan Guruku.

Para bersaudara dari Weu dan Tsang mungkin berada di sana,
Jika demikian, aku akan bergembira dan bahagia.
Walaupun rendah dalam Pengalaman dan Pencapaian,
Aku ingin membandingkan diriku dengan mereka.
Walaupun dalam keyakinan dan penghormatanku yang terdalam
Aku tidak pernah terpisah darimu.
Aku sekarang tersiksa oleh keinginan untuk berjumpa denganmu.
Kerinduan ini menyiksaku,
Siksaan dahsyat ini menyesakkanku,
Kumohon, Guruku yang agung, bebaskan aku dari siksaan ini.

Segera setelah Milarepa selesai, kemudian Yang Mulia, Jetsun  Marpa,  muncul di atas sebuncah awan pelangi yang menyerupai jubah lima warna. Dengan cahaya [surgawi] yang meningkat menyelimuti penampilannya, dan menunggang seekor singa berhias, ia mendekati Milarepa.

“Penyihir Agung,  puteraku, mengapakah begitu mendalam emosimu,” ia bertanya, “Apakah engkau memanggilku dengan begitu putus asa? Mengapa emgkau begitu bersusah-payah? Tidakkah engkau memiliki keyakinan di dalam Gurumu dan Buddha Pelindung? Apakah dunia luar menarikmu dengan pikiran-pikiran mengganggu?  Apakah delapan angin duniawi  menderu di guamu? Apakah kekuatan dan kerinduan melemahkan kekuatanmu? Apakah engkau tidak terus-menerus memberikan pelayanan kepada para Guru dan Tiga Yang Berharga  di atas? Tidakkah engkau mempersembahkan jasa-jasamu kepada makhluk-makhluk indriawi di enam alam?  Belumkah engkau mencapai kondisi kemuliaan yang dengannya engkau dapat memurnikan kesalahan-kesalahanmu dan memperoleh jasa? Tidak peduli apapun penyebabnya, engkau boleh yakin bahwa kita tidak akan pernah terpisahkan. Dengan demikian, demi Dharma dan kesejahteraan makhluk-makhluk indriawi, lanjutkanlah meditasimu.”

Terinspirasi oleh penglihatan luhur yang menggembirakan ini, Milarepa menyenandungkan jawaban:

Ketika aku melihat penampilan guruku dan mendengar kata-katanya,
Aku, si pengemis, tergerak oleh Pràõa dalam pikiranku.
Dalam ingatan akan ajaran dari Guruku,
Hormat dan sembah muncul dalam pikiranku.
Berkahnya yang penuh belas kasihan memasukiku;
Semua pikiran yang merusak  terbuang.

Laguku yang sungguh-sungguh, yang berjudul “Pikiran tentang Guruku”
Pasti telah terdengar olehmu, Guruku;
Namun aku masih berada di dalam kegelapan.
Komohon, kasihanilah aku dan lindungilah aku!

Ketekunan yang tidak tergoyahkan
Adalah persembahan tertinggi untuk Guruku.
Cara terbaik untuk menyenangkanNya
Adalah dengan menahankan kerasnya meditasi!
Berdiam di dalam gua ini, sendirian,
Adalah pelayanan termulia kepada para ôàkinī!
Mengabdikan diriku kepada Dharma Suci
Adalah pelayanan terbaik kepada Buddhisme –
Mengabdikan diriku untuk bermeditasi, dengan demikian
Membantu makhluk-makhluk indriawi yang lemah!
Mencintai kematian dan penyakit adalah berkah
Yang dengannya kesalahan seseorang dibersihkan;
Menolak makanan-makanan terlarang membantu seseorang mencapai
Penembusan dan Pencerahan;
Untuk membalas karunia dari Ayahku Guruku
Aku bermeditasi dan bermeditasi lagi.

Guruku, kumohon berikanlah perlindunganmu!
Bantulah pengemis ini menetap di dalam pertapaannya.

Yang Mulia Milarepa merapikan jubahnya dan membawa segenggam kayu kembali ke guanya. Di dalam, ia terkejut melihat lima siluman India dengan mata sebesar piring. Satu sedang duduk di atas tempat tidurnya membabarkan khotbah, dua mendengarkan khotbah itu, yang lain mempersiapkan dan mempersembahkan makanan, dan yang terakhir sedang membaca buku-buku milik Milarepa.

Dari keterkejutan ini, Milarepa berpikir, “Ini pasti penampakan magis dari para dewa di sini yang tidak menyukaiku. Walaupun aku telah menetap di sini dalam waktu yang lama, aku tidak pernah memberikan persembahan atau ungkapan terima kasih kepada mereka.” Kemudian ia mulai menyanyikan “Nyanyian terima kasih kepada para dewa Lembah Permata Karang Merah”:

Tempat sunyi ini dimana terletak gubukku
Adalah tempat yang menyenangkan bagi para Buddha,
Tempat dimana makhluk-makhluk sempurna berdiam,
Tempat berlindung dimana aku berdiam sendirian.

Di atas Lembah Permata Karang Merah
Awan-awan putih meluncur;
Di bawah, Sungai Tsang mengalir lembut;
Burung-burung nasar terbang melingkar di antaranya.

Lebah-lebah mendengung di antara bunga-bunga,
Mabuk oleh keharumannya;
Di pepohonan burung-burung menukik dan berlompatan.
Memenuhi udara dengan kicauan mereka.

Di Lembah Permata Karang Merah
Burung-burung pipit muda belajar terbang,
Monyet-monyet melompat dan bergelantungan,
Dan binatang-binatang buas berlari dan berlomba,
Sedangkan aku berlatih Dua-Pikiran-Bodhi
   Dan menyukai meditasi.

Tetapi para siluman,  hantu,  dan dewa,
Semua teman-teman Milarepa,
Minumlah sari kebajikan dan belas kasihan,
Kemudian kembalilah ke alam kalian.

Tetapi siluman-siluman India itu tidak lenyap, dan menatap mengancam pada Milarepa. Dua dari mereka melangkah maju, satu menyeringai dan mengigit bibir bawahnya, dan yang lain menggertakkan giginya menakutkan. Yang ketiga, berjalan dari belakang berteriak dan tertawa keras, sewaktu mereka mencoba untuk menakuti Milarepa dengan mimik yang menakutkan.

Milarepa, mengetahui niat jahat mereka, memulai meditasi Buddha marah dan sekuat tenaga membacakan mantra-mantra sakti.  Namun para siluman masih tidak mau pergi. Kemudian, dengan belas kasihan agung, ia membabarkan Dhamma kepada mereka; namun mereka masih bertahan.

Milarepa akhirnya menyatakan, “Melalui belas kasih Marpa. Aku telah menembus sepenuhnya bahwa semua makhluk dan semua fenomena adalah dari pikiran sendiri. Pikiran sendiri adalah kekosongan yang transparan.  Oleh karena itu, apalah gunanya semua ini, dan betapa bodohnya aku mencoba untuk melenyapkan penampakan ini secara fisik!”

Kemudian Milarepa, dengan tanpa takut, menyanyikan “Lagu Pencapaian”:

Guru Ayah, yang menaklukkan Empat Siluman,
Aku bersujud kepadamu,Marpa Sang Penerjemah.

Aku, yang engkau lihat, seseorang dengan sebuah nama,
Putera Darsen Gharmo,
Diperlihara dalam rahim ibuku.
Melengkapi tiga pembuluh darah.
Sebagai bayi, aku tidur di ayunanku;
Sebagai pemuda, aku menjaga pintu;
Sebagai seorang dewasa, aku menetap di gunung tinggi.

Walaupun badai di puncak salju menakutkan,
Aku tidak merasa takut.
Walaupun tebing curam dan berbahaya,
Aku tidak takut!

Aku, yang engkau lihat, seseorang dengan sebuah nama,
Adalah putera Elang Emas,
Aku menumbuhkan sayap dan bulu di dalam telur.
Sebagai bayi, aku tidur di ayunanku;
Sebagai pemuda, aku menjaga pintu;
Sebagai yang dewasa, aku terbang di angkasa.
Walaupun angkasa tinggi dan luas, aku tidak takut;
Walaupun jalan curam dan sempit, aku tidak takut.

Aku, yang engkau lihat, seseorang dengan sebuah nama,
Adalah putera Nya ChenYor Mo,  Raja para ikan.
Di dalam rahim ibuku, aku memutar mata emasku;
Sebagai bayi, aku tidur di ayunanku;
Sebagai pemuda, aku belajar berenang;
Sebagai yang dewasa, aku berenang di lautan luas.
Walaupun hempasan gelombang menakutkan, aku tidak takut;
Walaupun banyak mata kail, aku tidak takut.

Aku, yang engkau lihat, seseorang dengan sebuah nama,
Adalah putera para Lama Ghagyu.
Keyakinan tumbuh dalam rahim ibuku.
Sebagai bayi, aku memasuki pintu Dharma;
Sebagai pemuda, aku mempelajari Ajaran Buddha,
Sebagai seorang dewasa, aku menetap sendirian di dalam gua.
Walaupun siluman-siluman, hantu-hantu, dan makhluk jahat memperbanyak diri, aku tidak takut.

Cakar singa salju tidak pernah membeku,
Atau apalah artinya ia
Disebut “Raja” singa –
Ia yang memiliki “Tiga Kekuatan Sempurna.”

Elang tidak pernah jatuh dari angkasa;
Karena jika demikian, bukankah itu menggelikan?
Sepotong besi tidak dapat dipecahkan oleh sebutir batu;
Karena jika demikian, untuk apa mengolah bijih besi?
Aku, Milarepa, tidak takut pada siluman maupun keajahatan;
Jika mereka membuat takut Milarepa, apalah gunanya
Pencapaian dan pencerahannya?

Kalian para hantu dan siluman, musuh-musuh Dharma,
   Aku menyambut kalian hari ini!
Dengan gembira aku menerima kalian!
Aku mohon, agar kalian, sudi tinggal, tidak tergesa-gesa pergi;
Kita akan berdiskusi dan bermain bersama.
Walaupun kalian harus pergi, tinggallah selama satu malam ini;
Kita akan membandingkan Dharma hitam melawan yang putih,
Dan lihat siapa yang menang.

Sebelum kalian datang, kalian berjanji untuk menyerangku.
Rasa malu dan kekalahan akan menyertai
Jika kalian kembali sebelum memenuhi janji ini.

Milarepa bangkit dengan penuh keyakinan dan berjalan maju menuju para siluman di dalam guanya. Ketakutan, mereka mundur, memutar mata mereka dalam keputus-asaan dan gemetar. Kemudian, berputar bersama bagaikan kolam pusaran air, mereka menjadi satu dan lenyap.

“Ini adalah Raja Siluman Vinàyaka  pembuat halangan, yang datang mencari kesempatan jahat.” Pikir Milarepa. “Badai, juga, tidak diragukan adalah ciptaannya. Berkat belas kasih Guruku ia tidak berkesempatan untuk mencelakaiku.”

Setelah ini Milarepa memperoleh kemajuan spiritual yang tidak terukur.

Kisah ini menceritakan serangan Raja Siluman Vinàyaka, ini memiliki tiga makna, dan karena itu disebut “Enam cara berpikir Guruku,” “Kisah Lembah Permata Karang Merah,” atau “Kisah Milarepa mengumpulkan kayu.”


****


113
Penerjemahan dan penulisan Teks Buddhisme / ARAHAT atau ARAHANT
« on: 05 April 2009, 10:43:15 AM »
mana yang benar?
juga ARAHATTA dan ARAHANTA

115
Theravada / Kisah perumpamaan kecapi
« on: 23 March 2009, 05:19:25 PM »
sewaktu Sang Bodhisatta sedang melakukan praktik pertapaan keras, datanglah serombongan pengamen yang menyanyikan kira2 spt berikut ini:

"Jika dawai terlalu kencang, maka akan putus dan tidak berbunyi.
Jika terlalu kendur juga tidak berbunyi.
dawai harus seimbang, tidak terlalu kencang dan tidak terlalu kendur,
agar menghasilkan bunyi yg merdu"

1. adakah yang tahu darimana sumbernya dalam Tipitaka?
2. dan kalau kisah ini benar, bagaimana mungkin pengamen itu telah mengetahui ilmu Jalan Tengah sehingga bisa mengajari Sang Bodhisatta?

_/\_

116
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / Request RAPB
« on: 06 March 2009, 06:14:52 PM »
bagi rekan-rekan yg ingin memiliki buku RIWAYAT AGUNG PARA BUDDHA, silahkan posting nama anda di sini dan alamat [serta no.telpon] melalui PM. Kami sedang dalam proses pengadaan buku ini, dan mudah2an akan segera dapat didistribusikan pada Waisak tahun ini.

"addendum 1. Dalam pendistribusian melalui forum ini, kami memberikan T&C yg enteng yaitu, bahwa hanya member yg akan menerima buku ini, tidak boleh diwakilkan, jadi yg masih belum member, cepat register"

"addendum 2. member yg berhak menerima buku adalah member yg sudah memiliki min. 100 posts pada saat hari pendistribusian, jadi kalo register dari sekarang, cukup 2 atau 3 posts per hari, target tercapai "

117
Theravada / MOVED: BrahmaJala Sutta..
« on: 11 December 2008, 09:01:24 AM »

118
Pengalaman Pribadi / Mobilku mogok
« on: 09 November 2008, 12:10:04 AM »
Baru saja pulang dari acara Kathina di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya Sunter. Dalam perjalanan pulang mobil mogok, cuaca sedang hujan gerimis. aduh.... apa yg harus kulakukan? akhirnya turun dari mobil dan mulai mencoba mendorong mobil untuk ke pinggir. lagi enak2 dorong tiba2 ada mobil lain berhenti persis di sebelah kiri mobilku, si supir buka kaca dan berkata, "Perlu di dorong ko?", "ya tolong ya", dan 3 orang dewa yg masih berumur kira2 20 tahun turn dan langsung ambil posisi, aku uga langsungg masuk mobil, persneling di posisi gigi 2, injak kopling, mobil mulai meluncur dan akhirnya mesin bisa hidup lagi.

Saya merasa perlu menceritakan pengalaman ini sebagai ungkapan terima kasih kepada para dewa yg telah menolong saya tadi. mungkin saja anda kebetulan adalah salah satu member di forum ini. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada para dewa penolong saya tadi. Semoga anda selalu selamat, bahagia dan sejahtera.

 _/\_

119
Pengalaman Pribadi / Mobilku mogok
« on: 08 November 2008, 11:55:13 PM »
Baru saja pulang dari acara Kathina di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya Sunter. Dalam perjalanan pulang mobil mogok, cuaca sedang hujan gerimis. aduh.... apa yg harus kulakukan? akhirnya turun dari mobil dan mulai mencoba mendorong mobil untuk ke pinggir. lagi enak2 dorong tiba2 ada mobil lain berhenti persis di sebelah kiri mobilku, si supir buka kaca dan berkata, "Perlu di dorong ko?", "ya tolong ya", dan 3 orang dewa yg masih berumur kira2 20 tahun turn dan langsung ambil posisi, aku uga langsungg masuk mobil, persneling di posisi gigi 2, injak kopling, mobil mulai meluncur dan akhirnya mesin bisa hidup lagi.

Saya merasa perlu menceritakan pengalaman ini sebagai ungkapan terima kasih kepada para dewa yg telah menolong saya tadi. mungkin saja anda kebetulan adalah salah satu member di forum ini. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada para dewa penolong saya tadi. Semoga anda selalu selamat, bahagia dan sejahtera.

 _/\_

120
Pojok Seni / Komentar atas album DHAMMAGHOSA
« on: 05 November 2008, 06:26:56 PM »
Teman2,

mohon komentarnya atas album DhammaGhosa. Silahkan anda menyampaikan komentar, kritik , saran, pujian, celaan, hinaan, sumpa serapah, dan lain sebagainya. semua komentar ini akan menjadi pertimbangan para artis Dhammaghosa untuk memperbaik segala kekurangan demi peningkatan kualitas pada album2 berikutnya.

Artis Dhammaghosa silahkan menanggapi komentar yg masuk.

Komentar terbaik berhak atas hadiah dari Dhammaghosa berupa 10 GRP dicicil selama 10 bulan.

Terima kasih.

 _/\_

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 [8] 9
anything