Saya hanya tidak paham bahwa anda merasa bisa melihat kilesa hanya dari beberapa patah kata dalam khotbah Bodhidharma. Ini yang saya tidak habis pikir. Misalnya, tentang Pa Auk Sayadaw, tentu saya pernah bertemu dengan beliau. Namun, saya tidak berani mengambil kesimpulan bahwa beliau masih memiliki kilesa atau tidak hanya sepintas menyaksikan beberapa tindak tanduk dan perkataannya.Demikian juga tentang Ajahn Brahm, saya tidak berani mengambil kesimpulan tentang beliau masih memiliki kilesa atau tidak. Meskipun jujur saja, saya sempat bertanya-tanya, namun saya selalu insyaf bahwa pencapaian saya mungkin yang masih kurang.
Saya ingin bertanya ketika seseorang mengatakan lobha adalah bukan kilesa tetapi faktanya itu adalah kilesa. Sama halnya jika mengatakan bahwa si A memukul orang itu kenyataanya orang itu tidak memukul tetapi berjabat tangan apakah hal itu dapat dibedakan pengertiannya?
Sama halnya pengertian kilesa . Apa yg saya katakan mengenai kilesa dalam pandangan atau miccha ditthi.
Bisa Anda tunjukan tulisan saya bahwa bodhidharma ada kilesa?, saya hanya membuat perumpamaan bahkan ada kata "jika itu benar bodhdharma tanpa kilesa (versi mahayana)....."(lalu siapa yg menanggap benar?
) oleh karena itu saya ragu itu adalah khotbah bodhidharma artinya masih 50-50 . Tetapi dari tulisan itu jelas cerminan yg masih ada kilesa tetapi Anda sendiri yg menanggap itu khotbah Boddhidarma dikatakan bodhidharma Sehingga Anda berpikir saya mengatakan dia pasti ada kilesa yg tercermin dalam khotbahnya, padahal itu pikiran Anda yg bergerak toh... Saya telah jelaskan sebelumnya saya menghormati Boddhidharma. Anda tahu mengkritisi pandangan? karena saya ragu maka saya tidak tau benar pandangan siapa entah bodhidharma atau orang lainnya. Jadi ini adalah asumsi Anda sendiri bukan?
Coba baca lagi tulisan saya dari awal, terus terang saya malas copas ulang tulisan saya.
Bahkan Ajahn Mahaboowa pun pernah dipertanyakan tentang pencapaiannya ketika ia menangis. Lantas orang-orang ramai bertanya apakah arahat bisa menangis? Bukankah menangis berarti masih memiliki kilesa? dsb, dsb, nya. Dalam hal ini Ajahn Mahaboowa memiliki jawabannya sendiri yang bisa dibaca dalam buku berjudul "Arahattamagga" (kalau nggak salah judulnya demikian).
Nah Luangta Mahaboowa ada penjelasannya kan kenapa dan mengapa, Anda sendiri telah menunjukannya.. apakah tulisan mengenai khotbah Bodhidharma ada penjelasan mengenai arahat membayangkan?, paling tidak praktisinya langsung toh...
Inilah yang saya tidak paham, mengapa anda mampu untuk menyimpulkan kata-kata demikian masih memiliki kilesa, kata-kata demikian tidak. Atas dasar pertimbangan seperti apa anda menyimpulkan hal ini? Mohon penjelasannya.
Telah saya jelaskan berulang2 perbandingannya dan pertimbangannya beserta contohnya. Kalau belum mengerti smoga suatu saat Anda mengerti, mungkin karena keterbatasan saya dalam menjelaskan ke Anda. Mungkin teman2 yg mengerti maksud saya dan mahir dalam menjelaskan dapat membantu menjelaskan maksud saya tadi. cluenya pernyataan dan fakta beda...itu saja.
Salam metta
salam persaudaraan Mahayana dan Theravada Smiley