//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)  (Read 2917 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« on: 27 February 2016, 05:19:29 PM »
Berikut adalah terjemahan Madhyama Agama bagian 4 yang terdiri atas kotbah 32-41.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #1 on: 27 February 2016, 05:47:43 PM »
MADHYAMA ĀGAMA

Bagian 4 Tentang Kualitas-Kualitas Luar Biasa

32. Kotbah tentang Kualitas-Kualitas Luar Biasa [Sang Buddha]<118>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu, pada sore hari, Yang Mulia Ānanda bangkit dari duduk bermeditasi dan mendekati Sang Buddha. Setelah memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, ia berdiri pada satu sisi dan berkata:

Sang Bhagavā, aku telah mendengar bahwa pada masa Buddha Kassapa, Sang Bhagavā membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha dan berlatih kehidupan suci.

Bahwa pada masa Buddha Kassapa, Sang Bhagavā membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha dan berlatih kehidupan suci, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā, setelah pada masa Buddha Kassapa membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha dan berlatih kehidupan suci, terlahir kembali di surga Tusita.

Bahwa Sang Bhagavā, setelah pada masa Buddha Kassapa membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha dan berlatih kehidupan suci, terlahir kembali di surga Tusita, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā, setelah pada masa Buddha Kassapa membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha dan, setelah berlatih kehidupan suci, terlahir di surga Tusita. Sang Bhagavā melampaui semua yang telah sebelumnya terlahir di surga Tusita dalam tiga hal, yaitu dalam panjang kehidupan surgawi, penampilan surgawi, dan kemuliaan surgawi. Karena alasan ini, para dewa Tusita bergembira dan bahagia, dengan menyerukan: “Dewa muda ini adalah yang paling menakjubkan, paling luar biasa. Ia memiliki kekuatan batin yang besar, kebajikan yang besar dan hebat, jasa besar, kekuatan yang besar dan hebat.” Mengapa demikian?

[Karena] beliau melampaui semua yang telah terlahir sebelumnya di surga Tusita dalam tiga hal, yaitu panjang kehidupan surgawi, penampilan surgawi, dan kemuliaan surgawi.

Bahwa Sang Bhagavā, yang pada masa Buddha Kassapa telah membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha, telah berlatih kehidupan suci, dan telah terlahir di surga Tusita; bahwa beliau melampaui semua yang telah sebelumnya terlahir di surga Tusita dalam tiga hal, yaitu dalam panjang kehidupan surgawi, penampilan surgawi, dan kemuliaan surgawi; [bahwa] karena alasan ini, para dewa Tusita bergembira dan bahagia, dengan menyerukan: “Dewa muda ini adalah yang paling menakjubkan, paling luar biasa. Ia memiliki kekuatan batin yang besar,<119> kebajikan yang besar dan hebat, jasa besar, kekuatan yang besar dan hebat”; [dan ini adalah] karena beliau melampaui semua yang telah terlahir sebelumnya di surga Tusita dalam tiga hal, yaitu panjang kehidupan surgawi, penampilan surgawi, dan kemuliaan surgawi – [semua] ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa pada akhir masa kehidupannya di surga Tusita, ketika Sang Bhagavā dengan penuh perhatian turun ke dalam rahim ibunya, pada saat itu semua surga dan bumi berguncang dan suatu cahaya mengagumkan menerangi dunia, termasuk bahkan tempat-tempat yang jauh dan gelap, tidak terhalangi, sepenuhnya menyinari tempat-tempat yang tidak diterangi oleh bulan atau matahari, walaupun [kedua benda langit] ini memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat; dan karena cahaya yang menakjubkan ini, setiap makhluk hidup mengetahui hal ini: “Suatu makhluk yang luar biasa akan lahir! Suatu makhluk yang luar biasa akan lahir!”

Bahwa pada akhir masa kehidupannya di surga Tusita, ketika Sang Bhagavā dengan penuh perhatian turun ke dalam rahim ibunya, pada saat itu semua surga dan bumi berguncang, dan suatu cahaya mengagumkan menerangi dunia, termasuk bahkan tempat-tempat yang jauh dan gelap, tidak terhalangi, sepenuhnya menyinari tempat-tempat yang tidak diterangi oleh bulan atau matahari, walaupun [kedua benda langit] ini memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat; dan karena cahaya yang menakjubkan ini, setiap makhluk hidup mengetahui hal ini: “Suatu makhluk yang luar biasa akan lahir! Suatu makhluk yang luar biasa akan lahir!” – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa, ketika berada dalam rahim ibunya, Sang Bhagavā tetap dengan penuh perhatian [berbaring] pada sisi kanan.

Bahwa Sang Bhagavā, ketika berada dalam rahim ibunya, tetap dengan penuh perhatian [berbaring] pada sisi kanan, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā berdiam dalam rahim ibunya dengan damai dan tenang.

Bahwa Sang Bhagavā berdiam dalam rahim ibunya dengan damai dan tenang, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa, ketika berada dalam rahim ibunya, Sang Bhagavā ditutupi sedemikian sehingga beliau tidak terkotori oleh darah atau mani atau kekotoran lainnya. Bahwa Sang Bhagavā, ketika berada dalam rahim ibunya, ditutupi sedemikian sehingga beliau tidak terkotori oleh darah atau mani atau kekotoran lainnya, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa ketika Sang Bhagavā dengan penuh perhatian keluar dari rahim ibunya, pada saat itu semua surga dan bumi berguncang dan suatu cahaya mengagumkan menerangi dunia, termasuk bahkan tempat-tempat yang jauh dan gelap, tidak terhalangi, sepenuhnya menyinari tempat-tempat yang tidak diterangi oleh bulan atau matahari, walaupun [kedua benda langit] ini memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat; dan karena cahaya yang menakjubkan ini, setiap makhluk hidup mengetahui hal ini: “Suatu makhluk luar biasa telah lahir! Suatu makhluk luar biasa telah lahir!”

Bahwa ketika Sang Bhagavā dengan penuh perhatian keluar dari rahim ibunya, pada saat itu semua surga dan bumi berguncang dan suatu cahaya mengagumkan menerangi dunia, termasuk bahkan tempat-tempat yang jauh dan gelap, tidak terhalangi, sepenuhnya menyinari tempat-tempat yang tidak diterangi oleh bulan atau matahari, walaupun [kedua benda langit] ini memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat; dan karena cahaya yang menakjubkan ini, setiap makhluk hidup mengetahui hal ini: “Suatu makhluk luar biasa telah lahir! Suatu makhluk luar biasa telah lahir!” – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā keluar dari rahim ibunya dengan damai dan tenang. Bahwa Sang Bhagavā keluar dari rahim ibunya dengan damai dan tenang, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa ketika beliau keluar dari rahim ibunya, Sang Bhagavā ditutupi sedemikian sehingga beliau tidak terkotori oleh darah atau mani atau kekotoran lainnya. Bahwa Sang Bhagavā, ketika beliau keluar dari rahim ibunya, ditutupi sedemikian sehingga beliau tidak terkotori oleh darah atau mani atau kekotoran lainnya – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, empat dewa, dengan memegang potongan kain yang sangat bagus, berdiri di hadapan ibunya dan menggembirakan ibunya dengan menyerukan: “Pangeran ini adalah yang paling menakjubkan, paling luar biasa. Ia memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, dan kekuatan besar.”

Bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, empat dewa dengan memegang potongan kain yang sangat bagus, berdiri di hadapan ibunya dan menggembirakan ibunya dengan menyerukan: “Pangeran ini adalah yang paling menakjubkan, paling luar biasa. Ia memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, dan kekuatan besar” – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa ketika beliau baru saja lahir, Sang Bhagavā segera mengambil tujuh langkah dan, tanpa takut, ragu-ragu, atau cemas, melihat ke segala arah. Bahwa Sang Bhagavā, ketika beliau baru saja lahir, segera mengambil tujuh langkah dan, tanpa takut, ragu-ragu, atau cemas, melihat ke segala arah – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, muncul di hadapan ibunya sebuah kolam besar yang penuh dengan air, di mana ibunya dapat membersihkan dirinya. Bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, muncul di hadapan ibunya sebuah kolam besar yang penuh dengan air, di mana ibunya dapat membersihkan dirinya – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, dua cucuran air, satu dingin dan satu hangat, mengalir turun dari langit untuk memandikan tubuh Sang Bhagavā. Bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, dua cucuran air, satu dingin dan satu hangat, mengalir turun dari langit untuk memandikan tubuh Sang Bhagavā – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, para dewa memukul genderang musik surgawi di langit dan menaburkan di atas Sang Bhagavā bunga seroja biru, bunga seroja merah, bunga seroja merah muda, bunga seroja putih, bunga dari pohon karang surgawi, dan wewangian kayu cendana yang bagus.

Bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, para dewa memukul genderang musik surgawi di langit dan menaburkan di atas Sang Bhagavā bunga seroja biru, bunga seroja merah, bunga seroja merah muda, bunga seroja putih, bunga dari pohon karang surgawi, dan wewangian kayu cendana yang bagus – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berada di istana ayahnya, Raja Suddhodana, yang sedang mengawasi pertanian sepanjang hari. Duduk di bawah pohon jambu [Sang Bhagavā], terasing dari keinginan, terasing dari keadaan-keadaan jahat dan tidak bermanfaat, dengan awal dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang lahir dari keterasingan, berdiam setelah mencapai jhāna pertama. Pada waktu itu, lewat tengah hari, bayangan semua pohon telah bergerak, tetapi bayangan pohon jambu itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

Pada waktu itu Suddhodana [kepala suku] orang Sakya, yang sedang mengawasi pertanian, mendekati seorang pekerja dan bertanya: “Pekerja, di manakah pangeran?”

Pekerja itu menjawab: “Yang mulia, pangeran sekarang berada di bawah pohon jambu.”

Kemudian Suddhodana orang Sakya pergi menuju pohon jambu. Pada waktu Suddhodana orang Sakya melihat bahwa, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon jambu itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

Kemudian ia berpikir:

Sekarang, pangeran ini adalah yang paling menakjubkan, paling luar biasa, ia memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, dan kekuatan besar. Mengapa? Karena, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon jambu itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh pangeran.

Sang Bhagavā, bahwa telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon jambu itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang tinggal di Hutan Besar di Vesālī. Saat fajar, ketika malam telah berakhir, Sang Bhagavā mengenakan jubahnya, membawa mangkuknya, dan memasuki Vesālī untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah selesai mengumpulkan dana makanan [dan memakan makanannya], beliau meletakkan jubah dan mangkuknya, mencuci tangan dan kakinya, dan, dengan alas duduk pada bahunya, pergi ke dalam hutan. Tiba di bawah sebuah pohon palem, beliau membentangkan alas duduknya dan duduk bersila. Kemudian, ketika tengah hari telah berlalu, bayangan semua pohon telah bergerak, tetapi bayangan pohon palem itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

Kemudian, Mahānāma orang Sakya, yang sedang mengembara di sekitar setelah tengah hari, pergi ke Hutan Besar. Ia melihat bahwa, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon palem itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

Kemudian ia berpikir:

Pertapa Gotama adalah yang paling menakjubkan, paling mengagumkan. Beliau memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat. Mengapa? Karena, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon palem itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Pertapa Gotama.

Sang Bhagavā, bahwa telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon palem itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang tinggal di Hutan Besar di Vesālī. Pada waktu itu para bhikkhu telah meletakkan mangkuk-mangkuk di luar di atas tanah dan mangkuk Sang Bhagavā termasuk di antaranya.

Kemudian seekor monyet datang dan mengambil mangkuk Sang Bhagavā. Para bhikkhu mengusir monyet itu, khawatir ia akan merusak mangkuk Sang Buddha.

Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu: “Hentikan! Hentikan! Jangan mengganggunya. Ia tidak akan merusak mangkuk.”

Kemudian monyet itu membawa mangkuk Sang Buddha dan pergi ke sebuah pohon sāla. Ia dengan perlahan memanjat pohon itu. Setelah mencapai puncak pohon sāla, ia mengambil madu dan memenuhi mangkuk itu dengan madu. Turun dengan perlahan dari pohon itu, ia kembali dan mendekati Sang Buddha. Ia kemudian dengan hormat mempersembahkan mangkuk madu itu kepada Sang Bhagavā, tetapi Sang Bhagavā tidak menerimanya. Kemudian monyet itu mengundurkan diri ke satu sisi, mengambil sebatang kayu, dan membuang beberapa ekor serangga [dari madu di dalam mangkuk itu]. Setelah membuang beberapa ekor serangga, monyet itu mempersembahkan lagi [mangkuk itu] kepada Sang Buddha. Lagi Sang Buddha tidak menerimanya. Monyet itu lagi mengundurkan diri ke satu sisi, menambahkan air ke dalam madu, dan kembali untuk mempersembahkannya kepada Sang Buddha lagi. Sang Bhagavā dengan siap menerimanya. Melihat bahwa Sang Buddha telah menerima mangkuk madu itu, monyet itu sangat gembira. Dengan menari-nari dan berputar-putar di sekitar, ia pergi.

Bahwa Sang Bhagavā, dengan menerima semangkuk madu, membuat monyet itu bergembira, menari-nari, dan berputar-putar di sekitar sebelum pergi – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Vesālī di Aula Beratap Segitiga dekat Danau Monyet.

Pada waktu itu, Sang Bhagavā sedang mengeringkan alas duduknya di bawah terik matahari, menggoncang-goncang dan membersihkannya. Kemudian suatu awan besar yang tidak pada waktunya datang dan menutupi langit, dan akan menurunkan hujan; tetapi harus menunggu Sang Bhagavā. Setelah selesai mengeringkan, menggoncang-goncang, dan membersihkan alas duduknya, dan setelah meletakkannya pada suatu tempat tertentu, Sang Bhagavā mengambil sapu dan pergi ke teras. Ketika melihat Sang Bhagavā telah meletakkan alas duduk, awan besar mulai mengirimkan hujan yang sangat lebat yang membanjiri dataran tinggi dan lembah-lembah.

Bahwa Sang Bhagavā menyebabkan awan besar itu menunda hujan derasnya yang akan membanjiri dataran tinggi dan lembah-lembah, sampai ia melihat Sang Bhagavā telah meletakkan alas duduknya, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang tinggal di antara penduduk Vajjī, duduk di bawah sebatang pohon sāla kerajaan di dekat Hutan Sumber Air Panas.

Pada waktu itu, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon sāla kerajaan itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

Pada waktu itu pemilik Taman Rāma sedang memeriksa hutan itu. Ia melihat bahwa, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon sāla kerajaan itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

Kemudian ia berpikir:

Pertapa Gotama adalah yang paling menakjubkan dan paling mengagumkan. Ia memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat. Mengapa? Karena, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon sāla kerajaan itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Pertapa Gotama.

Sang Bhagavā, bahwa tengah hari telah berlalu, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon sāla kerajaan itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #2 on: 27 February 2016, 05:48:14 PM »
Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Tempat Pemujaan Ātumā. Pada waktu itu, saat fajar, ketika malam telah berakhir, Sang Bhagavā mengenakan jubahnya, membawa mangkuknya, dan memasuki desa Ātumā untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah selesai mengumpulkan dana makanan [dan memakan makanannya], beliau meletakkan jubah dan mangkuknya dan mencuci tangan dan kakinya. Dengan membawa alas duduk di bahunya, beliau memasuki tempat pemujaan untuk bermeditasi.

Pada waktu itu, terdapat badai besar dengan hujan es, yang membunuh empat ekor sapi dan dua orang petani. Selama [mengadakan] upacara pemakaman, keramaian orang membuat kegaduhan besar, yang bergema [ke semua sekelilingnya]. Sementara itu Sang Bhagavā telah bangkit dari meditasi duduknya pada sore hari dan pergi keluar dari tempat pemujaan untuk berlatih meditasi jalan di udara terbuka.

Pada waktu itu seseorang di antara keramaian besar itu melihat Sang Bhagavā telah bangkit dari meditasi duduknya pada sore hari dan keluar dari tempat pemujaan untuk berlatih meditasi jalan di udara terbuka. Maka, ia mendekati Sang Buddha dan, setelah memberikan penghormatan pada kaki [Sang Buddha], mengikuti beliau dalam meditasi jalan.
Melihat orang ini di belakangnya, Sang Buddha bertanya: “Mengapa keramaian orang membuat kegaduhan besar, yang bergema [ke semua sekelilingnya]?”

Orang itu menjawab:

Sang Bhagavā, hari ini terdapat badai besar dengan hujan es, yang membunuh empat ekor sapi dan dua orang petani. [Sekarang,] selama upacara pemakaman, keramaian orang membuat kegaduhan besar, yang bergema [ke semua sekelilingnya]. Sang Bhagavā, apakah anda tidak mendengar suaranya tadi?

Sang Bhagavā menjawab: “Aku tidak mendengar suara.”

[Orang itu] bertanya lagi: “Sang Bhagavā, apakah anda tertidur tadi?”

[Sang Bhagavā] menjawab: “Tidak.”

[Orang itu] bertanya lagi: “Sang Bhagavā, pada waktu itu anda terjaga [tetapi] anda tidak mendengar suara besar itu?”
[Sang Bhagavā] menjawab: “Demikianlah.”

Kemudian orang itu berpikir:

Sangat menakjubkan! Sangat mengagumkan! Betapa tenangnya Sang Tathāgata berdiam, yang bebas dari kemelekatan dan tercerahkan sempurna. Mengapa? [Karena beliau] tidak mendengar suara yang demikian ribut [walaupun] beliau sedang terjaga.

Bahwa Sang Bhagavā tidak mendengar suara yang demikian ribut [walaupun] beliau sedang terjaga, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā sedang berdiam di Uruvela di tepi Sungai Nerañjarā di bawah sebatang pohon banyan di dekat sungai itu, setelah baru saja mencapai jalan Kebuddhaan. Pada waktu itu hujan deras turun dan bertahan selama tujuh hari, yang membanjiri dataran tinggi dan lembah-lembah, dan segalanya berada di bawah air. Di tengah-tengah banjir itu Sang Bhagavā berlatih meditasi jalan di udara terbuka, dan menyebabkan debu naik.

Bahwa Sang Bhagavā berlatih meditasi jalan di udara terbuka di tengah-tengah banjir itu dan ini menyebabkan debu naik – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa Raja Māra mengikuti Sang Buddha selama enam tahun, dengan mencari untuk menemukan kesalahan dari dirinya. Tidak dapat menemukan kesalahan apa pun, ia menjadi bosan dan berbalik. Sang Bhagavā, bahwa Raja Māra mengikuti Sang Bhagavā selama enam tahun mencari untuk menemukan kesalahan dari dirinya dan, tidak dapat menemukan kesalahan apa pun, menjadi bosan dan berbalik – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā tetap penuh perhatian terhadap tubuhnya terus-menerus selama tujuh tahun. Bahwa Sang Bhagavā tetap penuh perhatian terhadap tubuhnya terus-menerus selama tujuh tahun – ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

Kemudian, Sang Bhagavā berkata:

Ānanda, ingatlah lebih jauh kualitas luar biasa Sang Tathāgata ini. Ānanda, Sang Tathāgata menyadari perasaan-perasaan ketika mereka muncul, bertahan, dan lenyap, dengan menyadarinya terus-menerus, tanpa satu saat pun tidak menyadarinya. Ānanda, Sang Tathāgata menyadari pemikiran-pemikiran ... persepsi-persepsi ketika mereka muncul, bertahan, dan lenyap, dengan menyadarinya terus-menerus, tanpa satu saat pun tidak menyadarinya. Oleh sebab itu, Ānanda, ingatlah lebih jauh kualitas luar biasa Sang Tathāgata ini.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Yang Mulia Ānanda dan para bhikkhu [lainnya] bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #3 on: 27 February 2016, 06:05:39 PM »
33. Kotbah tentang [Bagaimana Ānanda Menjadi] Pelayan

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika, Sang Buddha sedang berdiam di Rājagaha. Pada waktu itu, para bhikkhu senior dan siswa utama yang terkemuka, sangat dihormati, dan dimuliakan, seperti Yang Mulia Koṇḍañña; Yang Mulia Assaji; Yang Mulia Bhaddhiya, raja Sakya [sebelumnya]; Yang Mulia Mahānāma, orang Koliya; Yang Mulia Vappa; Yang Mulia Yasa; Yang Mulia Puṇṇa; Yang Mulia Vimala; Yang Mulia Qiehepoti;<120> Yang Mulia Xutuoye;<121> Yang Mulia Sāriputta; Yang Mulia Anuruddha; Yang Mulia Nanda; Yang Mulia Kimbila; Yang Mulia Revata; Yang Mulia Mahā Moggallāna; Yang Mulia Mahā Kassapa; Yang Mulia Mahā Koṭṭhita; Yang Mulia Mahā Cunda; Yang Mulia Mahā Kaccāyana; Yang Mulia Sesepuh Binnoujiatuniao;<122> Yang Mulia Sesepuh Yasa, penerbit mata uang;  dan para bhikhu senior dan siswa utama lainya yang demikian terkemuka, sangat dihormati, dan dimuliakan yang juga berdiam di Rājagaha, yang berdiam di dekat gubuk daun Sang Buddha.

Pada waktu itu, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Aku sudah tua sekarang. Tubuhku mulai merosot dan masa kehidupanku akan berakhir. Aku memerlukan seorang pelayan. Kalian semua pertimbangkanlah hal ini dan anjurkanlah seorang pelayan, seseorang yang akan mengurus kebutuhan sehari-hariku dengan tepat dan yang akan menerima ajaranku tanpa kehilangan maknanya.

Lalu, Yang Mulia Koṇḍañña bangkit dari tempat duduknya, mengatur jubahnya sehingga memperlihatkan satu bahu dan, dengan menyatukan telapak tangannya [untuk menghormat] kepada Sang Buddha, berkata: “Sang Bhagavā, aku berharap untuk mengurus kebutuhan sehari-hari anda dengan tepat dan menerima ajaranmu tanpa kehilangan maknanya.”

Sang Bhagavā berkata:

Koṇḍañña, engkau sendiri sudah tua. Tubuhmu [juga] mulai merosot dan masa kehidupanmu akan berakhir. Engkau sendiri memerlukan seorang pelayan. Koṇḍañña, engkau dapat kembali ke tempat dudukmu.

Lalu Yang Mulia Koṇḍañña memberikan penghormatan pada kaki Sang Buddha dan kembali ke tempat duduknya.

Dengan cara ini, Yang Mulia Assaji; Yang Mulia Bhaddhiya, raja Sakya [sebelumnya]; Yang Mulia Mahānāma, orang Koliya; Yang Mulia Vappa; Yang Mulia Yasa; Yang Mulia Puṇṇa; Yang Mulia Vimala; Yang Mulia Qiehepoti; Yang Mulia Xutuoye; Yang Mulia Sāriputta; Yang Mulia Anuruddha; Yang Mulia Nanda; Yang Mulia Kimbila; Yang Mulia Revata; Yang Mulia Mahā Moggallāna; Yang Mulia Mahā Kassapa; Yang Mulia Mahā Koṭṭhita; Yang Mulia Mahā Cunda; Yang Mulia Mahā Kaccāyana; Yang Mulia Sesepuh Binnoujiatuniao; Yang Mulia Sesepuh Yasa, penerbit mata uang – [masing-masing bergiliran] bangkit dari tempat duduknya, mengatur jubahnya sehingga memperlihatkan satu bahu dan, dengan menyatukan telapak tangannya [untuk menghormat] Sang Buddha, berkata: “Sang Bhagavā, aku berharap untuk mengurus kebutuhan sehari-hari anda dengan tepat dan menerima ajaranmu tanpa kehilangan maknanya.”

Sang Bhagavā berkata [kepada masing-masing dari mereka, dan akhirnya kepada Yasa]:

Yasa, engkau sendiri sudah tua. Tubuhmu [juga] mulai merosot dan masa kehidupanmu akan berakhir. Engkau sendiri memerlukan seorang pelayan. Yasa, engkau dapat kembali ke tempat dudukmu.

Lalu Yang Mulia Yasa memberikan penghormatan pada kaki Sang Buddha dan kembali ke tempat duduknya.

Pada waktu itu, Yang Mulia Mahā Moggallāna, yang berada di antara perkumpulan itu, berpikir:

Siapakah yang diharapkan Sang Bhagavā agar menjadi pelayannya? Bhikkhu manakah yang beliau maksudkan untuk dipilih mengurus beliau dengan tepat, dan menerima ajaran tanpa kehilangan maknanya? Biarlah aku memasuki konsentrasi sedemikian sehingga aku [dapat] menyelidiki pikiran para bhikkkhu dalam perkumpulan.

Kemudian Yang Mulia Mahā Moggallāna memasuki konsentrasi sedemikian sehingga ia [dapat] menyelidiki pikiran para bhikkhu dalam perkumpulan itu. Ia kemudian mengetahui bahwa Sang Bhagavā berharap agar Yang Mulia Ānanda menjadi pelayannya. Keinginan beliau adalah untuk memilih Ānanda guna mengurus kebutuhan sehari-harinya dengan tepat dan menerima ajarannya tanpa kehilangan maknanya. Kemudian Yang Mulia Mahā Moggallāna keluar dari konsentrasi dan berkata kepada para bhikkhu dalam perkumpulan itu:

Teman-teman yang mulia, apakah engkau mengetahui hal ini? Sang Bhagavā berharap agar Yang Mulia Ānanda menjadi pelayannya. Keinginan beliau adalah untuk memilih Ānanda guna mengurus kebutuhan sehari-harinya dengan tepat dan menerima ajarannya tanpa kehilangan maknanya. Teman-teman yang mulia, kita seharusnya sekarang bersama-sama mendekati Yang Mulia Ānanda dan membujuknya menjadi pelayan Sang Bhagavā.

Kemudian Yang Mulia Mahā Moggallāna bersama-sama dengan para bhikkhu lainnya mendekati Yang Mulia Ānanda. Setelah bertukar salam ramah-tamah, mereka duduk pada satu sisi. Kemudian, setelah duduk, Yang Mulia Mahā Moggallāna berkata:

Yang Mulia Ānanda, apakah engkau mengetahui hal ini? Sang Buddha berharap agar engkau menjadi pelayannya. Keinginan beliau adalah untuk memilih engkau guna mengurus kebutuhan sehari-harinya dengan tepat dan menerima ajarannya tanpa kehilangan maknanya.

Ānanda, seakan-akan jika terdapat, tidak jauh dari sebuah desa, sebuah aula beratap segitiga dengan sebuah menara pengawas dan sebuah jendela yang terbuka menghadap ke timur; cahaya matahari saat fajar akan menyinari dinding baratnya. Hal yang sama, teman Ānanda, Sang Bhagavā berharap agar engkau menjadi pelayannya. Keinginan beliau adalah: “Semoga Ānanda mengurus kebutuhan sehari-hariku dengan tepat dan menerima ajaranku tanpa kehilangan maknanya.” Teman Ānanda, semoga engkau sekarang menjadi pelayan Sang Bhagavā!

Yang Mulia Ānanda menjawab:

Yang Mulia Mahā Moggallāna, aku tidak berani menjadi pelayan Sang Bhagavā. Mengapa demikian? Sulit sesungguhnya untuk melayani seorang Buddha, seorang Bhagavā, dengan kata lain, untuk menjadi pelayan beliau. Yang Mulia Mahā Moggallāna, seakan-akan terdapat seekor gajah kerajaan yang besar, berusia enam puluh tahun penuh, agung, kuat, dengan gading yang lengkap dan tubuh penuh kekuatan; sungguh sulit untuk mendekatinya, dengan kata lain, untuk menjadi penjaganya. Sama halnya, Yang Mulia Mahā Moggallāna, dengan seorang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan dan tercerahkan sempurna; sungguh sulit untuk duduk dekat beliau, dengan kata lain, untuk menjadi pelayannya. Yang Mulia Mahā Moggallāna, inilah mengapa aku tidak [berani untuk] menjadi pelayan [Sang Bhagavā].

Yang Mulia Mahā Moggallāna menjawab:

Teman Ānanda, dengarkanlah selagi aku memberitahukanmu suatu perumpamaan. Orang bijaksana, ketika mendengar suatu perumpamaan, memahami maksudnya. Teman Ānanda, bagaikan bunga kumpulan pohon banyan, yang muncul di dunia pada waktunya. Teman Ānanda, Sang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan dan tercerahkan sempurna, seperti ini juga telah muncul di dunia pada waktunya. [Oleh sebab itu], teman Ānanda, cepatlah menjadi pelayan Sang Bhagavā, dan engkau, [Ānanda dari] [keluarga] Gotama, akan memperoleh buah besar.

Yang Mulia Ānanda menjawab:

Yang Mulia Mahā Moggallāna, jika Sang Bhagavā menganugerahkanku tiga permintaan, aku akan menjadi pelayan Sang Buddha. Apakah tiga hal itu? [Pertama,] aku tidak ingin memakai jubah, baru atau lama, yang [akan diberikan] kepada Sang Buddha. [Kedua,] aku tidak ingin [memakan] makanan yang dipersiapkan secara khusus untuk Sang Buddha. [Ketiga,] aku tidak ingin menemui Sang Buddha pada waktu yang tidak tepat.

Yang Mulia Mahā Moggallāna, jika Sang Bhagavā menganugerahkanku tiga permintaan ini, aku akan menjadi pelayan Sang Buddha.

Kemudian, setelah membujuk Yang Mulia Ānanda agar menjadi pelayan Sang Buddha, Yang Mulia Mahā Moggallāna bangkit dari tempat duduknya, mengelilingi Yang Mulia Ānanda, dan kembali. [Ia] mendekati Sang Buddha. Setelah memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha dan duduk pada satu sisi, ia berkata:

Sang Bhagavā, aku telah membujuk teman Ānanda yang mulia untuk menjadi pelayan Sang Buddha. Sang Bhagavā, teman Ānanda yang mulia meminta Sang Buddha menganugerahkannya tiga permintaan. Apakah tiga hal itu? [Pertama,] ia tidak ingin memakai jubah, baru atau lama, yang [diberikan] kepada Sang Buddha. [Kedua,] ia tidak ingin [memakan] makanan yang dipersiapkan secara khusus untuk Sang Buddha. [Ketiga,] ia tidak ingin menemui Sang Buddha pada waktu yang tidak tepat. [Ānanda berkata kepadaku:] “Yang Mulia Mahā Moggallāna, jika Sang Bhagavā menganugerahkanku tiga permintaan ini, aku akan menjadi pelayan Sang Buddha.”

Sang Bhagavā berkata:

Mahā Moggallāna, bhikkhu Ānanda adalah pandai dan bijaksana. Ia meramalkan bahwa terdapat kemungkinan kecaman dari teman-teman dalam kehidupan suci, yang mungkin berkata, “Bhikkhu Ānanda melayani Sang Bhagavā demi tujuan mendapatkan jubah.”

Mahā Moggallāna, bahwa bhikkhu Ānanda adalah pandai dan bijaksana dan meramalkan bahwa terdapat kemungkinan kecaman dari teman-teman dalam kehidupan suci, yang mungkin berkata, “Bhikkhu Ānanda melayani Sang Bhagavā demi tujuan mendapatkan jubah,” ini adalah suatu kualitas luar biasa bhikkhu Ānanda.

Mahā Moggallāna, bhikkhu Ānanda adalah pandai dan bijaksana. Ia meramalkan bahwa terdapat kemungkinan kecaman dari teman-teman dalam kehidupan suci, yang mungkin berkata, “Bhikkhu Ānanda melayani Sang Bhagavā demi tujuan mendapatkan makanan.”

Mahā Moggallāna, bahwa bhikkhu Ānanda adalah pandai dan bijaksana dan meramalkan bahwa terdapat kemungkinan kecaman dari teman-teman dalam kehidupan suci, yang mungkin berkata, “Bhikkhu Ānanda melayani Sang Bhagavā demi tujuan mendapatkan makanan,” ini adalah suatu kualitas luar biasa bhikkhu Ānanda.

Mahā Moggallāna, bhikkhu Ānanda terampil dalam mengetahui waktu [yang tepat] dan dalam membedakan dengan benar waktu [yang tepat]. Ia mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengunjungi Sang Tathāgata, dan ia mengetahui kapan bukan waktu yang tepat untuk mengunjungi Sang Tathāgata; kapan waktu yang tepat bagi perkumpulan para bhikkhu atau perkumpulan para bhikkhuni untuk mengunjungi Sang Tathāgata, dan kapan bukan waktu yang tepat bagi perkumpulan para bhikkhu atau perkumpulan para bhikkhuni untuk mengunjungi Sang Tathāgata; kapan waktu yang tepat bagi perkumpulan para umat awam laki-laki dan perempuan untuk mengunjungi Sang Tathāgata, dan kapan bukan waktu yang tepat bagi perkumpulan para umat awam laki-laki dan perempuan untuk mengunjungi Sang Tathāgata; kapan waktu yang tepat bagi banyak pertapa non-Buddhis dan brahmana untuk mengunjungi Sang Tathāgata, dan kapan bukan waktu yang tepat bagi banyak pertapa non-Buddhis dan brahmana untuk mengunjungi Sang Tathāgata. Ia mengetahui apakah seseorang dari banyak pertapa non-Buddhis dan brahmana dapat berdiskusi dengan Sang Tathāgata, atau apakah seseorang dari banyak pertapa non-Buddhis dan brahmana tidak dapat berdiskusi dengan Sang Tathāgata.

Ia mengetahui manakah makanan, jika dimakan, dikecap, dan dicerna oleh Sang Tathāgata, akan membuat beliau tenang dan sehat; dan ia mengetahui manakah makanan, jika dimakan, dikecap, dan dicerna oleh Sang Tathāgata, tidak akan membuat beliau tenang dan sehat. Ia mengetahui manakah makanan, jika dimakan, dikecap, dan dicerna oleh Sang Tathāgata, akan menyebabkan beliau mengajarkan Dharma lebih fasih; dan ia mengetahui manakah makanan, jika dimakan, dikecap, dan dicerna oleh Sang Tathāgata, tidak akan menyebabkan beliau mengajarkan Dharma lebih fasih. Ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa bhikkhu Ānanda.

Mahā Moggallāna, walaupun bhikkhu Ānanda tidak memiliki pengetahuan tentang pikiran orang lain, ia mengetahui dengan baik bahwa Sang Buddha akan bangkit dari duduk bermeditasi pada sore hari untuk mengajar orang-orang, bahwa demikianlah praktek Sang Tathāgata untuk hari ini, atau bahwa demikianlah berdiamnya Sang Tathāgata dalam kebahagiaan di sini dan saat ini. Ia berkata dengan hati-hati, berdasarkan apa yang dikatakan, mengatakan kebenaran dan bukan sebaliknya. Ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa bhikkhu Ānanda.

Yang Mulia Ānanda telah berkata, “Teman-teman yang mulia, aku telah melayani Sang Buddha selama dua puluh lima tahun, [tetapi] bahwa aku karena alasan itu menjadi sombong, itu tidak terjadi.” Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Yang Mulia Ānanda juga telah berkata, “Teman-teman yang mulia, aku telah melayani Sang Buddha selama dua puluh lima tahun dan aku tidak pernah pergi menemui beliau pada waktu yang tidak tepat.” Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Yang Mulia Ānanda juga telah berkata, “Teman-teman yang mulia, aku telah melayani Sang Buddha selama dua puluh lima tahun dan aku tidak pernah ditegur oleh Sang Buddha, kecuali pada satu kejadian, yang disebabkan oleh orang lain.” Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Yang Mulia Ānanda juga telah berkata, “Teman-teman yang mulia, aku telah menerima delapan puluh ribu ajaran dari Sang Tathāgata dan telah mengingatnya tanpa melupakannya, [tetapi] bahwa karena alasan itu aku menjadi sombong, itu tidak terjadi.” Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Yang Mulia Ānanda juga telah berkata, “Teman-teman yang mulia, aku telah menerima delapan puluh ribu ajaran dari Sang Tathāgata, dan sejak awal aku tidak pernah [perlu] bertanya [untuk mendengarkannya] lagi, kecuali untuk satu syair, dan itu bukan suatu [syair yang] mudah [untuk dipahami].” Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Yang Mulia Ānanda juga telah berkata, “Teman-teman yang mulia, aku telah menerima delapan puluh ribu ajaran dari Sang Tathāgata, dan sejak awal aku tidak pernah mencari orang lain untuk menerima ajaran.” Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Yang Mulia Ānanda juga telah berkata, “Teman-teman yang mulia, aku telah menerima delapan puluh ribu ajaran dari Sang Tathāgata, dan sejak awal aku tidak pernah berpikir: ‘Aku menerima ajaran-ajaran ini sehingga aku dapat mengajarkannya kepada orang lain.’ Teman-teman yang mulia, aku hanya bermaksud untuk mendisiplinkan dan menenangkan diriku untuk mencapai nirvana akhir.” Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Yang Mulia Ānanda juga telah berkata, “Teman-teman yang mulia, adalah paling menakjubkan, paling mengagumkan bahwa empat perkumpulan datang menemuiku untuk mendengarkan Dharma, [tetapi] bahwa karena alasan itu aku menjadi sombong, itu tidak terjadi. Aku bahkan tidak mengantisipasi: ‘[Jika] mereka datang dan mengajukan pertanyaan, aku akan menjawab seperti ini dan seperti ini.’ Alih-alih, teman-teman yang mulia, ketika duduk [untuk mengajar], aku [menjawab] sesuai dengan maknanya dan dengan apa yang tepat.” Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Yang Mulia Ānanda juga telah berkata, “Teman-teman yang mulia, adalah paling menakjubkan, paling mengagumkan, bahwa ketika banyak pertapa non-Buddhis atau brahmana datang untuk menanyaiku pertanyaan, tidak terjadi bahwa aku akan menjadi takut atau khawatir, atau bahwa rambut tubuhku akan berdiri tegak. Aku bahkan tidak mengantisipasi: ‘[Jika] mereka datang dan mengajukan pertanyaan, aku akan menjawab seperti ini dan seperti ini.’ Alih-alih, teman-teman yang mulia, ketika duduk [untuk mengajar], aku [menjawab] sesuai dengan maknanya dan dengan apa yang tepat.” Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Lagi, pada suatu ketika Yang Mulia Sāriputta, Yang Mulia Mahā Moggallāna, dan Yang Mulia Ānanda sedang berdiam di Gunung Salaḷāgāra di Sāvatthī.<123> Pada waktu itu, Yang Mulia Sāriputta bertanya [kepada Ānanda], “Teman Ānanda, selama dua puluh lima tahun pelayananmu kepada Sang Bhagavā, apakah engkau ingat keinginan pernah muncul dalam pikiranmu?”

Yang Mulia Ānanda menjawab: “Yang Mulia Sāriputta, aku [hanya] seorang siswa dalam latihan yang lebih tinggi dan belum meninggalkan keinginan.”

Yang Mulia Sāriputta bertanya lagi:

Teman Ānanda, aku tidak bertanya kepadamu apakah engkau adalah seorang siswa dalam latihan yang lebih tinggi atau seseorang yang melampaui latihan. Alih-alih, aku bertanya kepadamu apakah engkau ingat keinginan pernah muncul dalam pikiranmu selama dua puluh lima tahun pelayananmu kepada Sang Bhagavā.

Yang Mulia Sāriputta mengulangi pertanyaan tiga kali: “Teman Ānanda, selama dua puluh lima tahun pelayananmu kepada Sang Bhagavā, apakah engkau ingat keinginan pernah muncul dalam pikiranmu?” Dan tiga kali Yang Mulia Ānanda memberikan jawaban yang sama: “Yang Mulia Sāriputta, aku [hanya] seorang siswa dalam latihan yang lebih tinggi dan belum meninggalkan keinginan.”

Yang Mulia Sāriputta berkata lagi:

Teman Ānanda, aku tidak bertanya kepadamu apakah engkau adalah seorang siswa dalam latihan yang lebih tinggi atau seseorang yang melampaui latihan. Alih-alih, aku bertanya kepadamu apakah engkau ingat keinginan pernah muncul dalam pikiranmu selama dua puluh lima tahun pelayananmu kepada Sang Bhagavā.

Kemudian Yang Mulia Mahā Moggallāna berkata: “Teman Ānanda, jawablah pertanyaan itu segera! Jawablah pertanyaan itu segera! Janganlah menyulitkan [bhikkhu] senior yang paling dihormati.”

Kemudian, Yang Mulia Ānanda menjawab:

Yang Mulia Sāriputta, dari awal dua puluh lima tahun pelayananku kepada Sang Bhagavā aku tidak ingat keinginan pernah muncul dalam pikiranku. Mengapa demikian? [Karena] aku selalu memiliki rasa malu dan segan ketika mendekati Sang Buddha dan teman-temanku yang bijaksana dalam kehidupan suci.

Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #4 on: 27 February 2016, 06:06:32 PM »
Lagi, pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Gunung Puncak Burung Bangkai dekat Rājagaha. Pada waktu itu, Sang Bhagavā berkata kepada Ānanda: “Ānanda, ketika engkau berbaring, engkau seharusnya berlatih cara berbaring singa.”

Yang Mulia Ānanda menanggapi: “Sang Bhagavā, bagaimanakah cara berbaring singa, raja para binatang?”

Sang Bhagavā menjawab:

Ānanda, singa, raja para binatang, setelah mencari makanan selama siang hari, memasuki sebuah gua untuk tidur. Ketika ia ingin tidur, ia meletakkan satu kaki di atas kaki lainnya dengan ekor direntangkan di belakang dan berbaring pada sisi kanan. Pada pagi hari, ketika malam berakhir, ia memeriksa tubuhnya sendiri. Jika singa, raja para binatang, melihat tubuhnya tidak lurus, maka ia tidak bergembira. Setelah bangkit dari berbaring, ia pergi keluar gua dan menggeram beberapa kali. Setelah menggeram beberapa kali, ia memeriksa tubuhnya sendiri lagi. Setelah memeriksa tubuhnya sendiri, ia melihat ke sekeliling ke empat arah. Setelah melihat ke sekeliling ke empat arah, ia mengaum tiga kali dan kemudian pergi keluar mencari makanan. Demikianlah cara berbaring singa, raja para binatang.

Kemudian Yang Mulia Ānanda berkata: “Sang Bhagavā, jika demikian adalah cara berbaring singa, raja para binatang, bagaimanakah cara berbaring seorang bhikkhu?”

Sang Bhagavā menjawab:

Ānanda, ketika seorang bhikkhu hidup bergantung pada sebuah desa atau kota, di pagi hari, ketika malam berakhir, ia meletakkan jubahnya, mengambil mangkuknya, dan kemudian memasuki desa untuk mengumpulkan dana makanan, dengan tubuhnya terlindungi dengan baik, indera-inderanya terjaga, dan perhatian penuh berkembang. Setelah selesai mengumpulkan dana makanan di desa atau kota, [dan memakan makanannya], ia meletakkan jubah dan mangkuknya, mencuci tangan dan kakinya, dan kemudian pergi ke suatu tempat yang sunyi, dengan membawa sebuah alas duduk dengannya pada bahunya.

Ia berdiri atau duduk dalam meditasi di bawah sebatang pohon atau di dalam sebuah gubuk kosong, memurnikan pikiran dari rintangan apa pun. Setelah menghabiskan hari berlatih meditasi berjalan atau duduk untuk memurnikan pikiran dari rintangan apa pun, pada waktu jaga pertama dari malam hari ia berlatih lagi meditasi berjalan atau duduk untuk memurnikan pikiran dari rintangan apa pun.

Setelah berlatih meditasi berjalan atau duduk untuk memurnikan pikiran dari rintangan apa pun selama waktu jaga pertama dari malam hari, pada waktu jaga pertengahan dari malam hari ia memasuki sebuah gubuk untuk tidur. Ia melipat jubah atasnya dalam empat lipatan dan menempatkannya di atas tempat tidur, dan ia melipat jubah luarnya untuk dijadikan bantal.

Ia berbaring pada sisi kanannya, dengan menempatkan satu kaki di atas kaki lainnya, terus-menerus mempertahankan kejernihan persepsi, perhatian penuh, dan kewaspadaan penuh dalam pikirannya, dan terus-menerus menyadari pemikiran untuk bangun [pada waktu yang tepat].

Pada waktu jaga terakhir dari malam hari, ia bangun untuk berlatih meditasi berjalan atau duduk untuk memurnikan pikiran dari rintangan apa pun. Ini adalah bagaimana seorang bhikkhu berbaring menurut cara singa.

Yang Mulia Ānanda berkata: “Sang Bhagavā, ini [sesungguhnya] bagaimana seorang bhikkhu berbaring menurut cara singa.” Yang Mulia Ānanda [kemudian] sering berkata:

Teman-teman yang mulia, sejak waktu Sang Bhagavā mengajarkanku kiasan cara berbaring singa, aku tidak pernah tidur pada sisi kiriku.

Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Lagi, pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di hutan pohon sāla milik orang-orang Mala Kusināra, yang disebut Upavattana. Pada waktu itu Sang Bhagavā, yang akan mencapai nirvana akhir, berkata:

Ānanda, pergilah ke tempat di antara pohon sāla kembar dan aturlah sebuah tempat tidur untuk Sang Tathāgata, dengan kepala menghadap ke utara. Sang Tathāgata akan mencapai nirvana akhir selama waktu jaga pertengahan dari malam hari.

Setelah menerima perintah Sang Tathāgata, Yang Mulia Ānanda pergi menuju pohon [sāla] kembar. Di antara pohon kembar itu, [ia] mengatur sebuah tempat tidur untuk Sang Tathāgata, dengan kepala menghadap ke utara. Setelah mengatur tempat tidur, [ia] kembali kepada Sang Buddha, memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, berdiri pada satu sisi, dan berkata:

Sang Bhagavā, aku telah mengatur sebuah tempat tidur untuk Sang Tathāgata, di antara pohon [sāla] kembar dengan kepala menghadap ke utara. Semoga Sang Bhagavā sendiri mengetahui waktu yang tepat.

Kemudian Sang Bhagavā meminta Yang Mulia Ānanda membawanya ke [tempat] di antara pohon sāla kembar. [Sang Buddha] melipat jubah atasnya dalam empat lipatan, membentangkannya pada tempat tidur, melipat jubah luarnya untuk dijadikan bantal, dan kemudian berbaring pada sisi kanan dengan satu kaki di atas kaki lainnya.

Pada saat terakhir [sebelum] nirvana akhir Sang Buddha, Yang Mulia Ānanda, yang telah melayani Sang Buddha [dengan berdiri di belakangnya] dengan sebuah kipas di tangan, sedang mengusap air mata dengan tangannya, berpikir:

Sebelumnya perkumpulan para bhikkhu dari segala penjuru datang, berharap menemui Sang Bhagavā, melayani beliau, dan memberikan penghormatan kepada beliau. Mereka semua dapat, setiap saat, menemui Sang Bhagavā, melayani beliau, dan memberikan penghormatan kepada beliau. Tetapi ketika mereka mendengar bahwa Sang Bhagavā telah mencapai nirvana akhir, mereka tidak akan lagi datang menemui Sang Bhagavā, melayani beliau, dan memberikan penghormatan kepada beliau. Dan aku juga tidak akan lagi dapat menemui Sang Buddha setiap saat, untuk melayani beliau, dan memberikan penghormatan kepada beliau.

Kemudian Sang Bhagavā bertanya kepada para bhikkhu, “Di manakah bhikkhu Ānanda sekarang?”

Para bhikkhu berkata:

Sang Bhagavā, Yang Mulia Ānanda, yang melayani Sang Buddha [dengan berdiri di belakang anda] dengan sebuah kipas di tangan, sedang mengusap air mata dengan tangannya, berpikir, “Sebelumnya perkumpulan para bhikkhu dari segala penjuru datang, berharap menemui Sang Bhagavā, melayani beliau, dan memberikan penghormatan kepada beliau. Mereka semua dapat, setiap saat, menemui Sang Bhagavā, melayani beliau, dan memberikan penghormatan kepada beliau. Tetapi ketika mereka mendengar bahwa Sang Bhagavā telah mencapai nirvana akhir, mereka tidak akan lagi datang menemui Sang Bhagavā, melayani beliau, dan memberikan penghormatan kepada beliau. Dan aku juga tidak akan lagi dapat menemui Sang Buddha setiap saat, untuk melayani beliau, dan memberikan penghormatan kepada beliau.”

Kemudian Sang Bhagavā berkata:

Ānanda! Janganlah menangis! Janganlah bersedih! Mengapa demikian? Ānanda, engkau telah melayaniku dengan hormat, dengan berlatih cinta-kasih dalam perbuatan jasmani, ucapan, dan pikiranmu sepenuh hati dari awal, dan engkau telah memastikan kebahagiaan dan kenyamananku tanpa batas, tak terbatas, tanpa batasan.

Ānanda, sehubungan dengan para Tathāgata dari masa lampau, yang bebas dari kemelekatan dan tercerahkan sempurna, [siapa pun] para pelayan yang mereka miliki, tidak ada dari mereka yang melampauimu.

Ānanda, sehubungan dengan para Tathāgata dari masa depan, yang bebas dari kemelekatan dan tercerahkan sempurna, [siapa pun] para pelayan yang mereka miliki, tidak ada dari mereka yang melampauimu. Ānanda, sehubungan dengan diriku sendiri, Sang Tathāgata dari masa sekarang, yang bebas dari kemelekatan dan tercerahkan sempurna, [siapa pun] para pelayan yang kumiliki, tidak ada dari mereka yang melampauimu.

Mengapa demikian? [Karena engkau,] Ānanda, terampil dalam mengetahui waktu [yang tepat] dan dalam membedakan dengan benar waktu [yang tepat]. Engkau mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengunjungi Sang Tathāgata dan engkau mengetahui kapan bukan waktu yang tepat untuk mengunjungi Sang Tathāgata; kapan waktu yang tepat bagi perkumpulan para bhikkhu atau perkumpulan para bhikkhuni untuk mengunjungi Sang Tathāgata dan kapan bukan waktu yang tepat bagi perkumpulan para bhikkhu atau perkumpulan para bhikkhuni untuk mengunjungi Sang Tathāgata; kapan waktu yang tepat bagi perkumpulan para umat awam laki-laki dan perempuan untuk mengunjungi Sang Tathāgata dan kapan bukan waktu yang tepat bagi perkumpulan para umat awam laki-laki dan perempuan untuk mengunjungi Sang Tathāgata; kapan waktu yang tepat bagi banyak pertapa non-Buddhis dan brahmana untuk mengunjungi Sang Tathāgata dan kapan bukan waktu yang tepat bagi banyak pertapa non-Buddhis dan brahmana untuk mengunjungi Sang Tathāgata.

Engkau mengetahui apakah seseorang dari banyak pertapa non-Buddhis dan brahmana dapat berdiskusi dengan Sang Tathāgata, atau apakah seseorang dari banyak pertapa non-Buddhis dan brahmana tidak dapat berdiskusi dengan Sang Tathāgata.

Engkau mengetahui manakah makanan, jika dimakan, dikecap, dan dicerna oleh Sang Tathāgata, akan membuat beliau tenang dan sehat; dan engkau mengetahui manakah makanan, jika dimakan, dikecap, dan dicerna oleh Sang Tathāgata, tidak akan membuat beliau tenang dan sehat. Engkau mengetahui manakah makanan, jika dimakan, dikecap, dan dicerna oleh Sang Tathāgata, akan menyebabkan beliau mengajarkan Dharma lebih fasih; dan engkau mengetahui manakah makanan, jika dimakan, dikecap, dan dicerna oleh Sang Tathāgata, tidak akan menyebabkan beliau mengajarkan Dharma lebih fasih.

Lebih lanjut, Ānanda, walaupun engkau tidak memiliki pengetahuan tentang pikiran orang lain, engkau mengetahui dengan baik bahwa Sang Buddha akan bangkit dari duduk bermeditasi pada sore hari untuk mengajar orang-orang, bahwa demikianlah praktek Sang Tathāgata untuk hari ini, atau bahwa demikianlah berdiamnya Sang Tathāgata dalam kebahagiaan di sini dan saat ini. Engkau berkata dengan hati-hati, berdasarkan apa yang dikatakan, mengatakan kebenaran dan bukan sebaliknya.

Kemudian, dengan bermaksud membuat Yang Mulia Ānanda gembira, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Seorang raja pemutar-roda memiliki empat kualitas luar biasa.

Apakah empat hal itu? Ketika suatu perkumpulan khattiya pergi mengunjungi raja pemutar-roda, maka jika ia berdiam diri, mereka bergembira ketika melihatnya; dan jika ia berbicara, mereka bergembira mendengarkannya. Ketika suatu perkumpulan brahmana ... perumah tangga ... pertapa pergi mengunjungi raja pemutar-roda, maka jika berdiam diri, mereka bergembira ketika melihatnya; dan jika ia berbicara, mereka bergembira mendengarkannya.

Bhikkhu Ānanda juga memiliki empat kualitas luar biasa. Apakah empat hal itu? Ketika suatu perkumpulan para bhikkhu pergi mengunjungi Ānanda, maka jika ia berdiam diri, mereka bergembira ketika hanya melihatnya; dan jika ia berbicara, mereka bergembira mendengarkan [apa yang ia katakan]. Ketika suatu perkumpulan para bhikkhuni ... umat awam laki-laki ... umat awam perempuan pergi mengunjungi Ānanda, maka jika ia berdiam diri, mereka bergembira ketika hanya melihatnya; dan jika ia berbicara, mereka bergembira mendengarkan [apa yang ia katakan].

Lebih lanjut, ketika Ānanda mengajarkan Dharma kepada suatu perkumpulan, terdapat empat kualitas [dalam pengajarannya].

Apakah empat hal itu? Bhikkhu Ānanda mengajarkan Dharma kepada suatu perkumpulan para bhikkhu sepenuh hati, bukan sebaliknya. Dan, perkumpulan para bhikkhu berpikir, “Semoga Yang Mulia Ānanda berlanjut mengajarkan Dharma. Semoga beliau tidak berhenti [mengajar] di pertengahan jalan.” Perkumpulan para bhikkhu tidak pernah menjadi lelah terhadap pengajaran Dharma-nya sampai bhikkhu Ānanda berdiam diri dengan keinginannya sendiri.

Ia mengajarkan Dharma kepada suatu perkumpulan para bhikkhuni ... umat awam laki-laki ... umat awam perempuan sepenuh hati, bukan sebaliknya. Dan mereka berpikir, “Semoga Yang Mulia Ānanda berlanjut mengajarkan Dharma. Semoga beliau tidak berhenti [mengajar] di pertengahan jalan.” Perkumpulan umat awam perempuan tidak pernah menjadi lelah terhadap pengajaran Dharma-nya sampai bhikkhu Ānanda berdiam diri dengan keinginannya sendiri.

Lagi, pada suatu ketika, tak lama setelah Sang Buddha telah mencapai nirvana akhir, Yang Mulia Ānanda sedang berdiam di antara orang-orang Vajjī, di sebuah desa orang Vajjī. Pada waktu itu, Yang Mulia Ānanda sedang mengajarkan Dharma, dikelilingi oleh tak terhitung ratusan dan ribuan orang. Yang Mulia Vajjiputta juga berada di antara perkumpulan itu. Yang Mulia Vajjiputta berpikir dalam dirinya sendiri:

Apakah Yang Mulia Ānanda seorang siswa dalam latihan yang lebih tinggi dan belum meninggalkan keinginan? Biarlah aku memasuki konsentrasi sedemikian sehingga aku [dapat] memeriksa pikiran Yang Mulia Ānanda.

Kemudian Yang Mulia Vajjiputta memasuki konsentrasi sedemikian sehingga ia [dapat] memeriksa pikiran Yang Mulia Ānanda. Dengan cara ini Yang Mulia Vajjiputta mengetahui bahwa Yang Mulia Ānanda masih seorang siswa dalam latihan yang lebih tinggi dan belum meninggalkan keinginan.

Yang Mulia Vajjiputta kemudian bangkit dari konsentrasi dan mengucapkan sebuah syair kepada Yang Mulia Ānanda:

Gunung-gunung dan hutan menenangkan pemikiran-pemikiran
dan membuat nirvana memasuki pikiran.
[Jika engkau], [Ānanda] Gotama, bermeditasi tanpa gangguan,
Segera [engkau] akan merealisasi jalan kedamaian.

Kemudian Yang Mulia Ānanda, setelah menerima ajaran yang diberikan oleh Yang Mulia Vajjiputta, meninggalkan keramaian orang untuk tinggal dalam kesunyian dan berlatih dengan tekun tanpa terganggu.

Setelah meninggalkan keramaian orang untuk tinggal dalam kesunyian dan berlatih dengan tekun, ia mencapai puncak kehidupan suci sepenuhnya, demi tujuan di mana seorang anggota keluarga mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan. Dalam kehidupan ini juga, ia secara pribadi mencapai mencapai pemahaman dan pencerahan, dan berdiam setelah secara pribadi mencapai realisasi. Ia mengetahui sebagaimana adanya: “Kelahiran telah diakhiri, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan. Tidak akan ada kelangsungan lain.”

Yang Mulia Ānanda telah mengetahui Dharma ... (dan seterusnya sampai dengan) ... mencapai Kearahantaan. Yang Mulia Ānanda berkata:

Teman-teman yang mulia, ketika aku sedang duduk di tempat tidur dan akan berbaring, ketika kepalaku akan menyentuh bantal, semua noda dihancurkan dan aku mencapai pembebasan pikiran.

Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Yang Mulia Ānanda juga berkata: “Teman-teman yang mulia, aku akan mencapai nirvana akhir dengan duduk bersila.” Kemudian Yang Mulia Ānanda duduk bersila dan mencapai nirvana akhir. Bahwa Yang Mulia Ānanda [dapat] membuat suatu pernyataan demikian, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Ānanda.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #5 on: 27 February 2016, 06:09:34 PM »
34. Kotbah oleh Bakkula<124>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika, tidak lama setelah nirvana akhir Sang Buddha, Yang Mulia Bakkula sedang berdiam di Rājagaha, di Hutan Bambu, di Tempat Perlindungan Tupai.

Pada waktu itu, suatu sore ketika mengembara di sekeliling, seorang praktisi non-Buddhis yang telah menjadi teman baik Yang Mulia Bakkula sejak waktu ia meninggalkan keduniawian, mendekati Yang Mulia Bakkula, bertukar salam, dan duduk pada satu sisi.

Praktisi non-Buddhis itu berkata, “Teman Bakkula, aku ingin bertanya suatu pertanyaan. Akankah engkau mendengarkannya?”

Yang Mulia Bakkula menjawab, “Praktisi ajaran lain, tanyakanlah apa yang engkau inginkan. Setelah mendengarkannya, aku akan mempertimbangkannya.”

Praktisi non-Buddhis itu bertanya, “Teman Bakkula, berapa lama engkau telah berlatih sang jalan dalam ajaran dan disiplin sejati ini?”

Yang Mulia Bakkula menjawab, “Praktisi ajaran lain, aku telah berlatih sang jalan dalam ajaran dan disiplin sejati ini selama delapan puluh tahun.”

Praktisi non-Buddhis itu bertanya lebih lanjut:

Teman Bakkula, selama delapan puluh tahun berlatih sang jalan dalam ajaran dan disiplin sejati ini, apakah engkau ingat pernah melakukan hubungan seksual?

Yang Mulia Bakkula menjawab praktisi non-Buddhis itu:

Engkau seharusnya tidak menanyakan pertanyaan demikian. Alih-alih [engkau seharusnya] menanyakan suatu pertanyaan yang berbeda, “Teman Bakkula, selama delapan puluh tahun berlatih sang jalan dalam ajaran dan disiplin sejati ini, apakah engkau ingat pernah memunculkan pikiran keinginan seksual apa pun?” Ini, praktisi ajaran lain, adalah pertanyaan yang seharusnya engkau tanyakan.

Kemudian praktisi non-Buddhis itu berkata demikian:

Aku sekarang menanyakan suatu pertanyaan yang berbeda, teman Bakkula: Selama delapan puluh tahun berlatih sang jalan dalam ajaran dan disiplin sejati ini, apakah engkau ingat pernah memunculkan pikiran keinginan seksual apa pun?

Terhadap hal ini, [hanya] karena praktisi non-Buddhis itu menanyakan pertanyaan itu, Yang Mulia Bakkula berkata kepada para bhikkhu:

Teman-teman yang mulia, aku telah berlatih sang jalan dalam ajaran dan disiplin sejati ini selama delapan puluh tahun, tetapi bahwa karena alasan ini kesombongan muncul [dalam diriku], ini tidak terjadi.

Bahwa Yang Mulia Bakkula [dapat] membuat pernyataan ini, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Bakkula.

Lagi, Yang Mulia Bakkula menyatakan:

Teman-teman yang mulia, selama delapan puluh tahun berlatih sang jalan dalam ajaran dan disiplin sejati ini aku tidak pernah memiliki pikiran keinginan seksual apa pun.

Bahwa Yang Mulia Bakkula [dapat] membuat pernyataan ini, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Bakkula.

Lagi, Yang Mulia Bakkula menyatakan, “Teman-teman yang mulia, aku telah memakai jubah [dari] kain bekas selama delapan puluh tahun, tetapi bahwa karena alasan ini kesombongan muncul [dalam diriku], ini tidak terjadi.”

Bahwa Yang Mulia Bakkula [dapat] membuat pernyataan ini, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Bakkula.

Lagi, Yang Mulia Bakkula menyatakan:

Teman-teman yang mulia, aku telah memakai jubah [dari] kain bekas selama delapan puluh tahun, aku tidak ingat pernah menerima jubah dari seorang pengikut awam, memotong kain untuk membuat jubah, menyuruh para bhikkhu lain membuat jubah [untukku], atau menjahit jubah atau tas dengan jarum, tidak bahkan sehelai benang pun.

Bahwa Yang Mulia Bakkula [dapat] membuat pernyataan ini, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Bakkula.

Lagi, Yang Mulia Bakkula menyatakan, “Teman-teman yang mulia, aku telah mengumpulkan dana makanan selama delapan puluh tahun, tetapi bahwa karena alasan ini kesombongan muncul [dalam diriku], ini tidak terjadi.”

Bahwa Yang Mulia Bakkula [dapat] membuat pernyataan ini, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Bakkula.

Lagi, Yang Mulia Bakkula menyatakan:

Teman-teman yang mulia, dalam delapan puluh tahunku mengumpulkan dana makanan aku tidak ingat pernah menerima undangan dari seorang pengikut awam, pernah pergi melampaui [waktu yang tepat untuk] mengumpulkan dana makanan, pernah meminta makanan dari suatu rumah tangga yang besar sedemikian sehingga agar mendapatkan makanan yang bersih, baik, sangat bagus dan mewah untuk dimakan, dikecap, dan dicerna. Aku tidak pernah melihat wajah wanita. Aku tidak ingat pernah memasuki suatu tempat kediaman para bhikkhuni. Aku tidak ingat pernah bertukar salam dengan seorang bhikkhuni, atau bahkan berbicara [dengan seorang bhikkhuni] di jalan.

Bahwa Yang Mulia Bakkula [dapat] membuat pernyataan ini, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Bakkula.

Lagi, Yang Mulia Bakkula menyatakan:

Teman-teman yang mulia, selama delapan puluh tahunku berlatih sang jalan dalam ajaran dan disiplin sejati ini aku tidak ingat pernah melatih seorang samanera, ataupun aku tidak ingat pernah mengajarkan Dharma kepada seorang pengikut awam, tidak bahkan sebait syair dari empat baris.

Bahwa Yang Mulia Bakkula [dapat] membuat pernyataan ini, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Bakkula.

Lagi, Yang Mulia Bakkula menyatakan:

Teman-teman yang mulia, selama delapan puluh tahunku berlatih sang jalan dalam ajaran dan disiplin sejati ini aku tidak pernah sakit, tidak bahkan menderita sakit kepala untuk sesaat. Aku tidak ingat pernah mengkonsumsi obat, tidak bahkan sepotong buah myrobalan.

Bahwa Yang Mulia Bakkula [dapat] membuat pernyataan ini, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Bakkula.

Lagi, Yang Mulia Bakkula menyatakan:

Teman-teman yang mulia, dalam delapan puluh tahunku berlatih meditasi duduk dalam posisi bersila, aku tidak pernah bersandar pada sebuah dinding atau sebatang pohon.

Bahwa Yang Mulia Bakkula [dapat] membuat pernyataan ini, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Bakkula.

Lagi, Yang Mulia Bakkula menyatakan, “Teman-teman yang mulia, dalam tiga hari dan tiga malam, aku mencapai realisasi [pengetahuan] berunsur tiga.”

Bahwa Yang Mulia Bakkula [dapat] membuat pernyataan ini, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Bakkula.

Lagi, Yang Mulia Bakkula menyatakan, “Teman-teman yang mulia, aku akan mencapai Nirvana akhir dalam posisi duduk bersila.” Kemudian Yang Mulia Bakkula mencapai nirvana akhir dalam posisi duduk bersila.

Bahwa Yang Mulia Bakkula mencapai nirvana akhir dalam posisi duduk bersila, ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa Yang Mulia Bakkula.

Demikianlah pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh Yang Mulia Bakkula. Pada waktu itu, praktisi non-Buddhis itu dan para bhikkhu, setelah mendengarkan pernyataan-pernyataan ini, bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #6 on: 27 February 2016, 06:17:50 PM »
35. Kotbah kepada Asura<125>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika, Sang Buddha sedang berdiam di Verañjā, di Hutan Alang-Alang Merah.

Pada waktu itu, ketika malam akan berganti menjadi fajar, Pahārāda, raja asura, putra asura Malejā, dengan penampilan yang mulia dan cahaya yang cemerlang, mendekati Sang Buddha, bersujud pada kaki Sang Bhagavā, dan berdiri pada satu sisi.

Sang Bhagavā bertanya:

Pahārāda, bagi para asura di samudera, apakah tidak ada penurunan dalam masa kehidupan para asura, atau dalam penampilan para asura, kebahagiaan para asura, atau kekuatan para asura? Apakah para asura bergembira dalam samudera?

Pahārāda, raja asura, putra asura Malejā, menjawab:

Sang Bhagavā, bagi kami para asura di samudera tidak ada penurunan dalam masa kehidupan para asura, atau dalam penampilan para asura, kebahagiaan para asura, atau kekuatan para asura. Kami para asura semuanya bergembira dalam samudera.

Sang Bhagavā bertanya lebih lanjut, “Pahārāda, berapa banyak kualitas luar biasa yang dimiliki samudera sehingga para asura bergembira dalam melihatnya?

Pahārāda menjawab:

Sang Bhagavā, samudera kami memiliki delapan kualitas luar biasa yang menggembirakan para asura. Apakah delapan kualitas ini? Sang Bhagavā, dari dasar sampai permukaan samudera kami perlahan-lahan menjadi lebih luas dalam kelilingnya, secara merata dan seragam meningkat sampai ke pantai; dan airnya selalu penuh tetapi tidak pernah meluap. Sang Bhagavā, bahwa dari dasar sampai permukaan samudera kami perlahan-lahan menjadi lebih luas dalam kelilingnya, secara merata dan seragam meningkat sampai ke pantai; dan airnya selalu penuh tetapi tidak pernah meluap – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa pertama dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

Lagi, Sang Bhagavā, pasang surut samudera kami tidak pernah di luar waktunya. Sang Bhagavā, bahwa pasang surut samudera kami tidak pernah di luar waktunya – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kedua dari samudera kami, yang menggembirakan para asura. Lagi, Sang Bhagavā, air samudera kami sangat dalam, tanpa dasar, dan sangat luas, tidak terbatas. Sang Bhagavā, bahwa air samudera kami sangat dalam, tidak berdasar, dan sangat luas, tidak terbatas – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa ketiga dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

Lagi, Sang Bhagavā, air samudera kami adalah asin, yang memiliki rasa sama di mana pun. Sang Bhagavā, bahwa air samudera kami asin, yang memiliki rasa sama di mana pun – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa keempat dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

Lagi, Sang Bhagavā, samudera kami berlimpah-limpah dengan harta karun, benda berharga yang tidak terhitung, dan banyak jenis permata yang luar biasa. Ia penuh dengan barang-barang berharga seperti emas, perak, kristal, beril, batu berharga, mutiara, giok hijau, giok putih, kulit kerang, koral, ambar, akik, tempurung kura-kura, rubi, dan manik-manik.

Sang Bhagavā, bahwa samudera kami berlimpah-limpah dengan harta karun, benda berharga yang tidak terhitung, dan banyak jenis permata yang luar biasa, penuh dengan barang-barang berharga seperti emas, perak, kristal, beril, batu berharga, mutiara, giok hijau, giok putih, kulit kerang, koral, ambar, akik, tempurung kura-kura, rubi, dan manik-manik – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kelima dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

Lagi, Sang Bhagavā, samudera kami adalah kediaman para dewa yang perkasa, seperti para asura, gandhabba, rakkhasa, makara, kura-kura, buaya, ular vāruṇī, [makhluk mirip ikan besar lainnya seperti] timi, timingala, dan timitimingala.

Lebih lanjut, di samudera berdiam makhluk-makhluk paling menakjubkan dan luar biasa dengan tubuh sepanjang seratus liga, dua ratus liga, sampai dengan tiga ratus liga, atau bahkan sampai dengan tujuh ratus liga; makhluk-makhluk [dengan] tubuh [demikian] semuanya hidup di samudera.

Sang Bhagavā, bahwa samudera kami adalah kediaman para dewa yang perkasa, seperti para asura, gandhabba, rakkhasa, makara, kura-kura, buaya, ular vāruṇī, dan [makhluk mirip ikan besar lainnya seperti] timi, timingala, dan timitimingala; dan bahwa, di sana berdiam di samudera makhluk-makhluk paling menakjubkan dan luar biasa dengan tubuh sepanjang seratus liga, dua ratus liga, sampai dengan tiga ratus liga, atau bahkan sampai dengan tujuh ratus liga; makhluk-makhluk [dengan] tubuh [demikian] semuanya hidup di samudera – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa keenam dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

Lagi, Sang Bhagavā, samudera kami adalah murni dan tidak menerima jenazah. Jika seseorang meninggal di samudera, tubuhnya ditiup oleh angin dan terdampar di pantai dalam waktu semalam.

Sang Bhagavā, bahwa samudera kami adalah murni dan tidak menerima jenazah, dan bahwa jika seseorang meninggal di samudera, tubuhnya ditiup oleh angin dan terdampar di pantai dalam waktu semalam – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa ketujuh dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

Lagi, Sang Bhagavā, terdapat lima sungai besar dari Jambudīpa yang memasuki samudera kami, yaitu Gangga, Yamunā, Sarabhū, Aciravatī, dan Mahī. Mereka semua memasuki samudera raya, dan ketika mereka telah memasukinya, mereka meninggalkan nama asli mereka dan disebut “samudera raya”.

Sang Bhagavā, bahwa terdapat lima sungai besar dari Jambudīpa yang memasuki samudera kami, yaitu Gangga, Yamunā, Sarabhū, Aciravatī, dan Mahī; dan bahwa mereka semua memasuki samudera raya dan, ketika mereka telah memasukinya, mereka meninggalkan nama asli mereka dan disebut “samudera raya” – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kedelapan dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

Sang Bhagavā, ini adalah delapan kualitas dari samudera kami, yang menggembirakan para asura. Sang Bhagavā, berapa banyak kualitas luar biasa yang terdapat dalam ajaran dan disiplin sejati Sang Buddha, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya?

Sang Bhagavā menjawab:

Pahārāda, terdapat juga delapan kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

Apakah delapan hal itu? Pahārāda, seperti halnya dari dasar sampai permukaan samudera perlahan-lahan menjadi lebih besar dalam kelilingnya, secara merata dan seragam meningkat sampai ke pantai; dan seperti halnya airnya selalu penuh tetapi tidak pernah meluap, sama halnya, Pahārāda ajaran dan disiplin sejatiku adalah [untuk] secara perlahan-lahan dijalankan, secara perlahan-lahan dilatih, secara perlahan-lahan disempurnakan, dan secara perlahan-lahan diajarkan.

Pahārāda, bahwa ajaran dan disiplin sejatiku adalah [untuk] secara perlahan-lahan dijalankan, secara perlahan-lahan dilatih, secara perlahan-lahan disempurnakan, dan secara perlahan-lahan diajarkan – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa pertama dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

Lagi, Pahārāda, seperti halnya pasang surut samudera tidak pernah di luar waktunya, sama halnya, Pahārāda, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para bhikkhu, bhikkhuni, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan tidak akan pernah, sampai akhir kehidupan mereka, melanggar aturan pelatihan, yang telah aku kembangkan untuk para anggota keluarga ini.

Pahārāda, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para bhikkhu, bhikkhuni, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan tidak akan pernah, sampai akhir kehidupan mereka, melanggar aturan pelatihan, yang telah aku kembangkan untuk para anggota keluarga ini – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kedua dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

Lagi, Pahārāda, seperti halnya air samudera adalah sangat dalam, tanpa dasar, dan sangat luas, tak terbatas, sama halnya, Pahārāda, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, ajaran-ajarannya adalah mendalam. Mereka mendalam dan tanpa dasar, sangat luas dan tak terbatas.

Pahārāda, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, ajaran-ajarannya adalah mendalam, bahwa mereka mendalam dan tanpa dasar, sangat luas dan tak terbatas – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa ketiga dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

Lagi, Pahārāda, seperti halnya air samudera adalah asin, yang memiliki rasa sama di mana pun, sama halnya, Pahārāda, ajaran dan disiplin sejatiku memiliki rasa kebosanan, rasa pencerahan, rasa ketenangan, dan rasa sang jalan.

Pahārāda, bahwa ajaran dan disiplin sejatiku memiliki rasa kebosanan, rasa pencerahan, rasa ketenangan, dan rasa sang jalan – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa keempat dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

Lagi, Pahārāda, seperti halnya samudera berlimpah-limpah dengan harta karun, benda berharga yang tidak terhitung, dan banyak jenis permata yang luar biasa, penuh dengan barang-barang berharga seperti emas, perak, kristal, beril, batu berharga, mutiara, giok hijau, giok putih, kulit kerang, koral, ambar, akik, tempurung kura-kura, rubi, dan manik-manik, sama halnya, Pahārāda, ajaran dan disiplin sejatiku berlimpah-limpah dengan harta karun, benda berharga yang tidak terhitung, dan banyak jenis “pertama yang luar biasa”, seperti empat penegakan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan batin, lima kemampuan, lima kekuatan, tujuh faktor pencerahan, dan jalan mulia berunsur delapan.

Pahārāda, bahwa ajaran dan disiplin sejatiku berlimpah-limpah dengan harta karun, benda berharga yang tidak terhitung, dan banyak jenis pertama yang luar biasa seperti empat penegakan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan batin, lima kemampuan, lima kekuatan, tujuh faktor pencerahan, dan jalan mulia berunsur delapan – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kelima dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

Lagi, Pahārāda, seperti halnya samudera adalah kediaman para dewa yang perkasa, yaitu para asura, gandhabba, rakkhasa, makara, kura-kura, buaya, ular vāruṇī, dan [makhluk mirip ikan besar lainnya seperti] timi, timingala, dan timitimingala; dan seperti halnya di samudera berdiam makhluk-makhluk paling menakjubkan dan luar biasa dengan tubuh sepanjang seratus liga, dua ratus liga, sampai dengan tiga ratus liga, atau bahkan sampai dengan tujuh ratus liga, makhluk-makhluk [dengan] tubuh [demikian] semuanya hidup di samudera, sama halnya, Pahārāda, dalam ajaran dan disiplin sejatiku terdapat komunitas para orang mulia, para makhluk spiritual agung yang semuanya berdiam di dalamnya, yaitu para arahant dan mereka yang berada dalam jalan menuju kearahantaan, yang tidak-kembali dan mereka yang berada dalam jalan menuju yang tidak-kembali, yang sekali-kembali dan mereka yang berada dalam jalan menuju yang sekali-kembali, dan pemasuk-arus dan mereka yang berada dalam jalan menuju pemasuk-arus.

Pahārāda, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku terdapat komunitas para orang mulia, para makhluk spiritual agung yang semuanya berdiam di dalamnya, yaitu para arahant dan mereka yang berada dalam jalan menuju kearahantaan, yang tidak-kembali dan mereka yang berada dalam jalan menuju yang tidak-kembali, yang sekali-kembali dan mereka yang berada dalam jalan menuju yang sekali-kembali, dan pemasuk-arus dan mereka yang berada dalam jalan menuju pemasuk-arus – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa keenam dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

Lagi, Pahārāda, seperti halnya samudera adalah murni dan tidak menerima jenazah, dan jika seseorang meninggal di samudera, tubuhnya ditiup oleh angin dan terdampar di pantai dalam waktu semalam, sama halnya, Pahārāda, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, perkumpulan orang mulia adalah murni; ia tidak menerima “jenazah”. Jika terdapat mereka yang tanpa semangat, jahat, orang selibat palsu walaupun mengaku sebagai orang selibat, pertapa palsu walaupun mengaku sebagai pertapa, maka meskipun mereka berada di tengah-tengah perkumpulan orang mulia, mereka jauh dari komunitas orang mulia dan komunitas orang mulia jauh dari mereka.

Pahārāda, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, perkumpulan orang mulia adalah murni dan tidak menerima “jenazah”; jika terdapat mereka yang tanpa semangat, jahat, orang selibat palsu walaupun mengaku sebagai orang selibat, pertapa palsu walaupun mengaku sebagai pertapa, yang, meskipun mereka berada di tengah-tengah perkumpulan orang mulia, jauh dari komunitas orang mulia dan komunitas orang mulia jauh dari mereka – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa ketujuh dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

Lagi, Pahārāda, seperti halnya terdapat lima sungai besar dari Jambudīpa yang memasuki samudera, yaitu Gangga, Yamunā, Sarabhū, Aciravatī, dan Mahī, yang semuanya memasuki samudera raya dan, setelah mereka memasukinya, mereka meninggalkan nama asli mereka dan semuanya [hanya] disebut “samudera raya”, sama halnya, Pahārāda, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para anggota keluarga khattiya yang mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, orang-orang ini meninggalkan nama asli mereka dan semuanya disebut pertapa; [juga] ... para brahmana ... perumah tangga ... pekerja, yang mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, orang-orang ini meninggalkan nama asli mereka dan semuanya disebut pertapa.

Pahārāda, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para anggota keluarga khattiya yang mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, orang-orang ini meninggalkan nama asli mereka dan semuanya disebut pertapa; [juga] ... para brahmana ... perumah tangga ... pekerja, yang mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, orang-orang ini meninggalkan nama asli mereka dan semuanya disebut pertapa – ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kedelapan dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

Pahārāda, ini adalah delapan kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang, setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

Pahārāda, apakah yang engkau pikirkan? Antara delapan kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku dan delapan kualitas luar biasa dari samudera, dari dua jenis kualitas luar biasa ini, manakah yang lebih unggul, lebih mengagumkan, lebih menakjubkan, manakah yang tertinggi?

Pahārāda menjawab: Sang Bhagavā, delapan kualitas luar biasa dari samudera lebih rendah daripada delapan kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejati Sang Tathāgata dalam seribu atau sepuluh ribu kali; mereka tidak dapat dibandingkan, disamakan, diukur, atau dihitung. Delapan kualitas luar biasa ajaran dan disiplin sejati Sang Bhagavā lebih unggul, lebih menakjubkan, lebih mengagumkan, dan tertinggi. Sang Bhagavā, aku sekarang mengambil perlindungan kepada Buddha, Dharma, dan komunitas para bhikkhu. Semoga Sang Bhagavā menerimaku sebagai seorang pengikut awam. Sejak hari ini aku mengambil perlindungan sampai akhir hidupku.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Pahārāda, raja asura, bersama-sama dengan para bhikkhu, bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #7 on: 27 February 2016, 06:23:48 PM »
36. Kotbah tentang Gempa Bumi<126>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di negeri Vajji di sebuah kota bernama Bhūmi. Pada waktu itu, terjadi suatu gempa bumi yang hebat. Ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

Kemudian Yang Mulia Ānanda melihat bahwa terjadi suatu gempa bumi yang hebat, dan bahwa ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali. Melihat hal ini, Yang Mulia Ānanda ketakutan dan rambut tubuhnya berdiri tegak. Ia kemudian mendekati Sang Buddha dan, setelah memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, berdiri pada satu sisi, dan berkata:

Sang Bhagavā, baru saja bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Ānanda, dengan mengatakan:

Sesungguhnya, Ānanda. Baru saja bumi berguncang dengan hebat. Sesunguhnya, Ānanda. Ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

Kemudian Yang Mulia Ānanda bertanya:

Sang Bhagavā, ada berapa banyak sebab yang menyebabkan bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali?

Sang Bhagavā menjawab:

Ānanda, terdapat tiga sebab yang menyebabkan bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

Apakah tiga hal itu? Ānanda, bumi ini terletak di atas air; air terletak di atas angin; dan angin bergantung pada ruang. Ānanda, terjadi suatu saat ketika angin kencang mulai bertiup di angkasa. Ketika angin mulai bertiup, air menjadi terganggu; dan ketika air terganggu, bumi berguncang.

Ini adalah sebab pertama yang menyebabkan bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

Lagi, Ānanda, seorang bhikkhu yang memiliki kekuatan batin yang besar, kebajikan yang besar dan hebat, jasa yang besar, kekuatan yang besar dan hebat, dapat, dengan kekuatan batin dari penguasaan atas pikiran, mengembangkan persepsi tanah sebagai kecil dan persepsi air sebagai tidak terbatas.

Karena hal ini, bumi ini berperilaku sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan kehendaknya, yang terganggu lagi dan lagi, berguncang lagi dan lagi.

Tidak hanya seorang bhikkhu, seorang dewa juga, yang memiliki penguasaan-diri, seseorang yang memiliki kekuatan batin yang besar, kebajikan yang besar dan hebat, jasa yang besar, kekuatan yang besar dan hebat, dapat mengembangkan persepsi bumi sebagai kecil dan persepsi air sebagai tidak terbatas dengan kekuatan batin dari penguasaan atas pikirannya.

Karena hal ini, bumi ini berperilaku sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan kehendaknya, yang terganggu lagi dan lagi, berguncang lagi dan lagi.

Ini adalah sebab kedua yang menyebabkan bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

Lagi, Ānanda, jika seorang Tathāgata akan mencapai nirvana akhir segera, dalam tiga bulan, karena alasan ini bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

Ini adalah sebab ketiga yang menyebabkan bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

Mendengar hal ini, Yang Mulia Ānanda mulai menangis dan menitikkan air mata. Dengan merangkapkan telapak tangan [untuk menghormat] kepada Sang Buddha, ia berkata:

Sang Bhagavā, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa Sang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna, telah menyempurnakan [semua] perbuatan berjasa dan memperoleh kualitas-kualitas luar biasa demikian. Mengapa demikian? [Karena] Sang Tathāgata akan memasuki nirvana akhir segera, dalam tiga bulan. [Oleh karena itu] pada saat ini [sekarang], bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Ānanda:

Sesungguhnya, Ānanda, sesungguhnya. Adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa Sang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna, telah menyempurnakan [semua] perbuatan berjasa dan memperoleh kualitas-kualitas luar biasa demikian.

Mengapa demikian? [Karena] Sang Tathāgata akan memasuki nirvana akhir segera, dalam tiga bulan. [Oleh karena itu] pada saat ini [sekarang], bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

Lebih lanjut, Ānanda, aku telah mendekati tak terhitung ratusan dan ribuan perkumpulan khattiya, duduk dan berdiskusi dengan mereka, dan membuat mereka merasa tenang. Setelah duduk bersama mereka, aku mengambil penampilan yang menyerupai penampilan mereka, suara yang menyerupai suara mereka, dan pembawaan diri dan tata krama yang menyerupai pembawaan diri dan tata krama mereka. Jika mereka menanyakan pertanyaan-pertanyaan, aku menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Lebih lanjut, aku mengajarkan mereka Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka. Setelah mengajarkan mereka Dharma dengan menggunakan tak terhitung cara terampil, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka, aku kemudian menghilang dari tempat itu. Setelah aku menghilang, mereka tidak mengetahui siapakah aku, apakah aku manusia atau bukan manusia.

Sama halnya, Ānanda, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa Sang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna, telah menyempurnakan [semua] perbuatan berjasa dan memperoleh kualitas-kualitas luar biasa demikian, telah melakukan hal yang sama dengan perkumpulan brahmana ... perkumpulan perumah tangga ... perkumpulan pertapa.

[Lebih lanjut,] Ānanda, aku telah mendekati tak terhitung ratusan dan ribuan perkumpulan empat raja dewa, duduk dan berdiskusi dengan mereka, dan membuat mereka merasa tenang.

Setelah duduk bersama mereka, aku mengambil penampilan yang menyerupai penampilan mereka, suara yang menyerupai suara mereka, dan pembawaan diri dan tata krama yang menyerupai pembawaan diri dan tata krama mereka. Jika mereka menanyakan pertanyaan-pertanyaan, aku menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Lebih lanjut, aku mengajarkan mereka Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka. Setelah mengajarkan mereka Dharma dengan menggunakan tak terhitung cara terampil, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka, aku kemudian menghilang dari tempat itu. Setelah aku menghilang, mereka tidak mengetahui siapakah aku, apakah aku dewa atau bukan dewa.

Sama halnya, Ānanda, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa Sang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna, telah menyempurnakan [semua] perbuatan berjasa dan memperoleh kualitas-kualitas luar biasa demikian, telah melakukan hal yang sama dengan perkumpulan tiga puluh tiga dewa ... para dewa Yama ... para dewa Tusita ... para dewa yang menyenangi penciptaan ... para dewa yang menyenangi ciptaan [dewa] lain ... para dewa yang merupakan pengikut Brahmā ... para dewa yang merupakan pelayan dan menteri Brahmā ... para dewa dengan cahaya terbatas ... para dewa dengan cahaya tak terukur ... pada dewa dengan cahaya terus-menerus ... para dewa dengan kemuliaan terbatas ... para dewa dengan kemuliaan tak terukur ... para dewa dengan kemuliaan bercahaya ... para dewa yang cerah ... para dewa dengan jasa berlimpah ... para dewa dengan pahala besar ... para dewa tanpa-kekesalan ... para dewa tanpa-kesengsaraan ... para dewa dengan penglihatan baik ... para dewa dengan penampilan baik.

[Lagi,] Ānanda, aku telah mendekati tak terhitung ratusan ribu perkumpulan para dewa dengan bentuk tertinggi, duduk dan berdiskusi dengan mereka, dan membuat mereka merasa tenang. Setelah duduk bersama mereka, aku mengambil penampilan yang menyerupai penampilan mereka, suara yang menyerupai suara mereka, dan pembawaan diri dan tata krama yang menyerupai pembawaan diri dan tata krama mereka. Jika mereka menanyakan pertanyaan-pertanyaan, aku menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Lebih lanjut, aku mengajarkan mereka Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka. Setelah mengajarkan mereka Dharma dengan menggunakan tak terhitung cara terampil, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka, aku kemudian menghilang dari tempat itu. Setelah aku menghilang, mereka tidak mengetahui siapakah aku, apakah aku dewa atau bukan dewa. Dengan cara ini, Ānanda, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa Sang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna, telah menyempurnakan [semua] perbuatan berjasa dan memperoleh kualitas-kualitas luar biasa demikian.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Yang Mulia Ānanda dan para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #8 on: 27 February 2016, 06:30:54 PM »
37. Kotbah di Campā<127>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang tinggal di Campā dekat Danau Gaggarā. Pada waktu itu, saat hari kelima belas dari [pertengahan-]bulan, hari untuk membacakan aturan disiplin, Sang Bhagavā duduk di sebuah tempat duduk yang disiapkan di hadapan perkumpulan para bhikkhu. Setelah duduk, Sang Bhagavā memasuki konsentrasi dan melalui pengetahuan tentang pikiran orang lain beliau memeriksa pikiran [para bhikkhu dalam] perkumpulan. Setelah memeriksa pikiran [para bhikkhu dalam] perkumpulan, beliau duduk diam selama waktu jaga pertama dari malam hari.

Kemudian seorang bhikkhu tertentu, bangkit dari tempat duduknya, mengatur jubahnya sehingga memperlihatkan satu bahu dan, dengan merangkapkan telapak tangan [untuk menghormat] kepada Sang Buddha, berkata:

Sang Bhagavā, waktu jaga pertama dari malam hari telah berakhir. Telah lama sejak Sang Buddha dan perkumpulan para bhikkhu berkumpul dan duduk di sini. Semoga Sang Bhagavā membacakan aturan disiplin!

Pada waktu itu, Sang Bhagavā tetap berdiam diri dan tidak menjawab.

Kemudian Sang Bhagavā berlanjut duduk diam sampai waktu jaga pertengahan dari malam hari. Bhikkhu itu lagi bangkit dari tempat duduknya, mengatur jubahnya sehingga memperlihatkan satu bahu dan, merangkapkan telapak tangannya [untuk menghormat] kepada Sang Buddha, berkata:

Sang Bhagavā, waktu jaga pertama dari malam hari telah berlalu, waktu jaga pertengahan dari malam hari akan berakhir. Telah lama sejak Sang Buddha dan perkumpulan para bhikkhu berkumpul dan duduk di sini. Semoga Sang Bhagavā membacakan aturan disiplin!

Pada waktu itu, Sang Bhagavā lagi tetap berdiam diri dan tidak menjawab.

Kemudian Sang Bhagavā berlanjut duduk diam sampai waktu jaga terakhir dari malam hari. Ketiga kalinya bhikkhu itu bangkit dari tempat duduknya, mengatur jubahnya sehingga memperlihatkan satu bahu dan, merangkapkan telapak tangannya [untuk menghormat] kepada Sang Buddha, berkata:

Sang Bhagavā, waktu jaga pertama dari malam hari telah berakhir, waktu jaga pertengahan dari malam hari, juga, telah berakhir, dan waktu jaga terakhir dari malam hari akan berakhir. Ini sudah mendekati fajar; segera fajar akan datang. Telah sangat lama sejak Sang Buddha dan perkumpulan para bhikkhu berkumpul dan duduk di sini. Semoga Sang Bhagavā membacakan aturan disiplin!

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada bhikkhu itu, “Di antara perkumpulan ini terdapat seorang bhikkhu yang tidak murni.”

Pada waktu itu, Yang Mulia Mahā Moggallāna juga terdapat di antara perkumpulan itu. Kemudian Yang Mulia Mahā Moggallāna berpikir:

Sehubungan dengan bhikkhu manakah Sang Bhagavā berkata bahwa di antara perkumpulan ini terdapat seorang bhikkhu yang tidak murni? Biarkanlah aku memasuki konsentrasi sedemikian sehingga, melalui pengetahuan tentang pikiran orang lain, aku [dapat] memeriksa pikiran [para bhikkhu dalam] perkumpulan.

Yang Mulia Mahā Moggallāna kemudian memasuki konsentrasi sedemikian sehingga, melalui pengetahuan tentang pikiran orang lain, ia [dapat] memeriksa pikiran [para bhikkhu dalam] perkumpulan itu. Kemudian Yang Mulia Mahā Moggallāna mengetahui bhikkhu yang sehubungan dengannya Sang Bhagavā telah berkata: “Di antara perkumpulan ini terdapat seorang bhikkhu yang tidak murni.”

Kemudian Yang Mulia Mahā Moggallāna bangkit dari konsentrasi, pergi tepat ke hadapan bhikkhu itu, menariknya pada lengannya, membuka pintu, dan mendorongnya keluar, [dengan berkata]: “Engkau orang bodoh, pergilah menjauh, jangan tinggal di sini. Engkau tidak diizinkan untuk berkumpul lagi dengan perkumpulan para bhikkhu. Oleh sebab itu engkau bukan lagi seorang bhikkhu.”

Yang Mulia Mahā Moggallāna kemudian memalang pintu dan kembali ke tempat di mana Sang Buddha berada. Dengan memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, ia berdiri pada satu sisi dan berkata:

Bhikkhu yang sehubungan dengannya Sang Bhagavā telah berkata “Di antara perkumpulan ini terdapat seorang bhikkhu yang tidak murni” telah kukeluarkan.

Sang Bhagavā, waktu jaga pertama dari malam hari telah berakhir, waktu jaga pertengahan dari malam hari, juga, telah berakhir, dan waktu jaga terakhir dari malam hari akan berakhir. Ini sudah mendekati fajar; segera fajar akan datang. Telah sangat lama sejak Sang Buddha dan perkumpulan para bhikkhu berkumpul dan duduk di sini. Semoga Sang Bhagavā membacakan aturan disiplin!

Sang Bhagavā berkata demikian:

Mahā Moggallāna, orang bodoh itu melakukan suatu pelanggaran berat dalam menyulitkan Sang Bhagavā dan perkumpulan para bhikkhu.

Mahā Moggallāna, siapa pun yang bertanggung jawab atas pembacaan aturan disiplin Sang Tathāgata dalam suatu perkumpulan yang tidak murni, kepalanya akan pecah menjadi tujuh bagian. Oleh karena itu, Mahā Moggallāna, untuk selanjutnya kalian dapat membacakan aturan disiplin [tanpa diriku]. Sang Tathāgata tidak akan membacakan aturan disiplin lagi.

Mengapa demikian? Mahā Moggallāna, seperti halnya dari dasar sampai permukaan samudera menjadi perlahan-lahan lebih besar dalam keliling, secara merata dan seragam meningkat, sama halnya, Mahā Moggallāna, ajaran dan disiplin sejatiku adalah [untuk] secara perlahan-lahan dijalankan, secara perlahan-lahan dilatih, secara perlahan-lahan disempurnakan, dan secara perlahan-lahan diajarkan.

Mahā Moggallāna, bahwa ajaran dan disiplin sejatiku adalah [untuk] secara perlahan-lahan dijalankan, secara perlahan-lahan dilatih, secara perlahan-lahan disempurnakan, dan secara perlahan-lahan diajarkan – ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku.

Lagi, Mahā Moggallāna, seperti halnya pasang surut samudera tidak pernah di luar waktunya, sama halnya, Mahā Moggallāna, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para bhikkhu, bhikkhuni, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan tidak akan pernah, sampai akhir kehidupan mereka, melanggar aturan pelatihan, yang telah kukembangkan untuk para anggota keluarga ini.

Mahā Moggallāna, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para bhikkhu, bhikkhuni, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan tidak akan pernah, sampai akhir kehidupan mereka, melanggar aturan pelatihan, yang telah kukembangkan untuk para anggota keluarga ini – ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku.

Lagi, Mahā Moggallāna, seperti halnya air samudera adalah sangat dalam, tanpa dasar, dan sangat luas, tak terbatas, sama halnya, Mahā Moggallāna, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, ajaran-ajarannya adalah sangat dalam, mendalam, dan tanpa dasar, sangat luas dan tak terbatas.

Mahā Moggallāna, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, ajaran-ajarannya adalah sangat dalam, mendalam, dan tanpa dasar, sangat luas dan tak terbatas – ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku.

Lagi, Mahā Moggallāna, seperti halnya air samudera adalah asin, yang memiliki rasa sama di mana-mana, sama halnya, Mahā Moggallāna, ajaran dan disiplin sejatiku memiliki rasa kebosanan, rasa pencerahan, rasa ketenangan, dan rasa sang jalan.

Mahā Moggallāna, bahwa ajaran dan disiplin sejatiku memiliki rasa kebosanan, rasa pencerahan, rasa ketenangan, dan rasa sang jalan – ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku.

Lagi, Mahā Moggallāna, seperti halnya samudera berlimpah-limpah dengan harta karun, tak terhitung benda berharga, dan berbagai jenis permata yang luar biasa, penuh dengan barang-barang berharga, seperti emas, perak, kristal, beril, batu berharga, mutiara, giok hijau, giok putih, kulit kerang, koral, ambar, akik, tempurung kura-kura, rubi, dan manik-manik, sama halnya, Mahā Moggallāna, ajaran dan disiplin sejatiku berlimpah-limpah dengan harta karun, tak terhitung benda berharga, dan berbagai jenis “permata yang luar biasa”, seperti empat penegakan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan batin, lima kemampuan, lima kekuatan, tujuh faktor pencerahan, dan jalan mulia berunsur delapan.

Mahā Moggallāna, bahwa ajaran dan disiplin sejatiku berlimpah-limpah dengan harta karun, tak terhitung benda berharga, dan berbagai jenis “permata yang luar biasa”, seperti empat penegakan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan batin, lima kemampuan, lima kekuatan, tujuh faktor pencerahan, dan jalan mulia berunsur delapan – ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku.

Lagi, Mahā Moggallāna, seperti halnya samudera adalah kediaman para dewa yang perkasa, yaitu para asura, gandhabba, rakkhasa, makara, kura-kura, buaya, ular vāruṇī, dan [makhluk mirip ikan besar lainnya seperti] timi, timingala, dan timitimingala; dan seperti halnya di samudera berdiam makhluk-makhluk paling menakjubkan dan paling luar biasa dengan tubuh sepanjang seratus liga, dua ratus liga, sampai dengan tiga ratus liga, atau bahkan sampai dengan tujuh ratus liga, makhluk-makhluk [dengan] tubuh [demikian] semuanya hidup di samudera, sama halnya, Mahā Moggallāna, dalam ajaran dan disiplin sejatiku terdapat komunitas para orang mulia, para makhluk spiritual agung semuanya berdiam di dalamnya, yaitu para arahant, mereka yang berada dalam jalan menuju kearahantaan, yang tidak-kembali, mereka yang berada dalam jalan menuju yang tidak-kembali, yang sekali-kembali, mereka yang berada dalam jalan menuju yang sekali-kembali, pemasuk-arus, dan mereka yang berada dalam jalan menuju pemasuk-arus.

Mahā Moggallāna, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku terdapat komunitas para orang mulia, para makhluk spiritual agung yang semuanya berdiam di dalamnya, yaitu para arahant, mereka yang berada dalam jalan menuju kearahantaan, yang tidak-kembali, mereka yang berada dalam jalan menuju yang tidak-kembali, yang sekali-kembali, mereka yang berada dalam jalan menuju yang sekali-kembali, pemasuk-arus, dan mereka yang berada dalam jalan menuju pemasuk-arus – ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku.

Lagi, Mahā Moggallāna, seperti halnya samudera adalah murni dan tidak menerima jenazah, dan jika seseorang meninggal di samudera, tubuhnya ditiup oleh angin dan terdampar sampai ke pantai dalam semalam, sama halnya, Mahā Moggallāna, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, perkumpulan para orang mulia adalah murni; ia tidak menerima “jenazah”. Jika terdapat mereka yang tanpa semangat, jahat, orang selibat palsu walaupun mengaku sebagai orang selibat, pertapa palsu walaupun mengaku sebagai pertapa, maka meskipun mereka dapat berada di tengah-tengah komunitas orang mulia, mereka jauh dari komunitas orang mulia dan komunitas orang mulia jauh dari mereka.

Mahā Moggallāna, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, perkumpulan para orang mulia adalah murni; ia tidak menerima “jenazah”; bahwa jika terdapat mereka yang tanpa semangat, jahat, orang selibat palsu walaupun mengaku sebagai orang selibat, pertapa palsu walaupun mengaku sebagai pertapa yang, meskipun mereka dapat berada di tengah-tengah komunitas orang mulia, mereka jauh dari komunitas orang mulia dan komunitas orang mulia jauh dari mereka – ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku.

Lagi, Mahā Moggallāna, seperti halnya terdapat lima sungai besar dari Jambudīpa yang memasuki samudera, yaitu Gangga, Yamunā, Sarabhū, Aciravatī, dan Mahī, bahwa semuanya memasuki samudera raya bersama-sama dengan air di mana naga laut mengirimkan hujan turun dari angkasa, [dengan kejam] seperti [memutar] tutup as roda [pada sebuah kereta],<128> semua air ini tidak dapat menambah atau mengurangi samudera; sama halnya, Mahā Moggallāna, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para anggota keluarga khattiya yang mencukur rambut dan janggut, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, berdiam dalam pembebasan pikiran yang tidak tergoyahkan, setelah menyempurnakan realisasi dengan diri mereka sendiri, [tetapi], Mahā Moggallāna, pembebasan pikiran yang tak tergoyahkan dalam ajaran dan disiplin sejatiku tidak bertambah ataupun berkurang.

Dengan cara yang sama, para brahmana ... perumah tangga ... pekerja yang mencukur rambut dan janggut, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, berdiam dalam pembebasan pikiran yang tidak tergoyahkan, setelah menyempurnakan realisasi dengan diri mereka sendiri, [tetapi], Mahā Moggallāna, pembebasan pikiran yang tak tergoyahkan dalam ajaran dan disiplin sejatiku tidak bertambah ataupun berkurang.

Mahā Moggallāna, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para anggota keluarga khattiya yang mencukur rambut dan janggut, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, berdiam dalam pembebasan pikiran yang tidak tergoyahkan, setelah menyempurnakan realisasi dengan diri mereka sendiri, [tetapi], Mahā Moggallāna, pembebasan pikiran yang tak tergoyahkan dalam ajaran dan disiplin sejatiku tidak bertambah ataupun berkurang; [dan bahwa] dengan cara yang sama, para brahmana ... perumah tangga ... pekerja yang mencukur rambut dan janggut, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, berdiam dalam pembebasan pikiran yang tidak tergoyahkan, setelah menyempurnakan realisasi dengan diri mereka sendiri, [tetapi], Mahā Moggallāna, pembebasan pikiran yang tak tergoyahkan dalam ajaran dan disiplin sejatiku tidak bertambah ataupun berkurang – ini dikatakan sebagai suatu kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Yang Mulia Mahā Moggallāna dan para bhikkhu [lainnya] bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #9 on: 27 February 2016, 06:38:57 PM »
38. Kotbah [Pertama] kepada Perumah Tangga Ugga<129>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika, Sang Buddha sedang berada di Vesālī, berdiam di Hutan Besar. Pada waktu itu, perumah tangga Ugga, yang dilayani hanya oleh para wanita, pergi keluar Vesālī diikuti oleh semua wanitanya dan, [pertengahan jalan] antara Vesālī dan Hutan Besar, menikmati dirinya sendiri seperti seorang raja dengan para selirnya. Kemudian perumah tangga Ugga, yang telah menjadi sangat mabuk karena minuman keras, meninggalkan para wanita itu dan pergi ke Hutan Besar.

Perumah tangga Ugga, yang sangat mabuk karena minuman keras, melihat dari jauh Sang Bhagavā, di antara pepohonan hutan, dimuliakan dan indah, bagaikan rembulan di tengah-tengah bintang, dengan cahaya yang cemerlang, bersinar bagaikan gunung emas, diberkahi dengan penampilan mengagumkan dan kemuliaan yang agung, dengan indera-indera yang tenang, bebas dari halangan, sempurna dan terdisiplinkan, dengan pikirannya tenang dan damai. Ketika melihat Sang Buddha, perumah tangga Ugga tersadarkan [dari mabuk] seketika; dan, setelah tersadarkan [dari mabuk], ia mendekati Sang Buddha. Dengan memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, ia duduk pada satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā mengajarkannya Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakannya.

Setelah dengan tak terhitung cara terampil mengajarkan [Ugga] Dharma, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakannya, [beliau melakukan] seperti yang dilakukan semua Buddha ketika pertama kali mengajarkan Dharma sejati untuk menggembirakan para pendengarnya: beliau mengajarkan tentang kedermawanan, moralitas, kelahiran kembali di surga, kerugian keinginan indera, dan kekotoran dari kelahiran dan kematian [yang berulang kali], dan beliau memuji keunggulan dari kebosanan dan kemurnian unsur-unsur sang jalan.

Setelah mengajarkan Dharma dengan cara ini, Sang Buddha mengetahui bahwa pikiran [Ugga] bergembira, siap, lunak, dapat bertahan, mulia, terpusat, bebas dari keragu-raguan, bebas dari rintangan, mampu, dan cukup kuat untuk menerima ajaran sejati. Kemudian Sang Bhagavā mengajarkannya inti ajaran sejati yang diajarkan semua Buddha: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya].

Sekejap, ketika duduk [tepat di sana], perumah tangga [Ugga] melihat empat kebenaran mulia: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya]. Seperti halnya sehelai kain putih dengan mudah dicelup, demikian juga perumah tangga sekejap, ketika duduk [tepat di sana], melihat empat kebenaran mulia: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya].

Kemudian perumah tangga Ugga, setelah melihat Dharma, setelah mencapai Dharma, tercerahkan dengan kemauannya sendiri pada Dharma murni, memotong semua keragu-raguan dan mengatasi ketidakpastian. [Baginya] tidak ada guru lain; ia tidak akan lagi mengikuti [guru] lain. Tanpa kebimbangan, ia berdiam dalam realisasi sang buah. Dalam ajaran Sang Bhagavā ia mencapai ketanpagentaran.

Kemudian perumah tangga Ugga bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan berkata:

Sang Bhagavā, aku sekarang mengambil perlindungan kepada Buddha, Dharma, dan perkumpulan para bhikkhu. Semoga Sang Bhagavā menerimaku sebagai seorang pengikut awam. Sejak hari ini aku mengambil perlindungan [kepada Tiga Permata] sampai akhir kehidupanku. Sang Bhagavā, sejak hari ini, aku [berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjaga lima aturan pelatihan selama sisa hidupku.

Setelah [berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjaga lima aturan pelatihan selama sisa hidupnya, perumah tangga Ugga memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, mengelilinginya tiga kali, dan pergi.

Ketika kembali ke rumah, ia dengan segera mengumpulkan semua wanita [dari rumahnya]. Setelah mengumpulkan mereka, ia berkata:

Ketahuilah bahwa aku [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjaga lima aturan pelatihan selama sisa hidupku. Siapa pun dari kalian yang ingin [tetap] tinggal di sini dapat melakukannya, dengan menjalankan kedermawanan dan berbuat jasa; siapa pun yang tidak ingin untuk tinggal dapat kembali ke rumahnya masing-masing; dan siapa pun yang ingin menikah [kembali], aku akan membuat kalian menikah [kembali].

Kemudian istri pertama berkata kepada perumah tangga Ugga:

Tuan, karena engkau [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Buddha, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupmu, engkau dapat menikahkanku kembali dengan seorang pria bernama ini.

Kemudian perumah tangga Ugga menyuruh pria itu dipanggil. Dengan tangan kiri memegang lengan istri pertamanya dan tangan kanannya memegang sebuah kendi emas [untuk upacara pernikahan], ia berkata kepada pria itu, “Aku sekarang menikahkan istri pertamaku kepadamu.”

Mendengar hal ini, pria itu ketakutan, dan rambut tubuhnya berdiri tegak. Ia berkata kepada perumah tangga Ugga, “Tuan, apakah engkau ingin membunuhku? Apakah engkau ingin membunuhku?”

Perumah tangga itu menjawab:

Aku tidak akan membunuhmu. Namun, aku [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Buddha, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupku, dan karena alasan itu aku menikahkan istri pertamaku kepadamu.

Setelah melepaskan istri pertamanya, sebelum melepaskannya, dan pada waktu melepaskannya, perumah tangga Ugga tidak memiliki pikiran menyesal.

Pada waktu itu Sang Bhagavā dikelilingi oleh tak terhitung ratusan dan ribuan orang. Dalam keramaian besar itu beliau memuji perumah tangga Ugga, [dengan berkata]: “Perumah tangga Ugga memiliki delapan kualitas luar biasa.”

Kemudian setelah malam telah berlalu, saat fajar, seorang bhikkhu tertentu memakai jubahnya, membawa mangkuknya, dan pergi ke rumah perumah tangga Ugga. Melihat dari jauh bahwa seorang bhikkhu datang, perumah tangga Ugga langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengatur pakaiannya sehingga memperlihatkan satu bahu. Dengan merangkapkan kedua telapak tangannya [untuk menghormat] kepada bhikkhu itu, ia berkata: “Selamat datang, yang mulia! Yang mulia belum datang ke sini selama waktu yang lama. Silahkan duduk di dipan ini.”

Kemudian bhikkhu itu duduk di dipan itu. Perumah tangga Ugga memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki bhikkhu itu dan duduk pada satu sisi. Bhikkhu itu berkata:

Perumah tangga, engkau memiliki keuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Karena dalam suatu perkumpulan tak terhitung ratusan dan ribuan orang Sang Bhagavā telah memuji dirimu, [dengan berkata] “Perumah tangga Ugga memiliki delapan kualitas luar biasa.” Perumah tangga, apakah delapan kualitas luar biasa yang engkau miliki itu?

Perumah tangga Ugga menjawab bhikkhu itu, dengan berkata:

Yang mulia, [karena] Sang Bhagavā sebelumnya tidak menjelaskan hal ini lebih lanjut, aku tidak mengetahui sehubungan dengan apakah Sang Bhagavā mengatakan hal ini. Bagaimana pun, yang mulia, mohon dengarkan apakah kualitas-kualitas yang kumiliki.

Pada suatu ketika, yang mulia, Sang Bhagavā sedang tinggal di Vesālī, di Hutan Besar. Pada waktu itu, dilayani hanya oleh para wanita, aku pergi keluar Vesālī diikuti oleh mereka dan, [pertengahan jalan] antara Vesālī dan Hutan Besar, aku menikmati diriku sendiri bagaikan seorang raja dengan para selirnya.

Pada waktu itu, yang mulia, aku sangat mabuk karena minuman keras. Aku meninggalkan para wanita itu dan pergi ke Hutan Besar.

Pada waktu itu, yang mulia, sangat mabuk karena minuman keras, aku melihat dari jauh Sang Bhagavā, di antara pepohonan hutan, dimuliakan dan indah, bagaikan rembulan di tengah-tengah bintang, dengan cahaya yang cemerlang, bersinar bagaikan gunung emas, diberkahi dengan penampilan yang gagah dan kemuliaan yang agung, dengan indera-indera yang tenang, bebas dari halangan, sempurna dan terdisiplinkan, dengan pikirannya tenang dan damai. Ketika melihat Sang Buddha, [aku] tersadarkan seketika. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.

Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

[Perumah tangga Ugga berkata:]

Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Lebih lanjut, yang mulia, setelah tersadarkan, aku mendekati Sang Buddha. Memberikan penghormatan dengan kepalaku pada kaki Sang Buddha, aku duduk pada satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā mengajarkanku Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakanku. Setelah dengan tak terhitung cara terampil mengajarkanku Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakanku, [beliau melakukan] seperti yang dilakukan semua Buddha ketika pertama kali mengajarkan Dharma sejati untuk menggembirakan para pendengarnya: beliau mengajarkan tentang kedermawanan, moralitas, kelahiran kembali di surga, kerugian dari keinginan indera, dan kekotoran dari kelahiran dan kematian [yang berulang-ulang], dengan memuji keunggulan dari kebosanan dan kemurnian dari unsur-unsur sang jalan. Setelah mengajarkanku Dharma dengan cara ini, Sang Buddha mengetahui bahwa pikiranku bergembira, siap, lunak, dapat bertahan, mulia, terpusat, bebas dari keragu-raguan, bebas dari rintangan, mampu, dan cukup kuat untuk menerima ajaran sejati.

Kemudian Sang Bhagavā mengajarkanku inti ajaran sejati yang diajarkan semua Buddha: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya]. Dengan sekejap, ketika duduk [tepat di sana], aku melihat empat kebenaran mulia, yaitu: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya]. Seperti halnya sehelai kain putih dengan mudah dicelup, demikian juga, aku dengan sekejap, ketika duduk [tepat di sana], melihat empat kebenaran mulia, yaitu: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya]. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.

Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

[Perumah tangga Ugga melanjutkan:]

Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Lebih lanjut, yang mulia, setelah melihat Dharma, setelah mencapai Dharma, aku tercerahkan dengan kemauanku sendiri pada Dharma sejati, memotong keragu-raguan, dan mengatasi ketidakpastian. [Bagiku] tidak ada guru lain; aku tidak akan lagi mengikuti [guru] lain. Tanpa kebimbangan, aku berdiam dalam realisasi sang buah. Dalam ajaran Sang Bhagavā aku telah mencapai ketanpagentaran.

Kemudian, yang mulia, aku bangkit dari tempat dudukku, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan berkata:

Sang Bhagavā, aku sekarang mengambil perlindungan kepada Buddha, Dharma, dan perkumpulan para bhikkhu. Semoga Sang Bhagavā menerimaku sebagai seorang pengikut awam. Sejak hari ini aku mengambil perlindungan [kepada Tiga Permata] sampai akhir kehidupanku. Sang Bhagavā, sejak hari ini, aku [berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjaga lima aturan pelatihan selama sisa hidupku.

Yang mulia, karena aku [berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupku – dan, sepengetahuanku, tidak pernah melanggar aturan pelatihan itu – aku memiliki kualitas ini, yang mulia.

Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

[Perumah tangga Ugga melanjutkan:]

Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Lebih lanjut, setelah [berikar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupku, aku memberikan penghormatan dengan kepalaku pada kaki Sang Buddha, mengelilingnya tiga kali, dan pergi. Ketika kembali ke rumah, aku mengumpulkan semua wanita [dari rumah]. Setelah mengumpulkan mereka, aku berkata:

Ketahuilah bahwa aku [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjaga lima aturan pelatihan selama sisa hidupku. Siapa pun dari kalian yang ingin [tetap] tinggal di sini dapat melakukannya, dengan menjalankan kedermawanan dan berbuat jasa; siapa pun yang tidak ingin untuk tinggal dapat kembali ke rumahnya masing-masing; dan siapa pun yang ingin menikah [kembali], aku akan membuat kalian menikah [kembali].

Kemudian istri pertamaku berkata kepadaku:

Tuan, karena engkau [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Buddha, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupmu, engkau dapat menikahkanku kembali dengan seorang pria bernama ini.

Kemudian, yang mulia, aku langsung menyuruh pria itu dipanggil. Dengan tangan kiri memegang lengan istri pertamaku dan tangan kananku memegang sebuah kendi emas, aku berkata kepada pria itu, “Aku sekarang menikahkan istri pertamaku kepadamu.”

Mendengar hal ini, pria itu ketakutan, dan rambut tubuhnya berdiri tegak. Ia berkata kepadaku, “Tuan, apakah engkau ingin membunuhku? Apakah engkau ingin membunuhku?”

Yang mulia, aku berkata kepadanya:

Aku tidak akan membunuhmu. Namun, aku [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Buddha, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupku, dan karena alasan itu aku menikahkan istri pertamaku kepadamu.

Yang mulia, setelah melepaskan istri pertamaku, sebelum melepaskannya, dan pada saat melepaskannya, aku tidak memiliki pikiran menyesal. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.

Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

[Perumah tangga Ugga melanjutkan:]

Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Lebih lanjut, yang mulia, ketika aku mengunjungi suatu kediaman monastik, segera ketika aku menemui seorang bhikkhu aku memberikan penghormatan kepadanya. Jika ia sedang berlatih meditasi jalan, aku mengikutinya dalam berlatih meditasi jalan. Jika ia duduk, maka aku duduk pada satu sisi dan, setelah duduk, aku mendengarkan Dharma. Yang mulia itu mengajarkan Dharma kepadaku dan aku juga [bergiliran] mengajarkan Dharma kepada yang mulia itu. Yang mulia itu menanyaiku pertanyaan-pertanyaan dan aku juga menanyai beliau pertanyaan-pertanyaan. Yang mulia itu menjawabku dan aku juga menjawab beliau. Yang mulia, aku tidak pernah ingat pernah merendahkan bhikkhu mana pun, apakah ia seorang [bhikkhu] junior, seorang [bhikkhu] tingkat menengah, atau seorang [bhikkhu] senior. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.

Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

[Perumah tangga Ugga melanjutkan:]

Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Lebih lanjut, yang mulia, ketika aku memberikan persembahan kepada perkumpulan para bhikkhu, seorang dewa di angkasa memberitahukanku demikian:

Perumah tanggga, orang ini adalah seorang arahant, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju kearahantaan, orang ini adalah seorang yang tidak-kembali,  orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju yang tidak-kembali, orang ini adalah seorang yang sekali-kembali, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju yang sekali-kembali, orang ini adalah seorang pemasuk-arus, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju pemasuk-arus, orang ini adalah tekun, orang ini adalah tidak tekun.

Tetapi, yang mulia, aku tidak ingat bahwa, ketika memberikan persembahan kepada perkumpulan para bhikkhu, aku pernah membeda-bedakan mereka. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.

Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

[Perumah tangga Ugga melanjutkan:]

Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini.

Lebih lanjut, yang mulia, ketika aku memberikan persembahan kepada perkumpulan para bhikkhu, seorang dewa di angkasa memberitahukanku demikian:

Perumah tangga, terdapat Sang Tathāgata, bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna; ajaran Sang Bhagavā diajarkan dengan baik; komunitas para orang mulia Sang Tathāgata berkembang dengan baik [dalam latihan].

Yang mulia, bukan demi keyakinan terhadap perkataan dewa itu, ataupun demi kegembiraan terhadap perkataannya, ataupun karena setelah mendengarkannya darinya, tetapi alih-alih dengan pengetahuanku yang dimurnikan aku mengetahui: Sang Tathāgata adalah seseorang yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna; ajaran Sang Bhagavā diajarkan dengan baik; komunitas para orang mulia Sang Tathāgata berkembang dengan baik [dalam latihan]. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.

Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

[Perumah tangga Ugga melanjutkan:]

Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini.

Lebih lanjut, yang mulia, lima belenggu yang lebih rendah itu yang telah dinyatakan Sang Buddha, yaitu keinginan indera, kebencian, pandangan diri, kemelekatan pada aturan, dan keragu-raguan, aku telah melihat bahwa lima hal ini, yang dapat membelengguku untuk kembali ke dunia ini dan memasuki suatu rahim, tidak satu pun belum dilenyapkan. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.

Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

Perumah tangga Ugga berkata kepada bhikkhu itu, “Silahkan yang mulia memakan makanannya di sini.”

Demi kepentingan perumah tangga Ugga, bhikkhu itu menerima undangan itu dengan tetap berdiam diri. Memahami bahwa bhikkhu itu telah menerima undangan itu dengan tetap berdiam diri, perumah tangga Ugga bangkit dari tempat duduknya, dan secara pribadi menyiapkan air untuk mencuci.  Dengan tangannya sendiri ia menyiapkan berbagai jenis hidangan yang murni dan lezat untuk dimakan, dikecap, dan dicerna, dengan memastikan terdapat cukup [makanan] untuk dimakan. Setelah [bhikkhu itu] telah selesai makan, meletakkan mangkuknya, dan mencuci tangannya, [Ugga] mengambil sebuah tempat duduk yang rendah dan duduk pada satu sisi untuk mendengarkan Dharma.

Bhikkhu itu mengajarkan perumah tangga itu Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Setelah, dengan tak terhitung cara terampil, mengajarkannya Dharma, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakannya, [bhikkhu itu] bangkit dari tempat duduknya dan pergi. Ia mendekati Sang Buddha. Dengan memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki [Sang Buddha], ia duduk pada satu sisi dan melaporkan secara terperinci percakapan yang ia lakukan dengan perumah tangga Ugga.

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Adalah karena alasan itu aku memuji perumah tangga Ugga, karena memiliki delapan kualitas luar biasa ini.”

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #10 on: 27 February 2016, 06:48:47 PM »
39. Kotbah [Kedua] kepada Perumah Tangga Ugga

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika, tak lama setelah Sang Buddha mencapai nirvana akhir, banyak bhikkhu senior yang sangat dihormati tinggal di Vesālī, di Aula Beratap Segitiga dekat Danau Monyet. Pada waktu itu perumah tangga Ugga sedang mengadakan pemberian dana besar-besaran untuk mereka yang datang dari jauh, untuk mereka yang berada dalam perjalanan, untuk orang sakit, dan untuk mereka yang merawat orang sakit.

Ia [juga] secara teratur mempersiapkan bubur dan makanan untuk para penjaga vihara, secara teratur mengundang kelompok dua puluh orang dari komunitas [monastik] untuk makan, dan mempersembahkan makanan kepada perkumpulan para bhikkhu setiap lima hari. Pemberian dana dalam skala besar-besaran demikian bagaikan sebuah kapal, yang, ketika kembali dengan muatan penuh seharga ratusan dan ribuan, tiba-tiba tenggelam dan lenyap.

Suatu perkumpulan banyak bhikkhu senior yang sangat dihormati mendengar bahwa perumah tangga Ugga sedang mengadakan pemberian dana besar-besaran demikian untuk mereka yang datang dari jauh, untuk mereka yang berada dalam perjalanan, untuk orang sakit, dan untuk mereka yang merawat orang sakit; [sementara juga] secara teratur mempersiapkan bubur dan makanan untuk para penjaga vihara, secara teratur mengundang kelompok dua puluh orang dari komunitas [monastik] untuk makan, dan mempersembahkan makanan kepada perkumpulan para bhikkhu setiap lima hari. Mendengar tentang hal ini, mereka membahas ini bersama-sama demikian:

Teman-teman yang baik, siapakah yang dapat pergi dan berbicara dengan perumah tangga Ugga, [dengan berkata,] “Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau sendiri akan memahami [mengapa]”?

Mereka berpikir demikian:

Yang Mulia Ānanda adalah pelayan Sang Buddha. Ia menerima ajaran Sang Bhagavā dan dipuji oleh Sang Buddha dan oleh teman-teman yang bijaksana dalam kehidupan suci. Yang Mulia Ānanda seharusnya pergi dan berbicara dengan perumah tangga Ugga, [dengan berkata,] “Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau sendiri akan memahami [mengapa].” Teman-teman yang baik, marilah kita bersama-sama pergi menemui Yang Mulia Ānanda dan mengatakan kepadanya tentang hal ini.

Kemudian perkumpulan banyak bhikkhu senior yang sangat dihormati itu pergi menemui Yang Mulia Ānanda. Setelah bertukar salam, mereka duduk pada satu sisi dan berkata:

Yang Mulia Ānanda, apakah engkau mengetahui bahwa perumah tangga Ugga sedang mengadakan pemberian dana besar-besaran untuk mereka yang datang dari jauh, untuk mereka yang berada dalam perjalanan, untuk orang sakit, dan untuk mereka yang merawat orang sakit; [sementara juga] secara teratur mempersiapkan bubur dan makanan untuk para penjaga vihara, secara teratur mengundang kelompok dua puluh orang dari komunitas [monastik] untuk makan, dan mempersembahkan makanan kepada perkumpulan para bhikkhu setiap lima hari? Pemberian dana dengan skala besar-besaran demikian bagaikan sebuah kapal, yang, ketika kembali dengan muatan penuh seharga ratusan dan ribuan, tiba-tiba tenggelam dan lenyap. Kita telah membahas hal ini bersama-sama demikian:

Siapakah yang dapat pergi dan berbicara dengan perumah tangga Ugga, [dengan berkata,] “Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau sendiri akan memahami [mengapa]”?

Kemudian kami berpikir:

Yang Mulia Ānanda adalah pelayan Sang Buddha. Ia menerima ajaran Sang Bhagavā dan dipuji oleh Sang Buddha dan oleh teman-teman yang bijaksana dalam kehidupan suci. Yang Mulia Ānanda seharusnya pergi dan berbicara dengan perumah tangga Ugga, [dengan berkata,] “Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau sendiri akan memahami [mengapa].”

Yang Mulia Ānanda, semoga engkau pergi dan berbicara kepada perumah tangga Ugga, [dengan berkata,] “Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau sendiri akan memahami [mengapa].”

Kemudian Yang Mulia Ānanda berkata kepada para bhikkhu senior yang sangat dihormati itu:

Teman-teman yang baik, perumah tangga Ugga memiliki kepribadian yang keras. Jika aku hanya berkata untuk diriku sendiri, aku mungkin membuatnya sangat tidak bergembira. Teman-teman yang baik, atas nama siapakah aku seharusnya berbicara dengannya?

Para bhikkhu senior yang sangat dihormati itu menjawab, “Teman yang mulia, berbicaralah atas nama perkumpulan para bhikkhu! Dengan berbicara atas nama perkumpulan para bhikkhu, ia tidak akan berkata apa-apa.”

Kemudian Yang Mulia Ānanda dengan berdiam diri menerima penugasan dari para bhikkhu senior yang sangat dihormati itu. Memahami bahwa Yang Mulia Ānanda telah menyetujui dengan berdiam diri, para bhikkhu senior yang sangat dihormati itu bangkit dari tempat duduk mereka, mengelilingi Yang Mulia Ānanda, dan kembali, masing-masing ke tempatnya.

Kemudian saat fajar, ketika malam telah berakhir, Yang Mulia Ānanda memakai jubahnya, membawa mangkuknya, dan pergi menuju rumah perumah tangga Ugga. Melihat dari jauh bahwa Yang Mulia Ānanda datang, perumah tangga Ugga bangkit dari tempat duduknya dan mengatur jubahnya sehingga memperlihatkan satu bahu.

Dengan merangkapkan telapak tangannya [untuk menghormat] kepada Yang Mulia Ānanda, ia berkata, “Selamat datang, Yang Mulia Ānanda! Yang Mulia Ānanda belum datang ke sini selama waktu yang lama. Silahkan mengambil tempat duduk di dipan ini.”

Kemudian Yang Mulia Ānanda mengambil tempat duduk di dipan itu. Perumah tangga Ugga memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Yang Mulia Ānanda dan duduk pada satu sisi. Yang Mulia Ānanda berkata:

Perumah tangga, diketahui bahwa engkau sedang mengadakan pemberian dana besar-besaran untuk orang-orang yang datang dari jauh, untuk mereka yang berada dalam perjalanan, untuk orang sakit, dan untuk mereka yang merawat orang sakit, [sementara juga] secara teratur mempersiapkan bubur dan makanan untuk para penjaga vihara, secara teratur mengundang kelompok dua puluh orang dari komunitas [monastik] untuk makan, dan mempersembahkan makanan kepada perkumpulan para bhikkhu setiap lima hari.

Pemberian dana dalam skala besar-besaran demikian bagaikan sebuah kapal, yang, ketika kembali dengan muatan penuh seharga ratusan dan ribuan, tiba-tiba tenggelam dan lenyap. Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau akan memahami [mengapa].

Perumah tangga itu berkata, “Yang Mulia Ānanda, atas nama siapakah engkau berbicara demikian?”

Yang Mulia Ānanda menjawab, “Perumah tangga, aku berbicara untuk  perkumpulan para bhikkhu.”

Perumah tangga itu berkata:

Jika Yang Mulia Ānanda berbicara untuk perkumpulan para bhikkhu, aku tidak berkeberatan. Jika beliau berbicara untuk dirinya sendiri, itu dapat membuatku tidak bergembira. Yang Mulia Ānanda, bahwa aku memberikan persembahan seperti ini dan mengadakan kedermawanan seperti ini, bahkan sampai aku telah memberikan semua kekayaan dan harta bendaku – ini adalah untuk memenuhi aspirasiku. Ini bagaikan aspirasi seorang raja pemutar-roda.

Yang Mulia Ānanda bertanya, “Perumah tangga, apakah aspirasi seorang raja pemutar-roda?”

Perumah tangga itu menjawab:

Yang Mulia Ānanda, orang miskin dari desa berpikir, “Semoga aku menjadi yang terkaya di antara para penduduk desa.” Ini adalah aspirasi mereka.

Orang kaya dari desa berpikir, “Semoga aku menjadi yang terkaya di antara penduduk kota kecil.” Ini adalah aspirasi mereka.

Orang kaya dari kota kecil berpikir, “Semoga aku menjadi yang terkaya di antara penduduk kota besar.” Ini adalah aspirasi mereka.

Orang kaya dari kota besar berpikir, “Semoga aku menjadi walikota dari kota besar.” Ini adalah aspirasi mereka.

Walikota di kota besar berpikir, “Semoga aku menjadi perdana  menteri dari kerajaan.” Ini adalah aspirasi mereka.

Perdana menteri dari kerajaan berpikir, “Semoga aku menjadi raja lokal.” Ini adalah aspirasi mereka.

Raja lokal berpikir, “Semoga aku menjadi seorang raja pemutar-roda.” Ini adalah aspirasi mereka.

Dan raja pemutar-roda berpikir:

Semoga aku mencapai sepenuh puncak kehidupan suci, demi tujuan di mana seorang anggota keluarga mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan. Semoga aku dalam kehidupan ini juga, memahami dengan diri sendiri dan berdiam setelah mencapai realisasi dengan diri sendiri. Semoga aku mengetahui sebagaimana adanya: “Kelahiran telah diakhiri, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan. Tidak akan ada kelangsungan lain.”

Ini adalah aspirasi [seorang raja pemutar-roda].

Yang Mulia Ānanda, bahwa aku memberikan persembahan seperti ini dan mengadakan kedermawanan seperti ini, bahkan sampai aku memberikan semua kekayaan dan harta bendaku – ini adalah untuk memenuhi aspirasiku. Ini bagaikan aspirasi seorang raja pemutar-roda. Yang Mulia Ānanda, aku memiliki kualitas ini.

Yang Mulia Ānanda berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

[Perumah tangga Ugga melanjutkan:]

Lebih lanjut, Yang Mulia Ānanda, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Yang Mulia Ānanda, ketika aku mengunjungi suatu kediaman monastik, segera ketika aku melihat seorang bhikkhu aku memberikan penghormatan kepadanya. Jika ia sedang berlatih meditasi jalan, aku mengikutinya dalam berlatih meditasi jalan. Jika ia duduk, maka aku duduk pada satu sisi dan, setelah duduk, aku mendengarkan Dharma. Yang mulia itu mengajarkan Dharma kepadaku dan aku juga mengajarkan Dharma kepada yang mulia itu. Yang mulia itu menanyaiku pertanyaan-pertanyaan dan aku juga menanyai yang mulia itu pertanyaan-pertanyaan. Yang mulia itu menjawabku dan aku juga menjawab yang mulia itu. Yang Mulia Ānanda, aku tidak ingat pernah merendahkan bhikkhu mana pun, apakah ia seorang bhikkhu junior, seorang [bhikkhu] tingkat menengah, atau seorang [bhikkhu] senior. Yang Mulia Ānanda, aku memiliki kualitas ini.

Yang Mulia Ānanda berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

[Perumah tangga Ugga melanjutkan:]

Lebih lanjut, Yang Mulia Ānanda, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Yang Mulia Ānanda, ketika mempersembahkan dana kepada perkumpulan para bhikkhu, seorang dewa di angkasa memberitahukanku demikian:

Perumah tanggga, orang ini adalah seorang arahant, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju kearahantaan, orang ini adalah seorang yang tidak-kembali,  orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju yang tidak-kembali, orang ini adalah seorang yang sekali-kembali, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju yang sekali-kembali, orang ini adalah seorang pemasuk-arus, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju pemasuk-arus, orang ini adalah tekun, orang ini adalah tidak tekun.

Tetapi, Yang Mulia Ānanda, aku tidak ingat bahwa, ketika aku memberikan persembahan kepada perkumpulan para bhikkhu, aku pernah membeda-bedakan mereka. Yang Mulia Ānanda, aku memiliki kualitas ini.

Yang Mulia Ānanda berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

[Perumah tangga Ugga melanjutkan:]

Lebih lanjut, Yang Mulia Ānanda, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Yang Mulia Ānanda, ketika aku memberikan persembahan kepada perkumpulan para bhikkhu, seorang dewa di angkasa memberitahukanku demikian:

Perumah tangga, terdapat Sang Tathāgata, bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna; ajaran Sang Bhagavā diajarkan dengan baik; komunitas para orang mulia Sang Tathāgata berkembang dengan baik [dalam latihan].

Bukan demi keyakinan terhadap perkataan dewa itu, ataupun demi kegembiraan terhadap perkataannya, ataupun karena setelah mendengarkannya darinya, tetapi alih-alih dengan pengetahuanku yang dimurnikan aku mengetahui: terdapat Sang Tathāgata, bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna; ajaran Sang Bhagavā diajarkan dengan baik; komunitas para orang mulia Sang Tathāgata berkembang dengan baik [dalam latihan]. Yang Mulia Ānanda, aku memiliki kualitas ini.

Yang Mulia Ānanda berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

[Perumah tangga Ugga melanjutkan:]

Lebih lanjut, Yang Mulia Ānanda, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Yang Mulia Ānanda, aku telah meninggalkan keinginan, aku terasing dari keadaan-keadaan yang jahat dan tidak bermanfaat ... (dan seterusnya sampai dengan) ... aku berdiam setelah mencapai jhāna keempat. Yang Mulia Ānanda, aku memiliki kualitas ini.

Yang Mulia Ānanda berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

Kemudian perumah tangga Ugga berkata, “Silahkan Yang Mulia Ānanda memakan makanannya di sini.” Demi kepentingan perumah tangga Ugga, Yang Mulia Ānanda menerima undangan itu dengan tetap berdiam diri. Memahami bahwa Yang Mulia Ānanda telah menerima undangan itu dengan tetap berdiam diri, perumah tangga Ugga bangkit dari tempat duduknya, dan secara pribadi menyiapkan air untuk mencuci. Dengan tangannya sendiri ia menyiapkan berbagai jenis hidangan yang murni dan lezat untuk dimakan, dikecap, dan dicerna, dengan memastikan terdapat cukup [makanan] untuk dimakan. Setelah [Yang Mulia Ānanda] telah selesai makan, meletakkan mangkuknya, dan mencuci tangannya, [Ugga] mengambil tempat duduk yang rendah dan duduk pada satu sisi untuk mendengarkan Dharma.

Yang Mulia Ānanda mengajarkan perumah tangga itu Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Setelah, dengan tak terhitung cara terampil, mengajarkannya Dharma, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakannya, [Yang Mulia Ānanda] bangkit dari tempat duduknya dan pergi.

Ini adalah apa yang dikatakan Yang Mulia Ānanda. Setelah mendengarkan perkataan Yang Mulia Ānanda, perumah tangga Ugga bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #11 on: 27 February 2016, 06:59:01 PM »
40. Kotbah kepada Perumah Tangga Hatthaka<130>

Demikianlah telah kudengar: Suatu ketika, Sang Buddha sedang tinggal di Aggāḷava dekat Āḷavī, di sebuah hutan kayu keras (simsapa).

Pada waktu itu perumah tangga Hatthaka, ditemani oleh lima ratus perumah tangga terkemuka, pergi menemui Sang Buddha. Ia memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha dan duduk pada satu sisi. Lima ratus perumah tangga itu juga memberikan penghormatan dengan kepala mereka pada kaki Sang Buddha dan duduk pada satu sisi.

Sang Bhagavā berkata: “Perumah tangga Hatthaka, sekarang engkau bersama suatu perkumpulan yang demikian besar. Dengan kualitas apakah engkau [dapat] mengumpulkan suatu perkumpulan yang demikian besar?”

Kemudian perumah tangga Hatthaka menjawab:

Sang Bhagavā, terdapat empat kualitas untuk mengumpulkan orang-orang yang diajarkan Sang Bhagavā. Pemberian yang bermurah hati adalah yang pertama, mengucapkan kata-kata yang ramah adalah yang kedua, memberikan nasehat yang bermanfaat adalah yang ketiga, dan tidak memihak adalah yang keempat.<131> Sang Bhagavā, aku [dapat] mengumpulkan suatu perkumpulan yang demikian besar dengan pemberian yang bermurah hati, atau dengan mengucapkan kata-kata yang ramah, atau dengan memberikan nasehat yang bermanfaat, atau dengan tidak memihak.

Sang Bhagavā berkata dengan pujian:

Sangat bagus! Sangat bagus! Perumah tangga Hatthaka, engkau [dapat] mengumpulkan suatu perkumpulan yang demikian besar sesuai dengan Dharma, untuk mengumpulkan suatu perkumpulan yang demikian besar melalui cara-cara yang tepat, untuk mengumpulkan suatu perkumpulan yang demikian besar melalui sebab dan kondisi yang tepat.

Perumah tangga Hatthaka, para pertapa atau brahmana pada masa lampau, yang mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar sesuai dengan Dharma, semuanya menggunakan empat kualitas ini, atau beberapa darinya, untuk mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar.

Perumah tangga Hatthaka, para pertapa atau brahmana pada masa yang akan datang, yang akan mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar sesuai dengan Dharma, semuanya akan menggunakan empat kualitas ini, atau beberapa darinya, untuk mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar.

Perumah tangga Hatthaka, para pertapa atau brahmana pada masa sekarang, yang mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar sesuai dengan Dharma, semuanya menggunakan empat kualitas ini, atau beberapa darinya, untuk mengumpulkan suatu perkumpulan yang besar.

Kemudian Sang Bhagavā mengajarkan Dharma kepada perumah tangga Hatthaka, menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Setelah menggunakan tak terhitung cara terampil untuk mengajarkannya Dharma, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakannya, [Sang Buddha] tetap berdiam diri.

Kemudian perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengelilingi Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih ... dengan kegembiraan empatik ... dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] berkembang dengan baik, tak terbatas dan luhur, tak terukur.

Pada waktu itu, perkumpulan dalam Aula Sudhamma,<132> para dewa tiga-puluh-tiga memuji perumah tangga Hatthaka, dengan berkata:

Teman-teman yang baik, perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar.

Mengapa demikian? Perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih ... dengan kegembiraan empatik ... dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

Kemudian ketika malam akan berganti menjadi fajar, raja dewa Vessavaṇa yang agung, dengan penampilan yang mengagumkan dan cahaya yang cemerlang, mendekati perumah tangga Hatthaka dan berkata:

Perumah tangga, engkau memiliki keberuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Hari ini karena dirimu para dewa tiga-puluh-tiga berkumpul di Aula Sudhamma, memuji dirimu demikian:

Teman-teman yang baik, perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar.

Mengapa demikian? Perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik. Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih ... dengan kegembiraan empatik ... dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

Pada waktu itu perumah tangga Hatthaka tetap berdiam diri, ia tidak berbicara dan tidak melihat atau menatapi raja dewa agung, Vessavaṇa. Mengapa demikian? Karena penghormatan terhadap konsentrasinya, untuk menjaga konsentrasinya.

Pada waktu itu, Sang Bhagavā memuji perumah tangga Hatthaka dalam perkumpulan tak terhitung ratusan dan ribuan orang, dengan berkata:

Perumah tangga Hatthaka memiliki tujuh kualitas yang mengagumkan dan menakjubkan.

Perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma olehku, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepadaku, dan setelah mengelilingiku tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih ... dengan kegembiraan empatik ... dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] berkembang dengan baik, tak terbatas dan luhur, tak terukur.

Hari ini karena dirinya para dewa tiga-puluh-tiga berkumpul di Aula Sudhamma, memuji dirinya demikian:

Perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar.

Mengapa demikian? Teman-teman yang baik, perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih ... dengan kegembiraan empatik ... dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

Kemudian ketika malam akan berganti menjadi fajar, raja dewa Vessavaṇa yang agung, dengan penampilan yang mengagumkan dan cahaya yang cemerlang, mendekati perumah tangga Hatthaka dan berkata:

Perumah tangga, engkau memiliki keberuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Hari ini karena dirimu para dewa tiga-puluh-tiga berkumpul di Aula Sudhamma, memuji dirimu demikian, “Perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar.

“Mengapa demikian? Perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

“Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

“Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

“Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

“Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih ... dengan kegembiraan empatik ... dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.”
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #12 on: 27 February 2016, 07:01:29 PM »
Kemudian saat fajar, ketika malam telah berakhir, seorang bhikkhu tertentu memakai jubahnya, membawa mangkuknya, dan pergi ke rumah perumah tangga Hatthaka. Melihat bhikkhu itu dari jauh, perumah tangga Hatthaka bangkit dari tempat duduknya. Dengan merangkap telapak tangan [untuk menghormat] kepada bhikkhu itu, ia berkata, “Selamat datang, yang mulia! Yang mulia belum datang ke sini selama waktu yang lama. Silahkan mengambil tempat duduk di dipan ini.”

Kemudian bhikkhu itu mengambil tempat duduk di dipan itu. Perumah tangga Hatthaka memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki bhikkhu itu dan duduk pada satu sisi. Bhikkhu itu berkata:

Perumah tangga, engkau memiliki keberuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Dalam perkumpulan tak terhitung ratusan dan ribuan orang Sang Bhagavā memuji dirimu dengan berkata, “Perumah tangga Hatthaka memiliki tujuh kualitas luar biasa.

“Perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma olehku, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepadaku, dan setelah mengelilingiku tiga kali, pergi dan kembali ke rumah. Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

“Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

“Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

“Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih ... dengan kegembiraan empatik ... dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] berkembang dengan baik, tak terbatas dan luhur, tak terukur.

“Hari ini karena dirinya para dewa tiga-puluh-tiga berkumpul di Aula Sudhamma, memuji dirimu demikian, ‘Perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Teman-teman yang baik, perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

‘Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

‘Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

‘Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

‘Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih ... dengan kegembiraan empatik ... dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

“Kemudian ketika malam akan berganti menjadi fajar, raja dewa Vessavaṇa yang agung, dengan penampilan yang mengagumkan dan cahaya yang cemerlang, mendekati perumah tangga Hatthaka dan berkata, ‘Perumah tangga, engkau memiliki keberuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Hari ini karena dirimu para dewa tiga-puluh-tiga berkumpul di Aula Sudhamma, memuji dirimu demikian, “Perumah tangga Hatthaka memiliki keberuntungan besar dan jasa besar.

‘Mengapa demikian? Teman-teman yang baik, perumah tangga Hatthaka, setelah diajarkan Dharma oleh Sang Buddha, setelah dinasehati, didorong, dan digembirakan, bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan setelah mengeliling Sang Buddha tiga kali, pergi dan kembali ke rumah.

‘Ketika tiba di pintu gerbang luar, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Ketika tiba di pintu gerbang pertengahan atau pintu gerbang dalam, atau ketika tiba di dalam, jika terdapat seseorang di sana, ia berusaha mengajarkan orang itu Dharma, untuk menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka.

‘Kemudian ia naik ke aula, mengatur sebuah tempat duduk, dan duduk bersila.

‘Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, ia berdiam meliputi satu arah, seperti juga arah kedua, ketiga, dan keempat, dan juga empat arah di antaranya, atas, dan bawah, semua di sekelilingnya, di mana pun. Dengan pikiran yang dipenuhi dengan cinta-kasih, bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik.

‘Dengan cara yang sama, dengan pikiran yang dipenuhi dengan belas kasih ... dengan kegembiraan empatik ... dengan keseimbangan; bebas dari belenggu-belenggu atau kebencian, tanpa kebencian atau perselisihan, ia berdiam meliputi seluruh dunia [dengan pikiran yang] tak terbatas, luhur, tak terukur, dan berkembang dengan baik’.”

“Pada waktu itu perumah tangga Hatthaka tetap berdiam diri, ia tidak berbicara dan tidak melihat atau menatapi raja dewa yang agung, Vessavaṇa. Mengapa demikian? Karena penghormatan terhadap konsentrasinya, untuk menjaga konsentrasinya.”

Kemudian perumah tangga Hatthaka berkata kepada bhikkhu itu, “Yang mulia, pada waktu itu [ketika Sang Buddha memujiku demikian] apakah terdapat umat awam yang hadir?”

Bhikkhu itu menjawab, “Tidak, tidak ada umat awam yang hadir,” dan bertanya, “Apakah kesalahan yang terjadi jika terdapat umat awam yang hadir?”

Perumah tangga itu menjawab:

Yang mulia, jika terdapat mereka yang tidak memiliki keyakinan terhadap apa yang dikatakan Sang Bhagavā, mereka akan selama waktu yang lama tidak mendapatkan manfaat darinya, tidak dapat menerimanya, dan akan terlahir ke alam kehidupan yang sangat buruk, dengan mengalami penderitaan yang tak terukur. Jika terdapat mereka yang memiliki keyakinan terhadap apa yang dikatakan Sang Bhagavā, karena hal itu mereka mungkin datang untuk memuliakan, menghormati, dan memberikan penghormatan kepadaku. [Tetapi], yang mulia, aku tidak menginginkan bahwa mereka seharusnya [melakukan] demikian juga. Yang mulia, silahkan memakan makanan anda di sini.

Demi kepentingan perumah tangga Hatthaka, bhikkhu itu menerima undangan itu dengan tetap berdiam diri. Memahami bahwa bhikkhu itu telah menerima undangannya dengan tetap berdiam diri, perumah tangga Hatthaka bangkit dari tempat duduknya, dan secara pribadi menyiapkan air untuk mencuci. Dengan tangannya sendiri ia menyiapkan berbagai jenis hidangan yang murni dan lezat untuk dimakan, dikecap, dan dicerna, dengan memastikan terdapat cukup [makanan] untuk dimakan. Setelah [bhikkhu itu] selesai makan, meletakkan mangkuknya, dan mencuci tangannya, [Hatthaka] mengambil tempat duduk yang rendah dan duduk pada satu sisi untuk mendengarkan Dharma.

Bhikkhu itu mengajarkan perumah tangga itu Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Setelah, dengan tak terhitung cara terampil, mengajarkannya Dharma, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakannya, [bhikkhu itu] bangkit dari tempat duduknya dan pergi. Ia mendekati Sang Buddha. Dengan memberikan dengan kepalanya pada kaki [Sang Buddha], ia duduk pada satu sisi dan melaporkan secara terperinci percakapan yang ia lakukan dengan perumah tangga Hatthaka.

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Karena alasan ini aku memuji perumah tangga Hatthaka, [dengan mengatakan] bahwa ia memiliki tujuh kualitas luar biasa. Lebih lanjut, kalian seharusnya mengetahui bahwa perumah tangga Hatthaka memiliki kualitas luar biasa kedelapan. Perumah tangga Hatthaka tidak mencari apa pun dan tidak menginginkan apa pun.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #13 on: 27 February 2016, 07:08:35 PM »
41. Kotbah tentang Perumah Tangga Hatthaka<133>

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika, Sang Buddha sedang tinggal di Aggāḷava dekat Āḷavī, di sebuah hutan kayu keras (simsapa).

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

Perumah tangga Hatthaka memiliki delapan kualitas yang mengagumkan dan menakjubkan. Apakah hal tersebut? Perumah tangga Hatthaka memiliki sedikit keinginan; ia memiliki keyakinan, rasa malu, segan, semangat, perhatian, konsentrasi, dan kebijaksanaan. Karena apakah perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki sedikit keinginan? Perumah tangga Hatthaka sendiri memiliki sedikit keinginan, [tetapi] ia tidak ingin membuat orang lain mengetahui, “Aku memiliki sedikit keinginan.” [Ia] ... memiliki keyakinan ... rasa malu ... segan ... semangat ... perhatian ... konsentrasi ... kebijaksanaan. Perumah tangga Hatthaka sendiri memiliki kebijaksanaan, [tetapi] ia tidak ingin membuat orang lain mengetahui, “Aku memiliki kebijaksanaan.” Karena hal ini perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki sedikit keinginan.

Karena apakah perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki keyakinan? Perumah tangga Hatthaka memiliki keyakinan yang kokoh dan mendalam kepada Sang Tathāgata. Indera keyakinannya mantap; ia tidak akan pernah mengikuti para pertapa atau brahmana lain, atau para dewa, Māra, Brahmā, atau makhluk-makhluk lainnya di dunia. Karena hal ini perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki keyakinan.

Karena apakah perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki rasa malu? Perumah tangga Hatthaka memiliki pada setiap saat rasa malu. Ia menyetujui memiliki rasa malu dan tahu malu. [Ia mengetahui] bahwa keadaan-keadaan yang jahat, tidak bermanfaat, yang terkotori dan menyakitkan, membawa pada akibat yang jahat dan adalah sebab utama kelahiran dan kematian. Karena hal ini perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki rasa malu.

Karena apakah perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki [rasa] segan? Perumah tangga Hatthaka memiliki pada setiap saat [rasa] segan. Ia menyetujui memiliki [rasa] segan dan mengetahui keseganan. [Ia mengetahui] bahwa keadaan-keadaan yang jahat, tidak bermanfaat, yang terkotori dan menyakitkan, membawa pada akibat yang jahat dan adalah sebab utama kelahiran dan kematian. Karena hal ini perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki [rasa] segan.

Karena apakah perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki semangat? Perumah tangga Hatthaka memiliki semangat pada setiap saat dalam meninggalkan apa yang jahat dan tidak bermanfaat, dan dalam mengembangkan keadaan-keadaan yang bermanfaat. Ia terus-menerus berusaha dan tetap dengan sepenuh hati dan gigih mengembangkan akar-akar yang bermanfaat, tanpa melalaikan tugasnya. Karena hal ini perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki semangat.

Karena apakah perumah tangga Hatthaka dikatakan penuh perhatian? Perumah tangga Hatthaka secara internal merenungkan tubuh sebagai tubuh ... perasaan ... pikiran ... dhamma sebagai dhamma. Karena hal ini perumah tangga Hatthaka dikatakan penuh perhatian.

Karena apakah perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki konsentrasi? Perumah tangga Hatthaka, terasing dari keinginan, terasing dari keadaan-keadaan jahat dan tidak bermanfaat ... (dan seterusnya sampai dengan) ... berdiam setelah mencapai jhāna keempat. Karena hal ini perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki konsentrasi.

Karena apakah perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki kebijaksanaan? Perumah tangga Hatthaka mengembangkan pemahaman dan kebijaksanaan, mencapai pemahaman sehubungan dengan muncul dan lenyapnya fenomena, mencapai pengetahuan mulia yang menembus dan pemahaman yang membedakan sehubungan dengan pelenyapan sejati penderitaan. Karena hal ini perumah tangga Hatthaka dikatakan memiliki kebijaksanaan.

Oleh karena hal ini sehingga perumah tangga dikatakan memiliki delapan kualitas yang menakjubkan dan mengagumkan.

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Madhyama Agama vol. 1 (bagian 4)
« Reply #14 on: 27 February 2016, 07:10:48 PM »
Catatan Kaki:

<118> Cf. Acchariya-abbhūta-sutta, MN III 118.

<119> Dari konteksnya jelas bahwa ru yi zu menunjuk pada “kekuatan batin” (Pāli iddhividhā/iddhi-ānubhāva), baik dalam sutra ini maupun dalam no. 36 dan 60. Namun, di tempat lain (misalnya sutra 35, 37, 62, 69), ia memiliki makna yang lebih biasanya, “landasan kekuatan batin” (iddhi-pāda), dan diterjemahkan sesuai dengan itu.

<120> Ini bisa jadi sesepuh Gavāṃpati, walaupun namanya dituliskan dengan berbeda dalam T01.26:532a25-29, di mana ia dikonfirmasikan oleh Pāli (tidak seperti kasus yang sekarang, di mana tidak ada kotbah Pāli yang paralel). Karena transkripsi nama-nama biasanya sangat konsisten dalam T.26, kasus ini memerlukan penelitian lebih lanjut.

<121> Xutuoye. Menurut Ding Fubao Foxue Dacidian (s.v.) ini adalah suatu transkripsi varian dari Sutuoyi, di mana lagi Ding Fubao memberikan Sudāya, Sudāna, dan di mana Foguang dacidian menambahkan “Pāli: Sudāyi.” Tetapi, Sudāyi tidak terbukti. Kasus ini problematik dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

<122> Transkripsi Mandarin adalah unik; nama yang dimaksud dapat berupa Pūrṇamāṡa/Puṇṇamāsa atau Pindola Bhāradvāja. Nama Binnoujiatuniao didaftarkan di bawah Puṇṇa Mantāniputta oleh Akanuma Chizen, tetapi ini tidak meyakinkan karena Akanuma secara umum mendaftarkan kemunculan paralel, yang tidak selalu sama secara arti kata; Indo bukkyō koyū meishi jiten (Nagoya: Hajinkaku shobō, 1930-1931); dicetak ulang sebagai Dictionary of Buddhist Proper Names (Delhi: Sri Satguru Publication, 1994), s.v. Puṇṇa Mantāniputta.

<123> Mengadopsi varian suo luo luo. Identifikasi Salaḷāgāra adalah bersifat sementara. Menurut Malalasekera (s.v.), Salaḷāgāra adalah sebuah bangunan di Hutan Jeta, yang tampaknya dibuat dari kayu salaḷā, dan bukan sebuah gunung.

<124> Cf. Bakkula-sutta, MN III 124.

<125> Cf. Pahārāda-sutta, AN IV 197.

<126> Cf. Bhūmicala-sutta, AN IV 308.

<127> Cf. Uposatha-sutta, AN IV 204.

<128> Makna persis dari istilah che chuan meragukan. Juga meragukan apakah perumpamaan itu menunjuk pada kekejaman hujan atau pada ukuran tetesan hujan. Solusi alternatif dapat berupa “tetesan [besar], [panjang] bagaikan pasak penutup as roda [pada sebuah kereta].”

<129> Cf. Ugga-sutta, AN IV 208.

<130> Cf. Dutiyahatthaka-sutta, AN IV 218.

<131> Empat saṅgahavatthu tidak diterjemahkan dengan jelas dalam bahasa Mandarin. Terjemahan kita bergantung sepenuhnya pada versi Pāli.

<132> Mandarin hanya memiliki aula Dharma (fa tang). Jelas dari konteksnya bahwa ini adalah Aula Sudhamma (shanfa tang), tempat perkumpulan biasanya untuk para dewa tiga-puluh-tiga (Gunapala Malalasekera, Dictionary of Pali Proper Names [London: Pali Text Society, 1974], s.v.).

<133> Cf. Paṭhamahatthaka-sutta, AN IV 216.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

 

anything