//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Janavasabha Sutta  (Read 2331 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Janavasabha Sutta
« on: 29 August 2007, 01:28:18 PM »
Demikian telah ku dengar, Pada suatu ketika sang Bhagava tinggal di
Ginjakavasatha di Nadika. Pada waktu itu Sang Bhagava telah mengatakan
tentang kelahiran-kembali dari para pengikutNya yang telah meninggal dunia
di daerah Kasi, Kosala, Vajji, Malla, Ceti, Vansa, Kuru, Pancala, Mocha dan
Surasena, dengan berkata: "Ada yang telah terlahir-kembali di sana, ada yang
terlahir disitu. Ada lima puluh orang dan Nadika yang telah memusnahkan lima
samyojana yang mengikat manusia, meninggalkan dan terlahir kembali di alam
surga yang tinggi, mereka tidak akan terlahir kembali di alam manusia lagi,
tetapi mereka akan parinibbana di alam itu. Ada sembilan puluh dari Nadika
yang telah memusnahkan tiga semboyan dan melemahkan pernuasan nafsu-inderia
dan kebencian dan Kebodohan, menjadi Sakadagami dan meninggal, dan pada
suatu kelahiran kembali mereka di dunia ini, mereka akan melenyapkan
penderitaan. Ada lima ratus orang lebih dari Nadika yang telah memusnahkan
tiga samyojana, menjadi sotapanna, yang tidak akan pemah terlahir lagi di
alam menyedihkan, dan yang telah pasti akan mencapai kesempurnaan nanti."

Ketika para pengikut di Nadika mendengar pernyataan ini, mereka senang,
gembira, suka-cita dan bahagia, karena Sang Bhagava telah menjawab
pertanyaan mereka.

Bhikkhu Ananda mendengar pernyataan Sang Bhagava dan kegembiraan dari para
pengikut di Nadika.

Dan pikiran sebagai berikut muncul padanya: "Tetapi di Magadha juga ada
pengikutnya, yang telah lama melaksanakan Dhamma dan banyak diantara mereka
telah meninggal dunia, tentu ada yang akan mengira bahwa para pengikutNya di
Magadha dan Anga tidak ada yang telah mencapai kesucian. Karena sesungguhnya
mereka pun memiliki keyakinan yang teguh kepada Buddha, Dhamma dan Sangha,
mereka taat melaksanakan sila-sila, namun sejak mereka meninggal dunia Sang
Bhagava tidak pernah membicarakan keadaan mereka, adalah baik sekali apabila
hal ini ditanyakan, demi memperteguh keyakinan banyak orang dan mengarahkan
mereka ke alam surga. Di sana pula ada Saniya Bimbisara, Raja Magadha, yang
jujur dan memerintah kerajaannya sesuai dengan Dhamma, yang dihormati oleh
para pemimpin agama, para perumah-tangga, penduduk kota dan rakyat pada
umumnya, kemasyurannya dibicarakan orang di mana-mana sampai di luar
kerajaannya dengan berkata: "Raja yang adil, yang memerintah sesuai dengan
Dhamma sehingga kita hidup dengan bahagia, telah meninggal!

Betapa bahagianya kita hidup dalam kerajaan yang diperintah oleh raja yang
adil!" Keyakinannya kepada Buddha, Dhamma dan Sangha sangat teguh, ia pun
melaksanakan sila. Dan orang-orang pun dengan jujur menyatakan: "Raja
Magadha Saniya Bimbisara hingga akhir hayatnya menghormati Sang Bhagava
tidak pernah memberikan pernyataan sedikitpun tentang dia, dalam hal ini
adalah baik sekali ditanyakan kepada Beliau, demi memperteguh keyakinan
banyak orang dan mengarahkan mereka ke alam surga. Lagi pula Sang Bhagava
mencapai kebuddhaan di daerah kerajaan Magadha. Mengapa Sang Bhagava tidak
menyatakan sesuatu berkenaan dengan para pengikutNya yang telah meninggal di
Magadha ? Bilamana Sang Bhagava tidak menyatakan sesuatu pun mengenai
mereka,maka orang-orang Magadha akan kecewa, dan bila mereka kecewa, mengapa
Sang Bhagava diam saja?"

Setelah merenungkan tentang para pengiku dari Magadha tersebut, maka pada
keesokan paginya, Bhikku Ananda pergi menemui Sang Bhagava, setelah bertemu
ia menghormat Beliau dan duduk di samping. Setelah duduk, ia menceritakan
kepada Sang Bhagava tentang apa yang telah didengarnya dan tentang apa yang
telah dipikirkannya. Setelah itu ia menghormat Sang Bhagava, berdiri dan
pergi.

Tak lama kemudian, setelah Bhikkhu Ananda pergi, di pagi hari itu, Sang
Bhagava mengenakan jubah, mengambil patta dan civara lalu pergi pinda-pata
di Nadika. Setelah beliau pindapata, Beliau makan dan kembali, mencuci
kakinya, masuk ke Ginjakavasatha dan duduk ditempat yang telah disediakan.
Beliau memusatkan pikiran dan merenungkan orang-orang Magadha yang telah
meninggal, dengan berpikir: "Saya mau mengetahui masa depan mereka, kemana
orang-orang baik itu terlahir kembali, dan bagaimana takdir mereka". Dan
Sang Bhagava melihat orang Magadha yang telah meninggal tersebut, di mana
mereka terlahir kembali, dan bagaimana takdir mereka. Di waktu sore. Sang
Bhagava bangun dari meditasi, keluar dari Ginjakavasatha, dan duduk ditikar
yang telah dibentangkan di belakang Vihara.

Kemudian, Bhikkhu Ananda datang menemui Sang Bhagava, menghormat beliau dan
duduk di samping. Setelah duduk ia berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante,
Sang Bhagava kelihatan tenang, wajahNya bercahaya, menunjukkan inderianya
yang tenang. Apakah Sang Bhagava dapat istirahat dengan tenang ?"

"Ananda, setelah kau memberitahukan padaku tentang para pengikut di Magadha
yang telah meninggal dunia, dan setelah Saya pindapata di Nadika Saya makan,
kembali, mencuci kaki Ku dan masuk ke Ginjakavasatha duduk di tempat yang
telah disediakan, memusatkan pikiran dan merenungkan para pengikut di
Magadha yang telah meninggal dunia, dengan berpikir: "Bagaimanakah akhir
hidup mereka, kemanakah orang-orang terbaik itu terlahir kembali, dan
bagaimanakah takdir mereka. Saya melihat di mana para pengikut dari Magadha
yang telah meninggal tersebut terlahir-kembali, dan bagaimana takdir mereka.
Kemudian di tempat itu pula, muncul makhluk Yakkha dan berkata: "Saya
Janavasabha. 0 Bhagava, 0 Sugata saya Janavasabha!" Ananda, apakah kau
pernah mendengar makhluk yang bernama Janavasabha?" "Bhante, saya belum
pernah mendengar makhluk yang bernama Janavasabha. Bhante, lagi pula ketika
kata 'Janavasabha' disebutkan bulu romaku berdiri. Saya kira itu bukan
Yakkha yang biasa saja, karena memiliki nama seperti itu"

"Ananda, setelah mengatakan kata-kata tersebut, yakkha itu dengan penuh
kemegahan datang di hadapanku. Dan untuk kedua kalinya ia berkata: "0
Bhagava, saya bimbisara. 0 Sugata, saya Bimbisara! Bhante, sekarang ini
sudah tujuh kali saya terlahir kembali dan hidup bersama raja Vesavana.
Meninggal sebagai raja di alam manusia, sekarang di surga menjadi raja
non-manusia.

Telah tujuh kali, dan tujuh kali lagi, hingga menjadi empat belas kali
kelahiran kembali.
Sebanyak itulah saya tahu kehidupanku pada kehidupan-kehidupan yang lampau.

Bhante, telah lama saya di takdirkan tidak terlahir dialam yang
menyedihkan", dan saya menyadari takdirku itu dan sekarang saya berkeinginan
untuk menjadi Sakadagami."
"Mengherankan sekali, menarik sekali hal ini, karena kau yakkha Janavasabha
mengatakan bahwa: "Telah lama saya ditakdirkan tidak akan terlahir dialam
yang menyedihkan, dan menyadari pula takdir itu." demikian pula dengan:
sekarang saya berkeinginan untuk menjadi Sakadagami." Bagaimana hal ini
terjadi sehingga kau, Yakkha Janavasabha mengetahui pencapaian yang begitu
megah itu ?"

"0, Bhagava, hanya dengan SasanaMu; 0 Sugata, hanya dengan SasanaMu ! Sejak
saat saya dengan makhluk dan tidak berkeyakinan teguh kepada Sang Bhagava,
sejak saat itu saya ditakdirkan tidak terlahir kembali di alam yang
menyedihkan, saya menyadari takdir itu, dan sekarang saya berkeinginan untuk
menjadi Sakadagami. Bhante, baru saja, saya disuruh Raja Vessavana untuk
menyampaikan berita mengenai sesuatu hal kepada Raja Virulhaka, dan dalam
perjalananku ini, saya melihat sang Bhagava memasuki Ginjakavasatha, dan
duduk merenungkan para pengikutnya di Magadha yang telah meninggal dunia,
untuk mengetahui masa depan mereka, bagaimana akhir hidup mereka, di mana
mereka terlahir kembali, dan bagaimanakah takdir mereka. Bhante, tadi saya
baru saja mendengar dan mengetahui langsung dari mulut Raja Vessavana,
ketika ia mengatakan di depan pertemuan tentang alam di mana orang-orang
terlahir-kembali, dan bagaimana takdir mereka. Itulah sebabnya saya
berkeinginan untuk menemui Sang Bhagava dan memberitahukan hal tersebut
kepada beliau. Bhante, inilah kedua alasanku sehingga saya datang menemui
Sang Bhagava.

Bhante, pada waktu yang lalu, setelah beberapa hari yang lampau, pada malam
ke limabelas di bulan Purnama sempurna di hari Uposatha di hari akan
mulainya masa Vassa para dewa Tawatimsa berkumpul, duduk di gedung pertemuan
Sudhamma. Dan mereka pun disertai oleh makhluk-makhluk surga yang telah
duduk, dan di empat penjuru duduk empat Maha Raja. Di sebelah timur, Raja
Dhatarattho dengan mengepalai pengikutnya, duduk menghadap kebarat. Di
sebelah selatan, Raja Virulhaka dengan mengepalai para pengikutnya, duduk
menghadap ke utara. Di sebelah barat, Raja Virupakkha, dengan mengepalai
para pengikutnya, duduk menghadap ke timur. Di sebelah utara. Raja
Vessavana, dengan mengepalai para pengikutnya, duduk menghadap ke selatan.
Bhante, ketika para dewa Tavatimsa telah berkumpul dan duduk di dalam gedung
pertemuan Sudhamma dengan dikelilingi oleh semua makhluk surga lainnya yang
telah duduk pula, dan empat penjuru empat Maha Raja telah duduk, yang sesuai
dengan urutan susunan kedudukan mereka berempat. Selanjutnya barulah urutan
tempat duduk kami.
Bhante, para dewa yang baru saja lahir di alam Tavatimsa, karena mereka
telah hidup sesuai dengan penghidupan-suci yang telah diajarkan oleh Sang
Bhagava, maka cahaya tubuh mereka melampaui cahaya tubuh para dewa lainnya.
Kemudian terdengar kata-kata dan para dewa Tavatimsa yang sedang diliputi
kegembiraan, kegiuran dan kesenangan: "0, cahaya tubuh makhluk surga
bertambah gemilang, sedangkan cahaya tubuh para asura memudar!"

Bhante, ketika Raja Dewa Sakha melihat perasaan puas yang diperlihatkan oleh
para dewa Tavatimsa, ia mengucapkan kata-kata simpatinya sebagai berikut:
"Para dewa dan penguasa surga Tavatimsa semuanya gembira, semuanya
menghormat Sang Tathagata dan Dhamma kebenaran. Di sini mereka melihat para
dewa yang baru lahir, indah dan bercahaya, karena mereka telah melakukan
penghidupan-suci yang diajarkan Sang Sugata.
Mereka sebagai siswa yang telah merealisasi-kebenaran,
'Merealisasi-kebenaran' datang ke mari, dengan penuh kemegahan melampaui
kegemilangan dewa yang lain. Karena melihat hal ini, maka para dewa
Tavatimsa dan penguasanya bergembira. Semua menghormat Sang Tathagata dan
Dhamma-kebenaran".
Bhante, berdasarkan pada hal ini, para dewa ,Tavatimsa bertambah gembira,
senang dan penuh kegiuran, berkata: "Cahaya tubuh makhluk surga bertambah
gemilang, sedangkan tubuh para asura memudar!"

Bhante, kemudian, sesuai dengan maksud sehingga para dewa Tavatimsa
berkumpul dengan duduk di dalam gedung pertemuan Sudhamma, mereka
membicarakan dan membahas maksud pertemuan tersebut; dan berkenaan dengan
maksud tersebut keempat Maharaja dengan berdiri dari duduk mereka diberi
tahu dan dinasehati.
"Kata-kata pemberitahuan dan nasehat diterima oleh para raja tersebut di
situ, dengan pikiran mereka yang terpusat dan tenang mereka berdiri di
tempat mereka masing-masing."

Bhante, kemudian, suatu cahaya gemilang memancar dari sebelah utara. Suatu
cahaya gemilang yang melampaui kemegahan para dewa. Lalu, Raja Dewa Sakka
berkata kepada para dewa Tavatimsa: "Kawan-kawan, sesuai dengan tanda-tanda
yang tampak, sesuai dengan cahaya sinar, sesuai dengan kegemilangan yang
kelihatan, ia mendadak Dewa Brahma akan tiba. Karena ini adalah tanda-tanda
pendahuluan akan tiba dewa Brahma, yaitu muncul sinar dan terlihatnya
kegemilangan".
"Sekarang tanda terlihat, maka dewa brahma akan tiba. Karena ia adalah
tanda-tanda pendahuluan dari kedatangan Dewa Brahma, yaitu kemegahan yang
gemilang sekali."

Bhante, kemudian, para dewa Tavatimsa dengan duduk di tempat mereka
masing-masing berkata: "Kami akan dapat memastikan apa yang menyebabkan
sinar ini, bila kami telah membuktikannya, maka kami akan pergi menemuinya."
Keempat Maharaja pun dengan duduk di tempat mereka, menyatakan hal yang
sama. Ketika mereka telah mendengar hal ini, para dewa Tavatimsa semua
setuju: "Kami akan dapat memastikan apa yang menyebabkan adanya sinar ini,
bila kami telah membuktikannya, maka kami akan pergi menemuinya."

Bhante, ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul di depan para dewa Tavatimsa,
ia nampak dengan tubuh yang agak keras sesuai dengan apa yang diciptakannya.
Karena biasanya, dewa Brahma nampak tidak cukup bermateri oleh para dewa
Tavatimsa. Ketika Dewa Brahma Sanamkumara muncul didepan para dewa Tavatimsa
cahaya dan kemegahannya melampaui cahaya dan kemegahan dari para dewa lain.
Bagaikan patung yang dibuat dari emas yang melampaui warna tubuh manusia,
demikian pula, ketika Dewa Brahma Sanarnkumara muncul di depan para dewa
Tavatirnsa, cahayanya melampaui cahaya para dewa Tavatirnsa. Bhante, dan
ketika Dewa Brahma Sanarnkumara muncul di depan para dewa Tavatirnsa, tidak
ada dewa diantara semua yang hadir menghormat, berdiri dan duduk, atau
mempersilahkan dia duduk. Mereka semua duduk dengan diam, dengan kedua
tangan dirang- kapkan beranjali, duduk bersila, dan berpikir: "Bilamana Dewa
Brahma Sanarnkumara ingin sesuatu, maka ia akan duduk di tempat duduk dewa
I) Dan tempat duduk dewa maupun yang didudukinya, maka dewa pemilik tempat
duduk tersebut akan merasa senang sekali, bagaikan seorang kesatria yang
baru di mahkotai dan dinobatkan, ia merasa bangga dan senang sekali."

Bhante, demikianlah, dewa Brahma Sanarnkumara menciptakan dirinya dengan
bentuk tubuh yang agak keras sehingga nampak seperti pemuda Pancasikkha dan
dengan bentuk seperti itu ia muncul dihadapan para dewa Tavatirnsa. Dengan
melayang ke angkasa, ia duduk bersila di angkasa. Bhante, bagaikan seorang
yang gagah perkasa yang duduk bersila di atas tempat duduk di tanah yang
rata, demikian pula Dewa Brahma Sanumkara melayang ke angkasa dan duduk
bersila di angkasa. Dan karena melihat ketenangan dari para dewa yang hadir
bersama-sama dengan para dewa Tavatirnsa, maka ia menyatakan kesenangannya
dengan syair ini:
"Para dewa dan penguasa surga Tavatimsa semuanya gembira, semuanya
menghormat sang Tathagata dan Dhamma kebenaran. Disini mereka melihat para
dewa yang baru lahir, indah dan bercahaya, karena mereka telah melakukan
penghidupan-suci yang diajarkan Sang Sugata. Mereka sebagai siswa yang telah
merealisasi-kebenaran datang kemari, dengan penuh kemegahan melampaui
kegemilangan dewa yang lain. Karena melihat hal ini, maka para dewa
Tavatimsa dan penguasanya bergembira. Semuanya menghormat Sang Tathagata dan
Dhamma-kebenaran."

Inilah yang dikatakan oleh dewa Brahma Sanamkura. la menyatakan syair itu
dengan delapan macam sifat suara, suaranya lancar, jelas, merdu, nyaring,
mengalun, dapat dimengerti, dalam dan bergetar.
Bhante, ketika dewa Brahma Sanamkumara berkata kepada para dewa yang hadir,
suaranya tidak dapat didengar di luar gedung pertemuan tersebut. Dia yang
memiliki suara dengan delapan sifat tersebut dinyatakan memiliki suara
brahma.

Bhante, kemudian, dewa Brahma Sanamkumara, menciptakan tiga puluh tiga tubuh
seperti dirinya sendiri, duduk di setiap tempat duduk dan para dewa
Tavatirnsa, lalu ia berkata ke tempat duduk dan para dewa Tavatimsa, lalu ia
berkata kepada para dewa: "Sekarang, bagaimana pendapat kamu sekalian dewa
Tavatimsa ? Begitu lama Sang Bhagava telah melakukan banyak perbuatan untuk
kesejahteraan banyak orang, untuk kebahagiaan banyak orang, karena kasih
sayangNya kepada dunia untuk kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan para
dewa dan manusia. Bagi mereka dan bagi siapa saja yang telah berlindung
kepada Buddha, berlindung kepada Dhamma, dan berlindung kepada Sangha, dan
ketika mereka meninggal, diantara mereka ada yang terlahir-kembali di alam
dewa Parinimmitavasavati, ada yang terlahir-kembali di alam dewa Tusita, ada
yang terlahir-kembali di alam Yama, ada yang terlahir kembali di alam
Tavatimsa, dan ada yang terlahir-kembali di alam Catummahajika. Dan bagi
mereka yang keyakinannya kurang, mereka terlahir sebagai Gandhabha.

Inilah yang dikatakan oleh dewa Brahma Sanarnkumara. Ia menyatakan hal itu
dengan suara tersebut, dan semua dewa menyadari bahwa: "Dia yang duduk di
tempat dudukku, dia itulah yang berkata demikian."
"Berkata dengan satu bentuk Brahma, tetapi ketika ketigapuluh tiganya
berkata. Satu (tubuh) Brahma diam, sernuanya diam pula.
Maka para dewa Tavatimsa bersama raja mereka pun berpendapat bahwa, 'dia
yang duduk di tempat dudukku, dia itulah yang berkata demikian."

Bhante, kemudian Brahma Sanamkumara mendatangi suatu tempat lalu duduk di
tempat duduk dewa Sakka, dan berkata sebagai berikut kepada para dewa
Tavatimsa: "Para dewa Tavatirnsa, sekarang pendapat kamu tentang
kesempurnaan dari sang Bhagava yang mengetahui, melihat,arahat samma
sambuddha, yang telah membabarkan empat iddhipada (cattaro iddhipada-empat
dasar kemampuan batin)yang perlu di kembangkan, dikuasai dan dibabarkan.
Apakah keempat hal tersebut? Pertama, seorang bhikku dengan keinginan dan
berusaha melaksanakan meditasi. Kedua, seorang bhikkhu yang berusaha dan
bersemangat melaksanakan meditasi. Ketiga, seorang bhikkhu dengan berusaha
dan menenangkan pikiran melaksanakan meditasi. Keempat, seorang bhikkhu
dengan berusaha dan menyelidikan melaksanakan meditasi. Inilah keempat
iddhipada yang dibabarkan oleh Sang Bhagava yang mengetahui, melihat, arahat
samma sambuddha, yang perlu dikembangkan, dikuasai dan dibabarkan. Dan pada
waktu yang lalu, bila ada pertapa dan brahmana yang memiliki salah sebuah
iddhi atau lebih, maka mereka semua mendapatkan itu dengan melaksanakan dan
merealisasi itu dengan keempat cara ini saja. Demikian pula pada waktu yang
akan datang, bila para pertapa dan Brahmana memiliki salah sebuah iddhi atau
lebih, maka mereka semua mendapatkan itu dengan melaksanakan dan
merealisasikan itu dengan keempat cara ini.
"0, para dewa Tavatimsa, apakah kamu melihat bahwa saya memiliki kemampuan
iddhi seperti itu ?"
"Ya, Brahma"
"Saudara-saudara, saya juga, hanya dengan melaksanakan dan merealisasikan
keempat iddhi ini saja, maka saya memiliki dan mempunyai kesanggupan seperti
ini."

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Janavasabha Sutta
« Reply #1 on: 29 August 2007, 01:29:47 PM »

Inilah hal yang dikatakan oleh dewa Brahma Sanamkurnara. Setelah berkata
demikian, lebih lanjut ia bertanya kepada para dewa Tavatirmsa:
"0, para dewa Tavatimsa, bagaimana pendapat kamu mengenai tiga Okasadhigama
yang menghasilkan pengetahuan dan kebahagiaan " yang telah dibabarkan oleh
Sang Bhagava yang mengetahui, melihat arahat samma sambuddha ? Apakah ketiga
hal itu ?
Pertama, seorang bhikkhu yang hidup memuaskan inderianya dan memiliki
sifat-sifat yang buruk, tetapi pada kesempatan-kesempatan tertentu ia dapat
mendengar Dhamma yang luhur, mempe- lajarinya dan menguasai intisari dan
keterangan-keterangannya. Setelah ia mendengar, mempelajari dan
menguasainya, ia hidup dengan berusaha membebaskan dirinya dan permuasan
nafsu-inderia sifat-sifatnya yang buruk. Dengan cara ini, ia mengalami
ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan, seperti perasaan puas yang berkembang
menjadi kegembiraan, dengan cara yang demikian lebih dahulu muncul
ketenangan, kemudian kedamaian dan kebahagiaan. Inilah cara pertama untuk
mencapai kebahagiaan yang telah diajarkan oleh Sang Bhagava yang mengetahui,
melihat, arahat samma sambuddha.

Kedua, seorang bhikkhu yang memiliki pikiran, perbuatan dan ucapan yang
kasar dan belum tenang, tetapi karena pada kesempatan-kesempatan tertentu ia
dapat mendengar dhamma yang luhur, mempelajarinya dan menguasai intisari dan
keterangan- keterangannya. Setelah ia mendengar, mempelajari dan
menguasainya, ia hidup dengan berusaha membebaskan dirinya dari pikiran,
ucapan dan perbuatan yang kasar dan ketidak tenangan. Dengan cara ini, ia
mengalami ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan. Seperti perasaan puas dan
berkembang menjadi kegembiraan, demikian pula baginya, dengan cara yang
demikian lebih dahulu muncul ketenangan, kemudian kedamaian dan kebahagiaan.
Inilah cara kedua untuk mencapai kebahagiaan yang telah diajarkan oleh Sang
Bhagava yang mengetahui, melihat, arahat samma sambuddha.

Ketiga, seorang bhikkhu yang tidak mengetahui dengan tepat bahwa 'ini baik',
'ini buruk', 'ini salah', 'ini tidak salah', 'ini perlu dituruti', 'ini
dihindari', 'ini kasar', 'ini halus', 'ini campuran kebahagiaan dan
kegelapan'
Dan karena pada kesempatan tertentu ia dapat mendengar Dhamma yang luhur,
mempelajarinya dan menguasai intisari dan keterangan- keterangannya. Setelah
ia mendengar, mempelajari dan menguasainya, ia dapat mengetahui dengan tepat
bahwa: 'ini baik', 'ini buruk', 'ini salah', 'ini tidak salah', 'ini perlu
dituruti', 'ini dihindari', 'ini kasar', 'ini halus', 'ini campuran
kebahagiaan dan kegelapan'. Dengan demikian ia mengetahui, dan melihat, maka
kebodohan lenyap dan kebijaksanaan muncul, ia mengalami ketenangan,
kedamaian dan kebahagiaan. Seperti perasaan puas yang menjadi kegembiraan,
demikian pula baginya, dengan cara yang demikian lebih dahulu muncul
ketenangan, kemudian kedamaian dan kebahagiaan. Inilah cara ketiga untuk
mencapai kebahagiaan yang telah diajarkan oleh Sang Bhagava yang mengetahui,
melihat, arahat samma sambuddha."

Inilah hal yang dikatakan oleh dewa Brahma Sanamkumara. Setelah berkata
demikian, lebih lanjut ia berkata kepada para dewa Tavatimsa:
"0, para dewa Tavatimsa, bagaimana pendapat kamu tentang kesempurnaan dari
Sang Bhagava yang mengetahui, melihat arahat samma sambuddha yang telah
membeberkan empat Satipatthana untuk mencapai 'Kebaikan'. Apakah empat hal
itu ?
Seorang bhikkhu yang merenungkan jasmaninya, dan dengan penuh semangat,
pengertian, perhatian, ia melenyapkan semua ketidak senangan dan keserakahan
di dunia ". Dengan tetap sadar dan merenungkan demikian, ia mencapai
meditasi-benar dan vipassana- benar. Setelah ia mencapai meditasi-benar dan
vipassana-benar pada jasmaninya sendiri, maka muncul pula pengetahuan-
penglihatannya pada semua bagian luar dari jasmaninya. Demikian pula ia
merenungkan perasaannya.... merenungkan pikirannya... merenungkan
obyek-obyek pikiran (ide) nya, dan dengan penuh semangat, pengertian,
perhatian, ia melenyapkan semua ketidak- senangan dan keserakahan di dunia.
Dengan tetap sadar dan merenungkan demikian, ia mencapai meditasi-benar dan
vipassana- benar. Setelah ia mencapai meditasi-benar dan vipassana-benar
pada perasaannya.... pada pikirannya .... dan pada obyek-obyek pikiran (ide)
nya. Inilah empat satthana untuk mencapai 'kebaikan', yang telah diajarkan
oleh Sang Bhagavayang mengetahui, melihat, arahat samma sambuddha".

Inilah hal yang dikatakan oleh dewa Brahma Sanarnkumara, setelah berkata
demikian, lebih lanjut ia berkata kepada para dewa Tavatimsa:
"0, para dewa Tavatimsa, bagaimana pendapat kamu tentang kesempurnaan dan
Sang Bhagava yang mengetahui, melihat, arahat samma sambuddha yang telah
membabarkan tujuh hal yang diperlukan untuk meditasi agar dapat melaksanakan
meditasi- benar. Apakah tujuh hal itu? Pandangan-benar, pikiran-benar,
ucapan-benar, perbuatan-benar, penghidupan-benar, usaha-benar, dan
perhatian-benar. Pikiran terpusat yang ditunjang oleh ketujuh hal ini
disebut 'ariyo samma-samadhi' dengan disertai bagian-bagiannya dan
faktor-faktornya. Pikiran-benar membantu pandangan benar, ucapan-benar
membantu pikiran-benar, perbuatan-benar membantu ucapan-benar,
penghidupan-benar membantu perbuatan-benar, usaha-benar membantu
penghidupan-benar, perhatian-benar membantu usaha-benar, meditasi-benar
membantu perhatian-benar, pengetahuan-benar membantu meditasi-benar,
kebebasan-benar membantu pengetahuan benar. Seseorang dinyatakan
berucapan-benar apabila ia dinyatakan: "Dhamma Sang Bhagava telah sempurna
dibabarkan, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk
dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana
dalam batin masing-masing, dengan demikian, 'pintu ke nibbana telah terbuka
lebar,' "Inilah yang disebut ucapan benar, karena Dhamma Sang Bhagava telah
sempuma dibabarkan, dapat dilihat, tidak lapuk oleh waktu, mengundang untuk
dibuktikan, menuntun ke dalam batin, dapat diselami oleh para bijaksana
dalam batin masing-masing, dan dengan demikian, 'pintu ke nibbana telah
terbuka lebar."
Karena siapa saja yang memiliki keyakinan teguh kepada Buddha, Dhamma dan
Sangha, dan memiliki tata-susila yang disenangi para ariya; dan para dewa
baru mana saja yang muncul ditengah-tengah kita, mereka itu telah dibimbing
kesini oleh Dhamma-kebenaran, mereka berjumlah lebih dari 2.400.000 pengikut
(umat) dari Magadha yang telah meninggal, dan mereka semua telah memusnahkan
tiga-ikatan ' menjadi sotapanna' yang tidak terlahir kembali di alam
menyedihkan, tetapi telah pasti akan mencapai Kebijaksanaan-agung. Disamping
itu telah ada pula yang telah mencapai Sakadagami".
"Tetapi orang-orang lain yang jasa-jasa (pahala) tertinggi. Tapi dapat saya
hitung, karena saya takut berdusta."

Inilah yang dikatakan oleh dewa Brahma Sanamkumara. Dan berdasarkan pada
hal-hal yang telah dikatakannya, maka pikiran ini muncul pada dewa Maharaja
Vessavana: "mengherankan sekali, menarik hati sekali, karena ada guru yang
agung, karena ada Dhamma yaag agung yang telah dibabarkan, dan karena jalan
yang luhur untuk mencapai kebebasan telah di bukakan.

Bhante, kemudian, untuk memperteguh keyakinan Maharaja Vessavana, maka dewa
Brahma Sanamkumara berkata kepadanya: "Bagaimana pendapatmu Maharaja
Vessavana, bahwa pada waktu yang lampau ada yang Agung, ada Dhamma yang
Agung, dan ada Jalan yang Luhur untuk mencapai kebebasan yang telah
dibukakan.

Inilah hal yang dikatakan oleh dewa Brahma Sanarnkumara kepada para dewa
Tavatimsa. Dan, dalam hal ini, setelah Maharaja Vessavana sendiri mendengar
dan menerima uraian itu, ia memberitahukannya kepada para pengikutnya pula,
setelah dewa Janavasabha mendengar sendiri hal itu dari dewa Maharaja
Vessavana, ia memberitahukannya kepada Sang Bhagava. Demikian pula, setelah
Sang Bhagava mendengar sendiri hal itu, mengakuinya, karena Beliau telah
membuktikannya dengan kemampuan Beliau sendiri, beliau memberitahukannya
kepada bhikkhu Ananda. Dan dalam hal ini pula, setelah bhikkhu Ananda
sendiri mendengar dan menerimanya dari Sang Bhagava, ia memberitahukannya
kepada para bhikkhu, para bhikkhuni, para upasaka dan para upasika.
Akibatnya, penghidupan suci bertambah tersebar dan dilaksanakan oleh banyak
pengikutnya, demikianlah para PengikutNya bertambah banyak.