Kasibhāradvāja SuttaDemikianlah yang kudengar.
[1] Pada suatu ketika, Sang Bhagavā sedang berdiam di antara penduduk Magadha, di Dakkhiṇāgiri dekat Desa Brahmana Ekanāḷa. Pada saat itu, Brahmana Kasi Bhāradvāja, Bhāradvāja si pembajak sawah, memasang lima ratus bajak ke gandarnya pada waktu penanaman.
[2] Kemudian pagi hari itu, Sang Bhagavā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah-Nya, pergi ke tempat di mana Brahmana Kasi Bhāradvāja sedang bekerja.
Pada saat itu, sedang berlangsung pembagian makanan Brahmana Kasi Bhāradvāja.
[3] Kemudian Sang Bhagavā mendekati tempat pembagian makanan dan berdiri di satu sisi. Brahmana Kasi Bhāradvāja melihat Sang Bhagavā berdiri untuk menerima dana makanan dan berkata kepada Beliau:
“Petapa, aku membajak dan menanam, dan ketika aku telah membajak dan menanam, aku makan. Engkau juga, seharusnya membajak dan menanam; kemudian, ketika Engkau telah membajak dan menanam, Engkau boleh makan.”
“Aku juga, Brahmana, membajak dan menanam, dan ketika Aku telah membajak dan menanam, Aku makan.”
“Tetapi kami tidak melihat gandar atau bajak atau tongkat atau galah pengendali atau sapi milik Guru Gotama; namun Guru Gotama mengatakan, ‘Aku juga, Brahmana, membajak dan menanam, dan ketika Aku telah membajak dan menanam, Aku makan.’”
Kemudian Brahmana Kasi Bhāradvāja berkata kepada Sang Bhagavā dalam syair:
“Engkau mengaku sebagai seorang yang bekerja dengan bajak,
Tetapi aku tidak melihat alat bajak-Mu.
Jika Engkau adalah seorang pembajak sawah, jawablah:
Bagaimana kami memahami pembajakan-Mu?”
[Sang Bhagavā:]
“Keyakinan adalah benih, latihan keras adalah hujan,
Kebijaksanaan adalah gandar dan bajak;
Rasa malu adalah galah, pikiran adalah pengikat-gandar,
Perhatian adalah mata bajak dan tongkat kendali-Ku.
[4] “Terkendali dalam jasmani, terkendali dalam ucapan,
Terkendali dalam nafsu makan,
Aku menggunakan kebenaran sebagai pencabut-rumput,
Dan kelembutan sebagai pelepas gandar.
[5] [173]
“Semangat adalah kuda-beban-Ku,
Membawa-Ku ke tempat yang aman dari belenggu.
Yang berjalan maju tanpa berhenti
Ke mana, setelah pergi, seseorang tidak bersedih.
[6] Demikianlah pembajakan ini dilakukan
Yang menghasilkan Keabadian sebagai buahnya.
Setelah menyelesaikan pekerjaan membajak ini,
Seseorang terbebaskan dari segala penderitaan.”
“Silakan Guru Gotama makan! Seorang pembajak yang layak menerima persembahan, karena Guru Gotama membajak bahkan Keabadian sebagai buahnya.”
[7]“Makanan yang diperoleh setelah syair-syair dilantunkan
Tidaklah layak bagi-Ku untuk memakannya.
Ini, Brahmana, bukanlah prinsip
Yang dijalankan oleh mereka yang melihat
Yang Tercerahkan menolak makanan demikian
Yang diperoleh setelah syair-syair dilantunkan.
Prinsip demikian ada, O, Brahmana,
Ini adalah aturan perilaku mereka.
“Berilah makanan dan minuman lain
Yang Sempurna, sang bijaksana mulia
Dengan noda dihancurkan dan penyesalan ditenangkan,
Karena Beliau adalah ladang bagi ia yang mencari jasa.”
Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Kasi Bhāradvāja berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! Dhamma telah dibabarkan dalam berbagai cara oleh Guru Gotama, bagaikan menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap bagi mereka yang memiliki mata agar dapat melihat bentuk-bentuk. <373> Aku berlindung pada Guru Gotama, dan pada Dhamma, dan pada Bhikkhu Saṅgha. Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini menyatakan berlindung hingga seumur hidup.”
________________
Catatan Kaki
1. Sutta ini juga ditemukan pada Sn I, 4 (pp. 12-16), tetapi bagian prosa menambahkan keanehan kue mendesis yang digambarkan dalam
SN 7.9. Sutta ini juga memiliki bagian permohonan si brahmana untuk menjadi bhikkhu dan mencapai Kearahantaan. Mungkin merupakan topik umum bagi khotbah ini, karena komentar atas sutta ini panjang dan lengkap. Sutta ini juga termasuk dalam Maha Pirit Pota “Kitab Perlindungan”, koleksi standar sutta-sutta perlindungan di Sri Lanka.
2. Spk: Ia dipanggil demikian karena ia mencari nafkah dengan membajak. Peristiwa ini terjadi bukan pada hari kerja biasa, tetapi suatu festival khusus yang menandai permulaan penanaman (paṃsuvappa). Spk memberikan penjelasan terperinci sehubungan dengan persiapan dan kegiatan festival.
3. Spk: Saat pembagian makanan (parivesanā), lima ratus pembajak membawa mangkuk perak mereka, dan lain-lain dan duduk sementara makanan dibagikan kepada mereka. Kemudian Sang Buddha tiba dan berdiri di tempat tinggi dalam jangkauan si brahmana, cukup dekat sehingga mereka dapat berbicara.
4. Spk: Mengapa Sang Bhagavā memulai dengan keyakinan? Karena brahmana ini memiliki reputasi sebagai orang cerdas (paññavā), tetapi kurang dalam hal keyakinan. Dengan demikian, khotbah mengenai keyakinan akan membantunya. Mengapa keyakinan disebut benih (saddhā bījaṃ)? Karena merupakan landasan bagi semua kualitas baik. Ketika sebutir benih di tanam di tanah, maka ia akan kokoh berakar dan memunculkan tunas. Melalui akar, ia menyerap nutrisi dari tanah dan air, dan tumbuh melalui batang untuk menghasilkan padi. Setelah tumbuh dan cukup umur. Akhirnya menghasilkan buah yang berisi banyak butiran beras. Demikian pula, keyakinan menjadi kokoh dengan akar moralitas dan memunculkan tunas ketenangan dan pandangan terang. Dengan menyerap nutrisi ketenangan dan pandangan terang melalui akar moralitas, ia tumbuh melalui batang jalan mulia untuk menghasilkan buah mulia. Akhirnya, setelah berkembang melalui enam tingkat pemurnian, dan menghasilkan getah pe- murnian oleh pengetahuan dan penglihatan, memuncak pada buah Kearahatan yang membawa banyak pengetahuan pem- bedaan dan pengetahuan langsung (anekapaṭisambhidābhiññā). Oleh karena itu dikatakan, “Keyakinan adalah benih.”
Mengenai latihan keras (tapa), baca
SN 1.58 n. 1. Spk: Di sini, yang dimaksudkan adalah pengendalian indria. Kebijaksanaan (paññā) adalah pandangan terang bersama dengan kebijaksanaan-jalan. Bagaikan brahmana yang memiliki gander dan bajak, demikian pula Sang Bhagavā memiliki dua: pandangan terang dan kebijaksanaan(-jalan).
Spk menyajikan beberapa halaman untuk analogi antara faktor-faktor jalan dan kegiatan membajak. Saya mengadopsi terjemahan istilah membajak dari GD, p. 9.
5. Spk: Dalam beberapa tempat, kelembutan (soracca) menunjukkan perbuatan jasmani dan ucapan yang tidak melanggar, tetapi ini bukanlah yang dimaksudkan di sini. Di sini, yang dimaksudkan adalah Buah Kearahantaan, karena itulah yang dimaksud dengan soracca (kata benda abstrak dari su + rata) karena menemukan kegembiraan dalam Nibbāna yang baik (sundare nibbāne ratattā). Apa yang ia katakan adalah: “Dengan mencapai Kearahantaan di bawah Pohon Bodhi, Aku terbebaskan, dan tidak akan pernah lagi berada di bawah gandar.”
6. Spk menjelaskan yogakkhemā sebagai Nibbāna “karena aman dari belenggu” (yogehi khemattā). Empat belenggu adalah identik dengan empat banjir, yang mengenai ini baca
SN 1.1 n.1. Untuk diskusi atas sejarah literal dari yogakkhema, baca EV I, n. atas 32.
Ke mana, setelah pergi, seseorang tidak bersedih (yattha gantvā na socati). Spk: Pergi menuju yang tanpa kondisi yang dikenal sebagai Nibbāna, yang adalah pencabutan semua anak panah kesedihan.
7. Syair sama dengan
SN 7.8___________________
Sumber:
Kasibharadvaja SuttaSamyutta Nikaya 1, Sagatha Vagga 7:11, halaman 265.
http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/theravada/Samyutta%20Nikaya%201%20-%20Sagatha%20Vagga.pdf