//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: TUVATAKA-SUTTA  (Read 6809 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
TUVATAKA-SUTTA
« on: 22 May 2008, 10:01:32 AM »
Ini adalah salah satu sutta favorit saya. Di sini Sang Buddha tidak mengajarkan teknik-teknik meditasi yang canggih-canggih seperti dalam Mahasatipatthana-sutta. Yang diajarkan di sini justru adalah meditasi yang sangat sederhana, yakni mengamati (sadar/eling) akan gerak-gerik si aku. Itu saja.

Meditasi yang diajarkan Sang Buddha di sini sejalan dengan yang diajarkan dalam Bahiya-sutta dan Malunkyaputta-sutta. Ajaran seperti inilah yang melandasi MMD.

Bahiya-sutta, Malunkyaputta-sutta, Tuvataka-sutta dsb adalah sutta-sutta pendek. Menurut penelitian linguistik, sutta-sutta pendek--seperti yang tercantum dalam Udana, Itivuttaka, Suttanipata dsb--termasuk lapisan yang sangat tua dari Tipitaka Pali. Artinya, sutta-sutta pendek itu lebih dekat ke zaman Sang Buddha dibandingkan sutta-sutta yang lebih panjang, seperti sutta-sutta dari Digha Nikaya dan Majjhima Nikaya.

Yang menarik pula dari sutta ini adalah judulnya, "Tuva.taka-sutta". 'Tuva.ta.m' berarti "segera", maksudnya: "segera padam".

Salam,
hudoyo

*****

TUVA.TAKA SUTTA.M
Sutta-nipata, 4.14

Quote
1. Pucchaami ta.m aadiccabandhu.m
Viceka.m santipada~nca mahesi.m,
Katha.m disvaa nibbaani bhikkhu
Anupaadiyaano lokasmi.m ki~nci.

1.
“Aku bertanya kepada Sang Arif, Sanak Matahari,
yang telah padam, damai:
Bagaimanakah seorang
bhikkhu padam (nibbaani),
tidak melekat pada apa pun di dunia?” 

Quote
2. Mula.m papa~nca sankhaaya
(iti bhagavaa)
Mattaa asmiti sabbamuparundhe,
Yaa kaaci ta.nhaa ajjhatta.m
Taasa.m vinayaa sadaa sato sakkhe.

2.
(Jawab Sang Bhagava:)
“Ia harus menghentikan semua akar kerumitan:
‘Akulah si pemikir’;
Ia harus terus berlatih, selalu sadar,
Meredam keinginan di dalam dirinya

Quote
3. Ya.m ki~nci dhammamabhija~n~naa,
Ajjhatta.m athavaapi bahiddhaa,
Na tena maana.m kubbetha
Na hi saa nibbuti sata.m vuttaa.

3.
Kebenaran apa pun yang diketahuinya
Di dalam atau di luar,
Jangan terperangkap dengan itu,
Itu bukan nibbana, kata para Luhur.

Quote
4. Seyyo na tena ma~n~neyya
Niveyyo atha vaapi sarikkho,
Phu.t.tho anekaruupehi
Naatumaana.m vikappaya.m ti.t.the.

4.
Demi hal itu janganlah berpikir
Aku lebih tinggi, lebih rendah, atau sama
Tersentuh kontak dalam berbagai cara
Jangan terus menciptakan diri.

Quote
5. Ajjhattameva upasame
Na a~n~nato bhikkhu santimeseyya,
Ajjhatta.m upasannassa
Natthi attaa kuto nirattaa vaa.

5.
Hening di-dalam, seorang bhikkhu
Jangan mencari kedamaian dari apa pun yang lain
Bagi orang yang hening di-dalam,
Tiada diri yang dipegang,
Dari mana pula lawan-diri?

Quote
6. Majjhe yathaa samuddassa hoti,
Uumi no jaayati .thito hoti,
Eva.m .thito anejassa
Ussada.m bhikkhu na kareyya kuhi~nci.

6.
Bagaikan di tengah samudra hening,
Tiada alunan gelombang,
Begitu pula bhikkhu, tak tergoyahkan, hening
Tidak membesarkan diri di mana saja.”

Quote
7. Akittayi viva~nacakkhu
Sakkhidhamma.m parissayavinaya.m.
Pa.tipada.m vadehi bhaddante
Paatimokkha.m athavaapi samaadhi.m.

7.
“Ia yang matanya terbuka
Menguraikan Dhamma yang dilihatnya
Meredakan bahaya.
Uraikanlah, Bhante, Jalan itu:
Disiplin tinggi atau samadhi.”

8.
“Janganlah memandang dengan keserakahan,
Tutuplah telinga dari obrolan kota,
Jangan mendambakan citarasa lezat,
Jangan memandang apa pun di dunia sebagai ‘milikku’.

9.
Bila tersentuh kontak ia tidak meratap,
Tidak mendambakan keberadaan apa pun di mana pun,
Tanpa sedikit pun gemetar ketakutan.

10.
Memperoleh makanan, minuman,
kudapan dan pakaian,
Ia tidak menyimpan.
Tidak pula kecewa bila tidak memperolehnya.

11.
Terserap dalam keheningan,
Tidak keluyuran,
Tidak gelisah,
Tidak lalai,
Duduk dan berbaring dalam kesunyian.

12.
Tidak terlalu banyak tidur,
Rajin dan senang jaga,
Menanggalkan kemalasan,
Pengelabuan, tertawa-tawa,
olah raga, sanggama, dan menghias diri.

13.
Tidak membuat jimat,
Menafsir tanda-tanda tubuh,
Mimpi, rasi bintang, bunyi binatang,
Tidak memberi obat-obatan
Atau membuat keguguran.

14.
Bila dicela tidak gemetar,
Bila dipuji tidak menyombong,
Mengesampingkan sikap mementingkan-diri,
keserakahan, ucapan memecah-belah, amarah;

15.
Tidak berjual beli
Atau menghina siapa pun di mana pun,
Tidak diam di kota,
Atau menyanjung untuk memperoleh keuntungan.

16.
Bhikkhu itu tidak membual
atau bicara dengan maksud tersembunyi,
Tidak berlatih menghujat
Atau melontarkan kata-kata bermusuhan.

17.
Tidak berdusta,
menipu dengan sengaja,
Tidak merendahkan orang lain
dalam hal kehidupan, moral, pengetahuan & perilakunya.

18.
Menerima banyak cercaan
dari petapa dan orang biasa,
Ia tidak menjawab dengan kasar,
Mereka yang membalas belumlah tenang.

19.
Mengetahui Ajaran ini
Bhikkhu itu berlatih terus, dengan penuh perhatian.
Memahami peredaan adalah kepadaman,
Ia rajin menjalankan Ajaran Sang Gotama.

20.
Yang tak tercapai akan tercapai,
Ajaran inilah saksinya,
Aku melihat keadaan sehat itu.
Oleh karena itu, berlatihlah di dalam Ajaran Sang Bhagava,
Dengan tekun dan penuh penghormatan.”


« Last Edit: 22 May 2008, 10:10:14 AM by hudoyo »

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #1 on: 22 May 2008, 10:31:53 AM »
 _/\_ Terkadang aku lupa akan diriku sendiri,terjebak dalan fananya dunia, aku terus dan terus berputar tiada henti, Mara menangkapku dan melihat kelemahanku, saat itu aku merasa jauh dari Dhamma,menyentuh juga tidak bahkan melihat serasa aku memalingkan mukaku dari Dhamma. Dalam kebingunganku selama ini, Sutta inilah yang membuat aku mengerti akan segala tindak tandukku yang membuatku merasa hebat namun tidaklah hebat sesungguhnya. sesungguhnya yang hebat itu adalah Dhamma dan Vinaya yang membuat batasan aku kembali sadar siapakah 'aku' ini?

Terima kasih Pak Hudoyo telah memposting Sutta ini sehingga aku diingatkan kembali pada esensi Dhamma.  _/\_
« Last Edit: 22 May 2008, 10:33:34 AM by nyanadhana »
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #2 on: 22 May 2008, 06:15:14 PM »
Pak Hudoyo,

Kalo menurut saya, di sutta mana juga ga ada meditasi 'canggih'2 sih, hanya memang penjelasannya saja yang panjang. Dalam Tuvataka Sutta ini diajarkan untuk sadar dalam cakupan general, Bahiya & Malunkyaputta Sutta diberikan 'objeknya' berupa 6 landasan kesadaran. Kalo di Satipatthana, menggunakan 4 'objek' berdasarkan khanda. Tapi semuanya, intinya juga 'menyadari apa adanya', ga ada teknik2 'khusus'. Jadi menurut saya, baik Satipatthana, Tuvataka, Bahiya sebetulnya sama saja, yang dengan begitu juga sebetulnya MMD juga sejalan dengan Satipatthana sutta. Hanya pendekatannya 'kan memang setiap orang berbeda.  ;D


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #3 on: 22 May 2008, 06:41:14 PM »
Kita lihat saja praktiknya:

Dalam meditasi vipassana yang mengacu pada Mahasatipatthana-sutta--versi Mahasi Sayadaw, versi Goenka--ditekankan konsentrasi dan viriya.
Dalam MMD tidak ditekankan konsentrasi dan viriya.

Perbedaan ini saja sudah cukup mendasar, sehingga membingungkan pada awalnya bagi peserta retret yang beralih dari vipassana versi tradisional (Mahasi, Goenka) ke versi MMD.

Tentang 'teknik-teknik khusus', dalam vipassana versi Mahasi Sayadaw ada dua teknik yang khas: (1) mencatat (noting, labeling) segala sesuatu yang teramati; (2) memperlambat semua gerakan tubuh selambat mungkin.
Dalam vipassana versi Goenka, ada teknik yang sangat khas: mengamati rasa di kulit (vedana) secara terprogram (teratur mulai dari kepala sampai ke kaki, lalu naik ke atas, lalu turun lagi ... dst).

Dalam MMD, tidak ada teknik khusus apa pun. Ini pun membuat bingung peserta retret MMD yang pindah dari versi Mahasi atau versi Goenka, ketika ia harus melepaskan semua teknik vipassana yang pernah dipelajarinya tanpa ada teknik penggantinya dalam MMD.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 22 May 2008, 09:39:05 PM by hudoyo »

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #4 on: 22 May 2008, 07:24:26 PM »
Om Mani Padme HUm

sutra yang bagus..

kenapa ya sang Buddha selalu menyebut Bhikku "melatih", sepertinya sutra satiphatana sutta juga menyebut bhikku yang melatih diri, memperhatikan nafas, dsb, apakah sutra2 itu hanya khusus untuk para bhikku,
kenapa ya sang Buddha tidak menyebut umat biasa yang "melatih" tetapi hanya sebut Bhikku? apakah satipathanaa atau tuvataka sutta ini hanya untuk para Bhikku?? apakah umat awam tidak bisa mempraktekkan sutra ini?
CMIIW.FMIIW.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #5 on: 22 May 2008, 08:55:59 PM »
Kata 'bhikkhave' digunakan melihat konteksnya kepada siapa Sang Buddha berbicara. Lebih sering Sang Buddha berbicara kepada para bhikkhu daripada kepada umat awam, apalagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan meditasi.

Tapi kalau kita tahu bahwa secara batiniah tidak ada perbedaan apa pun antara seorang bikkhu dan non-bhikkhu, tentu kita tahu pula bahwa ajaran beliau kepada para bhikkhu bisa pula dipraktikkan oleh non-bhikkhu.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 22 May 2008, 09:09:43 PM by hudoyo »

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #6 on: 23 May 2008, 12:40:16 AM »
 _/\_

Sutta yang sederhana tapi  bermakna sangat dalam...
Lugas dan tidak berbelit...
Kaga tau kenapa, mungkin sesuai dengan karakter saya yang tidak suka hal-hal yang berbelit2, tapi sutta ini sangat "kena" bagi saya...
 _/\_
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #7 on: 23 May 2008, 06:20:09 AM »
Rekan Edward, menilik respons Anda, tampaknya meditasi yang cocok untuk Anda adalah MMD.  :)

Salam,
hudoyo

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #8 on: 23 May 2008, 08:31:01 AM »
Pak Hudoyo,

Quote
Kita lihat saja praktiknya:

Dalam meditasi vipassana yang mengacu pada Mahasatipatthana-sutta--versi Mahasi Sayadaw, versi Goenka--ditekankan konsentrasi dan viriya.
Dalam MMD tidak ditekankan konsentrasi dan viriya.

Karena saya tidak tahu teknik2 Vipassana yang lain secara mendetail, maka saya tidak berani komentar. Tetapi memang dalam (Maha) Satipatthana Sutta, tidak ada ditekankan konsentrasi dan viriya juga. Jadi saya memang tidak menyamakan antara MMD dengan teknik Vipassana lain, baik versi Mahasi Sayadaw maupun Goenka, tetapi saya menyamakan konsistensi Buddha Gotama dalam mengajarkan Satipatthana.



Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #9 on: 24 May 2008, 04:33:50 PM »
Pak Hud,
saya sendiri belum mencoba meditasi MMD, biasanya saya mulai meditasi dengan konsentrasi terhadap nafas..Kebetulan teknik ini-lah yang saya kenal pertama kali..Perkembangan selanjutnya saya sering eksperimen sendiri, karena saya lebih sering meditasi sendiri di rumah.Kalau ada pertanyaan2 pun biasanya saya lihat dari pengalaman2 teman2 di forum.Kayaknya saya harus coba versi MMD nih, mumpung belum terlalu terikat dengan teknik2 meditasi yang ada.
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #10 on: 24 May 2008, 05:21:39 PM »
Dalam MMD, meditasi pada napas bukan konsentrasi, melainkan sekadar menyadari napas (merasakan gerak dinding perut atau sentuhan udara pada lubang hidung) sebagai bagian dari menyadari fenomena tubuh secara keseluruhan (napas, gatal, sakit, pegal, sentuhan udara/baju/bantal pada kulit, mendengar, melihat, membaui dsb) di samping menyadari fenomena batin yang lebih halus dan lebih cepat berubah.

Jadi dalam MMD, tidak ada konsentrasi pada satu obyek, tidak ada teknik apa pun (mencatat, memperlambat gerakan dsb), tidak ada usaha (viriya) apa pun; yang ada hanya sekadar sadar secara pasif terhadap gerak-gerik pikiran & si aku, tanpa si aku berbuat apa-apa.

Pada awalnya ini membingungkan bagi teman-teman yang pernah mengikuti retret vipassana versi lain; tapi setelah menangkap kiatnya, dalam MMD orang bebas dari "beban meditasi".

OK, posting ini sudah menjadi OOT ... Kalau masih ada yang perlu didiskusikan, kita pindah saja ke board 'Meditasi' thread 'MMD'.

Kalau Anda berniat mengikuti retret MMD, bisa pilih waktu yang sesuai dari jadwal MMD 2008 pada page 1 thread MMD.

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #11 on: 24 May 2008, 06:15:18 PM »
Karena saya tidak tahu teknik2 Vipassana yang lain secara mendetail, maka saya tidak berani komentar. Tetapi memang dalam (Maha) Satipatthana Sutta, tidak ada ditekankan konsentrasi dan viriya juga. Jadi saya memang tidak menyamakan antara MMD dengan teknik Vipassana lain, baik versi Mahasi Sayadaw maupun Goenka, [...]

Rekan Kainyn_Kutho, boleh saya tanya, apakah Anda pernah mengikuti suatu retret meditasi? ... :)

Maaf, saya bertanya demikian, karena dari posting-posting Anda saya mendapat kesan bahwa Anda tidak pernah mengikuti retret vipassana apa pun (CMIIW) :) ... dan Anda hanya menyimpulkan pendapat Anda dari menganalisis sutta-sutta secara intelektual belaka, tanpa mempraktikkannya dalam sebuah retret. ... Itulah sebabnya sampai dalam salah satu posting lalu, Anda membuat pernyataan bahwa "baik Satipatthana, Tuvataka, Bahiya sebetulnya sama saja". ...

Ini sungguh kontras dengan kesulitan yang dihadapi teman-teman pemeditasi yang pernah menjalankan meditasi vipassana berdasarkan Satipatthana-sutta kemudian beralih kepada vipassana berdasarkan Bahiya-sutta. ...

Dengan demikian tampaknya Anda kehilangan sebuah pengalaman yang mencerahkan yang hanya bisa didapat dari praktik meditasi, dan tidak bisa diperoleh hanya dengan menganalisis sutta-sutta saja. ... :)

Sekarang di sini, berdasarkan analisis sutta pula, Anda membuat pernyataan bahwa "dalam (Maha) Satipatthana Sutta, tidak ada ditekankan konsentrasi dan viriya". ... Ini sungguh bertolak belakang dengan pendapat Thanissaro Bhikkhu--seorang guru vipassana--dalam Introduksinya untuk Mahasatipatthana-sutta, di mana beliau menekankan pentingnya konsentrasi dan dengan sendirinya viriya. ... Lagi-lagi tampak bahwa Anda kehilangan pengalaman yang hanya bisa diperoleh dari praktik meditasi, dan tidak bisa diperoleh dari sekadar menganalisis sutta-sutta secara intelektual belaka. ... :)


Quote
[...] tetapi saya menyamakan konsistensi Buddha Gotama dalam mengajarkan Satipatthana.

Menurut hemat saya, konsistensi ajaran Sang Buddha adalah pada ajaran Anatta. ... Sedangkan untuk menembus Anatta itu, menurut hemat saya, Sang Buddha TIDAK mengajarkan SATU teknik meditasi BAKU yang berlaku untuk SEMUA orang, melainkan Sang Buddha menyesuaikan tuntunan meditasi beliau dengan keadaan batin masing-masing bhikkhu yang menerimanya. Oleh karena itu tidak relevan bicara tentang "konsistensi" meditasi yang diajarkan oleh Sang Buddha, karena Sang Buddha menghadapi beraneka ragam manusia; satu-satunya yang konsisten dalam meditasi Buddhis adalah bahwa semuanya bertujuan menembus Anatta, sedangkan metodenya bisa bermacam-macam. ... Oleh karena itu terdapat banyak sutta-sutta meditasi, terutama yang ditujukan kepada bhikkhu secara individual, yang saling berbeda isinya satu sama lain.

Salam,
hudoyo

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #12 on: 26 May 2008, 08:52:09 AM »
Pak Hudoyo,

Quote
Maaf, saya bertanya demikian, karena dari posting-posting Anda saya mendapat kesan bahwa Anda tidak pernah mengikuti retret vipassana apa pun (CMIIW) Smiley ... dan Anda hanya menyimpulkan pendapat Anda dari menganalisis sutta-sutta secara intelektual belaka, tanpa mempraktikkannya dalam sebuah retret. ... Itulah sebabnya sampai dalam salah satu posting lalu, Anda membuat pernyataan bahwa "baik Satipatthana, Tuvataka, Bahiya sebetulnya sama saja". ...

Kalo menurut Pak Hudoyo merealisasikan Vipassana harus dengan mengikuti salah satu retret aliran meditasi tertentu sehingga di luar itu hanyalah intelektual belaka, maka YA, memang benar itu hanyalah pendapat dari seorang yang secara "di luar intelektual" tidak tahu apa-apa.

Benar2 maaf, Pak Hudoyo! Tapi sejujur2nya, semua aliran meditasi juga merasa bahwa alirannya benar2 sesuai dengan ajaran Buddha, paling tidak, sesuai dengan salah satu suttanya. Seperti saya tulis,

Quote
Karena saya tidak tahu teknik2 Vipassana yang lain secara mendetail, maka saya tidak berani komentar. Tetapi memang dalam (Maha) Satipatthana Sutta, tidak ada ditekankan konsentrasi dan viriya juga. Jadi saya memang tidak menyamakan antara MMD dengan teknik Vipassana lain, baik versi Mahasi Sayadaw maupun Goenka,

saya tidak membahas apalagi menghakimi aliran meditasi manapun, karena memang saya tidak pantas dan juga tidak tertarik untuk itu. Kalo mungkin kebetulan saya ngomong salah tentang MMD, saya minta maaf.

 

Quote
Sekarang di sini, berdasarkan analisis sutta pula, Anda membuat pernyataan bahwa "dalam (Maha) Satipatthana Sutta, tidak ada ditekankan konsentrasi dan viriya". ... Ini sungguh bertolak belakang dengan pendapat Thanissaro Bhikkhu--seorang guru vipassana--

Apakah menurut Pak Hudoyo, penyataan Bhikkhu Thanissaro, karena latar belakangnya sebagai guru meditasi ternama, selalu pasti benar?
Saya tidak lalu bilang "Bhikkhu Thanissaro salah", tetapi mungkin saya memang menafsirkan dengan cara berbeda, dan mungkin saja saya tidak cocok. Jika memang ada viriya, maka viriya-nya diarahkan untuk apa?
Saya tidak hafal isi sutta itu, tetapi kalo tidak salah ada dikatakan untuk menyadari, "Jika ada pikiran yang dilandasi nafsu, maka sadarilah bahwa pikiran itu dilandasi nafsu". Jika demikian, viriya di arahkan bagaimana? Apakah untuk mengarahkan pikiran agar timbul nafsu? Apakah diarahkan untuk menghentikan nafsu tersebut? Saya tidak menangkap adanya usaha untuk melakukan apapun, hanya menyadari dan mengetahui. Tetapi sekali lagi, itu hanya tafsiran saya, yang tentu saja rentan kesalahan.


Quote
Menurut hemat saya, konsistensi ajaran Sang Buddha adalah pada ajaran Anatta. ... Sedangkan untuk menembus Anatta itu, menurut hemat saya, Sang Buddha TIDAK mengajarkan SATU teknik meditasi BAKU yang berlaku untuk SEMUA orang, melainkan Sang Buddha menyesuaikan tuntunan meditasi beliau dengan keadaan batin masing-masing bhikkhu yang menerimanya. Oleh karena itu tidak relevan bicara tentang "konsistensi" meditasi yang diajarkan oleh Sang Buddha, karena Sang Buddha menghadapi beraneka ragam manusia; satu-satunya yang konsisten dalam meditasi Buddhis adalah bahwa semuanya bertujuan menembus Anatta, sedangkan metodenya bisa bermacam-macam. ... Oleh karena itu terdapat banyak sutta-sutta meditasi, terutama yang ditujukan kepada bhikkhu secara individual, yang saling berbeda isinya satu sama lain.

Ini saya setuju. Dan memang menurut saya, baik dalam (maha) Satipatthana Sutta dan Bahiya Sutta, tetap diajarkan 'anatta', hanya melalui pendekatan yang berbeda saja.

 _/\_


Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #13 on: 26 May 2008, 10:41:41 AM »
Kalo menurut Pak Hudoyo merealisasikan Vipassana harus dengan mengikuti salah satu retret aliran meditasi tertentu sehingga di luar itu hanyalah intelektual belaka, maka YA, memang benar itu hanyalah pendapat dari seorang yang secara "di luar intelektual" tidak tahu apa-apa.

Terima kasih atas pengakuan Anda yang jujur bahwa Anda bukan pemeditasi vipassana, bahwa Anda hanya belajar dari sutta-sutta secara intelektual.

Menurut saya, vipassana tidak bisa hanya dilakukan dengan meditasi 1-2 jam saja di rumah, apalagi hanya dengan menganalisis sutta-sutta secara intelektual belaka. Di dalam tradisi vipassana mana pun, vipassana harus dilakukan dalam retret (entah bersama-sama, entah sendirian) selama rentang waktu yang relatif panjang.  Dalam Maha-satipatthana-sutta sendiri, Sang Buddha menyebutkan rentang waktu 1 minggu - 7 tahun.

Seorang Romo Katholik baru-baru ini melakukan retret MMD sendirian selama seminggu penuh dipertapaan Katholiknya di Cipanas dengan bimbingan dari saya dua kali, dan baru sesudah itu beliau memahami vipassana secara aktual, sampai beliau berkata: "Kalau begitu, semua khotbah yang saya siapkan setiap hari Minggu itu cuma pikiran belaka, ya, tidak ada hubungannya dengan kebenaran." -- Begitulah, Romo Katholik itu sadar bahwa pengetahuan teoretis belaka (tentang hal-hal religius) tidak ada gunanya, karena ia mengalami vipassana secara aktual.

Oleh karena itulah, seperti saya tulis terdahulu, Anda kehilangan pengalaman meditasi aktual yang hanya bisa dialami oleh mereka yang pernah melakukan vipassana selama rentang waktu yang relatif panjang.

Oleh karena itu, Anda tidak tahu bahwa mereka yang melaksanakan meditasi vipassana a la Maha-satipatthana-sutta berkutat dengan konsentrasi dan viriya sepanjang latihannya; Anda tidak tahu, sampai-sampai Anda mempersoalkan kebenaran analisis Thanissaro Bhikkhu.


Quote
Benar2 maaf, Pak Hudoyo! Tapi sejujur2nya, semua aliran meditasi juga merasa bahwa alirannya benar2 sesuai dengan ajaran Buddha, paling tidak, sesuai dengan salah satu suttanya. Seperti saya tulis, [...]
saya tidak membahas apalagi menghakimi aliran meditasi manapun, karena memang saya tidak pantas dan juga tidak tertarik untuk itu. Kalo mungkin kebetulan saya ngomong salah tentang MMD, saya minta maaf.

Dalam diskusi ini saya tidak pernah menghakimi versi-versi vipassana yang ada. Saya tidak pernah mengatakan "hanya MMD yang benar", dan "versi-versi vipassana yang lain salah".  Yang saya katakan adalah, bahwa praktik vipassana dari berbagai versi itu berbeda-beda. Dan perbedaan itu selain pada teknik, juga pada pemahaman dasar: versi-versi yang lain mendasarkan latihan mereka pada konsentrasi dan viriya, tapi MMD tidak. Tapi, sekali lagi, itu tidak berarti bahwa MMD "benar", dan versi-versi yang lain "salah". Saya malah mengatakan bahwa teknik-teknik vipassana itu cocok-cocokan; bahwa tidak ada SATU versi vipassana yang cocok untuk SEMUA orang.

Semua itu Anda tidak tahu, karena Anda hanya tahu vipassana secara teoretis belaka, bukan secara aktual.


Quote
Apakah menurut Pak Hudoyo, penyataan Bhikkhu Thanissaro, karena latar belakangnya sebagai guru meditasi ternama, selalu pasti benar?
Saya tidak lalu bilang "Bhikkhu Thanissaro salah", tetapi mungkin saya memang menafsirkan dengan cara berbeda, dan mungkin saja saya tidak cocok. Jika memang ada viriya, maka viriya-nya diarahkan untuk apa?
Saya tidak hafal isi sutta itu, tetapi kalo tidak salah ada dikatakan untuk menyadari, "Jika ada pikiran yang dilandasi nafsu, maka sadarilah bahwa pikiran itu dilandasi nafsu". Jika demikian, viriya di arahkan bagaimana? Apakah untuk mengarahkan pikiran agar timbul nafsu? Apakah diarahkan untuk menghentikan nafsu tersebut? Saya tidak menangkap adanya usaha untuk melakukan apapun, hanya menyadari dan mengetahui. Tetapi sekali lagi, itu hanya tafsiran saya, yang tentu saja rentan kesalahan.

Sekali lagi, saya hargai pengakuan Anda yang terakhir, bahwa Anda mungkin salah. ... Sebetulnya tidak sukar meneliti apakah tafsiran Anda itu "salah" atau "betul" dalam hal ini. ... Anda tinggal berdiskusi dengan teman-teman pemeditasi versi Mahasatipatthana-sutta (versi Mahasi, versi Goenka) dan pemeditasi versi Bahiya-sutta (versi MMD), dan mengecek tafsiran Anda itu. ... Tapi langkah yang sederhana ini pun tidak Anda lakukan, karena ANDA TIDAK TERTARIK UNTUK ITU. ... Oleh karena itu, sampai timbul pertanyaan-pertanyaan:
"Apakah pernyataan Bhikkhu Thanissaro pasti benar? ... Viriyanya diarahkan ke mana? ... dsb dsb." ... Paragraf Anda yang panjang lebar ini hanya menunjukkan bahwa betul-betul Anda tidak punya pengalaman vipassana secara aktual, sehingga saya angkat tangan bagaimana menjelaskan pengalaman itu kepada Anda.

*****

Rekan Kainyn_Kutho, karena Anda menulis hanya berdasarkan pemahaman teoretis belaka tentang vipassana, maka saya rasa tidak ada gunanya diskusi ini diteruskan. ... Diskusi tentang vipassana hanya bermanfaat apabila pihak-pihak yang berdiskusi pernah mengalami vipassana itu secara AKTUAL, bukan cuma teoretis belaka.

Mohon maaf, saya mengundurkan diri dari diskusi ini. ... Mungkin suatu saat kelak, bila Anda telah cukup mempunyai pengalaman vipassana secara AKTUAL--kalau Anda TERTARIK UNTUK ITU--saya bersedia berdiskusi lagi dengan Anda tentang vipassana. :)

Salam,
Hudoyo
« Last Edit: 26 May 2008, 10:52:17 AM by hudoyo »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #14 on: 26 May 2008, 11:21:25 AM »
Pak Hudoyo,

Betul sekali, Pak! Saya bukan siapa2 dan pendapat saya memang tidak berarti apa2.
Dan saya juga tidak cocok berdiskusi dengan orang yang menempatkan dirinya dalam status berbeda dengan menuduh orang lain "hanya intelektual belaka sedangkan saya sudah praktisi sejati".
Dalam berdiskusi, saya tidak melihat status apakah orang itu punya jhana ataupun nyana, dan sebagainya, hanya melihat bahan diskusi secara objektif. Lagipula ini 'kan sedang membahas Tuvataka Sutta. Saya sendiri tidak pernah posting dalam wacana "meditasi" kok.
Dan sekali lagi saya minta maaf kalo tidak sengaja saya menyinggung Pak Hudoyo/MMD. Saya tidak punya maksud begitu.


Quote
Dalam Maha-satipatthana-sutta sendiri, Sang Buddha menyebutkan rentang waktu 1 minggu - 7 tahun.
Harus minimal 1 minggu? Tentunya Bahiya Sutta andalan MMD sendiri sudah pasti keliru, karena Bahiya tidak merealisasikannya dalam 1 minggu.  :)

Quote
Dalam diskusi ini saya tidak pernah menghakimi versi-versi vipassana yang ada. Saya tidak pernah mengatakan "hanya MMD yang benar", dan "versi-versi vipassana yang lain salah".  Yang saya katakan adalah, bahwa praktik vipassana dari berbagai versi itu berbeda-beda. Dan perbedaan itu selain pada teknik, juga pada pemahaman dasar: versi-versi yang lain mendasarkan latihan mereka pada konsentrasi dan viriya, tapi MMD tidak. Tapi, sekali lagi, itu tidak berarti bahwa MMD "benar", dan versi-versi yang lain "salah". Saya malah mengatakan bahwa teknik-teknik vipassana itu cocok-cocokan; bahwa tidak ada SATU versi vipassana yang cocok untuk SEMUA orang.

Semua itu Anda tidak tahu, karena Anda hanya tahu vipassana secara teoretis belaka, bukan secara aktual.

Saya sama sekali tidak ingat mengatakan Pak Hudoyo menghakimi aliran lain atau menganggap MMD itu lebih hebat dari yang lainnya. Saya hanya mengatakan bahwa setiap aliran Vipassana (bukan hanya MMD) mengatakan metodenya sesuai dengan ajaran Buddha, dan saya sendiri tidak pantas dan tidak tertarik untuk meneliti apakah benar masing2 aliran itu benar2 sesuai dengan sutta. Tidak ada penilaian subjektif mengenai aliran apapun di sana, dan saya rasa juga tidak ada penghinaan jenis apapun di situ, karena tentunya tidak ada aliran yang mengatakan vipassananya tidak sesuai dengan ajaran Buddha.
Jadi kalo Pak Hudoyo merasa saya mengatakan "Pak Hudoyo menghakimi ataupun yang lainnya", maka itu juga tidak lebih dari pemahaman intelektual Pak Hudoyo belaka. Saya jujur tidak punya pemikiran seperti itu.

Saya sedikit berbeda dengan Pak Hudoyo. Kalo Pak Hudoyo bersedia berdikusi dengan mengesampingkan status, maka saya selalu dengan senang hati berdiskusi dengan Pak Hudoyo, sama seperti diskusi2 sebelumnya.

 _/\_



Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #15 on: 26 May 2008, 01:42:03 PM »
Kapan saya bicara tentang "status"? ... Saya bicara tentang pengalaman vipassana aktual yang sudah dialami oleh ribuan umat Buddha di Indonesia ini, kecuali Anda. ... Dengan merekalah saya mau berdiskusi tentang vipassana.

Maaf saja.
« Last Edit: 26 May 2008, 01:50:46 PM by hudoyo »

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: TUVATAKA-SUTTA
« Reply #16 on: 26 May 2008, 02:14:22 PM »
akur njee...

 

anything