Komunitas > Keluarga & Teman

Do and Don't when teaching math

(1/1)

Sumedho:
Do and Don't when teaching math

By: Alexander

Anak-anak mempunyai berbagai ragam kemampuan belajar, ada yang secara
alamiah menyebabkan mereka mencintai Matematika. Tetapi tidak sedikit
yang mengalami kesulitan dengan Matematika sehingga merasa menderita
ketika menghadapi mata pelajaran ini.

Perhatikan beberapa reaksi yang umumnya terjadi ketika seorang anak
menghadapi Matematika:

A. Anak yang memang berbakat dalam Matematika sehingga ia akan
mengerjakan setiap soal dengan kegembiraan.

B. Kemudian anak yang mempunyai rasa ingin tahu dan semangat yang besar
sehingga ia pantang menyerah dengan semua soal yang dihadapinya. Ia akan
bersemangat untuk terus bertanya tentang Matematika.

C. Ada juga anak yang kesulitan dengan Matematika, kemudian ia menjadi
tidak menyukai pelajaran tersebut. Ia akan cenderung untuk menghindari
Matematika dengan sejuta alasan.

D. Nah yang terparah adalah anak yang tidak berbakat Matematika, dan
pernah mengalami "penghinaan" atas kelemahan ini baik oleh guru
maupun teman-temannya. Anak ini akan merasa geram dengan segala sesuatu
yang berhubungan dengan Matematika.

Dengan mengamati reaksi seorang anak terhadap Matematika, dapat
diberikan beberapa Tips singkat dalam mengajarkan pelajaran ini sebagai
berikut:

1. Don't: Jangan menghukum Anak!

Seringkali orang tua merasa frustasi ketika mengajarkan seorang anak
yang tidak berbakat Matematika karena harus berulang kali menjelaskan
mengenai hal yang sama. Perlakuan terburuk orang tua terhadap anak
adalah dengan spontan membentak, atau memukul dikarenakan rasa frustasi
tersebut. Jika rasa frustasi ini muncul, ingatlah kembali masa kecil
kita. Bukankah kita selalu belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah
dilakukan? Bukankah kita belajar berjalan setelah berkali-kali jatuh?

Kesuksesan dibangun oleh kesalahan-kesalahan yang berulang kali.
Kesuksesan yang lebih besar dibangun oleh kesuksesan-kesuksesan kecil.
Dengan kata lain sediakan waktu untuk menghargai anak anda, tidak peduli
sekecil apapun pencapaiannya. Pengaruhnya sangat besar terhadap
kepercayaan diri mereka!

2. Don't: Jangan pernah berkata anda membenci Matematika

Orang tua seringkali juga merasa kesulitan dengan pelajaran matematika
sekarang ini yang amat berbeda dengan yang dipelajari mereka dahulu.
Tetapi ingat jangan pernah berkata "tidak menyukai matematika"
karena anak akan dengan cepat MENIRU orang tua mereka. Jika anak anda
pernah mendengar orang tuanya tidak menyenangi matematika, maka mereka
akan cepat bersikap yang sama ketika mendapat kesulitan dalam pelajaran
ini.

Lantas sebaiknya orang tua harus bersikap bagaimana? Jika orang tua
ingin menginspirasi anaknya, jalan satu-satunya mereka harus berusaha
MENCINTAI matematika. Orang tua harus mulai memperhatikan penggunaan
Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Ajari anak anda untuk menghitung
umur mereka, untuk menghitung barang dan harganya ketika belanja di
supermarket dst.

Di samping itu tentunya orang tua harus mau menyerap informasi yang
berkaitan dengan Matematika, baik mengenai topik-topik matematika yang
menarik ataupun cara mengajarkan topik tersebut.secara menyenangkan.
Anak-anak itu ibarat spon (sponge), mereka dengan cepat menyerap segala
sesuatu dari lingkungannya. Jika orang tua mempunyai rasa ingin tahu dan
kecintaan yang kuat mengenai Matematika dan Ilmu Pengetahuan dengan
cepat hal positif ini akan diserap oleh anak-anaknya.

3. Do: Jelaskan Matematika dalam bahasa yang dapat dipahami oleh Anak!

Seringkali karena ketidaktahuan akan tahap-tahap pembelajaran seorang
anak, orang tua menganggap anak mereka lemah dalam Matematika. Ingat
untuk selalu mulai dari hal-hal yang nyata dan dikenal oleh anak dalam
menjelaskan segala sesuatu tentang matematika. Mungkin pada suatu tahap
tertentu, anak menganggap Simbol angka (1,2,3 … ) merupakan hal yang
abstrak dan tidak masuk akal bagi dirinya. Di sini orang tua harus peka
dan kemudian mulai menjelaskan angka dengan cara membilang benda-benda
di sekitarnya. Dan selanjutnya baru setelah anak dapat secara intuitif
menangkap makna angka, maka mulai diperkenalkan simbol angka satu demi
satu.

Dan kurikulum sekolah saat ini memang tidak manusiawi dengan memberikan
begitu banyak beban pada anak yang semestinya belum ditanggungnya.
Dengan adanya hal ini tugas orang tua menjadi semakin berat karena
mereka harus menjadi jembatan untuk menjelaskan target pelajaran sekolah
yang terlampau tinggi dalam waktu yang terbatas. Tetapi hal ini sangat
dimungkinkan sekali jika orang tua mampu memahami tahap-tahap
pembelajaran yang harus dilalui seorang anak untuk mempelajari
Matematika. Sebagai contoh misalnya seringkali di kelas Tiga SD sudah
diajarkan soal cerita dengan topik penjumlahan dan pengurangan empat
atau lima digit, misalnya sebagai berikut Andi membeli buku seharga
5.425, kemudian ia membeli alat tulis menulis seharga 7.750. Kemudian
Andi membayar dengan uang 15.000, berapa kembalian yang akan diterima
oleh andi?

Perhatikan soal seperti di atas jelas akan membingungkan bagi siswa yang
belum memahami benar konsep penjumlahan dan pengurangan, apalagi
ditambah bentuk soal cerita yang akan membuat anak sukar untuk menangkap
makna soal tersebut. Jika seorang anak mendapat kesulitan dalam soal
seperti ini, cobalah untuk mempermudah soal tersebut. Hal ini dapat
dengan menyajikan dalam bentuk penjumlahan dan pengurangan secara
langsung, jika anak tersebut merasa kesulitan dengan bentuk soal cerita.
Atau orang tua dapat menyederhanakan soal tersebut dalam soal cerita
yang hanya mengandung angka satu atau dua digit saja, jika anak masih
kesulitan dalam menjumlahkan dan mengurangkan dalam digit yang banyak.

4. Do: Ingat selalu tujuan belajar matematika!

Apa tujuan orang tua dalam mengajarkan Matematika pada anak-anak:

* Agar dapat mengikuti pelajaran di sekolah.
* Memastikan anak dapat mengerjakan ujian sekolahnya? Atau,
* Supaya anak anda kelihatan lebih pandai dibandingkan yang
lain……

Atau anda telah memunyai tujuan yang spesifik dalam mengajarkan
Matematika, seperti:

* Agar anak dapat menjumlahkan, mengurangkan dan mengalikan
bilangan-bilangan.
* Atau supaya anak dapat menguasai pembagian empat digit….

Sekarang pahamilah, bahwa tujuan seperti di atas hanyalah tujuan
sementara saja. Sekarang pikirkan Tujuan Jangka Panjang untuk anak
ketika mereka harus mempelajari Matematika. Pertimbangkan baik-baik
tujuan-tujuan berikut ini:

* Pertama agar anak dapat bertahan hidup dalam dunia yang semakin
kompleks ini.
Hal ini mencakup bagaimana anak dapat mempertimbangkan keuntungan dan
kerugian, melihat peluang bisnis, memprediksikan keuangan dst. Pendeknya
dalam dunia yang semakin kompleks, seorang anak dituntut agar mampu
berpikir secara mandiri agar mereka dapat bertahan hidup dengan layak.
* Dan selanjutnya orang tua harus memahami bahwa mereka harus
mempersiapkan anak untuk melanjutkan studinya dalam Matematika dan Ilmu
Pengetahuan. Tidak setiap anak akhirnya memang membutuhkan pengetahuan
mengenai Aljabar atau kalkulus, tetapi anda tetap tidak akan tahu apa
profesi yang nantinya dipilih oleh anak. Oleh karena itu mempersiapkan
anak agar mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
merupakan pilihan yang terbaik.
* Akhirnya saya menambahkan satu tujuan yang lebih tinggi lagi yaitu
mengajarkan berpikir deduktif. Dalam dunia dewasa ini, kemampuan untuk
berpikir secara logis dan kreatif sangat diperlukan untuk mengembangkan
kebudayaan yang sehat dan kondusif secara keseluruhan bagi peradaban
umat manusia.

Semakin orang tua mampu memahami tujuan yang tertinggi dalam pikirannya,
semakin baik dalam memahami tujuan-tujuan sementara yang harus diajarkan
pada anak mereka. Selanjutnya tentu akan mempengaruhi bagaimana orang
tua akan mengajar anak dalam situasi sehari-harinya.

5. Do: Persiapkan alat dan metode untuk mengajar Matematika!

Tentunya yang pertama kali, orang tua harus mempersiapkan alat tulis
menulis agar anak dapat belajar dengan baik. Kemudian perhatikan
buku-buku dan kurikulum yang digunakan untuk mengajar, selanjutnya
persiapkan alat-alat tambahan agar dapat mengilustrasikan Matematika
dengan mudah pada anak anda. Alat ini termasuk juga Kalkulator dan
Komputer untuk mempermudah pengajaran Matematika.

Selanjutnya orang tua perlu mempersiapkan metode yang menyenangkan dalam
mengajarkan Matematika. Misalnya supermarket dapat dijadikan ajang untuk
mengajarkan penjumlahan dan pengurangan dengan menghitung jumlah dan
harga barang yang dibeli. Orang tua dapat pula menggunakan alat-alat
permainan yang sering digunakan anak, seperti membangun bentuk-bentuk
geometris, atau mengenalkan pembagian dengan membagi-bagi kelereng dst.
Selanjutnya orang tua dapat pula menyanyikan lagu-lagu yang mengajarkan
angka, beserta operasi-operasi dasarnya seperti penjumlahan dan
perkalian. Dapat pula mulai mengarahkan anak untuk melihat pola yang
beulang yang muncul dalam kehidupan sehari-hari misalnya pola nomer
rumah-rumah tetangga yang selalu bernomer genap atau bernomer ganjil.

Semakin menyenangkan cara mengajar matematika, semakin mudah anak
mempelajarinya sekaligus juga membangkitkan rasa ingin tahu mereka
secara alamiah.

Navigation

[0] Message Index

Go to full version