Bahiya sutta :
Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang tinggal di dekat Savatthi, di hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu Bahiya yang berpakaian kulit kayu sedang tinggal di pantai Supparaka. Dia dihormati, dipuja, dihargai dan dimuliakan. Dia disembah dan juga dia telah mendapatkan kebutuhan pakaian, makanan, tempat tinggal dan obat-obatan.
Ketika dia sedang bertapa, pemikiran ini muncul di benak bahiya yang berpakaian kulit kayu. "Apakah saya salah satu dari mereka di dunia ini yang sudah menjadi Arahat, atau yang sudah memasuki jalan menuju tingkat Arahat?"
Saat itu seorang dewata yang dulunya kerabat Bahiya yang berpakaian kulit kayu memahami pemikiran di benak bahiya itu. Karena kasihan dan berkeinginan untuk membantu, dewata itu mendekati bahiya dan berkata: "Anda, Bahiya, bukan seorang Arahat atau sudah memasuki jalan menuju tingkat Arahat. Anda tidak mengikuti praktek yang membawa Anda menjadi Arahat atau memasuki jalan menuju tingkat Arahat".
"Kalau demikian di dunia ini termasuk para dewa siapakah yang Arahat atau sudah memasuki jalan menuju tingkat Arahat?"
"Ada, Bahiya, di negeri jauh, di suatu kota yang disebut Savathi. Disanalah Sang Bhagava itu, Bahiya, benar-benar seorang Arahat dan beliau mengajarkan Dhamma untuk mencapai kesucian Arahat".