//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - dhammasiri

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 31
61
Keluarga & Teman / Re: Ngajak cewek jalan2x.. bingung mau kemana ??
« on: 23 December 2010, 08:41:46 PM »
Diajak ke Vihara saja. Terus apa yang perlu dilakukan? Baca paritta dan meditasi. Saya yakin akan akan lebih refreshing hahaha

62
Diskusi Umum / Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
« on: 23 December 2010, 04:32:51 PM »
Quote
Mengenai Vinaya, sudah ada terjemahannya. Saya yang menerjemahkannya dari buku Vinaya Mukha buah karya seorang Bhikkhu Thailand. Dalam bahasa Indonesia diterbitkan dalam dua jilid, yakni jilid 1A dan 1B karena cukup tebal. Isinya tentang aturan2 pathimokha bagi para bhikkhu lengkap dengan penjelasannya. Jilid 2 dan 3 masih dalam proses penerjemahan, hanya saja isinya aturan2 minor.  Buku jilid 1A dan 1B (terbit 2008) sudah habis dibagikan.
Antara Vinaya Pitaka dan Vinaya Mukha saya yakin ada perbedaan. Vinaya Mukha dikarang oleh seorang bhikkhu Thailand. Ini lebih bersifat komentar. Sedangkan Vinaya Pitaka adalah Peraturan monastik yang ditetapkan oleh Sang Buddha lengkap dengan kronologinya.

63
Kafe Jongkok / Dari canakya sampai cendekia
« on: 23 December 2010, 04:17:28 PM »
TERSEBUTLAH dalam dunia ilmiah kebahasaan, Dr. J. Gonda menyusun sebuah buku berjudul Sanskrit in Indonesia (New Delhi, 1973). Isinya, catatan kata bahasa Sanskerta sebagaimana terdapat di Indonesia. Kata dan bahasa Sanskerta ini telah mempengaruhi dan memperkaya bahasa-bahasa di Indonesia sejak zaman Hindu. Salah satu kata yang menarik ialah canakya, yang dalam bahasa Melayu menjadi candakiya. Dalam perjalanan waktu, kata tersebut diucapkan cendekia, seperti yang kita kenal sekarang ini. Canakya adalah nama seorang menteri pada zaman pemerintahan Candra Gupta di India (abad ke-4) yang terkenal pintar dan bijak berkata-kata. Lalu canakya menjadi sebutan bagi orang yang cerdas atau pandai seperti Canakya. Tapi ada arti lain dari kata canakya itu menurut Gonda, yaitu backbiting (menjelekkan orang lain, memfitnah) atau, seperti di Minangkabau, people who are extraordinarily smart or tricky. Menurut Gonda lagi, mungkin itu dapat dihubungkan dengan kata bahasa Hindi chandi, yang berarti tricky dan deceitful (licik dan suka berbohong). Sampai di sini tak ada masalah tentang arti dari bahasa Hindi itu, mungkin karena buku Gonda tersebut tak dibaca awam secara luas. Yang hidup dalam bahasa Indonesia adalah arti yang baik saja, yaitu cerdas (smart). Jadi, orang Minangkabau tak ada yang merasa terhina. Tetapi kemudian memang pernah juga ada sedikit "salah semat" tentang pengertian cendekia itu, khususnya dalam arti licik dan bohong, di kalangan masyarakat Minang. Yaitu ketika Suwarsih Warnaen (profesor psikologi) mengatakan -- kalau tak salah, dalam kesimpulan penelitian sementaranya yang sebenarnya belum resmi diumumkan -- bahwa orang Minangkabau, selain aktif, dinamis, ulet, dan ekonomis, juga sinis dan licik. Sifat terakhir ini betul-betul seperti menyentuh "puncak bisul" masyarakat Minang. Timbul bermacam reaksi dari masyarakat Minang, baik di perantauan maupun di "tanah leluhur". Media massa menyiarkannya sebagai "konsumsi lezat" dengan memberikan tekanan pada unsur pro dan kontranya. Masyarakat Minang mengajak Suwarsih berdiskusi bertempat di sebuah rumah makan Padang yang besar di Jakarta. Tapi pertemuan itu tak berlangsung. Apakah Suwarsih membaca buku Gonda juga? Tak tahulah. Akhirnya, persoalan tersebut dikunci oleh Kopkamtib karena dianggap bisa menjurus ke arah perpecahan suku (SARA). Untunglah, tak ada yang membuat onar seperti peristiwa di Medan. Mungkin Meneer Gonda tersenyum-senyum saja mendengar ini semua (kalau beliau masih ada). Sekarang ada apa tentang kata cendekia ini yang sampai menimbulkan perdebatan pula di kalangan terbatas dalam sebagian ilmuwan di Fakultas Sastra UI? Dalam sebuah simposium belum lama ini, yang bertema "Bahasa dan Kecendekiaan" (perayaan 65 tahun Prof. Dr. Anton M. Moeliono), telah dipertanyakan pula, antara lain, kata cendekiawan. Ilmuwan belum tentu sama dengan cendekiawan. Begitu pula sebaliknya. Ada bedanya, kata Prof. Gorys Keraf, yang meninjaunya dari segi pemakaian bahasa. Cendekiawan yang bukan ilmuwan, bahasanya tertib sesuai dengan kaidah. Dalam tulisannya tercermin kecerdasan berpikir penulisnya. Memang banyak mereka yang bukan sarjana (dalam arti formal) tetapi punya kadar kecendekiaan dan integritas pribadi yang tinggi sehingga diakui sebagai cendekiawan. Toety Heraty mengatakan secara berkelakar, seorang cendekiawan hendaknya punya IQ tinggi. Kalau kurang, bisa ditutupi dengan banyak "diam". Seorang cendekiawan, katanya lagi, harus hati-hati berkata. Setiap kata dipikirkan dahulu masak-masak. Karena itu, bicaranya lambat dan tertahan-tahan. Kata Toety, bicara pelan-pelan itu "tanda" yang bersangkutan seorang cendekiawan. "Benarkah orang yang bicara terbata-bata atau tergagap-gagap itu cendekiawan?" tanya seseorang lebih lanjut. "Bisa disambung lagi diskusi nanti," kata Toety. Rupanya, ia merasa tak cukup waktu saat itu. Memang banyak yang belum jelas batasannya apa itu ilmuwan, intelektual, pakar, inteligensia, dan cendekiawan sendiri. Tetapi ada satu ciri penting yang belum tersoroti, yaitu bahwa seorang cendekiawan, di samping ia seorang berilmu dan beriman, ahli, dan pakar, hendaklah juga punya kepekaan sosial dan kepedulian terhadap lingkungan dengan segala masalahnya, hingga apa yang dilakukannya dipertimbangkannya betul lebih dahulu manfaatnya. Seseorang yang ahli dan pakar dalam penciptaan produk teknologi canggih seperti penciptaan senjata pemusnah manusia yang paling dahsyat jelas bukan seorang cendekiawan. Dia hanya seorang ilmuwan yang punya kepakaran yang tinggi. Sedangkan soal kecendekiaan selain disebutkan tadi adalah (yang terpenting) soal aktivitas nurani, sikap, kejujuran, kerendahhatian, keadilan, dan kebijaksanaan yang dapat mengendalikan semua pikiran dan perbuatannya. Cendekiawan adalah orang yang selalu berpikir dan berbuat untuk kemaslahatan umat manusia. Dan jika kriteria tersebut di atas dikenakan, berapa orangkah kiranya yang dapat disebut cendekiawan dalam simposium tersebut, yang di antara sekian banyak pesertanya terdapat sejumlah profesor dan doktor?

Sumber: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1994/06/04/KL/mbm.19940604.KL1838.id.html

64
Diskusi Umum / Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
« on: 23 December 2010, 12:29:01 AM »
Saya melihat juga banyak terjemahan yang rancu dan tidak sesuai konteksnya. Saya juga melihat masih terlalu sedikit yang diterjemahkan. Banyak yang tersisa. Lihat saja, buku-buku dari Kuddhaka Nikāya masih banyak yang belum diterjemahkan. Buku-buku dari Abhidhamma juga belum diterjemahkan. Saya rasa buku-buku tersebut perlu diterjamahkan kalau memang kita ingin umat Buddha Indonesia mempelajari agama Buddha dengan baik mengingat tidak semua umat Buddha yang dapat berbahasa Inggris apalai berbasa Pali atau Sanskrit.

65
Diskusi Umum / Re: Membangkitkan Penulis2 Buddhis
« on: 22 December 2010, 06:59:22 PM »
Saya mendukung keduanya. Keduanya perlu digalakkan. Sementara ini, jangankan orang awan para sarjana Buddhist, mereka yang telah lulus dari STAB juga masih belum benar-benar menguasai Tipitaka. Kalau tidak percaya, coba tanya kepada mereka yang telah lulus STAB, berapa sutta yang mereka ketahui. Kalau mereka mampu menyebutkan sepuluh sutta dari Dīgha Nikāya, sepuluh sutta dari Majjhima Nikāya, sepuluh sutta dari Saṃyutta Nikāya itu benar-benar luar biasa. Saya sudah pernah test. Hasilnya sungguh sangat mengecewakan. Ini bukan sebagai cemoohan melainkan sebagai rasa kekecewaan saya. Dalam prinsip saya, mereka yang lulusan STAB adalah yang kita harapkan untuk maju, mendidik anak-anak kita, tetapi mereka masih belum benar-benar menguasai apa yang harus mereka kuasai. Karena itu, saya merasa penting juga untuk menerjemahkan Tipitaka ke dalam bahasa Indonesia.
Untuk kemampuan menulis, memang saya melihat ada suatu titik kelemahan di Indonesia. Tidak banyak yang sanggup menulis. Tidak banyak yang sanggup mengolah kata. Kadang saya melihat, banyak yang sanggup bicara tetapi mereka tidak sanggup menuangkan apa yang mereka ucapkan ke dalam tulisan. Seni menulis berbeda dengan seni berbicara. Karena alasan ini, mungkin banyak orang yang enggan untuk menuangkan gagasan yang mereka miliki ke dalam tulisan.

66
Kafe Jongkok / Re: Gina di Trans TV malam ini dengan Ungu
« on: 21 December 2010, 10:15:47 AM »
Bagaimana kalau bro dhammasiri  kolaborasi sama sis Gina utk DC gitu ?
utk koleksi di bagian kesenian/bakat DC-er
Thanks Bro atas usulannya. Tapi akan lebih baik Sis Gina yang maju dan saya yang jadi supporter dan fansnya hahaha

67
Kafe Jongkok / Re: Gina di Trans TV malam ini dengan Ungu
« on: 21 December 2010, 12:07:25 AM »
Ce Gina, Sitar adalah salah satu musik favorit saya. Alat musik yang lainnya adalah Qin dan Seruling. Kalau saya tidak salah, saya punya koleksi instrumental ketiga alat musik tersebut. Ketiga alat musik tersebut menimbulkan kedamaian.

Thanks Ce Gina telah tampil memainkan alat musik favorit saya. Saya sangat bahagia melihatnya dan hari ini adalah hari yang membahagiakan karena di Facebook teman saya bilang anaknya dapat penghargaan dari Presiden dan di sini saya melihat Ce Gina memainkan alat musik favorite saya, walau antara musik dan lagu terasa tidak selaras.

68
Kesehatan / Re: Apakah Nama Penyakit ini?
« on: 20 December 2010, 08:04:51 PM »
begini setiap insan masing masing mempunyai kecerdasan, kepribadian dan persepsi masing masing bagai nyala api, tetapi nyala api setiap manusia tidak sama ada yang lebih terang ada yang redup dan berbagai macam nyala api dan cahaya nya masing masing. sedangkan cahaya cahaya ini tentunya memerlukan sumber sumber energi untuk menyala atau bercahaya kadang kadang ada manusia yang ingin nyala cahaya lebih terang dari yang lain untuk itu mereka memudarkan cahaya api yang ada disekitarnya hingga nyala api nya menjadi yang paling bercahaya dari yang lain. ada juga dengan merampas atau menindas keberadaan orang lain hingga dia terlihat paling unggul dan lain lain (entah dengan pamer title, perhiasan, harta dan lain lain, banyak sekali corak nya)  salah satu yang ku umati adalah dengan cara mengunggulkan misalnya parabola yang dia punya, pengetahuan dia paling unggul dari pada yang lain, ada juga dengan cara lebih represif dengan mencari kesalahan kesalahan orang lain tetapi begitu kesalahan nya sendiri di tegur dia menjadi marah luar biasa bahwa kesalahan nya terlalu di besar besarkan. dan banyak sekali pola pola yang ada di masyarakat kita ini (bahkan di dc ini kalau kalian dapat mengamatinya).

kita ini umat Buddha sungguh beruntung karena kita punya nyala api atau cahaya kita terlindungi dengan baik bagai nyala api yang mempunyai dinding kaca pelindung hingga seharus nya kita tidak terlalu terpengaruh oleh hal hal semacam ini biarpun mungkin pada awalnya mungkin sedikit terguncang maka kita akan kembali kepada nyala api yang kita miliki sendiri dan merasa nyaman dengan apa yang kita punyai.

aku menamakan penyakit semacam ini adalah penyakit superioritas palsu (rasa superioritas palsu) karena bukan superioritas yang asli dan dapat kita bedakan mana yang asli dan palsu nya.
Mungkin lebih tepatnya Superiority Complex sebagai lawan Inferiority Complex. Tapi jujur, saya sulit memahami pernyataan yang bro buat. Apa hubungannya dengan pertanyaan saya?

69
Kesehatan / Re: Apakah Nama Penyakit ini?
« on: 20 December 2010, 09:16:38 AM »
Thanks teman-teman. Saya serius ini. Kedua jenis penyakit ini terdapat dalam literatur Pali. Penyakit no 1 ada di dalam Majjhima Nikāya. Penyakit no 2 ada di dalam Jātaka Aṭṭhakathā, Kacchapa Jātaka. Cerita ini juga terdapat dalam relief Candi Mendut. Coba lihat di relief paling bawah, tepatnya di sebelah kiri tangga kalau kita mau menaiki Candi. Dalam relief tersebut dilukiskan burung bangau membawa kura-kura dengan sebatang kayu tetapi kura-kura tersebut jatuh. 

70
Kesehatan / Apakah Nama Penyakit ini?
« on: 20 December 2010, 08:11:20 AM »
Teman-teman,
1. Ada orang yang mempersepsikan siang sebagai malam dan malam sebagai siang. Menderita penyakit apakah orang ini?
2. Ada orang yang sangat talkative. Bicaranya tidak dapat distop atau kalau sudah bicara tidak mau memberikan kesempatan sedikit pun kepada yang lain. Apa nama penyakit yang diderita orang ini?
Thanks atas bantuannya.

71
Quote
Hmm.. Forum ini forum bebas atau forum yang diskriminasi ?!

Ok, melihat kondisi saat ini sepertinya forum dhammacitta bukan lagi tempat yang tepat untuk berbagi informasi.

Terima kasih atas perhatiannya selama ini...

_/\_

*NB : Mengenai penggalangan dana, harap di sadari bahwa yang di kamboja, di indonesia dan dimana pun mereka juga manusia.
Dear all,
Saya ingin berkomentar, tetapi ini adalah komentar pribadi. Saya tidak bermaksud untuk menjadi juru bicaranya DC. Sekali lagi ini hanyalah pendapat pribadi dan kalau ada yang merasa kurang berkenan, just do not bother it.

Sdr. Ocean Heart, ketika teman-teman berkomentar dan bertanya, saya pikir mereka tidak bertujuan untuk mendiskriminasikan Si A atau Si B. Saya melihat komentar dan pertanyaan semacam itu wajar. Apa yang saya lihat, komentar dan pertanyaan mereka juga ada benarnya. Pertama, kalau alasannya umat Buddha di Kamboja mengalami kemiskinan, umat Buddha di Indonesia juga masih banyak yang mengalami kemiskinan. Masih banyak umat Buddha di Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Kedua, kalau alasannya adalah kemanusiaan, saya yakin masih banyak manusia di Makassar yang berada di bawah garis kemiskinan. Di tahun 2003, saya pernah tinggal selama tiga bulan lebih di Makassar. Masih banyak orang miskin yang bisa saya temui saat itu. Saya tidak tahu sekarang ini. Semoga saja, tentu ini adalah harapan saya, mereka yang saat itu miskin sekarang telah bangkit dari keterpurukan ekonomi. Akan tetapi, kalau alasannya adalah untuk menjaga hubungan bilateral antara umat Buddha Indonesia dan umat Buddha Kamboja, saya yakin akan memberikan kesan yang sedikit berbeda. Saya masih ingat, di tahun 2004 Indonesia dan Sri Lanka dihantam tsunami. Kedua negara sama-sama menderita. Mungkin Indonesia lebih parah. Namun, umat Buddha Indonesia saat itu juga memberikan bantuan kepada umat Buddha di Sri Lanka. Kalau tidak salah, umat Buddha Indonesia memberikan bantuan sebesar Rp. 500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah). Mengapa umat Buddha Indonesia memberikan bantuan sebesar itu, padahal rakyat Aceh juga membutuhkannya? Pertama, bantuan tersebut adalah untuk menjaga hubungan bilateral antara umat Buddha Indonesia dan umat Buddha Sri Lanka. Kedua, umat Buddha Indonesia dapat mencicipi keindahan Dhamma, ajaran Sang Buddha juga tidak lepas dari kiprah Bhante Narada dan delegasi dari Sri Lanka. Karena alasan tersebut, umat Buddha Indonesia memberikan bantuan kepada umat Buddha Sri Lanka.

Kalau ada dua atau tiga orang yang memberikan komentar dan pertanyaan atas posting kita di forum Dhammacitta, bukan berarti Dhammacitta sudah tidak kondusif untuk berbagi informasi. Belum tentu mereka merupakan juru bicara Dhammacitta. Karena itu, saya masih tetap optimis, Dhammacitta masih merupakan tempat yang kondusif untuk berbagi informasi, kecuali sebagian besar member DC dan juga pihak administrasi memberikan penolakan terhadap posting informasi tersebut.

Mari tetap bersemangat untuk berbagi informasi yang positif.
Salam dalam Dhamma.

72
DhammaCitta App / Re: Kamus P?li Indonesia
« on: 15 December 2010, 07:19:41 PM »
Saya lebih senang menggunakan Font Tahoma. Font ini ada hampir di semua komputer, tetapi saya tidak tahu apakah ada di HP. Font ini juga memuat diakritikal mark yang lengkap. Saya juga membuat Kamus digital, silakan lihat di http://dubd.co.cc. Untuk mendesainnya saya menggunaka VS2008, dengna menggunakan bahasa VB.NET. Bro pakai bahasa pemprograman apa?

73
Tolong ! / Re: Saya butuh informasi tentang agama Buddha di Indonesia
« on: 13 December 2010, 10:15:57 PM »
Artikelnya dalam bahasa Inggris. Akan diterbitkan di buku yang berjudul 2600 Buddha Jayanti. Itu juga baru Waisak tahun depan. Tetapi editor sudah minta akhir bulan ini.

74
Tolong ! / Re: Saya butuh informasi tentang agama Buddha di Indonesia
« on: 13 December 2010, 09:43:11 PM »
Terimakasih infonya Edward. Saya membutuhkannya karena harus membuat article tentang Buddhism di Indonesia

75
Tolong ! / Saya butuh informasi tentang agama Buddha di Indonesia
« on: 13 December 2010, 08:33:21 PM »
Teman-teman yang baik,
Saya membutuhkan informasi tentang agama Buddha di Indonesia.
1. Ada berapa sekte Buddhist yang resmi terdafter di Departement Agama?
2. Ada berapakah semua vihara yang ada di Indonesia (Kalau bisa memberikan rincian jumlah vihara persekte tentu lebih baik)?
3. Buku-buku kuno apa sajakah yang layak dikatakan sebagai bagian dari literatur Buddhis Indonesia?
4. Berapakah jumlah umat Buddha Indonesia saat ini?
5. Berapakah jumlah sekolah agama Buddha dan STAB di Indonesia?
6. Adakah yang bisa membantu saya mengambilkan foto tentang cerita-cerita Jātaka di Candi Mendut?

Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih atas bantuannya.

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 31