//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - dhammasiri

Pages: [1] 2 3 4
1
Selamat bertemu kembali.
Teman-teman, saat ini saya sedang memprogram kamus DUBD dengan bahasa pemprograman Java; saya sedang menghadapi kesulitan dan masih ada dua masalah lagi yang harus diselesaikan. Adakah teman-teman di sini yang bisa dengan bahasa pemprograman Java?

2
Diskusi Umum / Mengapa Asin Jinarakkhita Memelihata Jenggot?
« on: 18 April 2011, 07:43:12 PM »
Semasa hidupnya, Asin Jinarakkhita membiarkan jenggotnya tumbuh memanjang. Saya melihat hanya beliaulah yang berjenggot panjang sementara yang lain tidak memelihata jenggot. Sebenarnya, apakah alasan beliau untuk memelihara jenggot hingga sepanjang itu? Adakah teman-teman yang tahu?

3
Tolong ! / Mohon Bantuan Foto Vihara, Candi, Baksos. Urgent!!!
« on: 28 March 2011, 07:03:48 PM »
Teman-teman,
Saya baru saja pulang dari KBRI Colombo. KBRI Colombo diundang untuk mengikuti Eksibisi Buddhis untuk memperingati 2600 Buddha Jayanti yang akan diselengarakan di Colombo pada tanggal 18-22 Mei 2011. Bagi KBRI, ini adalah pengalaman pertama dalam mengikuti eksebisi Buddhis. Kami berencana untuk menampilkan:
1. Tiga video tentang Buddhism di Indonesia
2. Patung Buddha versi Borobudur,
3. Foto-foto vihara, candi dan aktivitas sosial agama Buddha. Foto akan dicetak untuk 2 ukuran. Candi Borobudur 3x5 meter (untuk background) sedangkan foto yang lain akan dicetak dengan ukuran 10R.
4. Buku yang menjelaskan tentang agama Buddha di Indonesia (termasuk Digha Nikaya terbitan DC, buku tentang Bhante Jinadhammo dan yang lainnya)

Karena kami mohon bantuan teman-teman dari semua sekte untuk bisa membantu kami mengirimkan foto vihara, candi dan kegiatan sosial. Mohon kirim fotonya ke alamat emai kami:
S. Dhammasiri (dhammasiris2009 [at] gmail.com)
Kustiani (kalis_sambikala [at] yahoo.com)
Mohon foto dikirim sebelum tanggal 20 April 2011.
Bantuan teman-teman akan sangat menentukan kesuksesan eksibisi ini.
Terimakasih.


4
Theravada / Bolehkan Bhikkhu Bertunangan?
« on: 04 February 2011, 03:04:35 PM »
Dalam tradisi Thailand, menjadi bhikkhu sementara adalah kebanggaan, bahkan lelaki yang belum pernah menjadi bhikkhu kurang layak dijadikan suami. Karena itu, banyak lelaki yang menjadi bhikkhu untuk sementara waktu sebelum mereka menikah. Ada yang mengatakan bahwa mereka akan menjadi bhikkhu sekitar sebulan sebelum pernikahan dan hal ini dilakukan setelah bertunangan. Ketika hari lepas jubah datang, sang tunangan datang untuk menjemput tunangannya yang sedang menjalani kehidupan monastik saat itu. Kepada teman-teman bhikkhu yang lain, sang bhikkhu berkata "Ini adalah tunangan saya." Pertanyaannya, bolehkan bhikkhu bertunangan atau memiliki pacar? Kalau tidak boleh, apakah dasar peraturannya? Kalau boleh, tidakkah hal itu melanggar azas kehidupan monastik yang berprinsip meninggalkan kehidupan keduniawian?
Mari didiskusikan.

5
Saya pernah membaca sebuah buku yang mengatakan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember tetapi pada tanggal 4 Februari (maaf kalau saya salah ingat). Tanggal 25 adalah hari lahirnya Dewa Matahari. Umat Kristiani dapat mengalihkan peringatan kelahiran Yesus dari tanggal 4 Februari ke tanggal 25 adalah karena alasan politik di masa silam. Suatu ketika agama kr****n termarginalisasi dan dalam posisi di ambang kehancuran. Raja kemudian memberikan ultimatum kepada kaum Kristiani, kalau mereka mau menerima tanggal 25 Desember sebagi hari Natal, agama Kristiani akan tetap dapat bertahan.

Bagaimanakah pendapat teman-teman? Benarkah ceritanya demikian?

6
Kafe Jongkok / Dari canakya sampai cendekia
« on: 23 December 2010, 04:17:28 PM »
TERSEBUTLAH dalam dunia ilmiah kebahasaan, Dr. J. Gonda menyusun sebuah buku berjudul Sanskrit in Indonesia (New Delhi, 1973). Isinya, catatan kata bahasa Sanskerta sebagaimana terdapat di Indonesia. Kata dan bahasa Sanskerta ini telah mempengaruhi dan memperkaya bahasa-bahasa di Indonesia sejak zaman Hindu. Salah satu kata yang menarik ialah canakya, yang dalam bahasa Melayu menjadi candakiya. Dalam perjalanan waktu, kata tersebut diucapkan cendekia, seperti yang kita kenal sekarang ini. Canakya adalah nama seorang menteri pada zaman pemerintahan Candra Gupta di India (abad ke-4) yang terkenal pintar dan bijak berkata-kata. Lalu canakya menjadi sebutan bagi orang yang cerdas atau pandai seperti Canakya. Tapi ada arti lain dari kata canakya itu menurut Gonda, yaitu backbiting (menjelekkan orang lain, memfitnah) atau, seperti di Minangkabau, people who are extraordinarily smart or tricky. Menurut Gonda lagi, mungkin itu dapat dihubungkan dengan kata bahasa Hindi chandi, yang berarti tricky dan deceitful (licik dan suka berbohong). Sampai di sini tak ada masalah tentang arti dari bahasa Hindi itu, mungkin karena buku Gonda tersebut tak dibaca awam secara luas. Yang hidup dalam bahasa Indonesia adalah arti yang baik saja, yaitu cerdas (smart). Jadi, orang Minangkabau tak ada yang merasa terhina. Tetapi kemudian memang pernah juga ada sedikit "salah semat" tentang pengertian cendekia itu, khususnya dalam arti licik dan bohong, di kalangan masyarakat Minang. Yaitu ketika Suwarsih Warnaen (profesor psikologi) mengatakan -- kalau tak salah, dalam kesimpulan penelitian sementaranya yang sebenarnya belum resmi diumumkan -- bahwa orang Minangkabau, selain aktif, dinamis, ulet, dan ekonomis, juga sinis dan licik. Sifat terakhir ini betul-betul seperti menyentuh "puncak bisul" masyarakat Minang. Timbul bermacam reaksi dari masyarakat Minang, baik di perantauan maupun di "tanah leluhur". Media massa menyiarkannya sebagai "konsumsi lezat" dengan memberikan tekanan pada unsur pro dan kontranya. Masyarakat Minang mengajak Suwarsih berdiskusi bertempat di sebuah rumah makan Padang yang besar di Jakarta. Tapi pertemuan itu tak berlangsung. Apakah Suwarsih membaca buku Gonda juga? Tak tahulah. Akhirnya, persoalan tersebut dikunci oleh Kopkamtib karena dianggap bisa menjurus ke arah perpecahan suku (SARA). Untunglah, tak ada yang membuat onar seperti peristiwa di Medan. Mungkin Meneer Gonda tersenyum-senyum saja mendengar ini semua (kalau beliau masih ada). Sekarang ada apa tentang kata cendekia ini yang sampai menimbulkan perdebatan pula di kalangan terbatas dalam sebagian ilmuwan di Fakultas Sastra UI? Dalam sebuah simposium belum lama ini, yang bertema "Bahasa dan Kecendekiaan" (perayaan 65 tahun Prof. Dr. Anton M. Moeliono), telah dipertanyakan pula, antara lain, kata cendekiawan. Ilmuwan belum tentu sama dengan cendekiawan. Begitu pula sebaliknya. Ada bedanya, kata Prof. Gorys Keraf, yang meninjaunya dari segi pemakaian bahasa. Cendekiawan yang bukan ilmuwan, bahasanya tertib sesuai dengan kaidah. Dalam tulisannya tercermin kecerdasan berpikir penulisnya. Memang banyak mereka yang bukan sarjana (dalam arti formal) tetapi punya kadar kecendekiaan dan integritas pribadi yang tinggi sehingga diakui sebagai cendekiawan. Toety Heraty mengatakan secara berkelakar, seorang cendekiawan hendaknya punya IQ tinggi. Kalau kurang, bisa ditutupi dengan banyak "diam". Seorang cendekiawan, katanya lagi, harus hati-hati berkata. Setiap kata dipikirkan dahulu masak-masak. Karena itu, bicaranya lambat dan tertahan-tahan. Kata Toety, bicara pelan-pelan itu "tanda" yang bersangkutan seorang cendekiawan. "Benarkah orang yang bicara terbata-bata atau tergagap-gagap itu cendekiawan?" tanya seseorang lebih lanjut. "Bisa disambung lagi diskusi nanti," kata Toety. Rupanya, ia merasa tak cukup waktu saat itu. Memang banyak yang belum jelas batasannya apa itu ilmuwan, intelektual, pakar, inteligensia, dan cendekiawan sendiri. Tetapi ada satu ciri penting yang belum tersoroti, yaitu bahwa seorang cendekiawan, di samping ia seorang berilmu dan beriman, ahli, dan pakar, hendaklah juga punya kepekaan sosial dan kepedulian terhadap lingkungan dengan segala masalahnya, hingga apa yang dilakukannya dipertimbangkannya betul lebih dahulu manfaatnya. Seseorang yang ahli dan pakar dalam penciptaan produk teknologi canggih seperti penciptaan senjata pemusnah manusia yang paling dahsyat jelas bukan seorang cendekiawan. Dia hanya seorang ilmuwan yang punya kepakaran yang tinggi. Sedangkan soal kecendekiaan selain disebutkan tadi adalah (yang terpenting) soal aktivitas nurani, sikap, kejujuran, kerendahhatian, keadilan, dan kebijaksanaan yang dapat mengendalikan semua pikiran dan perbuatannya. Cendekiawan adalah orang yang selalu berpikir dan berbuat untuk kemaslahatan umat manusia. Dan jika kriteria tersebut di atas dikenakan, berapa orangkah kiranya yang dapat disebut cendekiawan dalam simposium tersebut, yang di antara sekian banyak pesertanya terdapat sejumlah profesor dan doktor?

Sumber: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1994/06/04/KL/mbm.19940604.KL1838.id.html

7
Kesehatan / Apakah Nama Penyakit ini?
« on: 20 December 2010, 08:11:20 AM »
Teman-teman,
1. Ada orang yang mempersepsikan siang sebagai malam dan malam sebagai siang. Menderita penyakit apakah orang ini?
2. Ada orang yang sangat talkative. Bicaranya tidak dapat distop atau kalau sudah bicara tidak mau memberikan kesempatan sedikit pun kepada yang lain. Apa nama penyakit yang diderita orang ini?
Thanks atas bantuannya.

8
Tolong ! / Saya butuh informasi tentang agama Buddha di Indonesia
« on: 13 December 2010, 08:33:21 PM »
Teman-teman yang baik,
Saya membutuhkan informasi tentang agama Buddha di Indonesia.
1. Ada berapa sekte Buddhist yang resmi terdafter di Departement Agama?
2. Ada berapakah semua vihara yang ada di Indonesia (Kalau bisa memberikan rincian jumlah vihara persekte tentu lebih baik)?
3. Buku-buku kuno apa sajakah yang layak dikatakan sebagai bagian dari literatur Buddhis Indonesia?
4. Berapakah jumlah umat Buddha Indonesia saat ini?
5. Berapakah jumlah sekolah agama Buddha dan STAB di Indonesia?
6. Adakah yang bisa membantu saya mengambilkan foto tentang cerita-cerita Jātaka di Candi Mendut?

Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih atas bantuannya.

9
Kafe Jongkok / Hospital & Toilet Syndrome: Bagaimana Pendapat Anda?
« on: 07 September 2010, 08:04:11 PM »
Mengubah persepsi memang tidak mudah. Mengubah apa yang tidak layak menjadi layak, memang terasa sulit. Tetapi itulah yang tampaknya ingin dilakukan oleh beberapa orang pendiri restaurant berikut ini:

Hospital Restaurant





Mungkin idea untuk mendirikan Hospital Restaurant datang dari para pekerja Rumah Sakit. Mereka mungkin terbiasa makan di Rumah Sakit. Dia tidak ada masalah untuk memakan makanan dengan kondisi Rumah Sakit yang serba dipenuhi dengan berbagai macam orang sakit dan peralatannya. Akan tetapi, mungkin dia pernah melihat orang yang tidak bisa makan makanan di Rumah Sakit karena jijik. Ini sekedar perkiraan saya. Saya pun tidak tahu yang sebenarnya bagaimana sejarah berdirinya Hospital Restaurant.

Toilet Restaurant









Bagaiman pendapat Anda melihat Toilet Restaurant? Jujur saya sulit mengubah persepsi saya. Saya sulit makan makanan di toilet. Melihat gambar ini saja rasanya mau muntah. Saat berdiskusi, saya bercanda bahwa pendiri Hospital Restaurant terkena Hospital Syndrome; sedangkan yang mendirikan Toilet Restaurant terkena Toilet Syndrome. Ini adalah nama yang saya gagas sendiri. Saya tidak tahu nama yang sebenarnya. Namun, sebenarnya siapa yang terkena Hospital Syndrome dan Toilet Syndrome? Kita atau para pendiri restaurant tersebut? Mari kita diskusikan.

10
Diskusi Umum / Surga: Tidak lepas dari diskriminasi
« on: 05 July 2010, 11:09:07 AM »
Kalau kita membaca kitab suci, mungkin Tipitaka, Al-quran, Injil atau kitab suci yang lainnya, kita akan melihat bahwa mereka yang melakukan kebajikan akan terlahir di Surga. Di Surga kita akan mendapatkan istana yang terbuat dari emas, semua kemewahan tersedia. Bagi yang pria, ribuan bidadari akan siap mendampingi. Setidaknya, itulah gambaran yang diberikan oleh kitab suci. Akan tetapi, sangat sedikit bahkan selama ini saya sulit menemukan statement yang mengatakan bahwa kalau wanita bajik yang terlahir di surga akan ditemani oleh ribuan bidadara, karena lelaki ditemani oleh ribuan bidadari. Dengan fakta ini, jelas surga pun masih tidak lepas dari diskriminasi, namun kalau wanita bajik yang telahir di surga ditemani oleh ribuan bidadara, berapa lama wanita itu akan sanggup bertahan di surga? Sungguh terjadi dilemma, mau disetarakan secara etika manusia, wanita tidak akan sanggup bertahan tetapi kalau tidak disetarakan, surga pun tidak lepas dari diskriminasi.

Ini adalah pendapat saya, kalau saya adalah wanita, jelas saya tidak mau terlahir di surga. Lebih baik, saya segera merealisasi Nibbāna.
Bagaimana pendapat teman-teman? Ayo didiskusikan.

11
Tolong ! / Apakah Mungkin Menginstall Mac OS di Asus Laptop?
« on: 23 May 2010, 06:26:00 AM »
Teman-teman,
Saya sama sekali tidak mengerti OS selain Windoxs XP/7. Saya ingin menggunakan Linux tapi masih belum berani coba. Kalau Linux jelas bisa diinstall di Asus Laptop atau yang lainnya. Pertanyaan Saya, apakah mungkin atau bisakah saya menginstall MAC OS pad Asus Laptop? Kalau memang bisa saya ingin mencobanya.
Thanks.

12
Teman-teman,
Saya butuh bantuan. Sementara ini saya sedang bekerja untuk membuat hotkey atau shortcut untuk diacritical marks seperti ā, ī, ū dst. Kalau menggunakan button, saya sudah bisa. Tetapi kalau menggunakan cara ini secara langsung di textbox, saya selalu mendapatkan double karakter. Misalnya, saya membuat shortcut Shift + Alt + a = Ā. Akan tetapi hasil yang akan saya dapatkan adalah ĀĀ pada textbox. Mungkinkah ada teman-teman yang bisa membantu untuk menyelesaikan masalah ini? Berikut ini adalah sourcecodenya:
Code: [Select]
Private Sub txtfind_KeyDown(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.Windows.Forms.KeyEventArgs) Handles txtfind.KeyDown
If e.Alt Then
            If e.KeyCode = Keys.A Then
                txtfind.Text += "Ā"
            End If
End If
End Sub

Atau
Code: [Select]
Private Sub txtfind_KeyDown(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.Windows.Forms.KeyEventArgs) Handles txtfind.KeyDown
If e.Alt Then
            If e.KeyCode = Keys.A Then
                txtfind.Text += FontHelp.btn1a.Text
            End If
End If
End Sub
Thanks.

13
Teman-teman,
Umat buddha di masing negara akan mempunyai kreativitas mereka masing-masing. Kreativitas tersebut diimplementasikan karena dengan alasan untuk survival, menarik orang-orang yang belum memeluk agama Buddha, mungkin alasan politik dan sudah barang tentu masih ada alasan lainnya.
Berikut ini ada beberapa ide budaya, karya asli umat Buddha Indonesia. Mungkin saja kreativitas semacam ini tidak akan ditemukan di negara lain.
1. Sang Hyang Adhi Buddha atau Nibbāna dianggap sebagai Tuhan
2. Detik-detik waisak
3. Pandita
4. Pemberian Nama Buddhist
5. Pengambilan api alam untuk perayaan waisak
6. Pengambilan air alami untuk perayaan waisak
7. Menjalankan atthasīla selama sebulan menjelang Waisak
8. Anjangsana untuk merayakan Waisak.
Itulah yang mungkin dapat dikatakan sebagai hasil karya umat Buddha Indonesia. Kalau memang saya salah, karena apa yang saya sebutkan diadopsi dari negara lain, mohon koreksinya. Saya juga sangat berharap agar teman-teman bisa memberikan kontribusi untuk menyebutkan apa saja yang dapat dikatakan sebagai karya asli Umat Buddha Indonesia.
Thanks.

14
Barusan, saya tadi singgah sejenak di thread sebelah yang isinya tentang jomblo. Salah satu pandangan yang ada adalah bahwa orang-orang yang masih jomblo sering kali dicap negatif: Tidak laku, perawan kawak, dst. Mungkin pandangan semacam ini dipengaruhi oleh budaya di suatu daerah. Mungkin di daerah itu, telah menjadi budaya bahwa setiap lelaki atau perempuan harus menikah. Mereka harus menjadi istri atau suami orang lain.
Di Sri Lanka, kendati negara ini telah dipengaruhi oleh agama Buddha dengan kuat, tetap saja memiliki pandangan yang sama. Pada umumnya mereka juga berpandangan bahwa perumah tangga harus menikah. Mereka harus memiliki suami atau istri. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang menjalani kehidupan selibat meskipun mereka tetap menjalani kehidupan rumah tangga. Caranya bermacam-macam. Ada yang tetap berumah tangga tetapi tidak mau menikah. Mereka tetap menjadi single hingga akhir hidupnya. Ada juga demi menghindari pemikiran buruk masyarakat, orang-orang yang sepaham, dalam arti ingin menjalani kehidupan selibat, tetapi tetap berumah tangga, menikah. Secara hukum, mereka adalah syah menjadi suami istri. Setelah menikah, mereka akan hidup serumah. Mereka akan saling membantu dan mengerjakan tugas mereka sebagai suami istri. Meski serumah, mereka sepakat untuk tidak mengadakan kontak fisik, tidak ada hubungan badan, tidak ada hubungan seksual. Salah satu tetangga mama angkat saya, ada yang begitu. Suami dan istri selalu rajin dalam praktik. Mereka rajin mengikuti retreat. Mereka hidup rukun dan tidak ada perselisihan di antara mereka. Saya juga pernah dipernalkan kepada seorang psikiater ka****k. Dia menikah dengan seorang Buddhist karena mereka memiliki ide yang sama: Merealisasi Nibbana. Mereka hidup serumah. Namun saat liburan, mereka menghabiskan waktu mereka untuk melakukan retreat di daerah terpencil. Tempat itu sengaja mereka bangun untuk praktik. Ibu angkat saya, juga sudah lebih dari lima tahun ini menjalani kehidupan selibat. Ibu tetap tidur satu ranjang dengan suaminya tetapi mereka sudah tidak lagi melakukan hubungan seksual.
Sudah barang tentu masih banyak orang yang menjalani kehidupan semacam itu di Sri Lanka. Semoga saja contoh-contoh semacam itu dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat kita.
Thanks.

15
Diskusi Umum / Perasaan: Itukah Yang Kita Cari?
« on: 02 May 2010, 10:05:01 AM »
Saya melihat bahwa apa yang kita cari dalam hidup ini adalah perasaan: Perasaan senang, perasaan aman, perasaan dihormati, perasaan terpuaskan dst. Bahkan merealisasi Nibbāna sekali pun, tidak lepas dari perasaan: Perasaan bebas. Bagaimana menurut teman-teman? Apakah teman-teman juga merasa bahwa yang kita cari dalam hidup ini adalah perasaan?

Pages: [1] 2 3 4
anything