Teman-teman sekalian, saya setuju dengan bro Lex Chan, bahwa merokok sama seperti menyirih, walaupun saya tidak tahu sejauh mana rasa ketagihan menyirih. Kalau rasa ketagihan merokok pernah saya rasakan.
Bhikkhu-bhikkhu kita didikan Thailand tahun 70-80 an ada juga yang merokok. Pada waktu mereka merokok kampanye antirokok belum dilakukan, sehingga pada waktu itu dianggap tak ada masalah, tetapi masyarakat kita sebenarnya kurang setuju Bhikkhu merokok.
Tahun 90-an keatas Setelah STI mulai menahbiskan Bhikkhu-Bhikkhu, nampaknya tidak merokok merupakan syarat tak tertulis. Oleh karena itu di STI tak nampak Bhikkhu merokok.
Lantas sejauh manakah kaitan antara pencapaian dan rokok...?
Secara pribadi saya beranggapan bahwa seseorang bisa mencapai kesucian dan masih merokok, tetapi pencapaian tersebut saya rasa hanya sebatas Sakadagami.
Hal ini masih dimungkinkan karena Sakadagami masih memiliki kamachanda (kesenangan duniawi) dan byapada (kehendak buruk).
Lantas apakah seorang Arahat masih ketagihan rokok? Saya rasa Arahat tak lagi ketagihan rokok.
Apakah Arahat masih mungkin merokok? Menurut pendapat saya rasanya amat kecil kemungkinannya.
Karena akar kamachanda telah lenyap pada pencapaian Anagami.