ada lima landasan pembebasan bagi kita semua :
1. belajar
2. mengajar
3. mengulang
4. menyelidiki
5. berkonsentrasi
ada orang belajar dengan niat buruk. karena niatnya yang buruk, maka batinnya menjadi sempit. karena batinnya menjadi sempit, maka konsentrasinya sulit untuk tercapai. karena konsentrasi sulit tercapai, maka kebenaran sulit dilihat. walaupun ribuan kata-kata diberikan kepadanya, tetapi dia tidak dpat melihat artinya. inilah orang yang sibuk dengan belajar.
ada orang yang belajar dengan niat baik, kemudian dia menjadi gembira. karena gembira, tercapailah konsentrasi dengan mudah. karena konsentrasi tercapai dengan mudah, maka kebenaran mudah dilihat. walaupun hanya sedikit kata-kata yang diberikan kepadanya, tapi dia melihat artinya secara langsung. inilah orang yang hidup dekat dengan dhamma.
ada orang yang mengajar. dalam mengajar ada kelezatan. kemudian yang mengajar menjadi melekat pada mengajar. dengan cara demikian, batinnya terhambat untuk mencapai konsentrasi. karena konsentrasi terhambat, maka kebenaran sulit dilihat. walaupun dia mengajar banyak hal penuh teori, tapi dia sendiri tidak dpat melihat artinya di dalam dhamma. inilah orang yang sibuk dengan mengajar.
ada orang yang mengajar dengan penuh cinta kasih, tanpa sedikitpun kebencian dan kemelatakan. mengajarnya adalah metta bhavana. karena terlatih mettanya, mudah tenang pikirannya. karena mudah tenang pikiranya, maka mudah tercapai konsentrasinya. karena mudah konsentrasinya, maka kebenaran mudah dilihatnya. referensi ajarannya adalah dari objek-objek yang dia lihat secara langsung. inilah orang yang hidup dekat dengan dhamma.
ada orang yang mengulang...
ada orang yang menyelidiki
dan ada orang yang memaksa pikiran dalam ketenangan, sehingga tercapailah konsentrasinya. orang yang berkonsentrasi dapat melihat kebenaran sebagaimana adanya. inilah orang yang hidup dekat dengan dhamma.
dalam mencari kebenaran, kita berpikir, bertanya dan berdiskusi. dengan pikiran kita mencoba menemukan kebenaran, sedangkan kebenaran ada di sana, di luar tapal batas pikiran. jadi, bagaimana dpat pikiran yang berpikir ini dapat menemukan kebenaran?
tidak ada seorangpun dapat melepaskan diri dari proses samsara. semua orang melewati proses ini. tapi pemikiran orang-orang bijak adalah menuju kepada meredanya. semua ornag merasa perlu memaham metoda yang benar dri sebuah meditasi. tpi ini adalah soal kejernihan pikiran. bagaimana pikiran dengan jernih memahami segala sesuatunya. dan bagaimana bisa jernih pikiran ini, bila diri yang belajar, diri yang berdiskusi selau melekat pada "aku". maka diskusi hanya menjdi jalan yang semakin mengacaukan pemikirannya saja.
selama ratusan tahun, atau mungkin ribuan tahun orang mati dan terlahir kembali dengan alasan untuk mencari kebenaran dengan pikirannya. sampai dia menjadi jemu dan lelah. setelah sekian ribu tahun, tak jua pikiran ini menemukan kebenaran yang dicarinya. akhirnya dia berhenti tubuh dan pikirannya dari mencari dan terus mencari. dalam diamnya itulah, kemudian kebenaran ditemukan.
ketika bermeditasi, menarik dan mengeluarkan nafas, tanpa sebarang pikiran menyertainya, tanpa konsep-konsep mengirinya, di sanalah ada kebenaran tanpa pertentangan, kebenaran tanpa perselisihan. inilah orang yang hidup dekat dengan dhamma. gurunya adalah dhamma. sahabatnya adalah dhamma. teman diskusinya adalah dhamma. kemudian dia akan turun ke forum diskusi ini untuk berbagi kasih sebagai salah satu jalan menuju nibbana.