Saya sudah terangkan bahwa bukan itu maksud saya dengan postingan awal, anda menuduh saya menambahkan term and condition yang mana...?
Anda tidak menjawab pertanyaan saya kemarin: "Apakah dalam ajaran Tipitaka pali membenarkan/menyetujui pembunuhan terhadap ayah dan ibu?"
Jawablah jangan menghindar bagai belut. Saya harapkan kejujuran anda dalam berdiskusi.
Memang bro Indra memulai, tapi ia telah berhenti setelah saya terangkan mengenai tujuan mengadakan sayembara ini, saya anggap selesai. Tapi anda meneruskan sindiran anda, dan saya ingin klarifikasi bahwa saya bukan belut seperti yang anda tuduhkan.
Mengenai Samanera, memang saya beda memperlakukan Samanera dan umat awam. Saya belum menganggap Samanera keterlaluan.
"Membunuh ayah-ibu dsb, brahmana terbebaskan."
Apakah ada pernyataan dalam tipitaka yang menyetujui pembunuhan?
ADA
Apakah pernyataan tersebut secara konteks dan bermakna lugas, menyetujui pembunuhan?
TIDAK, karena itu bermakna konotatif di mana ayah-ibu dan objek terbunuh adalah sebuah
metafora dari hal lain.
"Ketika semua belenggu ditinggalkan, maka seorang brahmana bebas dari cengkeraman Mara"
Apakah ada pernyataan bahwa mara bisa mencengkeram orang?
ADA
Apakah benar dalam makna sebenarnya Mara bisa mondar-mandir mencari mangsa dan mencengkeram orang?
TIDAK, karena Mara di sini adalah
personifikasi dari kematian yang mana sebelum meninggalkan noda bathin sepenuhnya, seseorang akan terus mengalami kelahiran, sakit, tua, dan kematian.
"Bro fabian tidak mengerti denotatif dan konotatif? Bro fabian fasih yah ilmu bahasanya."
Apakah ada pernyataan dalam posting kainyn yang memuji fabian dalam hal bahasa?
ADA.
Apakah ada secara konteks dan makna sebenarnya, postingan Kainyn yang memuji fabian dalam hal bahasa?
Tidak ada, sebab pernyataan itu adalah satu gaya bahasa
sarkasme.
---
Apa yang saya katakan sebagai penambahan 'term & condition' adalah bahwa di awal hanya disebutkan pernyataan, tetapi ternyata malah bahas komentar dari syair
yang tidak ada di tipitaka, lalu interpretasi niat (menyakiti waktu mengeluarkan batu di tenggorokan) dan lain-lain.
Kalau masih tidak terima juga, terserah bro fabian saja. Biarkan pembaca yang menilainya sendiri. Nanti kalau suatu saat kalau saya sudah mengenakan jubah, baru kita lanjutkan lagi supaya objektif, bebas bias tanpa kambing hitam.
Betul, itu sinisme/sardonikisme.