//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka  (Read 76885 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #255 on: 15 April 2011, 07:05:53 PM »
Sebetulnya mudah dilihat mana yang belut bro.... Sekarang saya tanya kepada anda:

Apakah Sang Buddha membenarkan seseorang membunuh ayah dan/atau ibunya...?
Sesuai dengan argumen anda berikut ini...?

"Mātaraṃ pitaraṃ hantvā, rājāno dve ca khattiye;
Raṭṭhaṃ sānucaraṃ hantvā, anīgho yāti brāhmaṇo
.
Membunuh ayah dan ibu, dua raja khattiya;
Menghancurkan kerajaan beserta penduduknya, Brahmana sejati berjalan tak tergoyahkan

Mātaraṃ pitaraṃ hantvā, rājāno dve ca sotthiye;
Veyagghapañcamaṃ hantvā, anīgho yāti brāhmaṇo
.
Membunuh ayah dan ibu, dua raja makmur;
Membunuh harimau, Brahmana sejati berjalan tak tergoyahkan"

Saya ulangi pertanyaan saya, apakah Sang Buddha membenarkan untuk membunuh ayah dan/atau ibu...?
Apakah ini bisa dijadikan dasar pembenaran anda...?
Bro fabian, di situ saya tidak pakai jurus belut, tapi menggunakan kelemahan term & condition. Diminta hanya pernyataan saja, tapi tidak menyebutkan apakah pernyataan itu bermakna denotatif (sebenarnya) ataukah konotatif (bukan sebenarnya).

Dalam syair itu, MEMANG BENAR Buddha menganjurkan pembunuhan ayah-ibu, dsb. Hanya saja, ayah-ibu dan lainnya itu BUKAN makna denotasi, melainkan metafora dari hal-hal yang harus ditinggalkan oleh para siswa.

Saya pamit, maaf kalau ada menyinggung. Kalau tidak puas, silahkan buka spoiler :D

Spoiler: ShowHide
"Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini belut - baiklah, bila aku pikir, ini belut, aku akan menjawab ini belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.

Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini bukan belut - baiklah, bila aku pikir bukan belut, aku akan menjawab bukan belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.

Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini belut dan bukan belut - baiklah, bila aku pikir belut dan bukan belut, aku akan menjawab ini belut dan bukan belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.

Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini bukan belut dan bukan non-belut - baiklah, bila aku pikir bukan belut dan bukan non-belut, aku akan menjawab bukan belut dan bukan non-belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya."

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #256 on: 15 April 2011, 08:10:17 PM »
Bro fabian, di situ saya tidak pakai jurus belut, tapi menggunakan kelemahan term & condition. Diminta hanya pernyataan saja, tapi tidak menyebutkan apakah pernyataan itu bermakna denotatif (sebenarnya) ataukah konotatif (bukan sebenarnya).

Dalam syair itu, MEMANG BENAR Buddha menganjurkan pembunuhan ayah-ibu, dsb. Hanya saja, ayah-ibu dan lainnya itu BUKAN makna denotasi, melainkan metafora dari hal-hal yang harus ditinggalkan oleh para siswa.

Saya pamit, maaf kalau ada menyinggung. Kalau tidak puas, silahkan buka spoiler :D

Spoiler: ShowHide
"Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini belut - baiklah, bila aku pikir, ini belut, aku akan menjawab ini belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.

Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini bukan belut - baiklah, bila aku pikir bukan belut, aku akan menjawab bukan belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.

Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini belut dan bukan belut - baiklah, bila aku pikir belut dan bukan belut, aku akan menjawab ini belut dan bukan belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.

Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini bukan belut dan bukan non-belut - baiklah, bila aku pikir bukan belut dan bukan non-belut, aku akan menjawab bukan belut dan bukan non-belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya."


Sayang sekali bro.... Saya baru akan membuktikan bahwa anda belut menuduh belut....  Anda berusaha menjebak saya dengan mencari kelemahan postingan di awal thread , bukan dengan semangat mempromosikan kebaikan dan menyebarkan mental attitude anti kekerasan. Dengan berbagai argumen belut, anda berusaha agar saya menerima sesuai postingan anda, dan ketika saya juga mengungkapkan harapan dan keinginan saya sesuai postingan awal thread anda jadi kecewa dan menuduh saya belut.

Lain kali renungkan dulu sebelum menuduh negatif orang lain.
Marilah berdiskusi tanpa prasangka, mendiskusikan kebenaran dan kebaikan bukan mencari menang-menangan...
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #257 on: 15 April 2011, 11:06:56 PM »
Capek nih memikirkan belut-belut, saya jawab serius saja.
Memotong bagian tubuh adalah memotong bagian tubuh saja, belum bisa disebut melukai ataupun bedah. Ini kata yang netral. Ketika disebutkan bagian tubuhnya, objeknya (apakah mayat/manusia) tujuannya, caranya, maka baru bisa ditentukan istilah yang sesuai. Jika pemotongan itu bertujuan untuk menimbulkan rasa sakit, membuat cedera, maka bisa disebut melukai. Jika bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dengan prosedur yang benar, maka disebut bedah.

Juga menghindari kejadian yang tidak diinginkan, saya tidak lanjutkan lagi.

Sip......, lagian emang udah meragi jauh, dan licin............ ;D

Awalnya ane cuman mau mengoreksi bahwa yang jadi syarat dari TS adalah "melukai" bukan "menyakiti. (bold biru dibawah).

Tidak bisa, itu merknya 'operasi' bukan melukai kepala orang. Lagipula, bukan Buddha yang melakukan atau membimbing operasi tersebut, tapi Jivaka. Jadi itu bukan ajaran Buddha.

[belut mode]Apakah dibilang pakai anesthesia atau tidak? Karena kalau pakai, berarti tidak termasuk menyakiti.[/belut mode]

[at]  Bro Kaynin, ketentuan dari 1st post bukan menyakiti, tetapi melukai (lihat quote dibawah), kalo cuma menyakiti kisah raja naga yg dipecundangi Bhante Mogallana udah termasuk.


Teman-teman sekalian, saya ada usul bagaimana bila DC mengadakan sayembara yang terbuka untuk umum, terbuka untuk seluruh masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia.

Isi sayembaranya adalah sebagai berikut:

"Barang siapa yang bisa menemukan pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain atau membunuh mahluk lain secara fisik" akan diberi hadiah.

Saya bersedia menyumbang Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) bagi mereka yang berhasil menemukan pernyataan yang membenarkan hal itu dalam Tipitaka.

Bila ada teman-teman yang ingin urunan menambah besarnya hadiah, silahkan.... Bagaimana....?
« Last Edit: 15 April 2011, 11:08:49 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #258 on: 16 April 2011, 08:45:43 AM »
Sayang sekali bro.... Saya baru akan membuktikan bahwa anda belut menuduh belut....  Anda berusaha menjebak saya dengan mencari kelemahan postingan di awal thread , bukan dengan semangat mempromosikan kebaikan dan menyebarkan mental attitude anti kekerasan. Dengan berbagai argumen belut, anda berusaha agar saya menerima sesuai postingan anda, dan ketika saya juga mengungkapkan harapan dan keinginan saya sesuai postingan awal thread anda jadi kecewa dan menuduh saya belut.

Lain kali renungkan dulu sebelum menuduh negatif orang lain.
Marilah berdiskusi tanpa prasangka, mendiskusikan kebenaran dan kebaikan bukan mencari menang-menangan...

Oh, masih dendam dan mau dibahas? Boleh.
Di awal saya memang tidak pakai jurus belut, tidak pakai jurus tafsir ini-itu. Sudah saya bilang saya hanya menggunakan kelemahan bahasa (denotatif/konotatif). Yang pertama kali menggunakan istilah belut juga bukan saya, tapi bro Indra. Walaupun berbeda dengan 'belut' Sanjaya Belatthaputta, tapi saya tahu maksudnya kalau pakai tafsir dan penambahan syarat terus, maka tidak ada yang bisa memenangkan sayembara, seperti belut yang menghindar terus dengan licin.

Lalu yang pertama kali klaim hadiah bukan saya, dan bukan hanya saya pula yang klaim hadiah (ada sedikitnya 3 orang lain selain saya). Mengapa hanya saya yang 'diserang' dengan 'mental hadiah'? Apakah karena saya tidak berjubah dan bro fabian tidak berani mengatakan hal itu kepada para Samanera? Juga bukankah sudah saya post bahwa jika saya dapat hadiah itu, saya sumbangkan 100% ke Peduli Kasih? Saya tidak cari menang-menangan, entahlah kalau bro fabian yang kecewa dengan raibnya 20jt dari bro Indra dan saya.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #259 on: 16 April 2011, 11:13:52 AM »
Oh, masih dendam dan mau dibahas? Boleh.
Di awal saya memang tidak pakai jurus belut, tidak pakai jurus tafsir ini-itu. Sudah saya bilang saya hanya menggunakan kelemahan bahasa (denotatif/konotatif). Yang pertama kali menggunakan istilah belut juga bukan saya, tapi bro Indra. Walaupun berbeda dengan 'belut' Sanjaya Belatthaputta, tapi saya tahu maksudnya kalau pakai tafsir dan penambahan syarat terus, maka tidak ada yang bisa memenangkan sayembara, seperti belut yang menghindar terus dengan licin.

Lalu yang pertama kali klaim hadiah bukan saya, dan bukan hanya saya pula yang klaim hadiah (ada sedikitnya 3 orang lain selain saya). Mengapa hanya saya yang 'diserang' dengan 'mental hadiah'? Apakah karena saya tidak berjubah dan bro fabian tidak berani mengatakan hal itu kepada para Samanera? Juga bukankah sudah saya post bahwa jika saya dapat hadiah itu, saya sumbangkan 100% ke Peduli Kasih? Saya tidak cari menang-menangan, entahlah kalau bro fabian yang kecewa dengan raibnya 20jt dari bro Indra dan saya.


Saya sudah terangkan bahwa bukan itu maksud saya dengan postingan awal, anda menuduh saya menambahkan term and condition yang mana...?

Anda tidak menjawab pertanyaan saya kemarin: "Apakah dalam ajaran Tipitaka pali membenarkan/menyetujui pembunuhan terhadap ayah dan ibu?"

Jawablah jangan menghindar bagai belut. Saya harapkan kejujuran anda dalam berdiskusi.

Memang bro Indra memulai, tapi ia telah berhenti setelah saya terangkan mengenai tujuan mengadakan sayembara ini, saya anggap selesai. Tapi anda meneruskan sindiran anda, dan saya ingin klarifikasi bahwa saya bukan belut seperti yang anda tuduhkan.

Mengenai Samanera, memang saya beda memperlakukan Samanera dan umat awam. Saya belum menganggap Samanera keterlaluan.
« Last Edit: 16 April 2011, 11:18:34 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #260 on: 16 April 2011, 12:10:44 PM »
Saya sudah terangkan bahwa bukan itu maksud saya dengan postingan awal, anda menuduh saya menambahkan term and condition yang mana...?

Anda tidak menjawab pertanyaan saya kemarin: "Apakah dalam ajaran Tipitaka pali membenarkan/menyetujui pembunuhan terhadap ayah dan ibu?"

Jawablah jangan menghindar bagai belut. Saya harapkan kejujuran anda dalam berdiskusi.

Memang bro Indra memulai, tapi ia telah berhenti setelah saya terangkan mengenai tujuan mengadakan sayembara ini, saya anggap selesai. Tapi anda meneruskan sindiran anda, dan saya ingin klarifikasi bahwa saya bukan belut seperti yang anda tuduhkan.

Mengenai Samanera, memang saya beda memperlakukan Samanera dan umat awam. Saya belum menganggap Samanera keterlaluan.
"Membunuh ayah-ibu dsb, brahmana terbebaskan."
Apakah ada pernyataan dalam tipitaka yang menyetujui pembunuhan?
ADA

Apakah pernyataan tersebut secara konteks dan bermakna lugas, menyetujui pembunuhan?
TIDAK, karena itu bermakna konotatif di mana ayah-ibu dan objek terbunuh adalah sebuah metafora dari hal lain.


"Ketika semua belenggu ditinggalkan, maka seorang brahmana bebas dari cengkeraman Mara"
Apakah ada pernyataan bahwa mara bisa mencengkeram orang?
ADA

Apakah benar dalam makna sebenarnya Mara bisa mondar-mandir mencari mangsa dan mencengkeram orang?
TIDAK, karena Mara di sini adalah personifikasi dari kematian yang mana sebelum meninggalkan noda bathin sepenuhnya, seseorang akan terus mengalami kelahiran, sakit, tua, dan kematian.


"Bro fabian tidak mengerti denotatif dan konotatif? Bro fabian fasih yah ilmu bahasanya."
Apakah ada pernyataan dalam posting kainyn yang memuji fabian dalam hal bahasa?
ADA.

Apakah ada secara konteks dan makna sebenarnya, postingan Kainyn yang memuji fabian dalam hal bahasa?
Tidak ada, sebab pernyataan itu adalah satu gaya bahasa sarkasme.

---

Apa yang saya katakan sebagai penambahan 'term & condition' adalah bahwa di awal hanya disebutkan pernyataan, tetapi ternyata malah bahas komentar dari syair yang tidak ada di tipitaka, lalu interpretasi niat (menyakiti waktu mengeluarkan batu di tenggorokan) dan lain-lain.

Kalau masih tidak terima juga, terserah bro fabian saja. Biarkan pembaca yang menilainya sendiri. Nanti kalau suatu saat kalau saya sudah mengenakan jubah, baru kita lanjutkan lagi supaya objektif, bebas bias tanpa kambing hitam.

Spoiler: ShowHide
Betul, itu sinisme/sardonikisme.


Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #261 on: 16 April 2011, 01:29:19 PM »
"Membunuh ayah-ibu dsb, brahmana terbebaskan."
Apakah ada pernyataan dalam tipitaka yang menyetujui pembunuhan?
ADA

Apakah pernyataan tersebut secara konteks dan bermakna lugas, menyetujui pembunuhan?
TIDAK, karena itu bermakna konotatif di mana ayah-ibu dan objek terbunuh adalah sebuah metafora dari hal lain.

"Ketika semua belenggu ditinggalkan, maka seorang brahmana bebas dari cengkeraman Mara"
Apakah ada pernyataan bahwa mara bisa mencengkeram orang?
ADA

Apakah benar dalam makna sebenarnya Mara bisa mondar-mandir mencari mangsa dan mencengkeram orang?
TIDAK, karena Mara di sini adalah personifikasi dari kematian yang mana sebelum meninggalkan noda bathin sepenuhnya, seseorang akan terus mengalami kelahiran, sakit, tua, dan kematian.


"Bro fabian tidak mengerti denotatif dan konotatif? Bro fabian fasih yah ilmu bahasanya."
Apakah ada pernyataan dalam posting kainyn yang memuji fabian dalam hal bahasa?
ADA.

Apakah ada secara konteks dan makna sebenarnya, postingan Kainyn yang memuji fabian dalam hal bahasa?
Tidak ada, sebab pernyataan itu adalah satu gaya bahasa sarkasme.
---

Itulah sebabnya saya katakan anda yang bagai belut. Saya tahu, anda tahu, semua teman juga tahu bahwa Tipitaka tidak membenarkan/menyetujui membunuh ayah dan ibu. Tetapi anda dengan akal belut anda berusaha agar saya menerima pernyataan yang anda posting bahwa itu sesuai dengan postingan saya.

Memaksakan saya menerima sutta itu dengan berbagai alasan belut adalah, bagai belut teriak belut.

Ketika kemudian saya muat seluruh isi thread awal, yang menjelaskan dengan benar apa tujuan thread, anda menjadi kecewa, dan masih terus menyindir saya belut. Padahal penolakan satu kali dan keterangan saya cukup. Bahwa itu memang tidak sesuai dengan Tipitaka.

Karena argumen apapun yang anda kemukakan mengenai syair tersebut dimengerti hanya sebagai argumen belut untuk menjebak dengan paksa.

Quote
Apa yang saya katakan sebagai penambahan 'term & condition' adalah bahwa di awal hanya disebutkan pernyataan, tetapi ternyata malah bahas komentar dari syair yang tidak ada di tipitaka, lalu interpretasi niat (menyakiti waktu mengeluarkan batu di tenggorokan) dan lain-lain.

Saya menghindar dengan cara yang halus karena memang dari awal saya mengusulkan, bila memang DC menerima apa yang saya usulkan maka saya bersedia menanggung hadiah sebesar itu, bagi saya awalnya saya hanya menanggapi dan tak langsung bilang bahwa itu hanya usul, sayembaranya belum dimulai, karena saya ingin meng- encourage teman-teman untuk mengemukakan pendapatnya mengenai usul itu, itulah sebabnya saya hanya menanggapi dengan hahahehe....

Berkali-kali saya menghimbau teman-teman untuk membaca awal thread dengan teliti dan seksama untuk mengingatkan secara halus bahwa itu cuma usul, ternyata tak satu orangpun yang menyimak kata-kata usul tersebut dan menanggapi seolah-olah saya mengadakan sayembara.

Sebelum terlalu jauh salah paham maka saya langsung berusaha menyadarkan teman-teman bahwa itu baru usul. Siapa kira anda nampaknya kurang terima dan terus menyindir saya belut.

Quote
Kalau masih tidak terima juga, terserah bro fabian saja. Biarkan pembaca yang menilainya sendiri. Nanti kalau suatu saat kalau saya sudah mengenakan jubah, baru kita lanjutkan lagi supaya objektif, bebas bias tanpa kambing hitam.

Spoiler: ShowHide
Betul, itu sinisme/sardonikisme.


Saya rasa sudah cukup bagi saya sekarang. Saya kira pembaca akan dapat menilai siapa "belut" yang berusaha memaksa orang menerima pendapatnya dengan kelicinan argumen belut.
« Last Edit: 16 April 2011, 01:33:27 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #262 on: 16 April 2011, 01:36:21 PM »
Itulah sebabnya saya katakan anda yang bagai belut. Saya tahu, anda tahu, semua teman juga tahu bahwa Tipitaka tidak membenarkan/menyetujui membunuh ayah dan ibu. Tetapi anda dengan akal belut anda berusaha agar saya menerima pernyataan yang anda posting bahwa itu sesuai dengan postingan saya.

Memaksakan saya menerima sutta itu dengan berbagai alasan belut adalah, bagai belut teriak belut.

Ketika kemudian saya muat seluruh isi thread awal, yang menjelaskan dengan benar apa tujuan thread, anda menjadi kecewa, dan masih terus menyindir saya belut. Padahal penolakan satu kali dan keterangan saya cukup. Bahwa itu memang tidak sesuai dengan Tipitaka.

Karena argumen apapun yang anda kemukakan mengenai syair tersebut dimengerti hanya sebagai argumen belut untuk menjebak dengan paksa.

Saya menghindar dengan cara yang halus karena memang dari awal saya mengusulkan, bila memang DC menerima apa yang saya usulkan maka saya bersedia menanggung hadiah sebesar itu, bagi saya awalnya saya hanya menanggapi dan tak langsung bilang bahwa itu hanya usul, sayembaranya belum dimulai, karena saya ingin meng- encourage teman-teman untuk mengemukakan pendapatnya mengenai usul itu, itulah sebabnya saya hanya menanggapi dengan hahahehe....

Berkali-kali saya menghimbau teman-teman untuk membaca awal thread dengan teliti dan seksama untuk mengingatkan secara halus bahwa itu cuma usul, ternyata tak satu orangpun yang menyimak kata-kata usul tersebut dan menanggapi seolah-olah saya mengadakan sayembara.

Sebelum terlalu jauh salah paham maka saya langsung berusaha menyadarkan teman-teman bahwa itu baru usul. Siapa kira anda nampaknya kurang terima dan terus menyindir saya belut.

Saya rasa sudah cukup bagi saya sekarang. Saya kira pembaca akan dapat menilai siapa "belut" yang berusaha memaksa orang menerima pendapatnya dengan kelicinan argumen belut.

OK deh, bro fabian mah memang paling hebat & konsisten, tidak pernah salah, argumennya lurus langsung mengena pada sasaran, maka tidak pernah ada yang mengeluh dengan postingnya.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #263 on: 16 April 2011, 01:54:11 PM »
OK deh, bro fabian mah memang paling hebat & konsisten, tidak pernah salah, argumennya lurus langsung mengena pada sasaran, maka tidak pernah ada yang mengeluh dengan postingnya.

Saya kadang salah, ada orang yang tidak suka dengan postingan saya, gaya saya menulis, pendapat saya, persistensi saya, walau kadang saya melenceng, kadang saya nge"junk", kadang saya mengemukakan pendapat saya sendiri, kadang sarkastis, kadang bahkan menyindir Bhikkhu, tapi yang pasti saya akan berusaha selalu menulis dengan tetap berlandaskan Dhamma/kebenaran. Sejauh apapun saya melangkah, saya akan berusaha mengingat untuk kembali pada Dhamma. My guiding light.

Saya akan tetap menghargai tulisan yang berlandaskan Dhamma/kebenaran.

Jadi kita tutup sampai disini ya...?
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #264 on: 16 April 2011, 06:18:57 PM »
Oaaaaaaaaaaalaaaaaaahhhhhhhhhhh kok belum selesai nih. Sabar, sabar, sabar... orang sabar disayang Tuhan.. ;D Dan maafkan kami para samanera juga yang kelihatan serius dalam menanggapi an usuled sayembara. Padahal, saya pribadi (saya yakin juga dengan Sam Dhammasiri) dalam hatiku tidak serius dengan uang yang dihadiahkan. Bagaimanapun juga, saya selalu ingat dengan nasehat Buddha terhdp Piṇḍola Bhāradvāja yang mengikuti sayembara untuk mendapatkan mangkok cendana. Padahal yang disayembarakan hanya mangkok, itupun sudah dicela oleh Buddha. Lha.. ini.. uang... apalagi yang menjadi topik sayembara adalah Dhamma. hehehe.... ;D ;D

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #265 on: 16 April 2011, 08:17:25 PM »
karena sy juga pernah posting, jadi sy ikutan ingin memberi tanggapan atas perkembangan akhir2 ini.

setahu saya bro Fabian hanya "USUL" dan saya melihat animo dari "para ahli Tipiṭaka" juga sekedar meramaikan saja, tentang Rev.Peacemind, saya amat paham dengan karakter beliau (SORRY bukan membela), dia selama ini selalu lembut, baik sewaktu mengajar di kampus kami maupun dlm kehidupan sehari2 di vihara dan masyarakat. Sehingga amatlah tidak mungkin beliau itu NGOTOT, utk mempertahankan pendapatnya agar DITERIMA, sehingga postingan beliau selama inipun saya ANGGAP hanya meramaikan saja, sekali lagi HANYA meramaikan saja, sama sekali tidak ada niat utk meraih UANG, saya selama ini (sejak th.2006 sekampus dg beliau) tidak pernah sekalipun melihat beliau sampai marah atau kasar. Sehingga saya mohon agar seluruh pembaca dan member DC yg terlibat marilah menurunkan emosi masing2, baru sekali ini sy membaca beliau sampai menulis oalahhh yg panjanggg sekaliiiii.....

marilah kita semua bergandengan tangan dg penuh metta kepada semua anggota maupun tamu yg sekedar iseng membaca...marilah kita semua kembali kepada semangat "bersaudara dalam dhamma"...

saya sejak awal sudah posting tidak minta hadiah, karena tidak ada waktu bongkar2 Tipiṭaka, hanya ingin meramaikan saja krn thread yg menarik dari TS.

semoga semua dapat mengendalikan emosi masing2, dan tidak perlu diperpanjang lagi.

mettacittena,
« Last Edit: 16 April 2011, 08:18:59 PM by pannadevi »

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #266 on: 17 April 2011, 02:05:53 AM »
Teman-teman sekalian, saya ada usul bagaimana bila DC mengadakan sayembara yang terbuka untuk umum, terbuka untuk seluruh masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia.

Isi sayembaranya adalah sebagai berikut:

"Barang siapa yang bisa menemukan pernyataan dalam Tipitaka yang membenarkan/menyetujui perbuatan yang dengan sengaja melukai mahluk lain atau membunuh mahluk lain secara fisik" akan diberi hadiah.

Saya bersedia menyumbang Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) bagi mereka yang berhasil menemukan pernyataan yang membenarkan hal itu dalam Tipitaka.

Bila ada teman-teman yang ingin urunan menambah besarnya hadiah, silahkan.... Bagaimana....?


gara2 usul malah makin panjang , kalau terlalu lama nanti bisa jadi bisul  :)) , dari pertama sudah keliatan kalau itu hanya usul aja   ;D   
tidak ada manusia yang sempurna , semua tidak luput dari salah . mending kita sudahi saja persoalan ini, sesama saudara di forum harus saling memahami dan menerima segala kekurangan saudara lain  _/\_


memaafkan lebih baik daripada di maafkan walaupun itu sulit  _/\_
« Last Edit: 17 April 2011, 02:16:34 AM by wang ai lie »
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #267 on: 18 April 2011, 08:39:47 AM »
Saya kadang salah, ada orang yang tidak suka dengan postingan saya, gaya saya menulis, pendapat saya, persistensi saya, walau kadang saya melenceng, kadang saya nge"junk", kadang saya mengemukakan pendapat saya sendiri, kadang sarkastis, kadang bahkan menyindir Bhikkhu, tapi yang pasti saya akan berusaha selalu menulis dengan tetap berlandaskan Dhamma/kebenaran. Sejauh apapun saya melangkah, saya akan berusaha mengingat untuk kembali pada Dhamma. My guiding light.

Saya akan tetap menghargai tulisan yang berlandaskan Dhamma/kebenaran.

Jadi kita tutup sampai disini ya...?
Ya, saya sampai di sini saja. Silahkan lanjut bagi member lain yang mungkin mau lanjut membahas.






gara2 usul malah makin panjang , kalau terlalu lama nanti bisa jadi bisul  :)) , dari pertama sudah keliatan kalau itu hanya usul aja   ;D   
tidak ada manusia yang sempurna , semua tidak luput dari salah . mending kita sudahi saja persoalan ini, sesama saudara di forum harus saling memahami dan menerima segala kekurangan saudara lain  _/\_


memaafkan lebih baik daripada di maafkan walaupun itu sulit  _/\_
Justru itu kalau usul seharusnya balasan posting TS adalah mengingatkan "ini hanya usul" bukan bahas "sah (dapah hadiah) atau tidak".
« Last Edit: 18 April 2011, 08:41:22 AM by Kainyn_Kutho »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #268 on: 18 April 2011, 05:25:25 PM »
Sayembara belut =))
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« Reply #269 on: 19 April 2011, 03:44:41 AM »
hati-hati lah dgn kata "USUL"...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya