//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - fabian c

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 134
16
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 16 April 2011, 11:13:52 AM »
Oh, masih dendam dan mau dibahas? Boleh.
Di awal saya memang tidak pakai jurus belut, tidak pakai jurus tafsir ini-itu. Sudah saya bilang saya hanya menggunakan kelemahan bahasa (denotatif/konotatif). Yang pertama kali menggunakan istilah belut juga bukan saya, tapi bro Indra. Walaupun berbeda dengan 'belut' Sanjaya Belatthaputta, tapi saya tahu maksudnya kalau pakai tafsir dan penambahan syarat terus, maka tidak ada yang bisa memenangkan sayembara, seperti belut yang menghindar terus dengan licin.

Lalu yang pertama kali klaim hadiah bukan saya, dan bukan hanya saya pula yang klaim hadiah (ada sedikitnya 3 orang lain selain saya). Mengapa hanya saya yang 'diserang' dengan 'mental hadiah'? Apakah karena saya tidak berjubah dan bro fabian tidak berani mengatakan hal itu kepada para Samanera? Juga bukankah sudah saya post bahwa jika saya dapat hadiah itu, saya sumbangkan 100% ke Peduli Kasih? Saya tidak cari menang-menangan, entahlah kalau bro fabian yang kecewa dengan raibnya 20jt dari bro Indra dan saya.


Saya sudah terangkan bahwa bukan itu maksud saya dengan postingan awal, anda menuduh saya menambahkan term and condition yang mana...?

Anda tidak menjawab pertanyaan saya kemarin: "Apakah dalam ajaran Tipitaka pali membenarkan/menyetujui pembunuhan terhadap ayah dan ibu?"

Jawablah jangan menghindar bagai belut. Saya harapkan kejujuran anda dalam berdiskusi.

Memang bro Indra memulai, tapi ia telah berhenti setelah saya terangkan mengenai tujuan mengadakan sayembara ini, saya anggap selesai. Tapi anda meneruskan sindiran anda, dan saya ingin klarifikasi bahwa saya bukan belut seperti yang anda tuduhkan.

Mengenai Samanera, memang saya beda memperlakukan Samanera dan umat awam. Saya belum menganggap Samanera keterlaluan.

17
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 16 April 2011, 10:50:04 AM »
Kayaknya aye pernah diskusi dengan leighb deh.

Share dong bro.... Please.....  :)

18
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 16 April 2011, 10:41:47 AM »
Definisi khanika samadhi dari Mahasi Sayadaw agak berbeda dengan definisi "umum".

Khanika samadhi versi Mahasi Sayadaw = konsentrasi saat ke saat.
Khanika samadhi versi "umum" = konsentrasi sesaat.

Nah inilah yang sering menjadi persoalan perdebatan dan salah pengertian umum, sehingga banyak umum yang menganggap bahwa konsentrasi yang dicapai mereka yang bermeditasi tehnik Mahasi Sayadaw konsentrasinya tak berbeda dengan manusia umumnya, karena konsentrasinya hanya sesaat.

Padahal dari pengalaman sekian banyak orang yang berlatih meditasi tehnik Mahasi Sayadaw konsentrasinya sangat dalam.

Perlu diketahui apa arti konsentrasi itu dahulu. Konsentrasi adalah kemampuan mempertahankan perhatian selalu tetap pada objek, tanpa berkelana. Objeknya bisa bergerak seperti fenomena timbul dan lenyapnya batin-jasmani (pada Vipassana) dan bisa juga diam, seperti cahaya (pada Samatha Bhavana).

Karena meditasi Vipassana objeknya pada objek yang timbul dan lenyap (misalnya kembung-kempis perut) maka ia berubah dari saat ke saat, tapi kedalaman konsentrasi Vipassana adalah: perhatiannya tidak bergerak sedikitpun dari objek kembung-kempis perut. Dua jam, tiga jam, ia hanya memperhatikan kembung-kempis perut, tak ada muncul pikiran, perhatian tak berkelana kemana-mana. Inilah yang disebut perhatian murni.

Inilah yang menjadi kondisi timbulnya pengetahuan Magga-Phala, nantinya perasaan mulai berhenti, diikuti persepsi indera juga ikut berhenti dstnya.... hingga berhentinya Avijja (sesuai paticca samuppada).

Kalo ane cocok dengan kalimat dari Ajahn Dune,

“No matter how much you think, you won’t know.
Only when you stop thinking will you know.
But still, you have to depend on thinking so as to know.”


Panna bukan hanya hasil dari mengalami tetapi juga perenungan.
Kalo mengalami tapi tidak mengerti yang dialami jadi sia2 juga
sebagaimana hanya merenung namun tidak mengalami.

Saya juga setuju dengan apa yang dikatakan Ajahn Dune, pikiran akan berhenti, tapi yang berhenti pikiran yang kasar, umpamanya pikiran mengenai pacar, mengenai rumah,  pikiran mengenai ilusi, khayalan, persepsi,pikiran mengenai konsep (berpikir mengenai anicca, dukkha dan anatta juga adalah pikiran mengenai konsep. Karena anicca dll nantinya akan diketahui melalui pengetahuan pengalaman langsung/ direct knowledge, bukan dengan berpikir). dll.

Lantas apakah yang dimaksud panna yang muncul, saya pernah bertanya kepada seorang Bhikkhu terkenal mengenai panna dalam Vipassana ini, dan ia memberi perumpamaan demikian:

"bagai seseorang yang berada di ruangan yang sangat gelap di malam hari, kemudian ia menghidupkan lampu penerangan yang ada di ruangan itu. Seketika ia mengetahui semua yang ada di ruangan itu. Ooh ini demikian.... oh itu  begitu...."

Jadi ketika ia menghidupkan lampu, ia akan otomatis mengetahui semua hal yang ada di ruangan itu tanpa perlu berpikir. Jadi demikianlah proses timbulnya panna.... demikianlah proses timbulnya vijja.... demikianlah proses timbulnya nana.... Ia muncul tanpa perlu berpikir.

Lantas bagaimana kaitannya dengan pernyataan Ajahn Dune pada kalimat terakhir...?

"But still, you have to depend on thinking so as to know."
"Tapi, anda harus tetap bergantung pada pikiran untuk mengetahui..."

Memang dalam ultimate realities masih ada bentuk pikiran (citta) yang mengenali objek, tapi ini hanya sebatas mengenali/mengetahui bukan untuk memikirkan. Umpamanya kita melihat botol coca-cola di jalan kita tak perlu memikirkan "Apa itu ya...? Ooh itu botol coca-cola...." Tak perlu berpikir demikian, begitu melihat kita akan langsung mengenali itu botol coca-cola tanpa berpikir.

Walaupun mengenali coca-cola kita tak perlu berpikir, tapi batin yang mengenali coca cola itu dalam ultimate sense juga merupakan pikiran, namun beda bila kita berusaha mengenali botol tersebut. Demikian juga dengan pikiran mengenai rumah, pacar dsbnya, itu adalah pikiran kasar ynag saya maksudkan..
Pikiran yang hanya mengetahui umumnya disebut dengan istilah "knowing mind" bukan "thinking mind", pikiran kasar adalah "thinking mind".

Jadi yang dimaksud Ajahn Dune sebenarnya adalah: "Mengetahui tanpa berpikir, tapi juga termasuk masih berpikir"

Masalah ini memang agak njelimet bila tanpa praktek. Tapi ringkasnya demikian: ada kesadaran/perhatian yang mengetahui objek (knowing mind), selain itu ada juga bentuk-bentuk pikiran sebagai objek (thinking mind). dua hal ini terpisah.
Dalam Vipassana bila ada "thinking mind" muncul, maka "knowing mind" harus memperhatikan, tetapi yang diperhatikan adalah prosesnya, bukan isi/detil dari thinking mind tersebut.

Setelah segala macam bentuk-bentuk pikiran (termasuk komentar batin dan persepsi) berhenti, maka yang tinggal hanya kesadaran dan perhatian murni terhadap objek meditasi terus-menerus. Kesadaran dan perhatian inilah yang sering disebut perhatian murni atau juga ada yang mengistilahkan "knowing mind".

Panna dalam Vipassana adalah pengertian yang timbul dalam keadaan batin hanya "knowing mind".

Semoga membantu pengertian bro Hendrako.

Mettacittena,

19
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 16 April 2011, 09:07:04 AM »
Literatur yang pernah saya baca tentang tulisan Mahasi Sayadaw tergolong sedikit. Sepanjang yang sudah ane baca, penekanan direct Vipassana Mahasi Sayadaw menekankan pada pencapaian Sotapanna, sehingga segel maksimal 7 kali kehidupan tercapai yang secara otomatis sekaligus pencapaian Nibbana. Penekanan langsung masuk ke dalam vipassana (kalo ane tidak salah) dikarenakan ketidakpastian pencapaian jhana dalam latihan atau memerlukan waktu yang cukup lama bagi sebagian besar orang.  Jadi agar tidak berlama-lama "sibuk" dengan samatha dengan "jhana"nya, maka disarankan masuk langsung ke dalam vipassana. Sejauh ingatan saya dari literatur yg terbatas ane belum menemukan istilah rupa-kalapa dalam tulisan Mahasi Sayadaw. Perenungan terhadap timbul tenggelamnya fenomena (termasuk batin) menurut ane untuk meruntuhkan pandangan salah tentang diri (sakkaya-ditthi), salah satu syarat untuk masuk dalam kesucian tingkat awal, yaitu Sotapanna.


Bro Hendrako yang baik, benar memang Mahasi Sayadaw tak pernah menyinggung rupa-kalapa, tapi hanya sebatas empat unsur utama (empat mahabhuta). Mengenai pendapat "melihat paramattha dhamma tak perlu sampai rupa kalapa", itu menurut saya, tapi boleh dicocokkan dengan guru meditasi direct Vipassana, saya rasa mereka juga sependapat dengan saya.

Saya ingin menambahkan sedikit pendapat mengenai istilah perenungan. Perenungan berarti berpikir, sedangkan meditasi entah Samatha atau Vipassana kita tak seharusnya berpikir, oleh karena itu saya sering menggunakan istilah perhatian, bukan perenungan. Anicca adalah fenomena yang seharusnya diperhatikan, bukan direnungkan, oleh karena itu saya sering juga menggunakan istilah "mengalami".

Kek kisah Tuccha-pothila ya bro......

(Bab 5 di link dibawah)
http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/umum/hidup-sesuai-dhamma.pdf

Dan Scholar monk dalam tulisan di bawah.
http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/meditasi/Damai%20Tak%20Tergoyahkan.pdf

Memang sebaiknya kedua-duanya bro... Seseorang yang memiliki pengalaman meditasi tanpa pengetahuan teori seringkali "kurang lancar" dalam menerangkan Dhamma, demikian juga teori saja tanpa praktek seperti "Bhikkhu kitab kosong"

Itulah sebabnya di jaman dahulu, bila seseorang menjadi Bhikkhu usia muda ia akan mempelajari Dhamma, setelah cukup pengetahuan Dhamma lalu mulai berlatih "Bhavana", dengan demikian pengetahuannya menjadi lengkap "teori maupun praktek".

Mettacittena,

20
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 15 April 2011, 09:01:38 PM »
Waktu Pa Auk Sayadaw Dhammadesana di VPDS, beliau mengatakan bahwa vipassana adalah melihat timbul dan lenyapnya fenomena dgn melihat rupa kalapa. Sedangkan jika direct vipassana adalah mengetahui dan memahami proses fisik dan mental dengan mencatat tiap objek yang muncul. Apakah ini perbedaan antara keduanya ?


Menurut yang saya ketahui perbedaannya Pa Auk Sayadaw beranggapan bahwa untuk mencapai Magga-Phala harus melihat timbul dan lenyapnya fenomena, melihat ultimate realities (paramattha Dhamma), yaitu rupa-kalapa.

Sedangkan metode direct Vipassana (Mahasi Sayadaw) juga beranggapan untuk mencapai Magga-Phala harus melihat paramatta Dhamma, tapi tak perlu harus sampai melihat rupa-kalapa, cukup melihat timbul dan tenggelamnya kecenderungan batin (sankhara). (tolong dikoreksi bila salah)

Intinya sama, yaitu melihat timbul dan tenggelamnya (anicca) dari paramattha dhamma.

Bila ada teman-teman yang beranggapan lain silahkan...

Mettacittena,



21
DhammaCitta Press / Re: Laporan Distribusi Project 4
« on: 15 April 2011, 08:32:49 PM »
Lapor mbah, oom, ko, bro....

Hari ini tgl 15 april memberikan Digha Nikaya (tmsk RAPB) utk:

- 1 eks kepada: Bpk. Rudy Wijaya,  untuk: Vihara Buddha Sorong (Papua)
- 1 eks kepada: Bpk. Sigit Hartanto, untuk: Perpustakaan Masrul Ahmad (universitas Ahmadiyah Parung)

Mettacittena,

22
Seremonial / Re: Happy Birthday to Ko Radi Muliawan
« on: 15 April 2011, 08:22:52 PM »
Happy birthday bro... Semoga sukses selalu....   <:-P <:-P

23
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 15 April 2011, 08:16:38 PM »
kalau buat saya sih pendidikan formil itu tidak relevan sih karena tidak berbanding lurus. tapi yah itu pendapat saya sendiri saja :)


Saya setuju bro... Memang tidak berbanding lurus... Anggaplah itu hanya sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk menilai....

Mettacittena,

24
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 15 April 2011, 08:10:17 PM »
Bro fabian, di situ saya tidak pakai jurus belut, tapi menggunakan kelemahan term & condition. Diminta hanya pernyataan saja, tapi tidak menyebutkan apakah pernyataan itu bermakna denotatif (sebenarnya) ataukah konotatif (bukan sebenarnya).

Dalam syair itu, MEMANG BENAR Buddha menganjurkan pembunuhan ayah-ibu, dsb. Hanya saja, ayah-ibu dan lainnya itu BUKAN makna denotasi, melainkan metafora dari hal-hal yang harus ditinggalkan oleh para siswa.

Saya pamit, maaf kalau ada menyinggung. Kalau tidak puas, silahkan buka spoiler :D

Spoiler: ShowHide
"Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini belut - baiklah, bila aku pikir, ini belut, aku akan menjawab ini belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.

Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini bukan belut - baiklah, bila aku pikir bukan belut, aku akan menjawab bukan belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.

Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini belut dan bukan belut - baiklah, bila aku pikir belut dan bukan belut, aku akan menjawab ini belut dan bukan belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya.

Bilamana engkau bertanya kepadaku apakah ini bukan belut dan bukan non-belut - baiklah, bila aku pikir bukan belut dan bukan non-belut, aku akan menjawab bukan belut dan bukan non-belut. Tetapi aku tidak mengatakan demikian. Dan aku tidak berpendapat begini atau begitu. Aku tidak berpendapat lain. Aku tidak membantahnya. Dan aku tidak mengatakan kedua-duanya."


Sayang sekali bro.... Saya baru akan membuktikan bahwa anda belut menuduh belut....  Anda berusaha menjebak saya dengan mencari kelemahan postingan di awal thread , bukan dengan semangat mempromosikan kebaikan dan menyebarkan mental attitude anti kekerasan. Dengan berbagai argumen belut, anda berusaha agar saya menerima sesuai postingan anda, dan ketika saya juga mengungkapkan harapan dan keinginan saya sesuai postingan awal thread anda jadi kecewa dan menuduh saya belut.

Lain kali renungkan dulu sebelum menuduh negatif orang lain.
Marilah berdiskusi tanpa prasangka, mendiskusikan kebenaran dan kebaikan bukan mencari menang-menangan...

25
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 15 April 2011, 06:32:48 PM »
soal maintream sih itu kan karena "jumlah"nya menang aja. Kalau menurut saya sih mau siapapun gurunya, kita kembali ke dhamma vinaya. Soalnya semua mengaku sudah dibuktikan banyak orang jg. kalo nda, bukan jadi "guru" donk :)

Saya setuju bro, kembali ke Dhamma-Vinaya, Setahu saya Mahasi Sayadaw, U Pandita Sayadaw, U Janaka Sayadaw dll (termasuk Bhikkhu Matara Shri Nanarama, Pa auk Sayadaw) adalah scholar Buddhist.

Mahasi Sayadaw dan murid-murid utama beliau umumnya memiliki kualifikasi Dhammacariya (guru Dhamma) yaitu guru Dhamma yang tingkatannya sejajar dengan S1.
Bahkan U Pandita Sayadaw, U Silananda sayadaw, U Janaka Sayadaw dll memiliki kualifikasi Bhivamsa yaitu tingkat pendidikan setara master (S2).

Bhante Matara Shri Nanarama menguasai semua aspek Tipitaka, logika, dan berbagai filosofi kontemporer.

Coba bandingkan kualifikasi mereka dibandingkan dengan Leigh Brasington, U Vimalaramsi dsbnya....

Mettacittena,

26
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 15 April 2011, 06:08:32 PM »
Petikan achan Chah di atas sering dikutip oleh penganut pandangan anti-Jhana. Menurut ane ini adalah hal yang kurang adil. Petikan di atas harus dilihat dalam konteks keseluruhan. Kalo menurut ane jawaban Achan Chah di atas adalah dalam penekanan praktek Vipassana (bold biru), karena pada kotbah2 beliau yang lain, beliau menjelaskan meditasi dalam hubungan dengan jhana, hanya saja beliau tidak jarang menjelaskan tentang bahaya Jhana bagi orang2 yang belum memiliki kebijaksanaan. Di lain kesempatan beliau juga mengingatkan agar berhati-hati dengan kekotoran di dalam pandangan terang. Beberapa kali beliau juga menjelaskan tentang 2 macam jenis pembebasan, pembebasan melalui pikiran (jhana) dan pembebasan melalui kebijaksanaan (panna).

Setelah membaca beberapa kotbah beliau, sepintas pernyataan beliau berkontradiksi dalam satu kotbah dgn kotbah yang lain, namun sebagaimana yang beliau jelaskan, apabila ada orang yang berjalan terlalu kiri beliau akan berrteriak,"Kanan....kanan!!", dan apabila ada yang terlalu ke kanan beliau akan berteriak,"Kiri....kiri!!"


Saya setuju dengan pendapat bro Hendrako, barusan saya diskusi dengan pak Wowor, memang ada dua macam pembebasan yaitu, ceto vimutti (pembebasan melalui pikiran) dan panna vimutti (pembebasan melalui kebijaksanaan). Jadi sejalan dengan pendapat Acharn Chah

Mettacittena,


27
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 15 April 2011, 05:42:09 PM »
Sebetulnya diklarifikasi, sayembaranya belum mulai. Tapi tidak apa.

[bel mode]Iya, kalau semua dipukul rata, tidak diklasifikasi berdasarkan niat, berarti bro hendrako mengatakan Buddha ajak Nanda ajep-ajep 'kan? Selain itu berarti bro mengatakan Buddha & Sangha mengemis di jalanan (dan masih banyak lagi kasus yang bisa di-belut-in nih) ;D [/bel mode]


Sebetulnya mudah dilihat mana yang belut bro.... Sekarang saya tanya kepada anda:

Apakah Sang Buddha membenarkan seseorang membunuh ayah dan/atau ibunya...?
Sesuai dengan argumen anda berikut ini...?

"Mātaraṃ pitaraṃ hantvā, rājāno dve ca khattiye;
Raṭṭhaṃ sānucaraṃ hantvā, anīgho yāti brāhmaṇo
.
Membunuh ayah dan ibu, dua raja khattiya;
Menghancurkan kerajaan beserta penduduknya, Brahmana sejati berjalan tak tergoyahkan

Mātaraṃ pitaraṃ hantvā, rājāno dve ca sotthiye;
Veyagghapañcamaṃ hantvā, anīgho yāti brāhmaṇo
.
Membunuh ayah dan ibu, dua raja makmur;
Membunuh harimau, Brahmana sejati berjalan tak tergoyahkan"

Saya ulangi pertanyaan saya, apakah Sang Buddha membenarkan untuk membunuh ayah dan/atau ibu...?
Apakah ini bisa dijadikan dasar pembenaran anda...?


28
Diskusi Umum / Re: Sayembara mencari kelemahan Tipitaka
« on: 15 April 2011, 05:34:53 PM »
Kalau saya menang, uangnya akn saya sumbangkan untuk DC. Tetapi sayang, jurus belut yang dipakai sehingga Tuhan DC juga hanya bisa gigit jari.

Samanera yang saya hormati,   ^:)^  Sayang sekali Saman ungkapkan sekarang...
Tapi kalau sekarang Samanera mau menyumbangkan sejumlah uang, saya rasa DC masih menerima dengan tangan terbuka kok...  :)

Mettacittena,   _/\_

29
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 14 April 2011, 10:25:50 AM »
bro fabian kalau bisa ada terjemahan nya , agar bisa ikut memahami apa yg bro fabian jelaskan , maaf tidak saya bisa bahasa inggris  terima kasih  ;D  _/\_

Makanya saya meminta maaf bro.... :) Tapi isinya kira-kira sama dengan thread sebelum ini, coba nanti saya lihat linknya...

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1524.msg293542#msg293542

Untuk thread-thread yang berkaitan gunakan fasilitas search, keyword: Jhana.

Mettacittena,

30
Meditasi / Re: Vipassana Jhana
« on: 14 April 2011, 10:23:18 AM »
[at] Fabian: Ko fab, pointnya disini bukan apa isinya sih, tapi kenyataaan bahwa ada banyak interpretasi dan perbedaan disini dan masing2 itu "terbukti". Entah antar sesama pandangan jhana ataupun direct vipassana ataupun kombinasinya, dan antara mereka itu semua.

Iya memang benar interpretasi bisa berbeda-beda bro, tapi kita juga harus menyaring pendapat apa dari siapa....?

Kita tahu bahwa ada juga pendapat yang mengatakan bahwa meditasi Vipassana tak perlu konsentrasi, mencapai Magga-Phala tak perlu konsentrasi....? Apakah pendapat seperti ini juga kita masukkan sebagai referensi....?

Oleh karena itu menurut saya sebaiknya kita hanya membatasi pada pendapat-pendapat guru-guru meditasi "mainstream" yang bimbingannya telah dibuktikan banyak orang.

Mettacittena,

Pages: 1 [2] 3 4 5 6 7 8 9 ... 134
anything