intinya, seharusnya Anda mengatakan pada saat pertama kali diadakan upacara (ritualan) di brobudur, si umat awam the bon An atau samanera xxx atau bhikkhu jinarakkhita disebutkan secara jelas posisinya dalam nilai2 spritual. ndak perlu sungkan kalau pada saat itu ybs masih umat awam.
Terima kasih atas sarannya.
apa benar yang dilakukan upara (ritualan) dilakukan secara buddhisme atau Theosofi?
Berhubung pada saat itu The Bon An masi umat awam jika ditilik pelaksanaan penahbisan dan pelaksanaan upacara ritualnya di brobudur.
Sam Kauw adalah ajaran tiga agama di mana salah satunya agama Buddha, Theosofi adalah aliran yang mempelajari semua agama, termasuk Buddha, ajaran tersebut memberi tekanan pada persaudaraan antar manusia, tanpa membeda-bedakan bangsa maupun agama.
Bhikkhu Ashin Jinarakhita ketika masih umat awam bernama Tee Boan An sekembalinya kuliah di Belanda (di sana Beliau mulai condong pada ajaran Sang Buddha), tahun 1951 memutuskan untuk menjadi anagarika dan giat memperkenalkan ajaran Buddha.
Tidak hanya di Jakarta bahkan ke daerah2, karena kapasitasnya sebagai wakil ketua Pemuda Theosofi.
Tahun 1953 Tee Boan An mencetus ide mengadakan waisak secara nasional di Borobudur, tahun2 sebelumnya telah beberapa kali diadakan perayaan waisak di candi itu, namun terbatas diikuti aktifis Theosofi.
Bersama rekan2nya undangan dibagikan kepada pejabat2 dan wakil2 negara tetangga yg mayoritas penduduknya Buddhist (kedutaan Burma, Srilanka, India, Singapura dan Thailand), juga ke seluruh Indonesia.
Tee Boan An didukung oleh kalangan Teosofi, orang2 Jawa dan Sam Kauw.
Bahkan duta besar Srilanka menyuruh putrinya mengajarkan lantunan Jaya Mangala Gatha.
Tgl 22 Mei 1953 umat Buddha dan simpatisan Buddha sejumlah tiga ribu orang lebih merayakan upacara Waisak secara besar2an di Borobudur.
Peristiwa ini menjadi berita di koran2 dan menarik perhatian masyarakat. Menyadarkan masyarakat bahwa ajaran Sang Buddha dulu pernah berjaya di bumi Indonesia dan umatnya masih ada di Indonesia.
Ini adalah awal dari sejarah perjalanan menuju kebangkitan agama Buddha yg dipelopori Bhikkhu Ashin Jinarakhita di Indonesia.
Kadang opini yg kita dapat dari guru kita dan senior kita bersifat subjektiv. Kadang karena tidak suka atau tidak sependapat dengan orang kita, mata kita tertutup untuk melihat kebaikan orang tersebut, hanya melihat kejelekannya. Bahkan jika kita mempunyai kemampuan ingin mengubah sejarah yang menyangkut orang tersebut. Namun sejarah terbentuk oleh perjalanan waktu, bukan opini2 segelintir orang.
aynwei, negara burma sebagaimana negara asal pentahbisan bhikkhu jinarakkhita tidak mengenal waisak, "apa itu waisak / vesak ?",
mereka lebih mengenal water festival hehehehe...
Apakah Burma tidak mengenal waisak?
Sejujurnya saya baru tahu sekarang tentang informasi tersebut. Terima kasih atas informasinya.
Namun kenyataan ini tidak ada hubungannya dengan perkembangan agama Buddha di Indonesia.
Yang kita utamakan adalah persamaan ajaran, bukan perbedaan.
Agama Buddha di Burma, Srilanka, Thailand dan Indonesia mempunyai perbedaan karena tradisi, namun itu tidak menjadi masalah selama kita tidak terbelenggu untuk mempermasalahkannya. Yang penting inti ajarannya sama. Dan sama2 murid Sang Buddha.