Itulah payahnya orang-orang sekarang. Hanya karena melihat beberapa kelemahan dari sang guru, kemudian mundur, enggan meneruskan belajar meditasi. Padahal, seharusnya tidak begitu cara belajar yang benar. Kalo belajar dengan cara seperti itu, susah kelarnya belajar meditasi.
Kalau saya sendiri, dalam soal berguru menerapkan beberapa aturan. Pertama, sebelum memutuskan untuk berguru, harus benar-benar menguji dan yakin bahwa orang itu patut menjadi guru. Kedua, dalam menerima ajaran, harus membedakan antara apa yang diajarkan guru kepada kita, apa yang dilakukan guru kepada kita, apa yang dilakukan guru kepada dirinya sendiri. Ketiga, selama guru dapat mengajarkan hal-hal yang benar dan melakukan hal-hal yang benar, maka saya patut setia padanya, kendatipun dalam beberapa sisi ia memiliki kelemahan. ambil saja ajarannya yang benar. lakukan perintahnya yang baik. selalu patuh padanya, selama perintahnya bukan perintah jahat. Keempat, jangan menggunakan prasangka dalam menilai guru. Konfirmasikan segala sesuatunya kepada sang guru, sehingga mendapat keterangan yang jelas. Kelima, boleh mencari guru lain, bila ilmu dari guru yang satu ini sudah diserap semuanya. Keenam, yakinlah bahwa guru terbaik adalah murid yang paling bijaksana. Oleh karena itu, jika menemukan kelemahan pada pribadi sang guru, maka itulah kesempatan kita untuk menjadi murid yang bijak, dengan cara mengajarkan padanya tentang apa yang benar menurut anda. Keenam, fahamilah bahwa orang yang batinnya jauh berkembang tidak dapat dinilai oleh orang yang tingkat batinnya lebih rendah. Ketujuh, selalu buktikanlah oleh diri sendiri, benar salahnya setiap hal yang guru ajarkan.
Jika seorang guru mengingkari suatu perjanjian yang sudah dimufakati, maka pertanyaannya apakah indikator "menepati janji" merupakan bagian dari kurikulum ajarannya? Jika tidak, mengapa lalu kita meninggalkannya ketika ia mengingkari suatu janji? Mungkin ia hanya pengajar meditasi dan bukan pengajar budi pekerti. Atau mungkin ia pengajar budi pekerti, tapi ia bukan seorang praktisi yang terampil. maka ambil saja ajarannya yang mulia, dan kitalah yang harus menjadi praktisi budi pekerti yang handal.