Bro Dhanuttono yang baik, saya kira tidak baik berprasangka bahwa tak ada guru yang benar, jangan menyebabkan ada orang-orang yang sangat ingin mencapai kebebasan menjadi takut melakukannya, karena takut usaha mereka akan sia-sia.
bro fabian yg baik... sy tidak berprasangka buruk mengenai kalimat saya mengenai "guru", yang kedua sy jg tidak menyebabkan orang menjadi takut tuk mencapai kebebasan... tuh orang nya masih ada silakan tanya, apakah bro Prajnatara menjadi takut setelah membaca tulisan saya... jgn lebai plisss...
Bro Aa Tono yang baik, kata-kata bro tono berikut saya kira merendahkan seolah-olah guru-guru meditasi yang mengajar disini semuanya belum mencapai kesucian
kendala kita adalah, tidak ada nya guru yg benar" dapat menuntun kita ke arah yg tepat dalam menuju pantai seberang... ato mungkin kita tidak berjodoh dengan mereka (klo guru tersebut masih ada, guru disini maksudnya adalah mereka yg telah mencapai pantai seberang)
Banyak yang membaca postingan ini dan saya kira berakibat buruk dan bersifat merendahkan. Kalau bro tidak menemukan guru yang benar bukan berarti guru yang benar tidak ada.
Berhati-hatilah berkomentar mengenai Dhamma yang saudara tidak begitu mengerti, jangan men “discourage” orang lain karena akan menyebabkan saudara sulit menemukan Dhamma yang benar dan menghalangi jalan pembebasan saudara sendiri.
sy sangat berhati-hati, tp tidak menjadi munafik...
maaf, anda tau dr mn penguasaan dhamma saya ? hal ini yg paling tidak saya sukai, ada orang hebat yg bs menilai kadar kemampuan orang lain/iman (dalam agama lain) orang lain... kalimat anda sangat tidak pantas untuk di ucapkan oleh orang yg mengerti dhamma...
Setahu saya, saya tidak pernah mengatakan saya hebat, apakah bro beragama lain? Saya tidak menilai, bro sendiri yang mengatakan bro hanya menguasai teori kan?
sy termasuk pendengar, yg sy ketahui hanya sebatas teori...
yang saya komentari adalah bahwa bro membuat orang berprasangka terhadap guru-guru meditasi.
pertanyaan saya sejauh mana anda menguasai dhamma ? sejauh mana anda sudah mencapai kesucian ? sering sy membuat pernyataan di forum ini, semakin jauh penguasaan dhamma, semakin gila orang itu... ga percaya ? ambil cermin deh... saya kasih film bokep aja anda masih nonton...
Bro Tono yang baik,
ini tuduhan negatif yang serius terhadap Dhamma, setahu saya, saya tidak munafik, film bokep itu apa sih? film porno ya? sewaktu saya masih SMA dan kuliah saya memang ada beberapa kali menonton film blue. Tetapi bila saudara menganggap saya masih suka film begituan, prasangka saudara meleset. Apakah saudara menganggap semua orang memiliki hobi yang sama seperti saudara? Selama puluhan tahun saya sudah tidak menonton film yang termasuk kategori X.
Sang Buddha mengatakan “selama para bhikkhu masih memegang Dhamma dan Vinaya, maka dunia ini tak akan kekurangan Arahat” jelas bahwa masih banyak bhikkhu yang baik yang dengan tekun menjalankan Dhamma dan Vinaya.
nah sy ingin bertanya, anda sekarang ada dimana ? indon ? bs ga tunjukan sy sapa sih yg udah mencapai arahat ??
Saya ada di Indonesia, menurut pengakuan saudara, saudara Tono menguasai teori, apakah saudara tahu bahwa seorang Bhikkhu dilarang untuk mengaku telah mencapai kesucian atau Jhana? Itu adalah pelanggaran jenis Pacittiya bila mereka memang telah mencapai tingkat kesucian, dan merupakan pelanggaran Parajika jika mereka mengaku-ngaku telah mencapai.
Inilah sebabnya mengapa sulit menemukan pengakuan pencapaian kesucian diantara para Bhikkhu yang menjaga Vinaya.
logika nya gini, mungkin kah seorang yg belum mencapai kesucian bisa mengajarkan orang lain tuk mencapai kesucian? ada seorang guru meditasi sy mengatakan, ga usah muluk" mau merealisasikan nibbana, cukup capai sotapanna aja sudah sangat luar biasa... yg bs kita lakukan satu" nya hanya mempraktekan samadhi secara total dengan sila yg terjaga...
Kenyataannya ada banyak kasus di jaman Sang Buddha guru-guru yang belum mencapai kesucian mengajarkan orang lain sehingga mereka mencapai kesucian (hal ini bisa terlaksana bila jalan yang diajarkan benar). Bila saudara sendiri tidak yakin bahwa para guru meditasi yang telah mengabdikan hidupnya untuk menjalankan Dhamma dan Vinaya Sang Buddha, ada yang telah mencicipi Nibbana, bagaimana saudara bisa yakin dengan usaha sendiri bisa mencapai? Bukankah lebih tidak mungkin lagi?
betul, maka nya sy mengataken, sy menguasai teori, tp tidak dalam pencapaian... sy tidak mungkin mensucikan orang lain, sebelum sy suci... nah pertanyaan sya, anda tau dari mana lagi kualitas bathin para mentor meditasi ? boro" mau mengetahui sudah mencapai kesucian ato belum, apalagi nibbana ente nebak" ato dah gila ato fanatik babi buta ? babi aja ga buta loh...
Sang Buddha mengatakan dalam Anguttara Nikaya, "Batin seseorang bisa dikenali bila kita telah bergaul dekat dan dalam waktu yang lama"
Bila kita mendalami teori disertai dengan berlatih bersama guru meditasi yang "capable" untuk waktu yang lama kita mengetahui berdasarkan arah kemajuan kita, bagaimana kualitas guru tersebut. Guru yang memang telah "mengalami" mengerti dan mampu menganalisa mengapa kita mengalami sesuatu dan memberikan jalan pemecahannya, tidak hanya mengatakan "good...good" anda sudah mencapai ini atau anda sudah mencapai itu.
Pernyataan guru meditasi yang saudara kutip sangat pesimis, mungkin ia sendiri belum mencapai. Saya rasa guru meditasi yang telah mencapai tak akan mengeluarkan kata-kata pesimis seperti itu. Saya tidak mengatakan semua orang bisa mencapainya, tetapi saya mengatakan bahwa apabila kita bersungguh-sungguh berlatih dengan tekun dibawah bimbingan guru yang “capable” kita bisa mengalaminya dalam kehidupan ini juga.
lah pernyataan anda bukan nya mengulang statment saya "dibawah bimbingan guru yang “capable”" bro... 10 x 10 berapa bro ?? cepedeeee....
Oh ya? bro Tono pernah mengeluarkan pernyataan yang sama? Mungkin terlewat sehingga saya tak membaca, bila demikian ya sudah...
Kata-kata sederhana untuk membuktikan apakah kita bisa mengalami Nibbana dalam kehidupan ini? “just do it”.
ya do it aja sana... ntar klo dah capai nibbana, kabari ente ya...
salam aa'tono