//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Majjhima Nikaya (Diskusi)  (Read 86047 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #120 on: 26 March 2013, 07:17:09 PM »
om indra, ada bagian yg hilang d sutta 79, dari paragraf 14 langsung 21.

skip aja

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #121 on: 26 March 2013, 07:27:25 PM »
skip aja
salah, maksudnya sutta 78.
tpi sepertinya gak hilang, suttanya memang udah selesai.
nah, reply ke 41 di MN 2 itu agak aneh, kayaknya bagian dari sutta 79 yg salah tempat.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #122 on: 26 March 2013, 07:28:42 PM »
salah, maksudnya sutta 78.
tpi sepertinya gak hilang, suttanya memang udah selesai.
nah, reply ke 41 di MN 2 itu agak aneh, kayaknya bagian dari sutta 79 yg salah tempat.

yg di thread itu bukan yg akan diterbitkan, dan saya tidak bisa meng-edit lagi

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #123 on: 18 April 2013, 08:17:49 AM »
KELOMPOK TENTANG PARA PENGEMBARA (PARIBBĀJAKAVAGGA)
71  Tevijjavacchagotta Sutta - Kepada Vacchagotta tentang Tiga Pengetahuan Sejati
Spoiler: ShowHide
Quote
6. “Yang Mulia, Bagaimanakah seharusnya aku menjawan sehingga aku mengatakan apa yang telah dikatakan oleh Sang Bhagavā, dan tidak salah memahamiNya dengan apa yang berlawanan dengan fakta? Bagaimakah aku menjelaskan sesuai dengan Dhamma sedemikian sehingga tidak memberikan landasan bagi celaan yang dapat ditarik dari pernyataanku?”


72  Aggivacchagotta Sutta - Kepada Vacchagotta tentang Api
Spoiler: ShowHide
Quote
16. “Ketika seorang bhikkhu terbebaskan demikian, Guru Gotama, di manakah ia muncul kembali [setelah kematian]?”

“Istilah ‘muncul kembali’ tidak berlaku, Vaccha.”

“Jadi apakah ia tidak muncul kembhali, Guru Gotama?”

“Istilah ‘tidak muncul kembali’ tidak berlaku, Vaccha.”

“Jadi apakah ia muncul kembali juga tidak muncul kembhali, Guru Gotama?”

Quote
22. “Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Guru Gotama telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah Beliau menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita adalam kegelapan [489]


73  Mahāvacchagotta Sutta - Khotbah Panjang kepada Vacchagotta
Spoiler: ShowHide
Quote
13. “Guru Gotama, jika hanya Guru Gotama yang sempurna dalam Dhamma ini, namun tidak ada bhikkhu yang sempurna, [492] maka kehidupan suci ini menjadi tidak lengkap dalam hal itu; tetapi karena Guru Gotama dan para bhikkhu sempurna dalam Dhamma ini, maka dengan demikian kehidupan suci ini menjadi lengkap dalam hal itu. jika hanya Guru Gotama dan para bhikkhu yang sempurna dalam Dhamma ini,
Kapital, semua kata "jika" di awal kalimat pada paragraf 13.

Quote
15. “Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Guru Gotama telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah Beliau menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita adalam kegelapan agar mereka yang memiliki penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk.


74  Dīghanakha Sutta - Kepada Dīghanakha
Spoiler: ShowHide
Quote
10. “Terdapat, Aggivessana, tiga jenis perasaan: perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan. Pada saat seseorang merasakan perasaan menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyakitkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; pada saat seseorang merasakan perasaan menyakitkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan; Pada saat seseorang merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan, ia tidak merasakan perasaan menyenangkan atau perasaan menyakitkan; pada saat itu ia hanya merasakan perasaan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.


75  Māgandiya Sutta - Kepada Māgandiya
Spoiler: ShowHide
Quote
9. “Bagaimana menurutmu, Māgandiya? Di sini seseorang [504] sebelumnya menikmati bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang yang diharapkan, diinginkan,

Quote
“Bagaimana menurutmu, Māgandiya? Di sini seseorang sebelumnya menikmati suara-suara yang dikenali oleh telinga ... bau-bauan yang dikenali oleh hidung ... rasa kecapan yang dikenali oleh lidah ... obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan yang yang diharapkan, diinginkan,

Quote
10. “Māgandiya, sebelumnya ketika Aku menjalani kehidupan rumah tangga, Aku menikmati, memiliki lima utas kenikmatan indria: dengan bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata … suara-suara yang dikenali oleh telinga ... bau-bauan yang dikenali oleh hidung ... rasa kecapan yang dikenali oleh lidah ... obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan yang yang diharapkan, diinginkan,

Quote
11. “Misalkan, Māgandiya, seorang perumah tangga atau putera perumah tangga kaya, dengan banyak harta kekayaan, dan memiliki lima utas kenikmatan indria, ia menikmati bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata … suara-suara yang dikenali oleh telinga ... bau-bauan yang dikenali oleh hidung ... rasa kecapan yang dikenali oleh lidah ... obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan yang yang diharapkan, diinginkan,

Quote
12. “Demikian pula, Māgandiya, sebelumnya ketika Aku menjalani kehidupan rumah tangga, Aku menikmati, memiliki lima utas kenikmatan indria: dengan bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata … suara-suara yang dikenali oleh telinga ... bau-bauan yang dikenali oleh hidung ... rasa kecapan yang dikenali oleh lidah ... obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan yang yang diharapkan, diinginkan,

Quote
18. ......
“Bagus, Māgandiya, Aku juga belum pernah melihat atau mendengar seorang raja atau seorang menteri raja menikmati, dan memiliki lima utas kenikmatan indria yang, tanpa meninggalkan keinginann akan kenikmatan indria,

Quote
19. ......
Kemi juga pernah mendengar sebelumnya para pengembara yang adalah para guru dan guru-guru dari para guru mengatakan hal ini, dan ini selaras, Guru Gotama.”

Quote
22. “Aku berkeyakinan pada Guru Gotama sebagai berikut: ‘Guru Gotama mampu mengajarkan Dhamma kepadaku sedemikian sehingga aku dapat mengetahui kesehatan dan melihat Nibbāna.’”

“Māgandiya, misalkan ada seorang yang buta sejak lahir yang tidak dapat melihat bentuk-bentuk yang gelap dan terang … atau matahari dan bulan. Kemudian teman-teman dan sahabatnya, sanak saudara dan kerabatnya, akan membawa seorang tabib untuk mengobatinya. Tabib itu akan meracik obat untuknya, namun dengan obat itu penglihatan orang itu tidak muncul atau tidak menjadi murni. Bagaimana menurutmu, Māgandiya, apakah tabib itu mendapatkan kelelahhan dan kekecewaan?”

Quote
26. Ketika hal ini dikatakan, Pengembara Māgandiya berkata: “Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Guru Gotama telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah Beliau menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita adalam kegelapan agar mereka yang memiliki penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk. Aku berlindung pada Guru Gotama dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Aku ingin menerima pelepasan keduniawian di bawah Guru Gotama, aku ingin menerima penahbisan penuh.”
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #124 on: 18 April 2013, 08:17:59 AM »
76  Sandaka Sutta - Kepada Sandaka
Spoiler: ShowHide
Quote
3. Kemudian, pada suatu pagi, Sang Bhagavā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah luarnya, pergi menuju Rājagaha untuk menerima dana makanan. Kemudian Beliau berpikir: “Masih terlalu pagi untuk pergi menerima dana makanan di Rājagaha. Bagaimana jika Aku mendatangi Pengembara Sakuludāyin di Taman Suaka Merak, taman para pengembara.”
"Nya"

Quote
5. ....
Sekarang di antara para petapa dan brahmana mulia ini, para pemimpin sekte ini … yang dianggap oleh banyak orang sebagai orang suci, siapakah yang yang dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan oleh para siswanya? Dan bagaimanakah, menghormati dan menghargainya, apakah mereka hidup dengan bergantung padanya?’

Paragraf 6 nya gak ada.

Quote
“Dan beberapa berkata sebagai berikut: ‘Petapa Gotama ini adalah pemimpin sekte, pemimpin kelompok, guru dari suatu kelompok, pendiri suatu sekte yang terkenal dan termasyhur yang dianggap oleh banyak orang sebagai orang suci.
......
Setelah menjadi palayan vihara atau umat awam, mereka menerima dan menjalankan lima peraturan. Demikianlah Petapa Gotama dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan oleh para siswanya, dan para siswanya  hidup dengan bergantung padanya, dengan menghormati dan menghargainya.’”

Quote
7. “Tetapi, Udāyin, berapa banyakkah kualitas yang engkau lihat dalam diriku yang karenanya para siswaKu menghormati, menghargai, memuja, dan memuliakanKu, dan hidup dengan bergantung padaKu, dengan menghormati dan menghargaiKu?”
"K" kapital

Quote
15. “Kemudian, Udāyin, Aku telah menyatakan kepada para siswaKu jalan untuk mengembangkan empat landasan perhatian.  Di sini seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan jasmani sebagai jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan terhadap dunia. Ia berdiam dengan merenungkan perasaan sebagai perasaan … Ia berdiam dengan merenungkan pikiran sebagai pikiran … Ia berdiam dengan merenungkjan obyek-obyek pikiran sebagai obyek-obyek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan terhadap dunia. Dan dengan demikian banyak siswaKu berdiam setelah mencapai pemenuhan dan kesempurnaan pengetahuan langsung.

Quote
22. “Kemudian, Udāyin, Aku telah menyatakan kepada para siswaKu jalan untuk mengembangkan delapan pembebasan ini.  Dengan memiliki bentuk materi, seseorang melihat bentuk-bentuk: ini adalah pembebasan pertama. Tidak melihat bentuk secara internal, ia melihat bentuk secara eksternal: ini adalah pembebasan ke dua. Ia bertekad hanya pada yang indah: ini adalah pembebasan ke tiga. [13] Dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada keragaman persepsi, manyadari bahwa ‘ruang adalah tanpa batas,

Quote
28. “Kemudian, para bhikkhu, dengan meninggalkan kesenangan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ia duduk dengan meliputi tubuh ini dengan pikiran yang murni dan cerah, sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya yang tidak terliputi oleh pikiran yang murni dan cerah. Bagaikan seorang yang duduk dan ditutupi dengan kain putih dari kepala ke bawah, sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya [278] yang tidak tertutupi oleh kain putih itu; demikianlah, seorang bhikkhu duduk dengan dengan meliputi tubuh ini dengan pikiran yang murni dan cerah, sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya [17] yang tidak terliputi oleh pikiran yang murni dan cerah itu. Dan dengan demikian banyak siswaKu berdiam setelah mencapai pemenuhan dan kesempurnaan pengetahuan langsung.

Quote
32. “Kemudian, Udāyin, Aku telah menyatakan kepada para siswaKu jalan yang mana dengan unsur telinga dewa, yang murni dan melampaui manusia, mereka mendengar kedua jenis suara, suara surgawi dan manusia, suara yang jauh maupun dekat. Bagaikan seorang peniup terumpet yang terampil dapat membuat tiupannya terdengar di empat penjuru tanpa kesulitan; demikian pula, Aku telah menyatakan kepada para siswaKu jalan yang mana dengan unsur telinga dewa … jauh maupun dekat. Dan dengan demikian banyak siswaKu berdiam setelah mencapai pemenuhan dan kesempurnaan pengetahuan langsung.
"trompet"

Quote
35. “Kemudian, Udāyin, Aku telah menyatakan kepada para siswaKu jalan yang mana dengan mata-dewa, yang murni dan melampaui manusia, mereka melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin. mereka memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka:
"M" kapital

Quote
(19. Hancurnya Noda-Noda)

35. “Kemudian, Udāyin, Aku telah menyatakan kepada para siswaKu jalan yang mana dengan menembusnya untuk diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung,
paragraf 36


77  Mahāsakuludāyi Sutta - Khotbah Panjang kepada Sakuludāyin
Spoiler: ShowHide
Quote
3. Kemudian, pada suatu pagi, Sang Bhagavā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah luarnya, pergi menuju Rājagaha untuk menerima dana makanan. Kemudian Beliau berpikir: “Masih terlalu pagi untuk pergi menerima dana makanan di Rājagaha. Bagaimana jika Aku mendatangi Pengembara Sakuludāyin di Taman Suaka Merak, taman para pengembara.”
"Nya"

Quote
5. ....
Sekarang di antara para petapa dan brahmana mulia ini, para pemimpin sekte ini … yang dianggap oleh banyak orang sebagai orang suci, siapakah yang yang dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan oleh para siswanya? Dan bagaimanakah, menghormati dan menghargainya, apakah mereka hidup dengan bergantung padanya?’

paragraf 6 gak ada.

Quote
9. ....
“Misalkan, Udāyin, para siswaKu menghormati, menghargai, memuja, dan memuliakanKu, dan hidup dengan bergantung padaKu, dengan menghormati dan menghargaiKu, dengan pikiran: ‘Petapa Gotama puas dengan segala jenis jubah dan memuji kepuasan atas segala jenis jubah.’ Sekarang ada siswa-siswaKu yang adalah pemakai jubah dari kain buangan, pemakai jubah kasar; mereka mengumpulkan potongan kain dari tanah pekuburan, dari tumpukan sampah, atau dari took-toko,

Quote
15. “Kemudian, Udāyin, Aku telah menyatakan kepada para siswaKu jalan untuk mengembangkan empat landasan perhatian.  Di sini seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan jasmani sebagai jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan terhadap dunia. Ia berdiam dengan merenungkan perasaan sebagai perasaan … Ia berdiam dengan merenungkan pikiran sebagai pikiran … Ia berdiam dengan merenungkjan obyek-obyek pikiran sebagai obyek-obyek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan terhadap dunia. Dan dengan demikian banyak siswaKu berdiam setelah mencapai pemenuhan dan kesempurnaan pengetahuan langsung.

Quote
17. “Kemudian, Udāyin, Aku telah menyatakan kepada para siswaKu jalan untuk mengembangkan empat landasan kekuatan batin. Di sini seorang bhikkhu mengembangkan landasan kekuatan batin yang terdapat dalam konsentrasi yang muncul dari semangat dan usaha penuh tekad. Ia mengembangkan landasan kekuatan batin yang terdapat dalam konsentrasi yang muncul dari kegigihan dan usaha penuh tekad. Ia mengembangkan landasan kekuatan batin yang terdapat dalam konsentrasi yang muncul dari [kemurnian] pikiran dan usaha penuh tekad. Ia mengembangkan landasan kekuatan batin yang terdapat dalam konsentrasi yang muncul dari penyelidilan dan usaha penuh tekad. Dan dengan demikian banyak siswaKu berdiam setelah mencapai pemenuhan dan kesempurnaan pengetahuan langsung.

Quote
28. “Kemudian, para bhikkhu, dengan meninggalkan kesenangan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ia duduk dengan meliputi tubuh ini dengan pikiran yang murni dan cerah, sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya yang tidak terliputi oleh pikiran yang murni dan cerah. Bagaikan seorang yang duduk dan ditutupi dengan kain putih dari kepala ke bawah, sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya [278] yang tidak tertutupi oleh kain putih itu; demikianlah, seorang bhikkhu duduk dengan dengan meliputi tubuh ini dengan pikiran yang murni dan cerah, sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya [17] yang tidak terliputi oleh pikiran yang murni dan cerah itu. Dan dengan demikian banyak siswaKu berdiam setelah mencapai pemenuhan dan kesempurnaan pengetahuan langsung.

Quote
32. “Kemudian, Udāyin, Aku telah menyatakan kepada para siswaKu jalan yang mana dengan unsur telinga dewa, yang murni dan melampaui manusia, mereka mendengar kedua jenis suara, suara surgawi dan manusia, suara yang jauh maupun dekat. Bagaikan seorang peniup terumpet yang terampil dapat membuat tiupannya terdengar di empat penjuru tanpa kesulitan; demikian pula, Aku telah menyatakan kepada para siswaKu jalan yang mana dengan unsur telinga dewa … jauh maupun dekat. Dan dengan demikian banyak siswaKu berdiam setelah mencapai pemenuhan dan kesempurnaan pengetahuan langsung.

Quote
35. “Kemudian, Udāyin, Aku telah menyatakan kepada para siswaKu jalan yang mana dengan mata-dewa, yang murni dan melampaui manusia, mereka melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin. mereka memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka:
"M" kapital


78  Samaṇamaṇḍikā Sutta - Samaṇamaṇḍikaputta
Spoiler: ShowHide
Quote
4. si tukang kayu Pañcakanga mendatang Pengembara Uggāhamāna dan saling bertukar sapa dengannya. [24] Ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi. Kemudian Pengembara Uggāhamāna berkata kepadanya:
"S" kapital  ;D

Quote
8. “Kalau begitu, Tukang kayu, maka seorang bayi yang lembut yang berbaring telungkup adalah terampil dalam apa yang bermanfaat, sempurna dalam apa yang bermanfaat, seorang petapa tak-terkalahkan yang mencapai pencapaian tinggi, menurut pernyataan Pengembara Uggāhamāna. Karena seorang bayi yang lembut yang berbaring telungkup bahkan tidak memiliki gagasan ‘jasmani,’ jadi bagaimana ia melakukan perbuatan buruk jasmani yang lebih dari sekadar menggeliat? Seorang bayi yang lembut yang berbaring telungkup bahkan tidak memiliki gagasan ‘ucapan,’ jadi bagaimana ia mengucapkan ucapan buruk melebihi rengekan? Seorang bayi yang lembut yang berbaring telungkup bahkan tidak memiliki gagasan ‘kehendak,’ jadi bagaimana ia memiliki kehendak buruk melebihi merajuk? Seorang bayi yang lembut yang berbaring telungkup bahkan tidak memiliki gagasan ‘penghidupan,’ jadi bagaimana [25] ia bagaimana melakukan penghidupan buruk yang melebihi menyusu pada dada ibunya? Kalau begitu, Tukang kayu, maka seorang bayi yang lembut yang berbaring telungkup adalah terampil dalam apa yang bermanfaat … menurut pernyataan Pengembara Uggāhamāna.

Quote
11. ....
“Dan di manakah kebiasaan-kebiasaan bermanfaat ini lenyap tanpa sisa? Lenyapnya disebutkan: di sini seorang bhikkhu bermoral, tetapi ia tidak mengidentifikan diri dengan moralitasnya, dan ia memahami sebagaimana adanya kebebasan pikiran dan kebebasan melalui kebijaksanaan itu di mana kebiasaan-kebiasaan bermanfaat itu lenyap tanpa sisa.

Quote
“Dan bagaimanakah ia mempraktikkan jalan menuju lenyapnya kebiasaan-kebiasaan bermanfaat? Di sini seorang bhikkhu membangkitkan semangat untuk tidak memunculkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang belum muncul … untuk mempertahankan kelangsungan, ketidak-lenyapan, memperkuat, meningkatkan, dan memenuhi dengan pengembangan kondisi-kondisi yang bermanfaat yang telah muncul, dan ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengerahkan pikirannya, dan berupaya. Seorang yang berlatih demikian mempraktikkan jalan menuju lenyapnya kebiasaan-kebiasaan bermanfaat.
kalimat yang di bold bermakna positif, sama dengan paragraf 10.
paragraf 11 tentang lenyapnya kebiasaan-kebiasaan bermanfaat, seharusnya bermakna negatif.
kasus yang sama di paragraf 13

Quote
13. .....
“Dan dari manakah kehendak-kehendak bermanfaat ini berasal-mula? Asal-mulanya disebutkan: kehendak-kehendak bermanfaat ini harus dikatakan bermula dari persepsi. Persepsi apakah? Akan tetapi persepsi ada banyak, bervariasi, dan terdiri dari banyak aspek, ada persepsi pelepasan keduniawian, persepsi tanp niat buruk, dan persepsi tanpa-kekejaman. Kehendak-kehendak bermanfaat berasal-mula dari ini.


79  Cūḷasakuludāyi Sutta - Khotbah Pendek kepada Sakuludāyin
Spoiler: ShowHide
Quote
2. Kemudian, pada suatu pagi, Sang Bhagavā merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan jubah luarnya, pergi menuju Rājagaha untuk menerima dana makanan. Kemudian Beliau berpikir: “Masih terlalu pagi untuk pergi menerima dana makanan di Rājagaha. Bagaimana jika Aku mendatangi Pengemabara Sakuludāyin di Taman Suaka Merak, taman para pengembara.”

Quote
22. “Bagaimana menurutmu, Udāyin? Pada saat ia meninggalkan membunuh makhluk-makhluk hidup dan menghindari makhluk-makhluk hidup, apakah dirinya merasakan hanya kenikmatan atau merasakan baik kenikmatan maupun kesakitan?”
menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup?

Quote
45. Ketika hal ini dikatakan, Pengembara Sakuludāyin berkata kepada Sang Bhagavā: “Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Guru Gotama telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah Beliau menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita adalam kegelapan agar mereka yang memiliki penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk. Aku berlindung pada Guru Gotama dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Aku ingin menerima pelepasan keduniawian di bawah Guru Gotama, aku ingin menerima penahbisan penuh.”


80 Vekhanassa Sutta - Kepada Vekhanassa
Spoiler: ShowHide
Quote
12. “Kaccāna, ada lima utas kenikmatan indria ini.  Apakah lima ini? Bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Suara-suara yang dikenali oleh telinga ... bau-bauan yang dikenali oleh hidung ... rasa kecapan yang dikenali oleh lidah ... obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan [43] yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Ini adalah lima utas kenikmatan indria.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #125 on: 18 April 2013, 09:12:16 AM »
KELOMPOK PARA RAJA (RĀJAVAGGA)
81  Ghaṭīkāra Sutta - Ghaṭīkāra si Pengrajin Tembikar
Spoiler: ShowHide
Quote
6. ....
“Suatu hari si pengrajin tembikar Ghaṭīkāra berkata kpada si murid brahmana Jotipāla sebagai berikut: ‘Sahabatku Jotipāla, marilah kita pergi menemui Sang Bhagavā Kassapa, yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Menurutku adalah baik sekali menemui Sang Bhagavā itu yang sempurna dan tercerahkan sempurna.’ Murid brahmana Jotipāla menjawab: ‘Cukup, sahabatku Ghaṭīkāra, apa gunanya menemui petapa berkepala gundul itu?’

Quote
10. ....
“Kemudian Sang Bhagavā Kassapa, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, memberikan instruksi, mendorong, membangkitkan semangat, dan menggembirakan Ghaṭīkāra si pengrajin tembikar dan Jotipāla di murid braahmana dengan pembabaran Dhamma. Di akhir pembabaran itu, setelah merasa senang dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā Kassapa, mereka bangkit dari duduk dan setelah bersujud kepada Sang Bhagavā Kassapa, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, mereka pergi.


82 Raṭṭhapāla Sutta - Tentang Raṭṭhapala
Spoiler: ShowHide
Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang mengembara di negeri Kusu bersama dengan sejumlah besar Sangha para bhikkhu, dan akhirnya Beliau tiba di suatu pemukiman Kuru bernama Thullakoṭṭhita.

Quote
4. Pada saat itu seorang anggota keluarga bernama Raṭṭhapāla, putera seorang kepala suku di Thullakoṭṭhita itu, sedang duduk di tengah-tengah pertemuan itu.  Kemudian ia berpikir: “Seperti yang kupahami dari Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagavā, tidaklah mudah sambil menetap di rumah menjalani kehidupan suci, yang sepenuhnya murni dan sempurna bagaikan kulit kerang yang digosok. Bagaimana jika aku mencukur rambut dan janggutku, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kedunaiwian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah.”

Quote
6. Segera setelah mereka pergi, Raṭṭhapāla mendatangi Sang Bhagavā, dan setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, seperti yang kupahami dari Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagavā, tidaklah mudah sambil menetap di rumah menjalani kehidupan suci, yang sepemuhnya murni dan sempurna bagaikan kulit kerang yang digosok. Yang Mulia, aku ingin mencukur rambut dan janggutku, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kedunaiwian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Aku ingin menerima pelepasan keduniawian di bawah Sang Bhagavā, aku ingin menerima penahbisan penuh.”

Quote
7. Kemudian Raṭṭhapāla bangkit dari duduknya, dan setelah bersujud kepada Sang Bhagavā, ia pergi, dengan Beliau tetap di sisi kanannya. Ia menghadap orangtuanya dan memberitahu mereka: “Ibu dan ayah, seperti yang kupahami dari Dhamma yang diajarkan oleh Sang Bhagavā, tidaklah mudah sambil menetap di rumah menjalani kehidupan suci, yang sepemuhnya murni dan sempurna bagaikan kulit kerang yang digosok. Aku ingin mencukur rambut dan janggutku, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Izinkanlah aku meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah.”

Quote
9. Kemudian orangtua Raṭṭhapāla mendatangi teman-temannya dan berkata: “Anak-anak, Raṭṭhāpala berbaring di lantai, setelah berkata: ‘Di sini aku akan mati atau menerima pelepasan keduniawian.’ Marilah, anak-anak, datangilah Raṭṭhapāla dan katakan kepadanya: ‘Teman Raṭṭhapāla, engkau adalah putera tunggal orangtuamu … Bangunlah, teman Raṭṭhapāla, makan, minum, dan hiburlah dirimu … [59] bagaimana mungkin orangtuamu mengizinkan engkau meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah selagi engkau masih hidup?”
"nya" yang merujuk pada Raṭṭhapāla, mungkin bisa dipertimbangkan untuk diganti dengan "Raṭṭhapāla" saja.
pas awal baca agak bingung, seolah2 "nya" itu adalah teman-teman orangtua Raṭṭhapāla. ::)

Quote
10. Kemudian teman-teman Raṭṭhapāla mendatanginya dan berkata: “Teman Raṭṭhapāla, engkau adalah putera tunggal orangtuamu, yang disayangi dam dicintai.

Quote
11. Kemudian teman-teman Raṭṭhapāla mendatang orangtuanya dan berkata kepada mereka: “Ibu dan ayah, Raṭṭhāpala berbaring di lantai, setelah berkata:

Quote
25. ....
Pemburu rusa memasang perangkap
   Tetapi sang rusa tidak terjebak;
   Kami memakan umpan dan sekarang pergi
   Meninggalkan di pemburu yang meratap.”
mungkin "si" ya?

Quote
28. Kemudian, dengan berkata: “Bagikanlah semua makanan yang telah dipersiapkan di sana,” Raja Koravya mempersiapkan sejumlah kereta, dan mengendarai salah satunya, dengan disertai oleh banyak kereta, ia pergi keluar dari Thullakjoṭṭhita dengan kemegahan penuh seorang raja untuk menemui Yang Mulia Raṭṭhapāla.
kelebihan "j"

Quote
33. “Dan apakah kehilangan sanak saudara? Di sini, Guru Raṭṭhapāla, seseorang memiliki banyak teman dan sahabat, sanak saudara dan kerabat. Perlahan-lahan sanak saudaranya itu menyusut. Ia mempertimbangkan sebagai berikut: “Sebelumnya aku memiliki banyak teman dan sahabat, sanak saudara dan kerabat. Perlahan-lahan sanak saudaranya itu menyusut. Tidaklah mudah bagiku untuk memperoleh kekayaan yang belum diperoleh … [68] …
kenapa jadi kekayaan? :-?


83  Makhādeva Sutta - Raja Makhādeva
Spoiler: ShowHide
Quote
2. Kemudian di suatu tempat tertentu, Beliau tersenyum. Yang Mulia Ānanda berpikir: “Apakah alasannya, apakah sebabnya, Sang Bhagavā tersenyun?

Quote
13. “Suatu ketika, Ānanda, ketika para dewa Tiga-Puluh-Tiga [79] mengadakan pertemuan di Aula Sudhamma, diskusi berikut ini muncul di antara mereka: ‘Suatu keuntungan, tuan-tuan, bagi penduduk Videha, suatu keuntungan besar bagi penduduk Videha bahwa raja mereka Raja Nimi adalah seorang raja yang adil yang memerintah sesuai dengan Dhamma, seorang raja besar yang mantap dalam Dhamm.

Quote
13. ....
“Raja Nimi menerima dengan berdiam diri. Kemudian, secepat seorang kuat merenungkan lengannya yang tertekuk atau menekuk lengannya yang terentang, Sakka, penguasa para dewa, lenyap dari hadapan Raja Nimi adn muncul di antara para dewa Tiga-Puluh-Tiga.

Quote
21. ....
[83] usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar. Ini adalah praktik baik yang dimulai olehKu saat ini, yang menuntun menuju kekecewaan sepenuhnya, menuju kebosanan sepenuhnya, menuju lenyapnya sepenuhnya, menuju kedamaian sepenuhnya, menuju pengetahuan langsung, penuju pencerahan sempurna, menuju Nibbāna.

“Ānanda, Aku katakan kepadamu: lanjutkanlah praktik baik yang dimulai olehKu ini dan jangan menjadi orang terakhir. Ānanda, jika ada dua orang yang hidup bersama, ia yang di bawah siapa melakukan pelanggaran atas praktik yang baik ini – ia adalah orang terakhir di antara keduanya. Oleh karena itu, Ānanda, aku katakan kepadamu: Lanjutkanlah praktik yang baik yang dimulai olehku ini dan janganlah menjadi orang terakhir.”
"A" dan "K" kapital


84  Madhurā Sutta - Di Madhurā
Spoiler: ShowHide
Quote
“Bagaimana menurutmu, Baginda? Jika seorang brahmana makmur dalam kekayaan, hasil panen, perak, atau emas, adakah para brahmana yang akan bangun sebelum dirinya dan tidur setelah dirinya, yang ingin melayaninya, yang beruaha menyenangkannnya dan berkata-kata manis dengannya, dan adakah para pedagang, para pekerja, dan para mulia [85] yang akan melakukan hal serupa?”

“Pasti ada, Guru Kaccāna.”

“Bagaimana menurutmu, Baginda? Jika seorang pedagang makmur dalam kekayaan, hasil panen, perak, atau emas, adakah para pedagang yang akan bangun sebelum dirinya dan tidur setelah dirinya, yang ingin melayaninya, yang beruaha menyenangkannnya dan berkata-kata manis dengannya, dan adakah para pekerja, para mulia, dan para brahmana yang akan melakukan hal serupa?”

“Pasti ada, Guru Kaccāna.”

“Bagaimana menurutmu, Baginda? Jika seorang pekerja makmur dalam kekayaan, hasil panen, perak, atau emas, adakah para pekerja yang akan bangun sebelum dirinya dan tidur setelah dirinya, yang ingin melayaninya, yang beruaha menyenangkannnya dan berkata-kata manis dengannya, dan adakah para mulia, para brahmana, dan para pedagang yang akan melakukan hal serupa?”

Quote
6. “Bagaimana menurutmu, Baginda? Misalkan seorang mulia menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria, menghindari ucapan salah, menghindari ucapan jahat, menghindari ucapan kasar, dan menghindari gossip, dan tidak tamak, memiliki pikiran tanpa niat buruk, dan menganut pandangan benar. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, apakah ia [sewajarnya] muncul kembali di alam yang bahagia, bahkan di alam surga, atau sebaliknya, atau bagaimanakah menurutmu mengenai hal ini?”
paragraf 7

paragraf 9 gak ada.

Quote
“Kami akan menghormatinya, Guru Kaccāna, atau kami akan bangkit ketika ia datang, atau mengundangnya untuk duduk; atau kami akan mengundangnya untuk menerima persembahan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan; atau kami akan mengatur penjagaan, pertahanan, dan perlindungan yang sesuai hukum untuknya. Mengapakah? Karena is telah kehilangan statusnya yang sebelumnya sebagai seorang mulia, dan hanya dikenal sebagai seorang petapa.”

“Bagaimana menurutmu, Baginda? Misalkan seorang brahmana … seorang pedagang … seorang pekerja, setelah mencukur rambut dan janggutnya … dan menjalani hidup selibat, bermoral, berkarakter baik. Bagaimanakah engkau memperlakukannya?

“Kami akan menghormatinya, Guru Kaccāna, atau kami akan bangkit ketika ia datang, atau mengundangnya untuk duduk; atau kami akan mengundangnya untuk menerima persembahan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan; atau kami akan mengatur penjagaan, pertahanan, dan perlindungan yang sesuai hukum untuknya. Mengapakah? Karena is telah kehilangan statusnya yang sebelumnya sebagai seorang brahmana ... seorang pedagang ... seorang pekerja, dan hanya dikenal sebagai seorang petapa.”

Quote
10. “Ketika hal ini dikatakan, Raja Avantiputta dari Madhurā berkata kepada Yang Mulia Mahā Kaccāna: “Mengagumkan, Guru Kaccāna! Mengagumkan, Guru Kaccāna! Guru Kaccāna telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah ia menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita adalam kegelapan agar mereka yang memiliki penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk. Aku berlindung pada Guru Kaccāna dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini sudilah Guru Kaccāna mengingatku sebagai seorang umat awam yang telah menerima perlindungan seumur hidup.”


85  Bodhirājakumāra Sutta - Kepada Pangeran Bodhi
Spoiler: ShowHide
Quote
[91] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di negeri Bhagga di Suṁsumāragira di Hutan Bhesakaḷā, Taman Rusa.
"Negeri"

Quote
56. ....
“Yang Mulia, bahkan jika ia memiliki salah satu kekuarangan itu, maka ia tidak akan dapat mempelajarinya dariku, apa lagi lima?”

Quote
57. “Bagaimana menurutmu, Pangeran? Misalkan seseorang datang ke sini dengan pikiran: [95] ‘Pangeran Bodhi mengetahui seni menggunakan tongkat kendali ketika menunggang seekor gajah; aku akan mempelajari seni itu darinya.’ Jika ia memiliki keyakinan, ia dapat mencapai apa yang dapat dicapai oleh seseorang yang memiliki keyakinan; Jika ia bebas dari penyakit, ia dapat mencapai apa yang dapat dicapai oleh seseorang yang bebas dari penyakit; jika ia jujur dan tulus, ia tidak dapat mencapai apa yang dapat dicapai oleh seseorang yang jujur dan tulus;

Quote
60. ....
“Jangan berkata begitu, Sañjikāputta, jangan berkata begitu. Aku mendengar dan mengetahui ini dari mulut ibuku: [97] Pernah pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Kosambi di Taman Ghosita. Kemudian ibuku, yang sedang hamil, mendatangi Sang Bhagavā, dan setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Beliau: ‘Yang Mulia, pangeran atau puteri dalam rahimku, yang manapun itu, berlindung pada Sang Bhagavā dan pada Dhamma dan pada Sangha para bhikkhu. Sudilah Sang Bhagavā mengingat [anak ini] sebagai seorang umat awam yang telah menerima perlindungan seumur hidup.’
"putri"


86  Angulimāla Sutta - Tentang Angulimāla
Spoiler: ShowHide
Quote
9. Kemudian pada tengah hari itu Raja Pasenadi dari Kosala keluar dari Sāvatthī bersama dengan lima ratus orang prajurit dan pergi menuju taman. Ia berkendara sejauh yang bisa dilalui keretanya, dan kemudian turun dari kereta dan melanjutkan dengan berjalan kaki menuju Sang Bhagavā. [101] setelah bersujud kepada Sang Bhagavā, ia duduk di satu sisi, dan Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Ada apa, Baginda? Apakah Raja Seniya Bimbisara dari Magadha menyerangmu, atau para Licchavi dari Vesāli, atau raja-raja kejam lainnya?”
"S" kapital

Quote
10. ”Yang Mulia, Raja Seniya Bimbisara dari Magadha tidak menyerangku, juga tidak para Licchavi dari Vesāli, juga tidak raja-raja kejam lainnya. Tetapi ada seorang penjahat di wailayahku bernama Angulimāla, yang adalah seorang pembunuh, dengan tangan darah, kejam, tanpa belas kasihan terhadap makhluk-makhluk hidup. Desa-desa, kota-kota, dan wilayah-wilayah dihancurkan olehnya. Ia terus-menerus membunuh orang dan ia menggunakan jari korbannya sebagai kalung. Aku tidak akan bisa menangkapnya, Yang Mulia.”

Quote
13. Yang Mulia Angulimāla sebelumnya adalah seorang penghuni hutan, pemakan dana makanan, pemakai jubah dari kain terbuang, dan membatasi dirinya dengan tiga jubah. Ia menjawab: “Cukup, Baginda, tiga jubahku sudah lengkap.”

Raja Pasenadi kemudian kembali ke Sang Bhagavā, dan setelah memberi hormat kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan berkata: “Sungguh menakjubkan, Yang Mulia, sungguh mengagumkan bagaimana Bhagavā menjinakkan yang belum jinak, membawa kedamaian bagi yang tidak damai, dan menuntun ke Nibbāna bagi mereka yang belum mencapai Nibbāna. Yang Mulia, kami sendiri tidak mampu menjinakkannya dengan kekerasan dan senjata., namun Sang Bhagavā menjinakkannya tanpa menggunakan kekerasan dan senjata. Dan sekarang, Yang Mulia, kami pamit. Kami sibuk dan banyak yang harus dikerjakan.”
titik atau koma?

Quote
16. Tidak lama, berdiam sendirian, mengasingkan diri, rajin, tekun, dan teguh, Yang mulia Angulimāla,
"Mulia"


87  Piyajātika Sutta - Terlahir dari Mereka yang Disayangi
Spoiler: ShowHide
Quote
3. Kemudian perumah tangga itu mendatangi Sang Bhagavā, dan setelah bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi. Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Perumah tangga, indria-indriamu tidak seperti indria-indria mereka yang mengendalikan pikirannya. Indra-indriamu tidak sewajarnya.”

Quote
4. Pada saat itu beberapa orang penjudi sedang bermain dadu tidak jauh dari Sang Bhagavā. Kemudian perumah tangga itu mendatangi para penjudi itu dan berkata: “Baru saja, tuan-tuan, [107] aku mendatangi Petapa Gotama, dan setelah bersujud kepada Beliau, aku duduk di satu sisi. Ketika aku talah melakukan demikian, Petapa Gotama berkata kepadaku:

Quote
8. “Dapat dipahami dari ini, Brahmana, bagaimana dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan ditimbulkan dari mereka yang disayangi, muncul dari mereka yang disayangi. Suatu ketika di Sāvatthī yang sama ini ada seorang wanita yang ibunya meninggal dunia. Karena kematian ibunya, ia menjadi gila, menjadi tidak waras, dan berkeliaran dari jelan ke jalan dan dari persimpangan ke persimpangan, dengan mengatakan: ‘Apakah kalian melihat ibuku? Apakah kalian melihat ibuku?’ [109]
di paragraf 9-14 dan 15-21 juga.


88  Bāhitika Sutta - Mantel
Spoiler: ShowHide
Quote
5. “Bagik, Baginda,” orang itu menjawab, dan ia m

Quote
6. Yang Mulia Ānanda menerima dengan berdiam diri. Kemudian Raja Pasenadi dari Kosala menunggang gajahnya sejauh gajah itu dapat pergi, dan kemudian ia turun dan mendatangi Yang Mulia Ānanda dengan berjalan kaki. Setelah bersujud kepadanya, ia berdiri di satu sisi dan berkata kepada Yang Mulia Ānanda: ’Yang Mulia, jika Yang Mulia Ānanda tidak memiliki urusan mendesak, mungkin Yang Mulia Ānanda sudi mendatangi tepi sungai Aciravati, demi belas kasihan.
"S" kapital

Quote
9. “Sungguh mengagumkan, Yang Mulia, sungguh menakjubkan! Karena apa yang tidak mampu kami capai dengan sebuah pertanyaan telah dicapai oleh Yang Mulia Ānanda dengan jawaban atas pertanyaan tersebut. Kami tidak mengenali sesuatu yang tidak berharga dalam pujian dan celaan orang lain yang diucapkan oleh orang-orang dungu, yang mengucapkan dengan tanpa menyelidiki dan mengevaluasi; tetapi kami mengenalinya sebagai berharga pujian dan celaan orang-orang lain yang diucapkan oleh orang-orang bijaksana, cerdas dan pintar yang mengucapkan setelah menyelidiki dan mengevaluasi.
"tidak mengenali sesuatu yang tidak berharga" artinya kan mengenali sesuatu yang berharga dalam pujian dan celaan orang lain yang diucapkan oleh orang-orang dungu, yang mengucapkan dengan tanpa menyelidiki dan mengevaluasi.
Mungkin maksudnya "mengenali sesuatu yang tidak berharga" atau "tidak mengenali sesuatu yang berharga"  ::)


89 Dhammacetiya Sutta - Monumen Dhamma
Spoiler: ShowHide
Quote
3. Kemudian Raja Pasenadi dari Kosala menaiki sebuah kereta kerajaan, dan disertai dengan kereta-kereta lainnya, pergi dari nagaraka menuju pemukiman Sakya di Medaḷumpa. Ia tiba di sana ketika hari masih siang dan melanjutkan perjalanan menuju taman. Ia berkendara sejauh jalan yang dapat dilalui kereta-kereta dan kemudian turun dari keretanya dan memasuki taman dengan berjalan kaki.
paragraf ke 6.
"Nagaraka"

Quote
10. “Yang Mulia, aku menyimpulkan menurut Dhamma tentang Sang Bhagavā: ‘Sang Bhagavā telah mencapai Penerangan Sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna, Sangha siswa Sang Bhagavā mempraktikkan jalan yang benar.’ Sekarang, Yang Mulia, aku melihat beberapa petapa dan brahmana yang menjalani kehidupan suci terbatas selama sepuluh tahun, dua puluh tahun, tiga puluh tahun, atau empat puluh tahun, dan kemudian belakangan aku melihat mereka berpenampilan rapi dan dengan hiasan indah, dengan rambut dan janggut tercukur rapi, menikmati dan memiliki lima utas kenikmatan idnria.

Quote
11. “Kemudian, Yang Mulia, para raja bertengkar dengan para raja, para mulia dengan para mulia, para brahmana dengan para brahmana, para perumah tangga dengan para perumah tangga, ibu bertengkar dengan puteranya, putera dengan ibunya, ayah dengan puteranya, putera dengan ayahnya, saudara laki-laki bertengkar dengan saudara laki-laki, saudara laki-laki dengan saudara perempuan, saudara perempuan dengan saudara laki-laki, teman dengan teman.
laki-laki atau perempuan?


90 Kaṇṇakatthala Sutta - Di Kaṇṇakatthala
Spoiler: ShowHide
Quote
14. .....
“Demikian pula, Jenderal, para dewa yabng masih tunduk pada niat-buruk dan yang kembali ke alam [manusia] ini bahkan tidak dapat melihat para dewa yang tidak lagi tunduk pada niat-buruk dan yang tidak kembali lagi ke alam [manusia] ini; jadi bagaimana mungkin mereka menjatuhkan atau mengusir mereka dari tempat itu?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #126 on: 18 April 2013, 09:54:09 AM »
KELOMPOK PARA BRAHMANA (BRĀHMAṆAVAGGA)
91 Brahmāyu Sutta - Brahmāyu
Spoiler: ShowHide
Quote
4. Pada saat itu Brahmana Brahmāyu memiliki seorang murid brahmana bernama Uttara yang menguasai Tiga Veda ... mahir dalam filosofi alam dan dalam tanda-tanda manusia luar biasa. Ia berkata kepada muridnya: “Muridku Uttara, Petapa Gotama, putera Sakya yang meninggalkan keduniawian dari suku Sakya, telah mengembara di negeri Videha bersama dengan sejumlah besar para bhikkhu, berjumlah lima ratus bhikkhu ...
"N" kapital ;D

Quote
5. “Tetapi bagaimanakah aku mengetahuinya, Tuan, apakah berita yang menyebar tentangnya benar atau tidak, dan apakah Guru Gotama adalah seorang yang seperti ini atau bukan?”

“Muridku Uttara, tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa telah diturunkan dalam syair-syair pujian kita, dan Manusia Luar Biasa yang memiliki tanda-tanda itu hanya memiliki dua takdir yang mungkin, tidak ada yang lain.  Jika ia menjalani kehidupan rumah tangga, maka ia akan menjadi seorang Raja Pemutar-Roda, seorang raja yang adil yang memerintah sesuai Dhamma, penguasa keempat penjuru, maha-panakluk, yang telah menstabilkan negerinya dan memiliki tujuh pusaka. Ia memiliki tujuh pusaka ini: Pusaka-roda, pusaka-gajah, pusaka-kuda, pusaka-permata, pusaka-perempuan, pusaka-pelayan, dan pusaka-penasihat sebagai yang ke tujuh.  Anak-anaknya, yang lebih dari seribu, berani dan gagah perkasa, dan menggilas bala tentara lainnya; di seluruh bumi ini yang dibatasi oleh samudera, ia memerintah tanpa menggunakan tongkat, tanpa senjata, dengan menggunakan Dhamma. Tetapi jika ia meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah, maka ia akan menjadi Yang Sempurna, seorang Yang Tercerahkan Sempurna, yang menyingkapkan selubung dunia.  Tetapi aku, muridku Uttara, adalah pemberi syair-syair pujian; engkau adalah penerimanya.”
"samudra"

Quote
8. Kemudian murid brahmana Uttara berpikir: “Petapa Gotama memiliki ketiga puluh dua tanda seorang Manusia Luar Biasa. Bagaimana jika aku mengikuti Petapa Gotama dan mengamati perilakunya?”

Kemudian ia mengikuti Sang Bhagavā selama tujuh bulan bagaikan bayangan, tidak pernah meninggalkanNya. Di akhir tujuh bulan itu di negeri Videha, ....
"B" kapital

Quote
10. “Ketika Beliau berjalan, Beliau melangkahkan kaki kanan terlebih dulu. Beliau tidak melangkahkan kakiNya terlalu jauh atau terlalu dekat. Beliau tidak berjalan terlalu cepat juga tidak terlalu lambat. Beliau berjalan tanpa kedua lututnya saling beradu. Beliau berjalan tanpa mengangkat atau menurunkan pahanya, dan tanpa merapatkan atau merenggangkannya.
"Nya"
semuanya kata "nya" yang merujuk kepada Sang Buddha.

Quote
24. Kemudian, dalam pengembaraanNya, Sang Bhagavā akhirnya tiba di Mithilā. Di sana Sang Bhagavā menetap di Hutan Mangga Makhādeva. Para brahmana perumah tangga di Mithilā mendengar: [141] “Petapa Gotama, putera Sakya yang meninggalkan keduniawian dari suku Sakya, telah mengembara di negeri Videha ....

Quote
37. Kemudian ia berkata kepada Sang Bhagavā: “Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Guru Gotama telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah Beliau menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita adalam kegelapan ....


92 Sela Sutta - Kepada Sela
Spoiler: ShowHide
Quote
3. Kemudian Petapa berambut kusut Keṇiya mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau, dan ketika ramah-tamah ini berakhir, ia duduk di satu sisi. Sang Bhagavā memberikan instruksi, mendorong, membangkitkan semangat, dan menggembirakannya dengan khotbah Dhamma. Kemudian, setelah diberikan instruksi, didorong, dibangkitkan semangatnya, dan digembirakan oleh Sang Bhagavā dengan khotbah Dhamma, petapa berambut kusut Keṇiya berkata kepada Sang Bhagavā: “Sudilah Guru Gotama bersama dengan Sangha para bhikkhu menerime persembahan makanan dariku besok.”

Ketika hal ini dikatakan, Sang Bhagava berkata kepadanya: “Sangha para bhikkhu berjumlah besar, Keṇiya, [104] terdiri dari seribu dua ratus lima puluh bhikkhu, dan engkau berkeyakinan penuh pada para brahmana.”

Untuk ke dua kalinya petapa berambut kusut Keṇiya berkata kepada Sang Bhagavā: “Walaupun Sangha para bhikkhu berjumlah besar, Guru Gotama, terdiri dari seribu dua ratus lima puluh bhikkhu, dan walaupun aku berkeyakinan penuh pada para brahmana, namun sudilah Guru Gotama bersama dengan Sangha para bhikkhu menerime persembahan makanan dariku besok.” Untuk ke dua kalinya Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Sangha para bhikkhu berjumlah besar, Keṇiya …”

Quote
10. Kemudian Brahmana Sela berpikir: “Bahkan kata ‘Buddha’ saja sulit terdengar di dunia ini. Sekarang tiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa telah diturunkan dalam syair-syair pujian kita, dan Manusia Luar Biasa yang memiliki tanda-tanda itu hanya memiliki dua takdir yang mungkin, tidak ada yang lain. Jika ia menjalani kehidupan rumah tangga, maka ia akan menjadi seorang Raja Pemutar-Roda, seorang raja yang adil yang memerintah sesuai Dhamma, penguasa keempat penjuru, maha-panakluk, ....

Quote
15. Kemudian Brahmana Sela berpikir: “Petapa Gotama memiliki ketiga puluh dua tanda Manusia Luar Biasa; tanda-tanda itu lengkap, bukan tidak lengkap. Tetapi aku tidak tahu apakah Beliau adalah Buddha atau bukan. Akan tetapi, aku telah mendengar dari para para sesepuh brahmana yang lanjut usia ....


93  Assalāyana Sutta - Kepada Assalāyana
Spoiler: ShowHide
Quote
11. ....
Bagaimana menurutmu, Assalāyana? Ketika api dinyalakan dan panas dihasilkan oleh seseorang dalam kelompok pertama, apakah api itu memiliki kobaran, warna, dan cahaya, dan apakah mungkin untuk menggunakannya sebagai fungsi api, sementara ketika api dinyalan dan panas dihasilkan oleh seseorang dari kelompok ke dua, api itu tidak memiliki kobaran, tanpa warna, dan tanpa cahaya, dan tidak mungkin menggunakannya sebagai fungsi api?”

Quote
14. “Bagaimana menurutmu, Assalāyana? Misalkan seekor kuda betina dikawinkan denagn seekor keledai jantan, dan seekor anak kuda terlahir sebagai akibatnya. Apakah anak kuda itu disebut seekor kuda mengikuti sang ibu atau seekor keledai mengikuti sang ayah?”

Quote
18, “Suatu ketika, Assalāyana, ketika tujuh petapa brahmana sedang berdiskusi di dalam sebuah gubuk daun di dalam hutan, pandangan sesat ini muncul pada mereka: ‘Para Brahmana adalah kasta tertinggi ... [155] ... pewaris Brahmā.’ Petapa Devala si Gelap mendengar hal ini.  Kemudian ia merapikan rambut dan janggutnya, mengenakan pakaian berwarna kuning, memakai sandal besar, dan memegang tongkat emas, ia muncul di halaman gubuk ketujuh petapa brahmana itu. Kemudian, selagi berjalan mondar-mandir di halaman gubuk ketujuh petapa brahmana itu, Petapa Devala si Gelap berkata sebagai berikut: ‘Kemanakah para petapa brahmana mulia itu pergi? Kemanakah para petapa brahmana mulia itu pergi?’ Kemudian ketujuh petapa brahmana itu berpikir: ‘Siapakah yang berjalan mondar-mandir di halaman gubuk ketujuh petapa brahmana seperti orang dusun dan mengatakan: “Kemanakah para petapa brahmana mulia itu pergi? Kemanakah para petapa brahmana mulia itu pergi?” mari kita mengutuknya!’ Kemudian ketujuh petapa brahmaan itu mengutuk petapa Devala si Gelap sebagai berikut: ....

Quote
19. Ketika hal ini dikatakan, murid brahmana Assalāyana berkata kepada Sang Bhagavā: “Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagunkan, Guru Gotama! ... (seperti Sutta 91, §37)  ... Mulai hari ini sudilah Guru Gotama mengingatkan sebagai seorang umat awam yang telah menerima perlindungan seumur hidup.”


94  Ghoṭamukha Sutta - Kepada Ghoṭamukha
Spoiler: ShowHide
Quote
31. Ketika hal ini dikatakan, Brahmana Ghoṭamukha berkata kepada Yang Mulia Udena: “Mengagumkan, Guru Udena! Mengagumkan, Guru Udena! Guru Udena telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah Beliau menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita adalam kegelapan  ....

Quote
11. “Jika kami mendengar bahwa Guru Gotama berada sepuluh liga jauhnya, maka kami akan pergi sejauh sepuluh liga untuk menemui Guru Gotama, yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Jika kami mendengar bahwa Guru Gotama berada dua puluh liga ... tiga puluh liga ... empat puluh liga ... lima puluh liga ... seratus liga, [163] maka kami akan pergi sejauh sertus liga untuk menemui Guru Gotama, yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Tetapi karena Guru Gotama telah mencapai Nibbāna akhir, maka kami berlindung pada Guru Gotama itu, dan kepada Dhamma, dan kepada Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini sudilah Guru Udena mengingatku sebagai seorang umat awam yang telah menerima perlindungan seumur hidup.
kenapa paragraf 11 nyasar diantara 32 dan 33?


95 Cankī Sutta - Bersama Cankī
Spoiler: ShowHide
Quote
[164] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.  Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang mengembara di negeri Kosala bersama dengan sejumlah besar Sangha para bhikkhu, dan akhirnya Beliau tiba di sebuah desa brahmana Kosala bernama Opasāda. Di sana Sang Bhagavā menetap di Hutan Para Dewa,  Hutan Pohon-Sāla di utara Opāsada.

Quote
6. “Tuan, ada Petapa Gotama, putera Sakya yang meninggalkan keduniawian dari suku Sakya, yang sedang mengembara di negeri Kosala … (seperti Sutta 91, §3) … Mereka pergi menemui Guru Gotama.”

Quote
13. “Bagaimanakah, Bhāradvāja, di antara para brahmana adakah bahkan seorang brahamana yang mengatakan sebagai berikut: ‘Aku mengetahui ini, aku melihat ini: hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah’?” – “Tidak, Guru Gotama.”

Quote
20. “Ketika ia telah menyelidikinya dan telah melihat bahwa ia murni dari kondisi-kondisi yang berdasarkan pada kebodohan, kemudian ia berkeyakinan padanya; dengan penuh keyakinan ia mengunjunginya dan memberikan penghormatan kepadanya; setelah memberikan penghormatan, ia mendengarkan; ketika ia mendengarkan, ia mendengar Dhamma; setelah mendengar Dhamma, ia menghafalnya dan meneliti makna dari ajaran yang telah ia hafalkan; ketika ia meneliti makna maknanya, ia memperoleh penerimaan atas ajaran-ajran itu melalui perenungan; ....

Quote
31. “Tetapi apakah, Guru Gotama, yang paling membantu dalam mengunjungi? Kami bertanya kepada Guru Gotama tentang hal yang paling membantu dalam mengunjungi.”
paragraf 33


96 Esukārī Sutta - Kepada Esukārī
Spoiler: ShowHide
Quote
8. ....
“Di sini, Brahmana, seseorang yang rupawan … seseorang yang kaya mungkin membunuh makhluk-makhluk hidup … dan menganut pandangan salah. Oleh karena itu Aku tidak mengatakan bahwa seseorang adalah lebih baik karena ia rupawan … karena ia kaya. Tetapi juga, Brahmana, seseorang yang rupawan … seseorang yang kaya … mungkin menghindari membunuh mangkuk-makhluk hidup … dan menganut pandangan benar. Oleh karena itu [180] Aku tidak mengatakan bahwa seseorang adalah lebih buruk karena ia rupawan … karena ia kaya.

Quote
13. “Jika, Brahmana, seseorang dari kasta mulia meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah, dan setelah menemukan Dhamma dan Disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata, ia menghindari membunuh mangkuk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria, menghindari ucapan salah, menghindari ucapan jahat, menghindari ucapan kasar, dan menghindari gossip, dan tidak tamak, memiliki pikiran tanpa niat buruk, dan menganut pandangan benar, maka ia adalah seorang yang menyelesaikan jalan yang benar, Dhamma yang bermanfaat.

Jika, Brahmana, seseorang dari kasta brahmana meninggalkan keduniawian … Jika seseorang dari kasta pedagang meninggalkan keduniawian … Jika seseorang dari kasta pekerja meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah, dan setelah menemukan Dhamma dan Disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata, ia menghindari membunuh mangkuk-makhluk hidup … dan menganut pandangan benar, maka ia adalah seorang yang menyelesaikan jalan yang benar, Dhamma yang bermanfaat.[182]

Quote
14. .....
“Demikian pula, Brahmana, jika seseorang dari kasta mulia meninggalkan keduniawian … (ulamgi §13) … ia adalah seorang yang menyelesaikan jalan yang benar, Dhamma yang bermanfaat.
di paragraf 15 dan 16 juga.


97 Dhānañjāni Sutta - Kepada Dhānañjāni
Spoiler: ShowHide
Quote
16. “Bagaimana menurutmu, Dhānañjāni? Siapakah yang lebih baik Seorang yang demi orangtuanya berperilaku berlawanan dengan Dhamma, berperilaku tidak jujur, atau seorang yang demi orangtuanya berperilaku sesuai dengan Dhamma, berperilaku jujur?”

Quote
17-25. “Bagaimana menurutmu, Dhānañjāni? Siapakah yang lebih baik Seorang yang demi istri dan anak-anaknya … [189] ...
"s" nya kenapa kapital? ;D

Quote
31. ....
Kemudian Yang Mulia Sāriputta berpikir: “Para brahmana ini membaktikan diri pada alam-Brahma. Bagaimana jika aku mengajarkan kepada Brahmana Dhānañjāni jalan menuju alam Brahmā?” [Dan ia berkata:] “Dhānañjāni, aku akan mengajarkan kepadamu jalan menuju alam Brahmā. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan aku katakana.” – “Baik, Yang Mulia,” ia menjawab. [195] Yang Mulia berkata sebagai berikut:


98 Vāseṭṭha Sutta - Kepada Vāseṭṭha
Spoiler: ShowHide
Quote
63. Seseorang yang memiliki tiga pengetahuan,
Dmai, dengan segala penjelmaan dihancurkan:
Kenalilah ia demikian, O Vāseṭṭha,
Sebagai Brahmā dan Sakka bagi mereka yang tidak memahami.”


99 Subha Sutta - Kepada Subha
Spoiler: ShowHide
Quote
4. “Guru Gotama, para brahmana mengatakan sebagai berikut: ‘Perumah tangga menyempurnakan jalan yang benar, Dhamma yang bermanfaat. Seorang yang meninggalkan keduniawian [dan menjalani kehidupan tanpa rumah] tidak meyempurnakan jalan yang benar, Dhamma yang bermanfaat.’ Apakah yang Guru Gotama katakan sehubungan dengan hal ini?”
tidak menyempurnakan jalan yang benar?

Quote
8. “Guru Goatama, para brahmana menetapkan lima hal bagi pelaksanaan kebajikan, untuk menyempurnakan yang bermanfaat.”

Quote
16. Sekarang ada lima utas kenikmatan indria ini, murid. Apakah lima ini? Bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu.

Quote
22. Ketika hal ini dikatakan, murid brahmana Subha, putera Todeyya, berkata kepada Sang Bhagavā: “Guru Gotama, aku telah mendengar bahwa Petapa Gotama mengetahui jalan menuju alam-Brahma.”

“Bagaimana menurutmu, murid? Apakah desa Naḷakāra dekat dari sini, tidak jauh dari sini?”

“Ya, Tuan, desa Naḷakāra dekat dari sini, tidak jauh dari sini.”

“Bagaimana menurutmu, murid? Misalkan ada seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan di desa Naḷakāra, dan segera setelah ia meninggalkan Naḷakāra mereka menanyalan kepadanya tentang jalan menuju desa itu. Apakah orang itu akan lambat atau ragu-ragu dalam menjawabnya?”

“Tidak, Guru Gotama. Mengapakah? Karena orang itu dilahirkan dan dibesarkan di Naḷakāra, dan mengenal dengan baik semua jalan menuju desa itu.”

“Bagaimanapun juga, seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan di desa Naḷakāra [207] mungkin saja lambat atau ragu-ragu dalam menjawab ketika ditanya tentang jalan menuju desa itu, tetapi seorang Tathāgata, ketika ditanya tentang alam-Brahma atau jalan menuju alam-Brahma, tidak akan pernah lambat atau ragu-ragu dalam menjawab. Aku memahami, Brahmā, murid, dan Aku memahami alam-Brahma, dan Aku memahami jalan menuju alam-Brahma, dan Aku memahami bagaimana seseorang belatih agar muncul kembali di alam-Brahma.”
"D" kapital

paragraf 24-27 : "trompet"

Quote
28. Ketika hal ini dikatakan, murid brahmana Subha, putera Todeyya, berkata kepada Sang Bhagavā: “Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Guru Gotama telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah Beliau menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita adalam kegelapan ....


100  Sangārava Sutta - Kepada Sangārava
Spoiler: ShowHide
Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang mengembara di negeri Kosala bersama dengan sejumlah besar Sangha para bhikkhu.

Quote
3. ....

“Baik, Tuan,” brahman perempuan Dhānañjāni menjawab.

Quote
4. Kemudian, setelah mengembara secara bertahap di negeri Kosala, Sang Bhagavā akhirnya tiba di Caṇḍalakappa. Di Caṇḍalakappa Sang Bhagavā menetap di Hutan Mangga milik para brahmana suku Todeyya.

Quote
43. Ketika hal ini dikatakan, murid brahmana Sangārava berkata kepada Sang Bhagavā: “Mengagumkan, Guru Gotama! Mengagumkan, Guru Gotama! Guru Gotama telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara, seolah-olah Beliau menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi yang tersesat, atau menyalakan pelita adalam kegelapan


MN II Selesai
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #127 on: 04 May 2013, 08:27:02 AM »
Majjhima Nikaya, Bagian III (Lima puluh khotbah terakhir)

KELOMPOK DI DEVADAHA (DEVADAHAVAGGA)
101  Devadaha Sutta - Di Devadaha
Spoiler: ShowHide
Quote
[214] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap negeri Sakya di mana terdapat sebuah pemukiman Sakya bernama Devadaha. Di sana Sang Bhagavā memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
menetap di Negeri Sakya

Paragraf ke 9 gak ada.

Quote
21. “’Jadi sepertinya, Teman Nigaṇṭha, bahwa adalah tidak mungkin bahwa suatu perbuatan [yang akibatnya] harus dialami di sini dan saat ini dapat, melalui pengerahan dan usaha keras, menjadi perbuatan [yang akibatnya] dialami dalam kehidupan mendatang, …
mungkin kata “bahwa” nya di pilih satu aja.
Tapi tergantung teks aslinya juga sih. ;D

Quote
22. ……
(4) “Jika kenikmatan dan kesakitan yang sedang dirasakan adalah disebabkan oleh kelompok [di antara enam kelompok kelahiarn],  maka para Nigaṇṭha pasti berasal dari kelompok yang buruk, karena mereka saat ini merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk.
Di paragraph 46 juga.


102  Pañcattaya Sutta - Lima dan Tiga
Spoiler: ShowHide
Quote
10. “Sang Tathāgata, para bhikkhu, memahami hal ini sebagai berikut: ‘Para petapa dan brahmana baik itu yang menjelaskan diri sebagai bukan memiliki persepsi juga bukan tidak memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian menggambarkan diri itu, yang bukan memiliki juga bukan tidak memiliki persepsi dan tidak rusak setelah kematian, sebagai materi ... atau bukan materi juga bukan bukan-materi. Jika petapa atau brahmana manapun menjelaskan bahwa memasuki landasan ini terjadi melalui bentukan-bantukan sehubungan dengan apa yang dilihat, didengar, dicerap  ……


104  Sāmagāma Sutta - Di Sāmagāma
Spoiler: ShowHide
Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di negeri Sakya di Sāmagāma.

Quote
6. “Terdapat, Ānanda, enam akar perselisihan ini.  Apakah enam ini? Di sini, Ānanda, seorang bhikkhu marah dan kesal. Bhikkhu demikian berdiam tanpa menghormati dan tanpa menghargai Sang Guru, Dhamma, dan Sangha, dan ia tidak memenuhi latihan. Seorang bhikkhu yang tidak menghormati dan tidak menghargai Sang Guru, Dhamma, dan Sangha, [246] dan yang tidak memenuhi latihan, menciptakan perselisihan dalam Sangha, yang dapat mengakibatkan bahaya dan ketidak-bahagiaan banyak makhluk, menghasilkan kehilangan, kemalangan, dan penderitaan para dewa dan manusia. Sekarang jika engkau melihat akar perselisihan demikian apakah dalam dirimu atau secara eksternal, maka engkau harus berusaha untuk meninggalkan akar perselisihan yang buruk yang sama itu. dan jika engkau tidak melihat akar perselisihan demikian apakah dalam dirimu atau secara eksternal, …

7-11. “Kemudian, seorang bhikkhu bersikap meremehkan dan congkak … iri dan tamak … curang dan menipu … berkeinginan jahat dan berpandangan salah, dan melepaskannya dengan susah-payah. Bhikkhu demikian berdiam tanpa menghormati dan tanpa menghargai Sang Guru, Dhamma, dan Sangha, dan ia tidak memenuhi latihan. Seorang bhikkhu yang tidak menghormati dan tidak menghargai Sang Guru, Dhamma, dan Sangha, dan yang tidak memenuhi latihan, menciptakan perselisihan dalam Sangha, yang dapat mengakibatkan bahaya dan ketidak-bahagiaan banyak makhluk, menghasilkan kehilangan, kemalangan, dan penderitaan para dewa dan manusia. Sekarang jika engkau melihat akar perselisihan demikian apakah dalam dirimu atau secara eksternal, maka engkau harus berusaha untuk meninggalkan akar perselisihan yang buruk yang sama itu. dan jika engkau tidak melihat akar

14. “Dan bagaimanakah terjadinya penghapusan perkara melalui konfrontasi?  Di sini para bhikkhu berselisih: ‘Ini adalah Dhamma,’ atau ‘Ini bukan Dhamma,’ atau ‘Ini adalah Disiplin,’ atau ‘Ini bukan Disiplin.’ Para bhikkhu itu harus berkumpul bersama dalam kerukunan. Kemudian, setelah berkumpul, tuntunan Dhamma harus ditetapkan.  Begitu tuntunan Dhamma telah ditetapkan, perkara itu harus diselesaikan sedemikian sehingga sesuai dengan tuntunan Dhamma itu. demikianlah penghapusan perkara melalui konfrontasi. Dan demikianlah terjadinya penyelesaian perkara-perkara di sini dengan penghapusan perkara melalui konfrontasi.

15. “Dan bagaimanakah terjadinya pendapat mayoritas? Jika para bhikkhu itu tidak dapat menyelesaikan perkara itu di dalam tempat kediaman itu, maka mereka harus mendatangi tempat kediaman di mana terdapat lebih banyak bhikkhu. Di sana, mereka semuanya harus berkumpul bersama dalam kerukunan. Kemudian, setelah berkumpul, tuntunan Dhamma harus ditetapkan. Begitu tuntunan Dhamma telah ditetapkan, perkara itu harus diselesaikan sedemikian sehingga sesuai dengan tuntunan Dhamma itu. demikianlah pendapat mayoritas. Dan demikianlah terjadinya penyelesaian perkara-perkara di sini dengan penghapusan perkara melalui pendapat mayoritas.
Kapital.

Quote
19. …..  ‘Aku ingat, Teman-teman, telah melakukan pelanggaran berat itu, pelanggaran yang melibatkan kejatuhan atau yang berbatasan dengan kejatuhan. Aku bergurau, aku hanya meracau, ketika aku mengatakan bahwa aku tidak ingat telah melakukan melakukan pelanggaran berat itu, pelanggaran yang melibatkan kejatuhan atau yang berbatasan dengan kejatuhan.’ Demikianlah terjadinya pernyataan karakter buruk atas seseorang. Dan demikianlah terjadinya penyelesaian perkara-perkara di sini dengan pernyataan karakter buruk atas seseorang. [250]

Quote
20. “Dan bagaimanakah terjadinya menutup dengan rumput?  Di sini ketika para bhikkhu telah bertengkar dan bercekcok dan berselisih, mereka mungkin telah mengatakan atau melakukan banyak hal yang tidak selayaknya bagi seorang petapa. Para bhikkhu itu harus berkumpul bersama dalam kerukunan. Kemudian, setelah mereka berkumpul, seorang bhikkhu yang bijaksana di antara para bhikkhu yang memihak salah satu pihak bangkit dari duduknya, dan setelah merapikan jubahnya di salah satu bahunya, ia merangkapkan tangan, dan mengundang Sangha sebagai berikut: ‘Mohon Yang Mulia Sangha mendengarkan aku. Ketika kami bertengkar dan bercekcok dan berselisih, kami telah mengatakan atau melakukan banyak hal yang tidak selayaknya bagi seorang petapa. Jika Sangha menyetujui, maka demi kabaikan para mulia ini dan demi kebaikanku, …..


105  Sunakkhatta Sutta - Kepada Sunakkhatta
Spoiler: ShowHide
 
Quote
4. “Aku telah mendengar, Yang Muklia, bahwa sejumlah bhikkhu telah menyatakan pengetahuan akhir di hadapan Sang Bhagavā. Apakah mereka benar-benar telah mencapainya atau adakah beberapa bhikkhu di sini yang menyatakan pengetahuan akhir karena menilai diri mereka terlalu tinggi?”

Quote
8. “Adalah mungkin, Sunakkhatta, bahwa seseorang di sini mungkin berhasrat pada hal-hal materi duniawi.  Ketika seseorang berhasrat pada hal-hal materi duniawi, hanya pembicaraan sehubungan dengan hal itu yang menarik perhatiannya, dan pikiran dan renungannya selaras dengan hal-hal itu, dan ia bergaul dengan orang-orang sejenis, dan ia mendapatkan kepuasan dalam hal-hal itu. tetapi ketika pembicaraan mengenai ketenangan sedang berlangsung, ia tidak mendengarkannya atau mengarahkan pikirannya untuk memahaminya. Ia tidak bergaul dengan orang demikian, dan ia tidak mendapatkan kepuasan dalam hal itu.

9. “Misalkan, Sunakkhatta, seseorang telah lama meninggalkan desa atau kota asalnya, dan ia bertemu dengan orang lain yang baru saja meninggalkan desa atau kota itu. ia akan menanyakan kepada orang itu apakah para penduduk desa atau kota itu selamat, makmur, ……

10. “Adalah mungkin, Sunakkhatta, bahwa seseorang di sini mungkin berhasrat pada ketenangan.  Ketika seseorang berhasrat pada ketenangan, hanya pembicaraan sehubungan dengan hal itu yang menarik perhatiannya, dan pikiran dan renungannya selaras dengan hal-hal itu, dan ia bergaul dengan orang-orang sejenis, dan ia mendapatkan kepuasan dalam hal-hal itu. tetapi ketika pembicaraan mengenai hal-hal materi duniawi sedang berlangsung, ia tidak mendengarkannya atau mengarahkan pikirannya untuk memahaminya. Ia tidak bergaul dengan orang demikian, dan ia tidak mendapatkan kepuasan dalam hal itu.

19. “Misalkan, Sunakkhatta, seseorang terluka oleh anak panah beracun, dan teman-teman dan sahabatnya, sanak saudara dan kerabatnya, membawa seorang ahli bedah. Ahli bedah itu membedah luka itu dengan pisau, memeriksa anak panah itu dengan alat periksa, [257] kemudian ia mencabut anak panah itu dan mengeluarkan cairan beracun dengan meninggalkan sisa-sisa racun itu. karena berpikir bahwa tidak ada sisa-sisa racun yang tertinggal,  ia berkata: ‘Tuan, anak panah telah dicabut dari tubuhmu; cairan beracun telah dikeluarkan tanpa meninggalkan sisa, dan tidak dapat mencelakaimu. Makanlah hanya makanan-makanan yang layak; jangan memakan makanan yang tidak layak agar luka itu tidak bernanah. Dari waktu ke waktu cucilah luka itu dan dari waktu ke waktu olesi luka itu agar nanah dan darah tidak menutupi luka itu. Jangan berjalan terpapar oleh angin dan matahari agar debu dan tanah tidak menginfeksi luka itu. rawatlah luka itu, Tuan, dan uruslah luka itu hingga sembuh.’
Kapital


106  Āneñjasappāya Sutta - Jalan menuju Ketenangan
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.  Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di negeri Kuru di mana terdapat sebuah pemukiman Kuru bernama Kammāsadhamma. Di sana Sang Bhagava memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
Negeri Kuru

Quote
6. ….. Ini, para bhikkhu, dinyatakan sebagai cara ke pertama yang mengarah pada landasan kekosongan.

Quote
(LANDASAN BUKAN PERSEPSI JUGA BUKAN BUKAN-PERSEPSI)

6. “Kemudian, para bhikkhu,
Paragraf 9


107  Gaṇakamoggallāna Sutta - Kepada Gaṇaka Moggallāna
Spoiler: ShowHide

Quote
6. “Ketika, [3] Brahmana, bhikkhu itu telah terkendali dalam hal makanan, kemudian Sang Tathāgata mendisiplinkannya lebih lanjut: ‘Marilah, Bhikkhu, tekunilah kewaspadaan. Selama siang hari, selagi berjalan mondari-mandir dan duduk, …..

Quote
7. “Ketika, Brahmana, bhikkhu itu telah menekuni kewaspadaan, kemudian Sang Tathāgata mendisiplinkannya lebih lanjut: ‘Marilah, Bhikkhu, milikilah perhatian penuh dan kewaspadaan penuh. Bertindaklan dalam kewaspadaan penuh ketika berjalan maju dan mundur; bertindaklah dalam kewaspadaan penuh ketika melihat ke depan dan melihat ke belakang; bertindaklah dalam kewaspdaan penuh ketika menekuk dan meregangkan bagian-bagian tubuhmu; bertindaklah dalam kewaspdaan penuh ketika mengenakan jubah dan membawa jubah luar dan mangkukmu; bertindaklah dalam kewaspdaan penuh ketika makan, minum, mengunyah makanan dan mengecap; bertindaklah dalam kewaspdaan penuh ketika buang air besar dan buang air kecil; bertindaklah dalam kewaspdaan penuh ketika berjalan, bediri, duduk, jatuh tertidur, bangun tidur, berbicara, dan berdiam diri.’

Quote
13. “Guru Gotama, karena Nibbāna ada dan jalan menuju Nibbāna ada dan Guru Gotama juga ada sebagai penuntun, apakah sebab dan alasan mengapa, ketika para siswa Guru Gotama dinasihati demikian, diberikan instruksi demikian oleh Beliau, beberapa di antara mereka mencapai Nibbāna, tujun tertinggi, dan beberapa lainnya tidak mencapainya?”

Quote
14. …….
“Bagaimana menurutmu, Brahmana? Misalkan seseorang yang hendak pergi ke Rājagaha mendatangimu dan berkata: “Tuan, aku hendak pergi ke Rājagaha, tunjukkanlah kepadaku jalan menuju Rājagaha.’ Kemudian engkau memberitahunya: ‘Sekarang, Tuan, jalan ini menuju Rājagaha. Ikutilah selama beberapa saat dan engkau akan sampai di sebuah desa tertentu, jalanlah sedikit lebih jauh dan engkau akan sampai di sebuh pemukiman tertentu, jalanlah sedikit lebih jauh dan engkau akan sampai di Rājagaha dengan taman-taman, hutan, padang rumput, dan kolam-kolam yang indah.’ Kemudian, setelah dinasihati dan diberikan instruksi demikian olehmu, ia mengambil jalan yang salah dan pergi menuju ke barat. Kemudian orang ke dua yang hendak pergi ke Rājagaha mendatangimu dan berkata: “Tuan, aku hendak pergi ke Rājagaha, tunjukkanlah kepadaku jalan menuju Rājagaha.’ Kemudian engkau memberitahunya: ‘Sekarang, Tuan, jalan ini menuju Rājagaha. Ikutilah selama beberapa saat … dan engkau akan sampai di Rājagaha dengan taman-taman, hutan, padang rumput, dan kolam-kolam yang indah.’ Kemudian, setelah dinasihati dan diberikan instruksi demikian olehmu, ia tiba dengan selamat di Rājagaha. Sekarang, Brahmana, karena Rājagaha ada dan jalan menuju Rājagaha ada, dan engkau juga ada sebagai penuntun, apakah sebab dan alasan mengapa, ketika orang-orang itu yang telah dunasihati dan diberikan instruksi demikian olehmu, seorang mengambil jalan yang salah dan pergi ke barat dan seorang lainnya sampai dengan selamat di Rājagaha?” [6]


109  Mahāpuṇṇama Sutta - Khotbah Panjang di Malam Purnama
Spoiler: ShowHide

Quote
14. …..
Kemudian Sang Bhagavā, dengan pikiranNya mengetahui pikiran bhikkhu tersebut, berkata kepada bhikkhu itu sebagai berikut: “Adalah mungkin, para bhikkhu, seseorang sesat di sini, yang bodoh dan dungu, dengan pikirannya yang dikuasai oleh keinginan, akan berpikir bahwa ia dapat melampaui pengajaran Sang Guru sebagai berikut: ‘Jadi, sepertinya, bentuk materi adalah bukan diri … kesadaran adalah bukan diri. Kalau begitu, diri apakah, yang melakukan perbuatan sebagai akibat dari apa yang dilakukan oleh apa yang bukan diri?’ Sekarang, para bhikkhu, kalian telah dilatih olehKu melalui Tanya jawab pada berbagai kesempaatn sehubungan dengan berbagai hal.


110  Cūḷapuṇṇama Sutta - Khotbah Pendek di Malam Purnama
Spoiler: ShowHide

Quote
13. “Seorang bukan manusia sejati itu – yang memiliki kualitas-kualitas buruk demikian, yang bergaul sebagai seorang bukan manusia sejati, berbicara sebagai seorang bukan manusia sejati, bertindak sebagai seorang bukan manusia sejati, menganut pandangan-pandangan sebagai seorang bukan manusia sejati, dan memberikan persembahan sebagai seorang bukan manusia sejati demikiaqn – ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, akan muncul kembali di alam tujuan kelahiran  seorang bukan manusia sejati. Dan apakah alam tujuan kelahiran seorang bukan manusia sejati? Adalah neraka atau alam binatang.

Quote
16. “Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati memiliki kualitas-kualitas baik? Di sini seorang bukan manusia sejati memiliki keyakinan, memiliki rasa malu, memiliki rasa takut akan pelanggaran; ia terlatih, bersemangat, penuh perhatian, dan bijaksana. Itu adalah bagaimana seorang manusia sejati memiliki kualitas-kualitas baik.

17. “Dan bagaimanakah seorang bukan manusia sejati bergaul sebagai seorang manusia sejati? Di sini seorang manusia sejati memiliki para petapa dan brahmana yang memiliki keyakinan, memiliki rasa malu, memiliki rasa takut akan pelanggaran; yang terlatih, bersemangat, penuh perhatian, dan bijaksana, sebagai teman-temannya. Itu adalah bagaimana seorang manusia sejati bergaul sebagai seorang manusia sejati.

"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #128 on: 04 May 2013, 09:15:06 AM »
KELOMPOK SATU DEMI SATU (ANUPADAVAGGA)

111  Anupada Sutta - Satu demi Satu Bermunculan
Spoiler: ShowHide

Quote
[25] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap Di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
di Sāvatthī


112  Chabbisodhana Sutta - Enam Kemurnian
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap Di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

Quote
3. “Kata-kata bhikkhu itu tidak perlu disetujui atau tidak disetujui. Dengan tanpa menyetujui atau tidak menyetujui, sebuah pertanyaan harus diajukan: ‘Teman, ada empat jenis pengungkapan yang dengan benar dinyatakan oleh Sang Bhagavā yang mengetahui dan melihat, yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Apakah empat ini? Seseorang mengatakan yang dilihat seperti apa yang dilihat; ia mengatakan yang didengar seperti apa yang didengar; ia mengatakan yang dicerap seperti apa yang dicerap; ia mengatakan yang dikenal seperti apa yang dikenal.  [30] ini, Teman, adalah empat jenis pengungkapan yang dengan benar dinyatakan oleh Sang Bhagavā yang mengetahui dan melihat, yang sempurna dan tercerahkan sempurna. Bagaimanakah Yang Mulia mengetahui, bagaimanakah ia melihat, sehubungan dengan keempat jenis pengungkapan ini, sehingga melalui ketidak-melekatan pikirannya terbebaskan dari noda-noda?’
Kapital


113  Sappurisa Sutta - Manusia Sejati
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap Di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

Quote
9-20. …..

“Tetapi seorang manusia sejati mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Bukanlah karena menjadi seorang yang makan satu kali sehari maka kondisi-kondisi keserakahan, kebencian, atau kebodohan dihancurkan. Bahkan jika seseorang bukanlahh seorang yang makan satu kali sehari, …..

Quote
22-24. “Terlebih lagi, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, seorang bukan manusia sejati masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua ... Dengan meluruhnya kegembiraan ... ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga ... Dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan ... ia masuk dan berdian dalam jhāna ke empat ...

25. “Terlebih lagi, dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada persepsi keberragaman, menyadari bahwa ‘ruang adalah tanpa batas,’ seorang bukan manusia sejati masuk dan berdiam dalam landasan ruang tanpa batas ...


114  Sevitabbāsevitabba Sutta - Yang Harus Dilatih dan Tidak Boleh Dilatih
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap Di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

Quote
3. “Para bhikkhu,  Perilaku jasmani ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Dan perilaku jasmani adalah salah satu atau yang lainnya.  Perilaku ucapan ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Dan perilaku ucapan adalah salah satu atau yang lainnya. Perilaku pikiran ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Dan perilaku pikiran adalah salah satu atau yang lainnya. Kecenderungan pikiran ada dua jenis, Aku katakan: yang harus dilatih dan yang tidak boleh dilatih. Dan Kecenderungan pikiran adalah salah satu atau yang lainnya. [46] ….

Quote
4. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Sāriputta berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, aku memahami secara terperinci makna dari ucapan Sang Bhagavā, yang diucapkan secara ringkas tanpa menjelaskan maknanya secara terprinci, sebagai berikut:

Quote
11. ……

“Dan perolehan kepribadian yang bagaimanakah yang menjadi penyebab bagi berkurangnya kondisi-kondisi yang tidak bermanfaat dan bertambahnya kondisi-kondisi yang bermanfaat dalam diri seseorang yang melatihnya? Ketika seseorang membentuk suatu perolehan kepribadian yang bebas dari penderitaan, maka kondisi-kondisi tidak bermanfaat berkurang dan kondisi-kondisi bermanfaat bertambah dalam dirinya, memungkinkannya pencapaian kemuliaan.
kalimatnya kedengaran agak aneh, seperti ada kata yang kurang kalau dibandingkan dengan kalimat lawannya “menghalanginya dari pencapaian kemuliaan”

Quote
12. “Yang Mulia, aku memahami secara terperinci makna dari ucapan Sang Bhagavā, yang diucapkan secara ringkas tanpa menjelaskan maknanya secara terprinci, seperti demikian.”
koreksi yang sama di paragraf 23, 30, 40, dan 49.

Quote
14-20. [54,55] (Dalam paragraf-paragraf ini Sang Buddha mengulangi kata demi kata dari §§5-11, dengan menggantikan “Yang Mulia” menjadi “Sāriputta” dan oleh “oleh Sang Bhagavā” menjadi “olehKu.”)


115  Bahudhātuka Sutta - Banyak Jenis Unsur
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap Di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

 
116  Isigili Sutta - Isigili: Kerongkongan Para Petapa
Spoiler: ShowHide

Quote
[68] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.  Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap Di Rājagaha, di Isigili – Kerongkongan Para Petapa. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

Quote
3. “Dulunya ada nama lain, sebutan lain, untuk Gunung Isigili – Kerongkongan Para Petapa itu. karena di masa lalu lima ratus paccekabuddha  …..
Kapital

Quote
6. ……

   Kāḷa, Upakāḷa, Vijita, dan Jita;
   Anga, dan panga, dan Gutijjita juga;
   Passin menaklukkan perolehan, akar penderitaan;
   Aparājita menaklukkan kekuatan Māra.

……

   Jeta, Jayanta, Paduma, dan Uppala,
   Padumuttara, Rakkhita, dan pabbata, [71]
   Mānatthaddha yang agung, Vītarāga
   Dan Kaṇha yang tercerahkan dengan pikiran terbebaskan.
Kapital


117  Mahācattarisaka Sutta - Empat Puluh Besar
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap Di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

Quote
17, “Dan apakah, para bhikkhu, ucapan salah? Kebohongan, ucapan jahat, ucapan kasar, dan gossip: ini adalah ucapan salah.
“gosip”

Quote
37. “Para bhikkhu, jika petapa atau brahmana manapun berpikir bahwa Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela dan ditolak, maka ada sepuluh kesimpulan sah dari pernyataan mereka yang memberikan dasar untuk mencela mereka di sini dan saat ini. Jika yang mulia itu mencela pandangan benar, maka ia tentu menghormati dan memuji para petapa dan brahmana yang memiliki pandangan salah. Jika yang mulia itu mencela kehendak benar, [78] maka ia tentu menghormati dan memuji para petapa dan brahmana yang memiliki kehendak salah. Jika yang mulia itu mencela ucapan benar … perbuatan benar … penghidupan benar … usaha benar … perhatian benar … konsentrasi benar … pengetahuan benar … pembebasan benar, maka ia tentu menghormati dan memuji para petapa dan brahmana yang memiliki pembebasan salah. jika petapa atau brahmana manapun berpikir bahwa Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela dan ditolak, maka ada sepuluh kesimpulan sah dari pernyataan mereka yang memberikan dasar untuk mencela mereka di sini dan saat ini.
Kapital

Quote
38. “Para bhikkhu, bahkan para guru dari Okkala, Vassa dan Bhañña,  yang menganut doktrin non-kausaliotas, doktrin tidak-berbuat, dan doktrin nihilisme, tidak akan berpikir bahwa Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela dan ditolak. Mengapakah? Karena takut disalahkan, diserang, dan dibantah.


118  Ānāpānasati Sutta - Perhatian pada Pernafasan
Spoiler: ShowHide

Quote
15. “Para bhikkhu, ketika perhatian pada pernafasan dikembangkan dan dilatih, maka hal itu berbuah besar dan bermanfaat besar. Ketika perhatian pada pernafasan dikembangkan dan dilatih, maka hal itu memenuhi empat landasan perhatian. Ketika empat landasan perhatian dikembangkan dan dilatih, maka hal itu memenuhi tujuh faktor pencerahan. Ketika tujuh faktor pencerahan dikembangkan dan dilatih, maka hakl itu memenuhi pengetahuan dan pembebasan sejati.

Quote
19. “Ia berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami kegembiraan’; ia berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami kegembiraan.’  Ia berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami kenikmatan’; [83] ia berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami kenikmatan.’ Ia berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami bentukan batin; ia berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami bentukan batin.’ Ia berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan menenangkan bentukan batin; ia berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan menenangkan bentukan batin.’

……

25. “Para bhikkhu, kapan pun [84] seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas panjang dengan mengalami kegembiraan’’ berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami kegembiraan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami kegembiraan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami kegembiraan’; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas dengan mengalami bentukan batin; berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan mengembuskan nafas dengan mengalami bentukan batin;  ……
kalau berdasarkan paragraf 19, maka kata “panjang” tidak ada, dan “kegembiraan” seharusnya “kenikmatan”.

Quote
26. “Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas panjang dengan mengalami pikiran’’ berlatih sebagai berikut: …….

27. “Para bhikkhu, kapan pun seorang bhikkhu berlatih sebagai berikut: ‘Aku akan menarik nafas panjang dengan merenungkan ketidak-kekalan’’ …..


119  Kāyagatāsati Sutta - Perhatian pada Jasmani
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap Di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Quote
21. “Kemudian, para bhikkhu, dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang memiliki bukan-kesakitan-juga-bukan-kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ia duduk dengan meliputi tubuh ini dengan pikiran yang murni dan cerah, sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya yang tidak terliputi oleh pikiran yang murni dan cerah. Bagaikan seorang yang duduk dan ditutupi dengan kain putih dari kepala ke bawah, sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya yang tidak tertutupi oleh kain putih itu; demikian pula, seorang bhikkhu duduk dengan dengan meliputi tubuh ini dengan pikiran yang murni dan cerah, sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya yang tidak terliputi oleh pikiran yang murni dan cerah itu. Ketika ia berdiam demikian dengan rajin ... Ini juga adalah bagaimana seorang bhikkhu mengembangkan perhatian pada jasmani.

Quote
22. “Para bhikkhu, siapa pun juga yang telah mengembangkan dan melatih perhatian pada jasmani telah memasukkan ke dalam dirinya kondisi-kondisi bermanfaat apapun juga yang berhubungan dengan pengetahuan sejati.  Seperti halnya siapa pun juga yang memperluas pikirannya menjangkau samudera raya telah memasukkan dalam pikirannya sungai-sungai apapun juga yang mengalir ke samudera; demikian pula, siapa pun juga yang telah mengembangkan dan melatih perhatian pada jasmani telah memasukkan ke dalam dirinya kondisi-kondisi bermanfaat apapun juga yang berhubungan dengan pengetahuan sejati.
“samudra”


120  Sankhārupapatti Sutta - Kemunculan Kembali Melalui Aspirasi
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap Di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

Quote
13-16. “Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan … kebijaksanaan. Ia mendengar bahwa Brahmā Dua Ribu … Brahmā Tiga Ribu … Brahmā Empat Ribu … Brahmā Lima Ribu berumur panjang, rupawan, dan menikmati kebahagiaan luar biasa. Sekarang Brahmā Lima Ribu berdiam dengan bertekad meliputi satu sistem dunia lima ribu alam, dan ia berdiam dengan bertekad meliputi makhluk-makhluk yang telah muncul kembali di sana. bagaikan seseorang dengan penglihatan baik meletakkan lima butir biji kecil di tangannya dan memeriksanya, demikianlah Brahmā Lima Ribu berdiam dengan ……
Kapital

Quote
33-36. “Kemudian, seorang bhikkhu memiliki keyakinan … kebijaksanaan. Ia mendengar bahwa para dewa di alam landasan ruang tanpa batas … para dewa di alam landasan kesadaran tanpa batas … para dewa di alam landasan kekosongan … para dewa di alam bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi Ia berpikir: ‘Oh, semoga ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ….
Tanda titiknya hilang

"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #129 on: 04 May 2013, 10:20:55 AM »
KELOMPOK TENTANG KEKOSONGAN (SUÑÑATAVAGGA)

121  Cūḷasuññata Sutta - Khotbah Pendek tentang Kekosongan
Spoiler: ShowHide

Quote
3. “Yang Mulia, pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di negeri Sakya di mana terdapat sebuah pemukiman Sakya bernama Nagaraka. …

“Tentu saja, Ānanda, engkau mendengar hal itu dengan benar, mempelajarinya dengan benar, memperhatikannya dengan benar, mengingatnya dengan benar. Seperti sebelumnya, Ānanda, demikian pula sekarang aku juga sering berdiam dalam kekosongan.
kapital

Quote
11. “Kemudian, Ānanda, seorang bhikkhu - dengan tidak memperhatikan persepsi landasan kekosongan, tidak menuruti persepsi landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi – menuruti ketergantungan tunggal pada konsentrasi pikiran tanpa gambaran. Pikirannya memasuki konsentrasi pikiran tanpa gambaran itu dan memperoleh keyakinan, kekokohan, dan tekad. Ia memahami: ‘Konsentrasi pikiran tanpa gambaran ini adalah terkondisi dan dihasilkan melalui kehendak. Tetapi apapun hjuga yang terkondisi dan dihasilkan melalui kehendak adalah tidak kekal, tunduk pada lenyapnya.’  ….

Quote
13. “Ānanda, para petapa dan brahmana manapun di masa lampau yang telah masuk dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia, tidak terlampaui, semuanya telah masuk dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia, tidak terlampaui yang sama ini. para petapa dan brahmana manapun di masa depan yang akan masuk dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia, tidak terlampaui, semuanya akan masuk dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia, tidak terlampaui yang sama ini. para petapa dan brahmana manapun di masa sekarang yang masuk dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia, tidak terlampaui, semuanya masuk dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia, tidak terlampaui yang sama ini. Oleh karena itu, Ānanda, engkau harus berlatih sebagai berikut: ‘Kami akan masuk dan berdiam dalam kekosongan yang murni, mulia, tidak terlampaui.’”
Kapital


122  Mahāsuññata Sutta - Khotbah Panjang tentang Kekosongan
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR.  Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di negeri Sakya di Kapilavatthu di Taman Nigrodha.

Quote
2. …..

“Yang Mulia, banyak tempat-tempat peristirahatan dipersiapkan di kediaman Kāḷakhemaka orang Sakya. Aada banyak bhikkhu menetap di sana. ini adalah waktunya bagi kami untuk membuat jubah, Yang Mulia.”
kapital

Quote
11. “ketika seorang bhikkhu berdiam demikian, …..

12. “ketika seorang bhikkhu berdiam demikian, ……

13. “ketika seorang bhikkhu berdiam demikian, [114] …..
Kapital

Quote
14. “Ānanda, terdapat lima utas kenikmatan indria ini.  Apakah lima ini? Bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Suara-suara yang dikenali oleh telinga ... bau-bauan yang dikenali oleh hidup ... rasa kecapan yang dikenali oleh lidah ... obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Ini adalah lima utas kenikmatan indria.

Quote
15. “Di sini seorang bhikkhu harus terus-menerus memeriksa npikirannya sebagai berikut: ….

Quote
20. “Ānanda, seorang siswa seharusnya tidak mendekati Sang Guru demi khotbah-khotbah, syair-syari, dan penjelasan-penjelasan. Mengapakah? Sejak lama, Ānanda, engkau telah mempelajari ajaran-ajaran, menghafalkannya, membacanya secara lisan, memeriksanya dengan pikiran,m dan menembusnya dengan baik melalui pandangan. Tetapi pembicaraan-pembicaraan demikian yang membahas tentang kemurnian, yang mendukung kebebasan pikiran, dan yang menuntun menuju kekecewaan sepenuhnya, kebosanan sepenuhnya, lenyapnya, kedamaian, pengetahuan langsung, pencerahan, dan Nibbāna, yaitu, pembicaraan tentang keinginan yang sedikit, tentang kepuasan, kesendirian, keterasingan dari menyarakat, pembangkitan kegigihan, moralitas, konsentrasi, kebijaksanaan, kebebasan, pengetahuan dan penglihatan kebebasan: demi pembicaraan demikian maka seorang siswa seharusnya mendekati Sang Guru bahkan jika ia disuruh pergi.

Quote
21. “Karena hal ini, Ānanda, kegagalan seorang guru dapat terjadi, kegagalam seorang murid dapat terjadi, dan kegagalan seorang yang menjalani kehidupan suci dapat terjadi.

Quote
25. “Oleh karena itu, Ānanda, perlakukanlah Aku sebagai teman, bukan sebagai musuh. Itu akan menuntun menuju kesejahteraan dan kebahagiaanmu untuk waktu yang lama. Dan bagaimanakah para siswa memperlakukan gurunya sebagai musuh, bukan sebagai teman? Di sini, Ānanda, dengan berbelas kasihan dan mengusahakan kesejahteraan mereka, Sang Guru mengajarkan Dhamma kepada para siswaNya demi belas kasihan: ‘Ini adalah demi kesejahteraan kalian, ini aadlah demi kebahagiaan kalian.’ Para siswaNya tidak ingin mendengarkan atau mengarahkan pikiran mereka untuk memahami; mereka melakukan kekeliruan dan berpaling dari Pengajaran Sang Guru. Demikianlah para siswa memperlakukan Sang Guru sebagai musuh, bukan sebagai teman.


123  Acchariya-abbhūta Sutta - Mengagumkan dan Menakjubkan
Spoiler: ShowHide

Quote
2. Pada saat itu sejumlah bhikkhu sedang duduk di aula pertemuam, di mana mereka berkumpul setelah kembali dari perjalanan menerima dana makanan, setelah makan, ketika diskusi ini muncul di antara mereka: “Sungguh mengagumkan, Teman-teman, sungguh menakjubkan, betapa sakti dan berkuasanya Sang Tathāgata! Karena Beliau mampu mengetahui tentang para Buddha masa lampau – yang mencapai Nibbāna akhir, memotong [kekusutan] proliferasi, mematahkan siklus, mengakhiri lingkaran, dan mengatasi segala penderitaan – bahwa kelahiran para Bhagavā itu adalah seperti demikian, nama mereka adalah demikian, suku mereka adalah deikian, moralitas mereka adalah denikian, kondisi [konsentrasi] mereka adalah demikian, kebijaksanaan mereka adalah demikian, kediaman mereka [di dalam pencapaian] adalah demikian, kebebasan mereka adalah demikian. 

…….

Kemudian Sang Bhagavā berkaat kepada Yang Mulia Ānanad: “Kalau begitu, Ānanda, jelaskanlah dengan lebih lengkap tentang kualitas-kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Tathāgata.”

Quote
7. …… “Sesungguhnya, Tuan, ada makhluk-makhluk lain yang terlahir kembali di sini!” Dan sepuluh ribu sistem dunia ini bergoyang dan bergoncang dan bergetar, dan di sana juga muncul cahaya terang yang tidak terukur melampaui kemegahan para dewa.’ Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagavā.
“berguncang”

Quote
9. “Aku mendengar dan mempelajari ini dari mulut Sang Bhagavā sendiri: ‘Ketika Sang Bodhisatta telah memasuki rahim ibunya, sang ibu menjadi sungguh-sungguh bermoral, menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, perilaku salah dalam kenikmatan indria, kebohongan, dan anggur, meniman keras, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan kelengahan.’ Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagavā. [121]

Quote
21. …..
“Sesungguhnya, Tuan, ada makhluk-makhluk lain yang terlahir kembali di sini!” Dan sepuluh ribu sistem dunia ini bergoyang dan bergoncang dan bergetar, dan di sana juga muncul cahaya terang yang tidak terukur melampaui kemegahan para dewa ... Ini juga kuingat sebagai satu kualitas mengagumkan dan menakjubkan dari Sang Bhagavā.”


124  Bakkula Sutta - Bakkula
Spoiler: ShowHide

Quote
38. “Teman, selama tujuh hari setelah meninggalkan keduniawian aku memakan dana makanan dari desa sebagai seorang penghutang; pada hari ke delapan pengetahuan akhir muncul.”

[Bahwa selama tujuh hari Yang Mulia Bakkula memakan dana makanan dari desa sebagai seorang penghutang, and pada hari ke delapan pengetahuan akhir muncul – ini juga kami ingat sebagai satu kualitas yang mengagumkan dan menakjubkan dari Yang Mulia Bakkula.]


125  Dantabhūmi Sutta - Tingkatan Kejinakan
Spoiler: ShowHide
 
Quote
8. “Misalkan  terdapat dua ekor gajah, kuda, atau sapi yang dapat dijinakkan yang telah jinak dan disiplin, dan dua ekor gajah, kuda, atau sapi yang dapat dijinakkan yang tidak jinak dan tidak disiplin. Bagaimana menurutmu, Baginda? Apakah kedua ekor gajah, kuda, atau sapi yang dapat dijinakkan yang telah jinak dan disiplin, karena jinak, memiliki perilaku yang jinak, apakah mereka akan sampai pada tingkat yang jinak?” -“Benar, Yang Mulia.” – “Tetapi Apakah kedua ekor gajah, kuda, atau sapi yang dapat dijinakkan yang tidak jinak dan tidak disiplin, karena tidak jinak, memiliki perilaku yang jinak, apakah mereka akan sampai pada tingkat yang jinak, seperti dua ekor gajah, kuda, atau sapi yang dapat dijinakkan yang telah jinak dan disiplin?” – “Tidak, Yang Mulia.” – “Demikian pula, Aggivessana, adalah tidak mungkin bahwa Pangeran Jayasena, yang hidup di tengah-tengah kenikmatan indria ... dapat mengetehahui, melihat, atau menembus apa yang harus diketahui melalui pelepasan keduniawian, dilihat melalui pelepasan keduniawian, dicapai melalui pelepasan keduniawian, ditembus melalui pelepasan keduniawian.
“jinak” atau “tidak jinak” ?

Quote
11. “Aggivessana, jika kedua perumpamaan ini telah terpikirkan olehmu [sehubungan] dengan Pangeran jayasena, maka ia akan secara spontan berkeyakinan padamu, dan karena berkeyakinan, maka ia akan memperlihatkan keyakinannya kepadamu.”
Kapital

Quote
[132] 12. ……

“Kemudian si penjinak gajah melatih gajah itu lebih jauh lagi sebagai berikut: 'Berdiri, duduk!’ Ketika gajah raja itu mematuhi perintah si penjinaknya untuk berdiri dan duduk dan melaksanakan instruksinya, si penjinak gajah melatihnya lebih jauh sebagai berikut: ‘Maju, mundur!’ Ketika gajah raja itu mematuhi perintah si penjinaknya untuk berjalan maju dan mundur dan melaksanakan instruksinya, si penjinak gajah melatihnya lebih jauh dalam tugas yang disebut ketenangan. Ia mengikatkan sebilah papan besar pada belalainya; seorang laki-laki dengan tombak di tangan duduk di lehernya; orang-orang dengan tombak di tanagn mengelilinginya di segala sisi; ….

Quote
13-14. “Demikian pula,m Aggivessana, seorang Tathāgata muncul di dunia ini, sempurna, tercerahkan sempurna ... (seperti Sutta 51, §§12-13) ... ia mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Adalah dengan cara ini seorang siswa mulia keluar ke ruang terbuka; karena para dewa dan manusia melekat pada kelima utas kenikmatan indria.

Quote
19. “Ketika, Aggivessana, siswa mulia itu telah menekuni kewaspadaan, secukupnya, kemudian Sang Tathāgata mendisiplinkannya lebih jauh: ‘Marilah, Bhikkhu, milikilah perhatian dan kewaspadaan penuh. Bertindaklah dengan penuh keaspadaan ketika berjalan maju dan mundur ... ketika melihat ke depan dan ke belakang ... ketika menekuk dan merentangkan bagian-bagian tubuh ... ketika mengenakan jubah dan membawa jubah luar dan mangkukmu ... ketika makan, minum, mengunyah makanan, dan mengecap ... ketika buang air besar dan buang air kecil ... ketika berjalan, berdiri, duduk, tertidur, terjaga, berbicara, dan berdiam diri.’

Quote
20. “Ketika, Aggivessana, siswa mulia itu telah memiliki perhatian dan kewaspadaan penuh, kemudian Sang Tathāgata mendisiplinkannya lebih jauh: ‘Marilah, Bhikkhu, datangilang tempat tinggal terasing: hutan, bawah pohon, gunung, jurang, gua di lereng gunung, tanah pekuburan, belantara, ruang terbuka, tumpukan jerami.’

Quote
30. “Bhikkhu itu mampu menahankan dingin dan panas, lapar dan haus, dan kontak dengan lalat, nyamuk, angin, matahari, dan binatang-binatang melata; ia menahankan ucapan-kasar, kata-kata yang tidak menyenangkan dan perasaan [137] jasmani yang telah muncul yang menyakitkan, menyiksan, tajam, menusuk, tidak menyenangkan, menyusahkan, dan mengancam kehidupan. ….

"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #130 on: 04 May 2013, 10:23:50 AM »
126  Bhūmija Sutta - Bhūmija
Spoiler: ShowHide

Quote
15. ….. Demikian pula petapa dan brahmana manapun yang memiliki pandangan benar [143] ... mereka juga akan dapat memperoleh buah  Mengapakah? Karena [jalan benar] adalah metode yang benar untuk memperoleh buah.

Quote
17. “Misalkan seseorang memerlukan mentega, mencari mentega, berkeliling mencari mentega, menuangkan dadih ke dalam gentong susu dan mengaduknya dengan pengaduk susu. Kemudian, jika ia beraspirasi … jika ia tidak beraspirasi … jika ia beraspirasi dan juga tidak beraspirasi … jika ia bukan beraspirasi juga bukan tidak beraspirasi dan melakukan demikian, ia juga akan dapat memperoleh mentega. Mengapakah? Karena [cara melakukan demikian] bukanlah metode yang benar untuk memperoleh mentega. Demikian pula petapa dan brahmana manapun yang memiliki pandangan benar ... mereka juga akan dapat memperoleh buah apapun. Mengapakah? Karena [jalan benar] bukanlah metode yang benar untuk memperoleh buah.
“adalah”

Quote
19. “Bhūmija, jika keempat perumpamaan ini telah terpikirkan olehmu [sehubungan] dengan Pangeran jayasena, maka ia akan secara spontan berkeyakinan padamu, dan karena berkeyakinan, maka ia akan memperlihatkan keyakinannya kepadamu.”


127  Anuruddha Sutta - Anuruddha
Spoiler: ShowHide

Quote
3. Kemudian, ketika malam berlalu, pada pagi harinya, Yang Mulia Anuruddha merapikan jubah, dan dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, ia pergi menuju rumah Pañcakanga dan duduk di tempat yang telah dipersiapkan. Kemudian, dengan tangannya sendiri, Tukang Kayu Pañcakanga melayani Yang Mulia Anuruddha dengan berbagai jenis makanan baik. Kemudian, ketika Yang Mulia Anuruddha telah selesai makan dan telah menggeser mangkuknya ke sampung. Tukang Kayu Pañcakanga mengambil bangku rendah dan duduk di satu sisi, dan berkata kepada Yang Mulia Anuruddha.

Quote
14. …..

“Sehubungan dengan hal itu, Teman Kaccāna, aku akan mengajukan pertanyaan kepadamu sebagai jawaban. Jawablah sesuai dengan apa yang menurutmu benar. Bagaimana menurutmu, Teman Kaccāna? Ketika seorang bhikkhu berdiam dengan melingkupi suatu wilayah seluas bawah sebatang pohon, meliputinya sebagai luhur, dan seorang bhikkhu lainnya bhikkhu berdiam dengan melingkupi suatu wilayah seluas bawah dua atau tiga batang pohon, meliputinya sebagai luhur – yang manakah dari kedua pengembangan pikiran ini yang lebih luhur?” – “Yang ke dua, Yang Mulia.”

Quote
16. …..

“Sehubungan dengan hal itu, Teman Kaccāna, aku akan memberikan perumpamaan, karena seorang bijaksana di sini memahami makna dari suatu pernyataan melalui perumpamaan. Misalkan sebuah lampu minyak menyala dari minyak yang tidak murni dan sumbu yang tidak murni; karena ketidak-murnian minyak dan sumbunya lampu itu menyala dengan suram. Demikian pula, di sini seoramg bhikkhu berdiam dengan melingkupi dan meliputi …..

“Misalkan sebuah lampu minyak menyala dari minyak yang  murni dan sumbu yang murni; karena kemurnian minyak dan sumbunya lampu itu menyala dengan tidak suram. Demikian pula, di sini seoramg bhikkhu berdiam dengan …..

Quote
17. Ketika hal ini dikatakan, Yang Mulia Abhiya Kaccāna berkata kepada Yang Mulia Anuruddha: “Bagus, Yang Mulia Anuruddha. Yang Mulia Anuruddha tidak mengatakan: ‘Demikianlah yang kudengar’ atau ‘Semestinya demikian.’ Melainkan, Yang Mulia Anuruddha mengatakan: ‘Para dewa ini adalah seeprti ini dan para dewa itu adalah seperti itu.’ aku berpikir, Yang Mulia, bahwa Yang Mulia Anuruddha pasti sebelumnya telah bergaul dengan para dewa itu dan berbicara dengan mereka dan berbincang-bincang dengan mereka.”


128  Upakkilesa Sutta - Ketidak-sempurnaan
Spoiler: ShowHide

Quote
6.    …..
   Mereka tidak mengetahui
   Bahwa di sini kita harus mengendalikan diri sendiri.
   Tetapi mereka yang bijaksana yang menyadari ini
   Seketika menakhiri segala permusuhan mereka.

Quote
7. Kemudian, setelah mengucapkan syair-syair ini sambil berdiri, Sang Bhagavā pergi menuju desa Bālakaloṇakāra. Pada saat itu [155] Yang Mulia Bhagu sedang menetap di desa Bālakaloṇakāra. Ketika dari kejauhan Yang Mulia Bhagu melihat kedatangan Sang Bhagavā, ia mempersiapkan tempat duduk dan air untuk mencuci kaki. Sang Bhagavā duduk di tempat yang telah dipersiapkan dan mencuci kakinya. Yang Mulia Bhāgu bersujdu kepada Sang Bhagavā dan duduk di satu sisi, Sang Bhagavā berkata kepadanya: “Kuharap engkau dalam keadaan baik, Bhikkhu, Kuharap engkau cukup nyaman, Kuharap engkau tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh dana makanan.”

Quote
14. “Yang Mulia, sehubungan dengan hal itu, siapapun dari kami yang kembali pertama kali dari desa dengan membawa dana makanan akan menyiapkan tempat duduk, menyediakan air minum dan air untuk mencuci, dan meletakkan tempat sampah di tempatnya. Siapapun dari kami yang kembali terakhir kali akan memakan makanan apapun yang tersisa, jika ia menginginkan; kalau tidak ia akan membuangnya di tempat di mana tidak ada tanaman atau membuangnya ke air yang mana tidak terdapat kehidupan. Ia menyingkirkan tempat duduk dan air minum dan air untuk mencuci. Ia mencuci tempat sampah setelah mencucinya, dan ia menyapu ruang makan. ….
??

Quote
17. “Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin, tekun, dan teguh, Aku melihat cahaya dan penampakan bentuk-bentuk. ….
Kapital, sama di paragraf 18-29.

Quote
29. “Ketika, Anuruddha, aku sedang berdiam dengan rajin, tekun, dan teguh, Aku melihat cahaay terbatas dan melihat bentuk-bentuk terbatas; …..

Quote
30. “Ketika, [162] Anuruddha, Aku memahami bahwa keragu-raguan adalah suatu ketidak-sempurnaan pikiran dan telah meninggalkan keragu-raguan, suatu ketidak-sempurnaan pikiran; ketika Aku memahami bahwa kurangnya perhatian adalah suatu ketidak-sempurnaan pikiran dan telah meninggalkan kurangnya perjatian ... meninggalkan kelambanan dan ketumpulan ...

Quote
32. “Ketika Anuruddha, Aku telah Aku mengembangkan konsentrasi dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran … ketika Aku telah Aku mengembangkan konsentrasi yang disertai dengan keseimbangan, pengetahuan dan pemglihatan muncul dalam diriKu: ‘KebebasanKu adalah tidak tergoyahkan; ini adalah kelarihanKu yang terakhir; tidak ada penjelmaan menjadi majkhluk yang baru.’”


129  Bālapaṇḍita Sutta - Orang Dungu dan Orang Bijaksana
Spoiler: ShowHide

Quote
3. “Seorang dungu merasakan kesakitan dan kesedihan di sini dan asat ini dalam tiga cara. Jika seorang dungu duduk dalam suatu pertemuan atau berada di jalan atau di suatu lapangan dan orang-orang di sana sedang mendiskusikan persoalan-persoalan yang berhubungan dan berkaitan, maka, jika si dungu itu adalah seorang yang membunuh makhluk-makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, berperilaku salah dalan kenikmatan indria, mengucapkan kebohongan, meminum anggur, minuman keras, dan minuman memabukkan, yang menjadi dasar bagi kelengahan, ia berpikir: “Orang-orang ini sedang mendiskusikan persoalan-persoalan yang berhubungan dan berkaitan; hal-hal ini terdapat dalam diriku, dan aku terlihat sedang melakukan hal-hal tersebut.’ Ini adalah jenis pertama kesakitan dan kesedihan yang dirasakan oleh seorang dungu di sini dan saat ini.

Quote
4. “Kemudian, seorang penjahat perampok tertangkap, seorang dungu menyaksikan raja-raja menjatuhkan berbagai jenis hukuman padanya:  [164] setelah menderanya dengan cambukan, memukulnya dengan rotan, memukulnya dengan pemukul; setelah memotong tangannya, memotong kakinya, memotong tangan dan kakinya; memotong telinganya, memotong hidungnya, memotong telinga dan hidungnya; dikenai siksaan ‘panci bubur,’ ‘bentuk kulit kerang yang halus,’ ‘mulut Rāhu,’ ‘lingkaran api,’ ‘ tangan menyala,’ ‘helai rumput,’ ‘pakaian kulit kayu,’ ‘kijang,’ ‘kail daging,’ ‘kepingan uang,’ ‘cairan asin,’ ‘tusukan berporos’, ‘gulungan jerami’;  dan mereka disiram dengan minyak mendidih, danm mereka dibuang agar dimangsa oleh anjing-anjing, ….

Quote
28. “Seorang dungu merasakan kenikmatan dan kegembiraan di sini dan asat ini dalam tiga cara. Jika seorang bijaksana duduk dalam suatu pertemuan atau berada di jalan atau di suatu lapangan dan orang-orang di sana sedang mendiskusikan persoalan-persoalan yang berhubungan dan berkaitan, maka, jika si bijaksana itu adalah seorang yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari berperilaku salah dalan kenikmatan indria, [171] ……
“bijaksana”.

Quote
31. “Seorang bijaksana yang telah menyerahkan diri kepada perilaku baik dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, [172] ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, akan muncul kembali dai alam tujuan kelahiran yang bahagia, bahkan di alam surga.

Quote
35. “Kemudian raja mulia yang sah itu bangkit dari duduknya, dan dengan membawa sekendi air di tangan kirinya, ia memercikkan pusaka-roda itu dengan kanannya, dengan berkata: …..

Quote
37. “Kemudian, pusaka-kuda muncul untuk si Raja Pemutar-Roda, berwarna putih, dengan kepala sehitam burung gagak, dengan bulu temgkuk seperti rumput muñja, ….
Dan semua kata “samudera” menjadi “samudra”

Quote
47. …..

“Demikian pula, para bhikkhu, kenikmatan dan kegembiraan yang dialami oleh seorang Raja Pemutar-Roda karena memiliki ketujuh pusaka dan keempat keberhasilan adalah tidak berarti dibandingkan penderitaan neraka; bahkan tidak ada sebagian kecilnya, tidak dapat dibandingkan.
“kebahagiaan surga”

Quote
48. “Jika pada suatu saat, di akhir suatu masa yang lama. Si bijaksana itu terlahir kembali menjadi manusia, adalah di dalam keluarga makmur ia terlahir kembali – dalam keluarga mulia kaya, atau keluarga brahmana kaya, atau keluarga perumah tangga kaya – yang kaya, memiliki banyak harta kekayaan, memiliki banyak kepemilikan, dengan emas dan perak berlimpah, dan aset dan harta berlimpah, dan dengan uang dan hasil panen berlimpa.


130  Devadūta Sutta - Utusan Surgawi
Spoiler: ShowHide

Quote
5. “Kemudian, setelah mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi pertama, Raja Yama mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi ke dua: ‘Tidak pernahkah engkau melihat utusan surgawi ke dua muncul di dunia?’ ia berkata: ‘Tidak, Tuan.’ Kemudian Raja Yama berkata: ‘Tidak pernahkah engkau melihat di dunia seorang laki-laki – atau seorang perempuan – berumur delapan puluh, Sembilan puluh, atau seratus tahun, tua, bungkuk seperti rusuk atap, terlipat dua, berjalan dengan ditopang oleh tongkat, terhuyung-huyung, lemah, tiada kemudaan, gigi tanggal, rambut memutih, rambut berguguran, botal, keriput, dengan bercak pada bagian-bagian tubuh?’ Ia berkata: ‘Pernah, Tuan.’

Quote
7. “Kemudian, setelah mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi ke tiga, Raja Yama mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi ke empat: ‘Tidak pernahkah engkau melihat utusan surgawi ke tiga muncul di dunia?’ ia berkata: ‘Tidak, Tuan.’ …..
“empat”

Quote
8. “Kemudian, setelah mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi ke empat, Raja Yama mendesak dan mempertanyakan dan mendebatnya tentang utusan surgawi ke lima: ‘Tidak pernahkah engkau melihat utusan surgawi ke dua muncul di dunia?’ ia berkata: ‘Tidak, Tuan.’ Kemudian Raja Yama berkata: ‘Tidak pernahkah engkau melihat di dunia seorang laki-laki – atau seorang perempuan – satu hari setelah mati, dua hari setelah mati, tiga hari setelah mati, membengkak, memucat, dan meneteskan cairan?’ Ia berkata: ‘Pernah, Tuan.’

“Kemudian Raja Yama berkata: ‘Tidak pernahkah terpikir olehmu – seorang manusia yang cerdas dan dewasa – “Aku juga tunduk pada lematian, aku tidak terbebas dari kematian: …..
“lima”

Quote
15. “Kemudian para penjaga neraka menggantungnya dengan kaki di atas dan kepala di bawah dan mencelupkannya ke dalam panci logam panas yang terbakar, menyala, dan berpijar. Ia direbus di sana di dalam pusaran buih. Dan ketika ia direbus di sana di dalam pusaran buih, ia kadang-kadang terhanyut ke atas, kadang-kadangn ke bawah, kadang-kadang ke sekeliling. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.

Quote
23. “Persis di sebelah Hutan Pepohonan Simbali adalah Hutan Daun-pedang yang luas. Ia masuk ke sana. Dedaunannya, digerakkan oleh angin, memotong tangannya dan memotong kakinya dan memotong tngan dan kakinya; memotong telinganya dan memotong hidungnya dan memotong telinga dan hidungnya. Di sana ia merasakan perasaan menyakitkan, menyiksa, menusuk. Namun ia tidak mati selama akibat dari perbuatan jahatnya belum habis.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #131 on: 04 May 2013, 10:59:42 AM »
KELOMPOK PENJELASAN (VIBHANGAVAGGA)

131  Bhaddekaratta Sutta - Satu Malam Keramat
Spoiler: ShowHide

Quote
3.    “Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu
   Atau membangun harapan di masa depan;
   Karena masa lalu telah ditinggalkan
   Dan masa depan belum dicapai.
   Melainkan lihatlah dengan pandangan terang
   Tiap-tiap kondisi yang muncul saat ini;
   Ketahuilah dan yakinlah,
   Dengan tak terkalahkan, tak tergoyahkan.
   Saat ini usaha harus dilakukan;
   Besok mungkin kematian datang, siapa yang tahu?
   Tidak ada tawar-menawar dengan Moralitas
   Yang dapat menjauhkannya dan gerombolannya,
   Tetapi seseorang yang berdiam demikian dengan tekun,
   Tanpa mengendur, siang dan malam –
   Adalah ia, yang dikatakan oleh Sang bijaksana damai,
   Yang telah melewati satu malam keramat. [188]
“mortalitas” kalo gak salah ingat dulu pernah di revisi.

Quote
11. “Demikianlah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: ‘Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang ringkasan dan penjelasan dari “Seorang Yang Telah Melewati Satu Malam Keramat.”’”
kenapa “akan” lagi?
Bukannya udah diajar?


132  Ānandabhaddekaratta Sutta - Ānanda dan Satu Malam Keramat
Spoiler: ShowHide

Quote
3-10. “Aku melakukannya sebagai berikut, Yang Mulia: [191]

‘Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
(Ulangi keseluruhan sutta sebelunya, §3-10 hingga: )
   Yang telah melewati satu malam keramat.’

11. ……
‘Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
(Ulangi keseluruhan sutta sebelunya, §3-10 hingga: )
   Yang telah melewati satu malam keramat.”


133  Mahākaccānabhaddekaratta Sutta - Mahā Kaccāna dan Satu Malam Keramat
Spoiler: ShowHide

Quote
5.    “Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu
   Atau membangun harapan di masa depan;
   Karena masa lalu telah ditinggalkan
   Dan masa depan belum dicapai.
   Melainkan lihatlah dengan pandangan terang
   Tiap-tiap kondisi yang muncul saat ini;
   Ketahuilah dan yakinlah,
   Dengan tak terkalahkan, tak tergoyahkan.
   Saat ini usaha harus dilakukan;
   Besok mungkin kematian datang, siapa yang tahu?
   Tidak ada tawar-menawar dengan Moralitas
…..

Quote
12. …..
 
aku memahami maknanya secara terperinci sebagai berikut:

Quote
14…….

“Kesadarannya tidak menjadi terikat dengan keinginan dan nafsu di sana dengan berpikir, Telingaku adalah seperti demikian di masa lalu dan suara-suara adalah seperti demikian … Hidungku dan bau-bauan … Lidahku dan rasa kecapan … Badanku dan obyek-obyel sentuhan … Pikiranku adalah seperti demikian di masa lalu dan obyek-obyek pikiran adalah seperti demikian.’ Karena kesadarannya tidak terikat dengan keinginan dan nafsu, maka ia tidak bergembira di dalamnya. Ketika ia tidak bergembira di dalam itu, maka ia tidak menghidupkan kembali masa lalu.

Quote
19. “Teman-teman, ketika Sang Bhagavā bangkit dari duduknya dan memasuki kediamanNya setelah memberikan ringkasan singkat tanpa menjelaskan maknanya secara terperinci, yaitu:

‘Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
   Yang telah melewati satu malam keramat.”
 
aku memahami maknanya secara terperinci seperti demikian.


134  Lomasakangiyabhaddekaratta Sutta - Lomasakangiya dan Satu Malam Keramat
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Lomasakangiya sedang menetap di negeri Sakya di Kapilavatthu di Taman Nigrodha.

Quote
3.    “Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu
   Atau membangun harapan di masa depan;
   Karena masa lalu telah ditinggalkan
   Dan masa depan belum dicapai.
   Melainkan lihatlah dengan pandangan terang
   Tiap-tiap kondisi yang muncul saat ini;
   Ketahuilah dan yakinlah,
   Dengan tak terkalahkan, tak tergoyahkan.
   Saat ini usaha harus dilakukan;
   Besok mungkin kematian datang, siapa yang tahu?
   Tidak ada tawar-menawar dengan Moralitas
   

Quote
7-14.   ‘Janganlah seseorang menghidupkan kembali masa lalu ...
(Ulangi keseluruhan sutta sebelunya, §3-10 hingga: ) [202]
   Yang telah melewati satu malam keramat.’


135  Cūḷakammavibhanga Sutta - Pembabaran Singkat tentang Perbuatan
Spoiler: ShowHide

Quote
15. “Di sini, murid, seorang laki-laki atau perempuan keras kepala dan sombong; ia tidak memberi hormat kepada seorang yang selayaknya menerima penghormatan, tidak bangkit berdiri untuk seseorang yang karena kehadirannya seharusnya ia bangkit berdiri, tidak memberikan tempat duduk kepada ia yang layak menerima tempat duduk, tidak memberi jalan untuk seseorang yang seharusnya ia beri jalan, dan tidak memghormati, menghargai, memuja, dan memuliakan seseorang yang seharusnya dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan. Karena melakukan dan menjalankan perbuatan-perbuatan demikian … ia muncul kembali dalam kondisi menderita … Tetapi jika sebaliknya ia kembali ke alam manusia, maka di manapun ia terlahir kembali ia akan berkelahiran rendah. Demikianlah, murid, hal itu mengarah pada kelahiran rendah, yaitu, sifat keras kepala dan sombong … dan tidak memghormati, menghargai, memuja, dan memuliakan seseorang yang seharusnya dihormati, dihargai, dipuja, dan dimuliakan.
Di paragraf 16 juga.
Quote
19. “Demikianlah, murid, jalan yang mengarah pada umur yang pendek menyebabkan orang-orang menjadi berumur pendek, jalan yang mengarah pada umur yang panjang menyebabkan orang-orang menjadi berumur panjang; jalan yang mengarah pada penyakit menyebabkan orang-orang menjadi berpenyakit, jalan yang mengarah pada kesehatan menyebabkan orang-orang menjadi sehat; jalan yang mengarah pada rupa yang buruk menyebabkan orang-orang menjadi buruk rupa, jalan yang mengarah pada rupa yang cantik menyebabkan orang-orang menjadi cantik; jalan yang mengarah pada ketiadaan pengaruh menyebabkan orang-orang  menjadi tidak berpengaruh, jalan yang mengarah pada kepemilikan pengaruh menyebabkan orang-orang menjadi berpengaruh; jalan yang mengarah pada kemiskinan menyebabkan orang-orang menjadi miskin, jalan yang mengarah pada kekayaan menyebabkan orang-orang menjadi menjadi kaya; jalan yang mengarah pada kelahiran rendah menyebabkan orang-orang menjadi berkelahiran rendah, jalan yang mengarah pada kelahiran tinggi menyebabkan orang-orang menjadi menjadi berkelahiran tinggi; jalan yang mengarah pada kebodohan menyebabkan orang-orang menjadi bodoh, jalan yang mengarah pada kebijaksanaan menyebabkan orang-orang menjadi menjadi bijaksana.


136  Mahākammavibhanga Sutta - Pembabaran Panjang tentang Perbuatan
Spoiler: ShowHide

Quote
8. …..

“Di sini seseorang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria, menghindari mengucapkan kebohongan, menghindari mengucapkan kata-kata fitnah, [210] menghindari mengucapkan kata-kata kasar, menghindari gosip; ia tidak tamak, memiliki pikiran tanpa buruk, dan ia menganut pandangan benar. Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga.
“tanpa berniat buruk”

Quote
12. “Tetapi di sini, Ānanda, [212] melalui semangat … seorang petapa atau brahmana mencapai konsentrasi pikiran sedemikian sehingga, ketika pikirannya terkonsentrasi, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia melihat orang itu di sini yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup ... dan menganut pandangan benar, dan ia melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita, di alam tujuan kelahiran yang tidak bahagia, dalam kesengsaraan, bahkan di neraka. Ia berkata sebagai berikut: ‘Sesungguhnya, tidak ada perbuatan-perbuatan baik, tidak ada akibat dari perilaku baik; karena aku melihat seseorang di sini yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup … dan menganut pandangan benar, dan aku melihat bahwa ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, ia muncul kembali dalam kondisi menderita … bahkan di neraka.’ Ia berkata sebagai berikut: ‘Ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, semua orang yang menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup … dan menganut pandangan benar muncul kembali muncul kembali dalam kondisi menderita … bahkan di neraka. Mereka yang mengetahui demikian mengetahui yang benar; mereka yang berpikir sebaliknya adalah keliru.’ Demikianlah ia dengan keras kepala melekat pada apa yang telah ia ketahui, ia lihat, dan ia temukan, dengan memaksakan: ‘Hanya ini yang benar, yang lainnya adalah salah.’


137  Saḷāyatanavibhanga Sutta - Penjelasan tentang Enam Landasan
Spoiler: ShowHide

Quote
14. “Di sini, apakah enam jenis keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga? Ketika melihat suatu bentuk dengan mata, keseimbangan muncul pada seseorang biasa dungu yang tergila-gila, pada seorang biasa yang tidak terlatih yang belum menaklukkan keterbatasannya atau menaklukkan akibat [perbuatan] dan yang buta akan bahaya. Kesimbangan seperti ini tidak melampaui bentuk; itulah sebabnya mengapa disebut keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga. 

“Ketika mendengar suatu suara dengan telinga ... Ketika mencium suatu bau dengan hidung ... Ketika mengecap suatu rasa kecapan dengan lidah ... Ketika menyentuh suatu obyek-sentuhan dengan badan ... Ketika mengenali suatu obyek-pikiran dengan pikiran, keseimbangan muncul pada seseorang biasa dungu yang tergila-gila, pada seorang biasa yang tidak terlatih yang belum menaklukkan keterbatasannya atau menaklukkan akibat [perbuatan] dan yang buta akan bahaya. Kesimbangan seperti ini tidak melampaui obyek-pikiran; itulah sebabnya mengapa disebut keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga. Ini adalah enam jenis keseimbangan yang berdasarkan pada kehidupan rumah tangga.

Quote
15. “Di sini, apakah enam jenis kesedihan yang berdasarkan pada pelepasan keduniawian? Ketika, dengan mengetahui ketidak-kekalan, perubahan, peluruhan, dan lenyapnya bentuk-bentuk, seseorang melihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar bahwa bentuk-bentuk baik yang sebelumnya maupun yang sekarang adalah tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan, keseimbangan muncul. Keseimbangan ini melampaui bentuk; itulah sebabnya mengapa disebut keseimbangan yang berdasarkan pada pelepasan keduniawian.
“keseimbangan”

Quote
26. ……

“Dengan memiliki bentuk materi, ia melihat bentuk-bentuk: ini adalah arah pertama. Tanpa melihat bentuk-bentuk secara internal, ia melihat bentuk-bentuk secara eksternal: ini adalah arah ke dua. Ia bertekad hanya pada yang indah: ini adalah arah ke tiga. Dengan sepenuhnya melampaui persepsi bentuk, dengan lenyapnya persepsi kontak indria, dengan tanpa-perhatian pada persepsi keberagaman, manyadari bahwa ‘ruang adalah tanpa batas,’


138  Uddesavibhanga Sutta - Penjelasan suatu Ringkasan
Spoiler: ShowHide

Quote
13. “Kemudian, dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikrian dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi.

Quote
21. “Dan bagaimanakah, Teman-teman, terjadinya ketanpa-gangguan karena ketidak-melekatan?  Di sini seorang siswa mulia yang terlatih, yang  menghargai para mulia dan terampil dan disiplin dalam Dhamma mereka, yang menghargai manusia sejati dan terampil dan disiplin dalam Dhamma mereka, tidak menganggap bentuk materi sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk materi, atau bentuk materi sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk materi. Bentuk materinya itu berubah dan menjadi sebaliknya. Dengan perubahan bentuk materi dan bentuk materi yang menjadi sebaliknya itu, kesadarannya tidak terlena dengan dengan perubahan bentuk materi itu. Kondisi-kondisi pikiran yang terganggu yang muncul dari keterlenaan dengan perubahan bentuk materi tidak muncul bersama-sama dan tidak menetap di sana menguasai pikirannya. Karena pikirannya tidak dikuasai, ia tidak menjadi gelisah, sedih, dan cemas, dan karena ketidak-melekatan ia menjadi tidak terganggu.

“Ia tidak menganggap perasaan sebagai diri … Ia tidak menganggap persepsi sebagai diri … Ia tidak menganggap bentukan-bentukan sebagai diri … Ia tidak menganggap kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran,  atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. Kesadaranya itu berubah dan menjadi sebaliknya. Dengan perubahan kesadaran dan kesadaran yang menjadi sebaliknya itu, kesadarannya tidak terlena dengan dengan perubahan kesadaran itu. Kondisi-kondisi pikiran yang terganggu yang muncul dari keterlenaan dengan perubahan kesadaran tidak muncul bersama-sama dan menetap di sana menguasai pikirannya. Karena pikirannya tidak dikuasai, ia tidak menjadi gelisah, sedih, dan cemas, dan karena ketidak-melekatan ia menjadi tidak terganggu. Itu adalah bagaimana terjadinya ketanpa-gangguan karena ketidak-melekatan.


140  Dhātuvibhanga Sutta - Penjelasan tentang Unsur-Unsur
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang mengembara di negeri Magadha dan akhirnya sampai di Rājagaha. Di sana Beliau mendatangi pengrajin tembikar Bhaggava dan berkata kepadanya:

Quote
6. Kemudian Sang Bhagavā berpikir: “Orang ini telah meninggalkan keduniawian dari kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah di bawahKu. Bagaimana jika aku mengajarkan Dhamma kepadanya.” Maka Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Pukkusāti sebagai berikut: “Bhkkhu, Aku akan mengajarkan Dhamma kepadamu. Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Aku katakana.” – “Baik, Sahabat,” Yang Mulia Pukkusāti menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

Quote
19. “Maka di sana hanya tersisa kesadaran, yang murni dan cerah.  Apakah yang dikenali seseorang pada kesadaran itu? ia mengenali: ‘[Ini adalah] menyenangkan’; ia mengenali: ‘[Ini adalah] menyakitkan’; ia mengenali: ‘[Ini] adalah bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan.’ Dengan bergantung pada suatu kontak yang dirasakan sebagai menyenangkan maka muncul perasaan menyenangkan.  Ketika seseorang merasakan suatu perasaan menyenangkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyenangkan.’ Ia memahami: ‘Dengan lenyapnya kontak yang sama ini yang dirasakan sebagai menyenangkan, maka perasaan yang bersesuaian itu – perasaan menyenangkan yang muncul dengan bergantung pada kontak yang dirasakan sebagai menyenangkan – juga lenyap dan sirna.’ Dengan bergantung pada suatu kontak yang dirasakan sebagai menyakitkan maka muncul perasaan menyakitkan. Ketika seseorang merasakan suatu perasaan menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan menyenangkan.’ Ia memahami: ‘Dengan lenyapnya kontak yang sama ini yang dirasakan sebagai menyakitkan, maka perasaan yang bersesuaian itu – perasaan menyakitkan yang muncul dengan bergantung pada kontak yang dirasakan sebagai menyakitkan – juga lenyap dan sirna.’ Dengan bergantung pada suatu kontak yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan maka muncul perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan. Ketika seseorang merasakan suatu perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan, ia memahami: ‘Aku merasakan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan.’ Ia memahami: ‘Dengan lenyapnya kontak yang sama ini yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan, maka perasaan yang bersesuaian itu – perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan yang muncul dengan bergantung pada kontak yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan – juga lenyap dan sirna.’ Bhikkhu, seperti halnya dari kontak dan gesekan kedua batang kayu-api maka panas dan api dihasilkan, dan dengan terpisahnya dan terlepasnya kedua kayu-api ini maka panas yang dihasilkan itu juga lenyap dan sirna; demikian pula, [243] dengan bergantung pada kontak yang dirasakan sebagai menyenangkan … yang dirasakan sebagai menyakitkan … yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan maka muncul perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan … Ia memahami: ‘Dengan lenyapnya kontak yang sama ini yang dirasakan sebagai bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan, maka perasaan yang bersesuaian itu …  juga lenyap dan sirna.’
“menyakitkan”
“bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyakitkan” itu maksudnya bagaimana om?


141  Saccavibhanga Sutta - Penjelasan tentang Kebenaran-Kebenaran
Spoiler: ShowHide

Quote
3. ”Mengumumkan … dan memperlihatkan kebenaran mulia penderitaan ... kebenaran mulia asal-mula penderitaan … kebenaran mulia lenyapnya penderitaan … kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.
Paragraf “9”


142  Dakkhiṇāvibhanga Sutta - Penjelasan tentang Persembahan
Spoiler: ShowHide

Quote
2. Kemudian Mahāpajāpatī Gotamī membawa sepasang jubah baru dan mendatangi Sang Bhagavā,.  Setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagavā: “Yang Mulia, sepasang jubah baru ini telah dipintal oleh saya, ditenun oleh saya, khusus untuk Sang Bhaagvā. Yang Mulia, sudilah Sang Bhagavā menerima ini demi belas kasihan.”

Quote
4. “Demikianlah, Ānanda, demikianlah! Ketika seseorang, berkat orang lain, berlindung pada Sang Buddha, Dhamma, dan Sangha, Aku katakan adalah tidak mudah bagi orang pertama itu membalas orang ke dua dengan cara memberikan penghormatan, bangkit untuknya, memberikan salam penghormatan dan pelayanan sopan., dan dengan memberikan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan.

Quote
6. ……

“Dengan memberikan suatu pemberian kepada seorang seorang yang telah memasuki jalan untuk mencapai buah memasuki-arus, …..

"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Majjhima Nikaya (Diskusi)
« Reply #132 on: 04 May 2013, 12:50:02 PM »
KELOMPOK ENAM LANDASAN (SAḶĀYATANAVAGGA)

143  Anāthapiṇḍikovāda Sutta - Nasihat kepada Anāthapiṇḍika
Spoiler: ShowHide

Quote
6. “Perumah tangga, engkau harus berlatih sebagai berikut: ‘Aku tidak akan melekat pada bentuk-bentuk, dan kesadaranku tidak akan bergantung pada bentuk-bentuk.’ Demikianlah engkau harus berlatih. Engkau harus belatih sebagai berikut: ……


144  Channovāda Sutta - Nasihat kepada Channa
Spoiler: ShowHide

Paragraf 8 dan 9 tidak ada.


145  Puṇṇovāda Sutta - Nasihat kepada Puṇṇa
Spoiler: ShowHide

Quote
3. “Puṇṇa, ada Bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Jika seorang bhikkhu bergembira di dalamnya, menyambutnya, dan terus-menerus menggenggamnya, maka kegembiraan muncul dalam dirinya. Dengan munculnya kegembiraam, Puṇṇa, maka muncul pula penderitaan, Aku katakan.  Ada, Puṇṇa, suara-suara yang dikenali oleh telinga … bau-bauan yang dikenali oleh hidung … rasa kecapan yang dikenali oleh lidah … obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan … obyek-obyek pikiran yang dikenali oleh pikiran yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, [268] dan merangsang nafsu. Jika seorang bhikkhu bergembira di dalamnya, menyambutnya, dan terus-menerus menggenggamnya, maka kegembiraan muncul dalam dirinya. Dengan munculnya kegembiraam, Puṇṇa, maka muncul pula penderitaan, Aku katakan.

4. “Puṇna, ada bentuk-bentuk yang dikenali oleh mata … suara-suara yang dikenali oleh telinga … bau-bauan yang dikenali oleh hidung … rasa kecapan yang dikenali oleh lidah … obyek-obyek sentuhan yang dikenali oleh badan … obyek-obyek pikiran yang dikenali oleh pikiran yang diharapkan, diinginkan, menyenangkan dan disukai, terhubung dengan kenikmatan indria, dan merangsang nafsu. Jika seorang bhikkhu tidak bergembira di dalamnya, tidak menyambutnya, dan tidak terus-menerus menggenggamnya, maka kegembiraan lenyap dalam dirinya. Dengan lenyapnya kegembiraam, Puṇṇa, maka lenyap pula penderitaan, Aku katakan.

Quote
7. Kemudian, dengan senang dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā, Yang Mulia Puṇṇa bangkit dari duduknya, dan setelah bersujud kepada Sang Bhagavā, pergi dengan Beliau tetap di sisi kanannya. Kemudian ia merapikan tempat tinggalnya,  dengan membawa mangkuk dan jubah luarnya, ia melakukan perjalanan menuju negeri Sunāparanta. Dengan berjalan secara bertahap, ia akhirnya tiba di negeri Sunāparanta dan menetap di sana. kemudian, selama masa vassa, Yang Mulia Puṇṇa menegakkan lima ratus umat awam laki-laki dan lima ratus umat awam perempuan dalam praktik, dan ia sendiri mencapai tiga pengetahuan sejati. Beberapa waktu kemudian, Yang Mulia Puṇṇa mencapai Nibbāna akhir.
Kapital.
 


146  Nandakovāda Sutta - Nasihat dari Nandaka
Spoiler: ShowHide

Quote
2. Kemudian Mahāpajāpatī Gotamī bersama dengan lima ratus bhikkhunī mendatangi Sang bhagavā. Setelah bersujud kepada Sang Bhagavā, ia berdiri di satu sisi dan berkata kepada Beliau: “Yang Mulia, sudilah Sang Bhagavā menasihati para bhikkhunī, sudilah Sang Bhagavā memberikan isntruksi kepada para bhikkhunī, sudilah Sang Bhagavā memberikan khotbah Dhamma kepada para bhikkhunī.”

Quote
6. “Saudari-saudari, khotbah ini akan disampaikan dalam bentuk pertanyaan. Jika kalian mengerti maka katakanlah: ‘Kami mengerti’; jika kalian tidak mengerti maka katakanlah: ‘Kami tidak mengerti’; jika kalian ragu-ragu atau bingung maka kalian harus bertanya: ‘Bagaimanakah ini, Yang Mulia? Apakah makna dari hal ini?’”
Paragraf 5.

Quote
9. ……

“Demikian pula, Saudari-saudari, apakah seseorang mengatakan dengan benar jika ia berkata: ‘Enam landasan internal ini adalah tidak kekal dam tunduk pada perubahan, tetapi perasaan yang menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan yang dialami seseorang dengan bergantung pada enam landasan internal ini adalah kekal, bertahan selamanya, abadi, tidak tunduk pada perubahan’?”
Di paragraf 10 juga.

Quote
27. Segera setelah mereka pergi, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Para bhikkhu, seperti halnya pada hari Uposatha tanggal lima belas orang-orang tidak ragu atau bingung sehubungan dengan apakah bulan penuh atau tidak, karena bulan jelas penuh, demikian pula, para bhikkhunī itu puas dengan ajaran Dhamma dari Nandaka, tetapi kehendak mereka telah belum terpenuhi. Para bhikkhu, bahkan yang paling tidak maju di antara kelima ratus bhikkhunī itu adalah seorang pemasuk-arus, tidak mungkin lagi terlahir di alam sengsara, pasti [mencapai kebebasan], menuju pencerahan.”


148  Chachakka Sutta - Enam Kelompok Enam
Spoiler: ShowHide

Quote
4. (i) “’Enam landasan internal harus dipahami.’ Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Ada landasan-mata, landasan-telinga, landasan-hidung, landasan-lidah, landasan-badan, landasan-pikiran. Adalah sehubungan dengan hal ini maka dikatakan: ’Eam landasan internal harus dipahami.’ Ini adalah kelompok enam pertama. [281]

Quote
9. “’Enam kelompok keinginan harus dipahami.’ Demikianlah dikatakan. Dan sehubungan dengan apakah hal ini dikatakan? Dengan bergantung pada mata dan bentuk-bentuk, muncul kesadaran-mata; ……
9. (vi)

Quote
14. (vi) “Jika seseorang mengatakan, ‘Pikiran adalah diri,’ itu tidak dapat dipertahankan. Timbul dan tenggelamnya pikiran adalah nyata, dan karena timbul dan tenggelamnya pikiran adalah nyata, maka berarti: ‘Diriku adalah timbul dan tenggelam. Itulah sebabnya maka adalah tidak dapat dipertahankan bagi seseorang yang mengatakan, ‘Pikiran adalah diri.’ Dengan demikian pikiran adalah bukan diri.
15. (vi)

Quote
(LENYAPNYA IDENTITAS)

16. “Sekarang, Para bhikkhu, ini adalah jalan menuju lenyapnya identitas.  (i) Seseorang menganggap mata sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ Ia menganggap bentuk-bentuk sebagai berikut … Ia menganggap kesadaran-mata sebagai berikut … Ia menganggap kontak-mata sebagai berikut … Ia menganggap perasaan sebagai berikut … Ia menganggap keinginan sebagai berikut: ‘Ini  bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’

17-21. (ii-vi) “Seseorang menganggap telinga sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ … Seseorang menganggap hidung sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ … Seseorang menganggap lidah sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ … Seseorang menganggap badan sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ Seseorang menganggap pikiran sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’ Seseorang menganggap obyek-obyek pikiran sebagai berikut … Seseorang menganggap kesadaran-pikiran … Seseorang menganggap kontak-pikiran sebagai berikut … Seseorang menganggap perasaan [285] sebagai berikut … Seseorang menganggap keinginan sebagai berikut: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’
Peragraf 22.
Paragraf 23-27. (ii-vi)

Quote
(DITINGGALKANNYA KECENDERUNGAN TERSEMBUNYI)
……

29-33. (ii-vi) “Para bhikkhu, dengan bergantung pada telinga dan suara-suara, kesadaran-telinga muncul … Dengan bergantung pada pikiran dan obyek-obyek pikiran, kesadaran-pikiran muncul; pertemuan dari ketiga ini adalah kontak; dengan kontak sebagai kondisi maka muncullah [perasaan] yang dirasakan sebagai menyenangkan atau menyakitkan atau bukan-menyenangkan-juga-bukan-menyakitkan ... Para bhikkhu, bahwa seseorang di sini dan saat ini dapat mengakhiri penderitaan dengan meninggalkan kecenderungan tersembunyi pada nafsu akan perasaan menyenangkan … dengan meninggalkan kebodohan dan membangkitkan pengetahuan sejati - ini adalah mungkin.
Paragraf 35-39. (ii-iv)


150  Nagaravindeyya Sutta - Kepada penduduk Nagaravinda
Spoiler: ShowHide

Quote
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang mengembara di negeri Kosala bersama dengan sejumlah besar Sangha para bhikkhu, dan akhirnya sampai di sebuah desa Kosala bernama Nagaravinda.

Quote
6. “Para perumah tangga, jika para pengembara sekte lain menanyakan kepada kalian sebagai berikut: ‘Tetapi apakah alasan kalian dan apakah bukti kalian sehubungan dengan para mulia itu yang karenanya kalian mengatakan tentang mereka: “Pasti para mulia ini [293] telah terbebas dari nafsu atau sedang berlatih untuk melenyapkan nafsu; mereka telah terbebas dari kebencian atau sedang berlatih untuk melenyapkan kebencian; mereka telah terbebas dari kebodohan atau sedang berlatih untuk melenyapkan kebodohan”?’ – jika ditanya demikian, kalian harus menjawab para pengembara itu sebagai berikut: ‘Adalah karena para mulia itu bertempat tinggal di hutan-hutan belantara yang terpencil. Karena tidak ada bentuk-bentuk yang dapat dikenali oleh mata dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka lihat. Karena tidak ada suara-suara yang dapat dikenali oleh telinga dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka dengar. Karena tidak ada rasa kecapan yang dapat dikenali oleh hidung dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka cium. Karena tidak ada rasa kecapan yang dapat dikenali oleh lidah dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka kecap. Karena tidak ada obyek-obyek sentuhan yang dapat dikenali oleh badan dari jenis yang dapat mereka senangi yang dapat mereka sentuh. Ini adalah alasan kami, Sahabat-sahabat, ini adalah bukti kami yang karenanya kami mengatakan tentang para mulia itu: “Pasti para mulia ini telah terbebas dari nafsu, kebencian, dan kebodohan atau sedang berlatih untuk melenyapkannya.”’ Jika ditanya demikian, Para perumah tangga, maka kalian harus menjawab seperti ini.”
“bau-bauan”.


152  Indriyabhāvanā Sutta - Pengembangan Indria-Indria
Spoiler: ShowHide

Quote
4. Kemudian, mengetahui hal ini, Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Ānanda: “Ānanda, Brahmana Pārāsariya mengajarkan pengembangan indria-indria kepada para siswanya dalam satu cara, tetapi dalam Disiplin Para Mulia pengembangan indria-indria yang tertinggi adalah bukan seperti itu.”
Paragraf 3.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."