//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!  (Read 76891 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #75 on: 16 June 2010, 07:10:46 PM »
menurut logika kalimat "MMD itu bukan sebuah masalah", tidak mengandung nilai benar ataupun salah, selama argumentasinya belum dikemukakan.

saya tidak tahu, mana dari pernyataan berikut yang termasuk kepada argumentasi :

Quote from: ryu
Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!

Ajaran Buddha Universal (MMD)

Mohon di-sharing.

kalimat yang pertama itu merupakan kesimpulan. tapi apakah kalimat kedua itu argumentasi?

jika kalimat kedua itu dalah argumentasinya, maka nilai kalimat pertama adalah salah. karena "irrelevant conclution".

tetapi, bila argumentasinya belum dikemukakan, maka sebenarnya apa yang dicari Sis Ryu?

apakah argumentasi dari kalimat tersebut akan dilemparkan ke pada orang lain selain pak Hudoyo? ataukah Sis Ryu sekedar ingin mengetahui pendapat teman-teman tentang hal tersebut? jika "ya", maka tidaklah perlu terjadi perdebatan "mana benar" dan "mana salah". biarkan semua mengungkapkan pendapatnya tanpa harus didebat. dan biarkan Sis Ryu mengambil kesimpulannya.

Debat berarti usaha untuk membuktikan "mana benar" dan "mana salah" dari suatu pemikiran. jika ini memang yang menjadi tujuan, maka seharusnya Sis Ryu mengemukakan apa yang menjadi argumentasi kesimpulan tersebut menurut pak Hudoyo tersebut. dengan cara demikian, nilai benar atau salah akan segera diketahui secara pasti.

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #76 on: 16 June 2010, 07:17:02 PM »
^^^
kok sis ryu !!!  ^-^
kapan bang ryu ganti kelamin =)) =))
:lotus: kam sia
« Last Edit: 16 June 2010, 07:20:43 PM by sukuhong »

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #77 on: 16 June 2010, 07:43:13 PM »
^^^
kok sis ryu !!!  ^-^
kapan bang ryu ganti kelamin =)) =))
:lotus: kam sia

kapan-kapan aja lah kalo sempet! he..he.. :)

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #78 on: 16 June 2010, 10:45:39 PM »
^^^
kok sis ryu !!!  ^-^
kapan bang ryu ganti kelamin =)) =))
:lotus: kam sia

kapan-kapan aja lah kalo sempet! he..he.. :)
Gara-gara liat ini Bro Deva .... pangling  :))
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #79 on: 17 June 2010, 07:03:58 AM »
Saya setuju dengan pendapat Pak Hudoyo di atas. Memang Moha tersebut yang membentuk persepsi "diri/atta/aku/ego". Dengan adanya persepsi "diri/atta/aku/ego" maka timbullah baik/jahat, timbullah yang harus dikembangkan, yang harus dihancurkan. Timbullah kemelekatan, timbullah kebencian.

Menurut Bro ryu, mananya yang keliru?
saya tidak setuju dengan yang di bold, coba baca sakka panha sutta di digha nikaya, Buddha mengatakan ada hal2 yang patut di kejar dan ada hal yang harus di hindari untuk mencapai tujuan.

Bro ryu, bagi seorang yang sudah tidak memiliki lagi moha/atta/diri/ego/apa pun istilahnya, tidak ada lagi yang (perlu) dikembangkan/dihancurkan. Itulah sebabnya mereka disebut asekkha puggala (makhluk yang tidak berlatih). 

Penjelasan singkat dari saya begini:
1. Tidak lagi dikekang kebodohan bathin (=Arahat), tidak ada lagi yang perlu dikembangkan/dihancurkan.
2. Masih dikekang kebodohan bathin (belum Arahat):
apakah seseorang yang tidak mengembangkan / menghancurkan pasti arahat atau
seorang arahat pasti tidak mengembangkan / menghancurkan?

kondisi seorang arahat itu seperti apa dan bagaimana?

apakah seseorang yang katanya sudah berhasil memadamkan "aku"/memberhentikan pikiran berarti arahat /
seorang arahat pasti berhenti pikirannya / berhasil memadamkan "aku" ?

Quote
a. Dalam vipassana, mengarahkan kesadaran melihat apa adanya, tidak ada yang dikembangkan/dihancurkan.
 b. Di luar vipassana, karena masih dikekang kebodohan bathin, masih terbelenggu kelahiran, tentu ada yang dikembangkan/dihancurkan agar terlahir tidak di alam menderita, misalnya.

a. apakah cara untuk menghentikan dukha memang tidak perlu pengembangan/penghancuran /
tidak perlu pengembangan/penghancuran hanya satu2nya cara untuk menghilangkan dukha?

b. apakah pernyataan anda itu ada rujukannya?
« Last Edit: 17 June 2010, 07:18:54 AM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #80 on: 17 June 2010, 07:04:50 AM »
^^^
kok sis ryu !!!  ^-^
kapan bang ryu ganti kelamin =)) =))
:lotus: kam sia

kapan-kapan aja lah kalo sempet! he..he.. :)
^^^
kok sis ryu !!!  ^-^
kapan bang ryu ganti kelamin =)) =))
:lotus: kam sia

kapan-kapan aja lah kalo sempet! he..he.. :)
Gara-gara liat ini Bro Deva .... pangling  :))

:hammer: :hammer: :hammer: :hammer:
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #81 on: 17 June 2010, 09:49:29 AM »
apakah seseorang yang tidak mengembangkan / menghancurkan pasti arahat atau
seorang arahat pasti tidak mengembangkan / menghancurkan?
Betul, Arahat tidak lagi mengembangkan/menghancurkan. 
Seorang yang bukan Arahat bisa saja mengira dirinya tidak mengembangkan/menghancurkan, namun sesungguhnya ia masih melakukan keduanya.

Quote
kondisi seorang arahat itu seperti apa dan bagaimana?
Tidak terkatakan dan menuruti nasihat Buddha, sebaiknya tidak dispekulasikan.

Quote
apakah seseorang yang katanya sudah berhasil memadamkan "aku"/memberhentikan pikiran berarti arahat /
seorang arahat pasti berhenti pikirannya / berhasil memadamkan "aku" ?
Jika ia telah memberhentikan pikiran (maññati), maka ia adalah seorang Arahat (menurut Mulapariyaya Sutta). Namun kebenaran apakah seseorang benar-benar sudah menghentikannya, saya pikir hanya dirinya atau Arahat lainnya yang memiliki kemampuan bathin luar biasa yang mengetahuinya.

Quote
b. apakah pernyataan anda itu ada rujukannya?
i. Dalam Mulapariyaya Sutta yang sudah saya kutipkan, tidak ada pengembangan dan penghancuran. Di situ dibahas dari sisi bentukan pikiran.

ii. Dalam Bahiya Sutta/Cula-Malunkyaputta Sutta, tidak ada pengembangan dan penghancuran. Di situ dibahas dari sisi Salayatana (enam landasan indriah).

iii. Dalam Maha-Satipatthana Sutta, tidak ada pengembangan dan penghancuran. Di situ dibahas sangat lengkap dari sisi tubuh, perasaan, pikiran, dan bentukan pikiran. Saya kutipkan sedikit di bagian bentukan pikiran, mengenai penghalang/nivarana:

[1] "There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? There is the case where, there being sensual desire present within, a monk discerns that 'There is sensual desire present within me.' Or, there being no sensual desire present within, he discerns that 'There is no sensual desire present within me.' He discerns how there is the arising of unarisen sensual desire. And he discerns how there is the abandoning of sensual desire once it has arisen. And he discerns how there is no future arising of sensual desire that has been abandoned. (The same formula is repeated for the remaining hindrances: ill will, sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)

Yang dibold: ada nafsu, bhikkhu melihat ada nafsu. Tidak ada nafsu, bhikkhu melihat tidak adanya nafsu. Melihat munculnya nafsu yang sebelumnya tidak muncul. Melihat pelepasan nafsu yang telah muncul. Melihat tidak adanya nafsu di masa depan yang telah dilepaskan.
Di sini tidak ada menghancurkan atau memunculkan. Di sini hanya ada melihat sesuatu yang muncul dan melihat sesuatu yang hancur.

Sutta ini dikutipkan rekan lain kepada saya untuk ditunjukkan bahwa adanya satu usaha (penghancuran penghalang) dalam Satipatthana, yaitu di bagian:
"He discerns how there is the arising of unarisen sensual desire. And he discerns how there is the abandoning of sensual desire once it has arisen. And he discerns how there is no future arising of sensual desire that has been abandoned"
Saya tidak memahaminya demikian. Di situ hanya ada kata "discern" (melihat), tidak ada indikasi suatu usaha menghancurkan nivarana. Juga, setahu saya, nivarana dihancurkan dalam jhana, sebagaimana nafsu dihilangkan dengan konsentrasi, dan lainnya dihilangkan dengan mengembangkan faktor jhana lainnya. Demikianlah saya katakan tidak ada usaha benar dalam Satipatthana.

iv. Dhatuvibhanga Sutta, salah satu yang menarik, membahas pembagian manusia dalam enam unsur yaitu padat, cair, udara, panas, ruang, kesadaran. Melihat dalam unsur itu tidak memiliki inti diri (atta), Pukkusati menembus Anagami-phala. Tidak ada yang dianjurkan dikembangkan/dihancurkan oleh Buddha di sana.

v. Sutta-sutta lain seperti Nandakovada Sutta dan Cula Rahulovada Sutta, juga mengajarkan melihat tidak adanya diri (anatta) dalam unsur manusia. Tidak ada pengembangan/penghancuran ini-itu dalam prosesnya.


Quote
a. apakah cara untuk menghentikan dukha memang tidak perlu pengembangan/penghancuran /
tidak perlu pengembangan/penghancuran hanya satu2nya cara untuk menghilangkan dukha?
vi. Dalam Rathavinita Sutta, Punna Mantaniputta berkata, "Jika Sang Bhagava mengajarkan nibbana yang tak melekat dalam kemurnian sila ... kemurnian pikiran ... kemurnian pandangan ... kemurnian keyakinan ... kemurnian pengetahuan jalan dan bukan jalan ... kemurnian pengetahuan, maka Sang Bhagava sesungguhnya mengajarkan nibbana tidak melekat yang melekat."
Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa semua itu dibutuhkan sebagaimana seorang pergi dari satu tempat ke tempat lain dan di tengah jalan, dengan meninggalkan kereta lama, masuk pada kereta berikutnya, sampai akhirnya di tempat tujuan, ia pun meninggalkan kereta tersebut untuk mencapai tempat tujuan.

Offline Deva19

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 821
  • Reputasi: 1
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #82 on: 17 June 2010, 10:00:01 AM »
saya sangat sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Kainyn_Kutho, tidak ada pengembangan , tidak ada penghancurkan.

apa yang hancur, hancur dengan sendirinya. apa yang berkembang, berkembang dengan sendirinya, sebagai akibat berhentinya pemikiran dan perbuatan.

apa yang kotor, berasal dari perbuatan tubuh maupun pikiran. bila kita hanya melihat saja sebagaimana adanya, berarti akar-akar kekotoran tersebut terpangkas bukan oleh suatu perbuatan tetapi oleh "tanpa perbuatan".

Quote
ketika Pythagoras diminta untuk menjabarkan, siapakah sebenarnya seorang filsuf itu, dia berkata, "Ketika semua diundang ke pesta kehidupan, beberapa orang pergi ke sana untuk menikmatinya, sebagian lagi pergi untuk memperoleh nama dan ketenaran, namun ada sebagian orang yang pergi hanya untuk melihat. Yang terakhir inilah para filsuf."

di akhir paragraf penulisnya menambahkan "Dia berdiri mengamati kehidupan sebagai pengamat yang objektif."

(sumber : Sri Dhammananda, Meditasi Untuk Siapa Saja, hal. 38)



Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #83 on: 17 June 2010, 10:05:54 AM »
[at] Kainyn_Kutho

Saya senang berdiskusi dengan Anda. Tapi saya memutuskan untuk mundur dari diskusi ini. Terimakasih.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #84 on: 17 June 2010, 10:13:09 AM »
apakah seseorang yang tidak mengembangkan / menghancurkan pasti arahat atau
seorang arahat pasti tidak mengembangkan / menghancurkan?
Betul, Arahat tidak lagi mengembangkan/menghancurkan. 
Seorang yang bukan Arahat bisa saja mengira dirinya tidak mengembangkan/menghancurkan, namun sesungguhnya ia masih melakukan keduanya.

Quote
kondisi seorang arahat itu seperti apa dan bagaimana?
Tidak terkatakan dan menuruti nasihat Buddha, sebaiknya tidak dispekulasikan.

Quote
apakah seseorang yang katanya sudah berhasil memadamkan "aku"/memberhentikan pikiran berarti arahat /
seorang arahat pasti berhenti pikirannya / berhasil memadamkan "aku" ?
Jika ia telah memberhentikan pikiran (maññati), maka ia adalah seorang Arahat (menurut Mulapariyaya Sutta). Namun kebenaran apakah seseorang benar-benar sudah menghentikannya, saya pikir hanya dirinya atau Arahat lainnya yang memiliki kemampuan bathin luar biasa yang mengetahuinya.

Quote
b. apakah pernyataan anda itu ada rujukannya?
i. Dalam Mulapariyaya Sutta yang sudah saya kutipkan, tidak ada pengembangan dan penghancuran. Di situ dibahas dari sisi bentukan pikiran.

ii. Dalam Bahiya Sutta/Cula-Malunkyaputta Sutta, tidak ada pengembangan dan penghancuran. Di situ dibahas dari sisi Salayatana (enam landasan indriah).

iii. Dalam Maha-Satipatthana Sutta, tidak ada pengembangan dan penghancuran. Di situ dibahas sangat lengkap dari sisi tubuh, perasaan, pikiran, dan bentukan pikiran. Saya kutipkan sedikit di bagian bentukan pikiran, mengenai penghalang/nivarana:

[1] "There is the case where a monk remains focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances. And how does a monk remain focused on mental qualities in & of themselves with reference to the five hindrances? There is the case where, there being sensual desire present within, a monk discerns that 'There is sensual desire present within me.' Or, there being no sensual desire present within, he discerns that 'There is no sensual desire present within me.' He discerns how there is the arising of unarisen sensual desire. And he discerns how there is the abandoning of sensual desire once it has arisen. And he discerns how there is no future arising of sensual desire that has been abandoned. (The same formula is repeated for the remaining hindrances: ill will, sloth & drowsiness, restlessness & anxiety, and uncertainty.)

Yang dibold: ada nafsu, bhikkhu melihat ada nafsu. Tidak ada nafsu, bhikkhu melihat tidak adanya nafsu. Melihat munculnya nafsu yang sebelumnya tidak muncul. Melihat pelepasan nafsu yang telah muncul. Melihat tidak adanya nafsu di masa depan yang telah dilepaskan.
Di sini tidak ada menghancurkan atau memunculkan. Di sini hanya ada melihat sesuatu yang muncul dan melihat sesuatu yang hancur.

Sutta ini dikutipkan rekan lain kepada saya untuk ditunjukkan bahwa adanya satu usaha (penghancuran penghalang) dalam Satipatthana, yaitu di bagian:
"He discerns how there is the arising of unarisen sensual desire. And he discerns how there is the abandoning of sensual desire once it has arisen. And he discerns how there is no future arising of sensual desire that has been abandoned"
Saya tidak memahaminya demikian. Di situ hanya ada kata "discern" (melihat), tidak ada indikasi suatu usaha menghancurkan nivarana. Juga, setahu saya, nivarana dihancurkan dalam jhana, sebagaimana nafsu dihilangkan dengan konsentrasi, dan lainnya dihilangkan dengan mengembangkan faktor jhana lainnya. Demikianlah saya katakan tidak ada usaha benar dalam Satipatthana.

iv. Dhatuvibhanga Sutta, salah satu yang menarik, membahas pembagian manusia dalam enam unsur yaitu padat, cair, udara, panas, ruang, kesadaran. Melihat dalam unsur itu tidak memiliki inti diri (atta), Pukkusati menembus Anagami-phala. Tidak ada yang dianjurkan dikembangkan/dihancurkan oleh Buddha di sana.

v. Sutta-sutta lain seperti Nandakovada Sutta dan Cula Rahulovada Sutta, juga mengajarkan melihat tidak adanya diri (anatta) dalam unsur manusia. Tidak ada pengembangan/penghancuran ini-itu dalam prosesnya.


Quote
a. apakah cara untuk menghentikan dukha memang tidak perlu pengembangan/penghancuran /
tidak perlu pengembangan/penghancuran hanya satu2nya cara untuk menghilangkan dukha?
vi. Dalam Rathavinita Sutta, Punna Mantaniputta berkata, "Jika Sang Bhagava mengajarkan nibbana yang tak melekat dalam kemurnian sila ... kemurnian pikiran ... kemurnian pandangan ... kemurnian keyakinan ... kemurnian pengetahuan jalan dan bukan jalan ... kemurnian pengetahuan, maka Sang Bhagava sesungguhnya mengajarkan nibbana tidak melekat yang melekat."
Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa semua itu dibutuhkan sebagaimana seorang pergi dari satu tempat ke tempat lain dan di tengah jalan, dengan meninggalkan kereta lama, masuk pada kereta berikutnya, sampai akhirnya di tempat tujuan, ia pun meninggalkan kereta tersebut untuk mencapai tempat tujuan.

kesimpulannya? Buddha tidak pernah mengajarkan cara untuk menghilangkan dukha dengan mengembangkan/penghancuran?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #85 on: 17 June 2010, 10:17:34 AM »
kesimpulannya? Buddha tidak pernah mengajarkan cara untuk menghilangkan dukha dengan mengembangkan/penghancuran?

Disimpulkan sendiri saja masing-masing. :)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #86 on: 17 June 2010, 10:19:24 AM »
dalam SABASAVA SUTTA buddha menjelaskan :
Dukkha dapat dihilangkan dengan melihat (dassana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan pengendalikan diri (samvara).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penggunaan (patisevana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penahanan (adhivasana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penghindaran (parivajjana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penghapusan (vinodana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan pengembangkan (bhavana).

bagaimana pendapat bro :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #87 on: 17 June 2010, 04:23:15 PM »
dalam SABASAVA SUTTA buddha menjelaskan :
Dukkha dapat dihilangkan dengan melihat (dassana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan pengendalikan diri (samvara).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penggunaan (patisevana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penahanan (adhivasana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penghindaran (parivajjana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penghapusan (vinodana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan pengembangkan (bhavana).

bagaimana pendapat bro :)

Dalam Sabbasava Sutta, yang dihilangkan tersebut adalah Asava atau nafsu keinginan, bukan Dukkha. Nafsu ini adalah bentukan-bentukan pikiran. Setelah melenyapkan asava dengan tujuh cara demikian, ia dikatakan memotong keinginan (acchecchi taṇhaṃ), melenyapkan belenggu (vivattayi saṃyojanaṃ), dan, dengan penembusan benar akan kesombongan (sammā mānābhisamayā), ia melenyapkan penderitaan.

Sabbasava itu adalah salah satu dari tujuh kereta yang dibicarakan Punna Mantaniputta, tetapi bukan metode pembebasan akhir itu sendiri. Itu pendapat saya. :)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #88 on: 17 June 2010, 04:27:44 PM »
[at] Kainyn_Kutho

Saya senang berdiskusi dengan Anda. Tapi saya memutuskan untuk mundur dari diskusi ini. Terimakasih.
Terima kasih juga untuk diskusinya yang baik, Bro Upasaka. Semoga bisa dimaklumi semua keterbatasan dari saya.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Baru sadar bahwa Lobha, Dosa, Moha bukan masalah!
« Reply #89 on: 17 June 2010, 04:41:01 PM »
dalam SABASAVA SUTTA buddha menjelaskan :
Dukkha dapat dihilangkan dengan melihat (dassana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan pengendalikan diri (samvara).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penggunaan (patisevana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penahanan (adhivasana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penghindaran (parivajjana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan penghapusan (vinodana).
Dukkha dapat dihilangkan dengan pengembangkan (bhavana).

bagaimana pendapat bro :)

Dalam Sabbasava Sutta, yang dihilangkan tersebut adalah Asava atau nafsu keinginan, bukan Dukkha. Nafsu ini adalah bentukan-bentukan pikiran. Setelah melenyapkan asava dengan tujuh cara demikian, ia dikatakan memotong keinginan (acchecchi taṇhaṃ), melenyapkan belenggu (vivattayi saṃyojanaṃ), dan, dengan penembusan benar akan kesombongan (sammā mānābhisamayā), ia melenyapkan penderitaan.

Sabbasava itu adalah salah satu dari tujuh kereta yang dibicarakan Punna Mantaniputta, tetapi bukan metode pembebasan akhir itu sendiri. Itu pendapat saya. :)


Yang dibold biru di atas ^ :
Apakah Bro Ryu yang salah kutip, atau apa?

Menurut Bro Kay, metode pembebasan akhir itu apa?
yaa... gitu deh

 

anything