sumber
http://nasional.kompas.com/read/2014/06/05/0957038/Datangi.Rumah.ke.Rumah.Anggota.Babinsa.Arahkan.Warga.Pilih.Prabowo?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=KpopwpDatangi Rumah ke Rumah, Anggota Babinsa Arahkan Warga Pilih Prabowo
JAKARTA, KOMPAS.com — Menjelang pemilu presiden, warga di kawasan
Jakarta Pusat diresahkan oleh pendataan siapa calon presiden dan calon
wakil presiden yang akan dipilih. Pendataan itu dilakukan oleh orang
yang mengaku bintara pembina desa (babinsa).
Masalahnya, dalam pendataan itu, warga diarahkan untuk memilih
pasangan yang diusung Partai Gerindra, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Sebut saja Rifki, salah satu warga di kawasan Jakarta Pusat yang ikut
didata. Ia bercerita, didatangi seorang pria bertubuh gemuk pada Sabtu
(31/5/2014).
Kepada Rifki, pria yang datang dengan menggenggam sebuah handy talkie
(HT) itu mengaku ingin melakukan perbaikan daftar pemilih tetap (DPT)
untuk pemilihan presiden.
Rifki baru pertama kali melihat pria itu. Ia pun bertanya-tanya. “Untuk
apa Pak didata lagi? Kan kita tidak tinggal di gunung,” ujar Rifki ketika
menceritakan peristiwa itu kepada Kompas.com .
Meski heran dengan kehadiran pria bergaya aparat itu, Rifki tetap
mempersilakannya masuk ke dalam rumah. Tanpa basa-basi, pria itu
langsung meminta Kartu Tanda Penduduk milik Rifki. KTP lalu diberikan.
Ketika pria itu mencatat data-data di dalam KTP, Rifki menanyakan
identitas pria itu.
Pria tersebut mengaku anggota babinsa yang baru dipindahkan bertugas
ke daerah perumahan Rifki. Untuk diketahui, di perumahaan tempat
tinggal Rifki, 90 persen warganya adalah keturunan Tionghoa dan
beragama kr****n.
Petugas itu, kata Rifki, bercerita bahwa dia ditugaskan oleh atasannya
untuk mendata warga. Pria itu juga mengaku berdinas di bawah kontrol
Koramil.
Setelah pencatatan data Rifki selesai, petugas itu kemudian bertanya.
“Bapak nanti pilih ini kan, ya?” tanya dia.
Di kertas data yang dipegang petugas itu, Rifki sudah dituliskan akan
memilih Partai Gerindra dalam pilpres 9 Juli mendatang.
Melihat catatan itu, Rifki pun terkejut. Dia langsung menunjukkan
kekesalannya dengan menanyakan maksud petugas itu menulis preferensi
pilihannya.
“Apa urusan Anda mendata pilihan saya apa?” tukas Rifki ketika itu.
Atas kemarahan Rifki, pria itu langsung meralat ucapannya.
“Jadi Bapak akan pilih Jokowi?” tanyanya lagi.
Rifki sempat berdebat dengan babinsa itu. Alhasil, tulisan Gerindra
dicoret, lalu diganti Jokowi.
“Saya sudah kesal. Jadi terserahlah mau ditulis siapa di situ, yang tahu
pilihan saya kan cuma saya dan Tuhan,” ucap Rifki.
Menurut Rifki, bukan hanya dirinya yang didata oleh babinsa. Seorang
tetangga keturunan Tionghoa yang bersebelahan dengannya juga didata.
Tetangganya itu, sebut Rifki, sangat ketakutan didatangi babinsa.
“Mereka takut apa maksudnya didata seperti itu? Jadi mereka mengikuti
apa pun kata orang itu. Saya sih memahami, karena mereka memang
punya trauma masa lalu,” ujarnya.
Rifki bercerita, saat kerusuhan di Jakarta pada 1998, kelompok masyarakat
Tionghoa menjadi sasaran amuk massa. Situasi di perumahannya saat itu
mencekam. Warga-warga berpatroli siang dan malam.
“Mungkin, ya ada masih ketakutan-ketakutan seperti ini,” kata Rifki.
Datangi Koramil
Rifki sempat mendatangi Koramil di dekat lingkungannya untuk mengecek
soal identitas petugas babinsa itu. Di dalam Koramil, dia melihat
whiteboard yang bertuliskan jadwal piket petugas babinsa.
Sementara itu, di atas meja, Rifki melihat secarik kertas folio dengan
banyak data yang sudah tersusun rapi. Isi data itu yakni daftar nama dan
alamat warga, serta daftar preferensi memilih dalam pemilu presiden
mendatang.
Di sana juga terdapat rekapitulasi hasil preferensi memilih, yakni 90
persen dituliskan memilih capres Prabowo Subianto dan 10 persen
memilih Jokowi.
“Saya tanya soal babinsa itu, petugas di Koramil membenarkan dan bilang
dia baru dipindahtugaskan ke sini. Saya lalu tanya, data yang
dikumpulkan untuk apa?” kata Rifki.
Rifki lalu mendapat jawaban bahwa pendataan dilakukan untuk survei
pilihan warga. Ia juga diminta untuk memberikan pengertian kepada
warga di lingkungannya soal aktivitas babinsa belakangan ini.
Rifki berharap agar babinsa, yang seharusnya bisa memberikan
ketenangan dan kenyamanan bagi warga, bisa bersikap netral. “Kalau
sudah mengerahkan babinsa itu tandanya sudah takut kalah,” ujar dia.
Update:
Ditemui di Markas Kodim 0501 Jakarta Pusat, Kamis (5/6/2014), Komandan
Kodim Letnan Kolonel Infantri Yudi Pranoto mengatakan, telah terjadi
kesalahpahaman antara warga dan anggota bintara pembina desa
(babinsa).
"Ini hanya miskomunikasi saja. Ada salah paham antara warga dan
anggota babinsa," ujar Yudi (baca: Dandim 0501 Jakpus: Ada Salah Paham
antara Warga dan Babinsa).
Di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, Kepala Pusat Penerangan
Markas Besar TNI, Mayjen TNI Fuad Basya, mengatakan, Tentara Nasional
Indonesia (TNI) berjanji akan menindak anggotanya yang mendukung
salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam pemilu
presiden 9 Juli mendatang. TNI juga terus menelusuri gerak gerik
anggotanya terkait netralitasnya.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang juga berada di tempat yang sama
enggan berkomentar secara spesifik perihal perilaku bintara pembina
desa. Kendati begitu, dalam kesempatan sebelumnya, Moeldoko
menegaskan bahwa TNI akan netral dalam pemilu (baca: TNI Akan
Menghukum Anggotanya yang Tidak Netral ).
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo
membantah pihaknya mengerahkan anggota Babinsa untuk memobilisasi
warga memilih pasangan Prabowo-Hatta.
"Enggak ada. Tidak ada," ujar Hashim saat ditemui di sela-sela penyerahan
Kalpataru dari Wakil Presiden Boediono di Istana Wakil Presiden, Jakarta,
Kamis (baca: Soal Anggota Babinsa Arahkan Warga Pilih Prabowo, Ini
Tanggapan Hashim ).
Juru Bicara Tim Pemenangan pasangan Prabowo-Hatta, Tantowi Yahya
membantah pihaknya sengaja mengerahkan Bintara Pembina Desa
(Babinsa) untuk mengarahkan pilihan warga (baca: Kubu Prabowo-Hatta
Bantah Kerahkan Babinsa)