B. AJARAN UTAMA.
Untuk meneliti Ajaran Maitreya dapat membuka website sebagai berikut:
Bahasa Inggris:
http://Http://www.taoism.net/gateways/Buddha.htmhttp://Http://home.kimo.com.tw/yp2758/Eyiguantao.htmlhttp://Http://www.taoism.net/html.htmlBahasa Indonesia:
http://Http://www.buddhismemaitreya.org/http://Http://www.dutamaitreya.org/1.Maitreya telah datang menjelma ke dunia ini dan terlahir sebagai guru mereka.
Umat Buddha Maitreya meyakini bahwa guru mereka adalah penjelmaan Buddha Maitreya dan Era Sakyamuni Buddha telah berakhir, jadi mereka yakin bahwa Maitreya telah hadir di dunia ini. Namun marilah kita perhatikan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha sendiri.
Kritikan: Mari kita perhatikan apa yang diajarkan oleh Sang Buddha dalam CAKKAVATTI-SIHANADA SUTTA, Sutta ke-26 dari DIGHA NIKAYA:
"Pada saat itu [ kota ] yang sekarang merupakan Varanasi akan menjadi sebuah ibu kota yang bernama Ketumati, kuat dan makmur, dipadati oleh rakyat dan berkecukupan. Di Jambudipa akan terdapat 84.000 kota yang dipimpin oleh Ketumati sebagai ibu kota. Dan pada saat itu orang akan memiliki usia kehidupan sepanjang 84.000 tahun, di kota Ketumati akan bangkit seorang raja bernama Sankha, seorang Cakkavati (Raja Dunia), seorang raja yang baik, penakluk keempat penjuru? Dan pada saat orang memiliki harapan hidup hingga 84.000 itulah muncul di dunia seorang Yang Terberkahi, Arahat, Sammasambuddha bernama Metteya? .."
Jadi saat Metteya (Maitreya dalam Bahasa Sansekerta) hadir di dunia ini akan terdapat hal-hal sebagai berikut:
1.Terdapat kota "megapolis" yang bernama Ketumati.
2.Terdapat 84.000 kota di Jambudipa.
3.Terdapat seorang raja bernama Sankha. Beliau seorang Cakkavati atau raja dunia.
4.Manusia dapat hidup hingga mencapai 84.000 tahun
Nah, pada kenyataannya keempat hal di atas belum terwujud atau belum ada. Hingga saat ini usia hidup hingga mencapai 84.000 tahun masih merupakan sesuatu yang teramat sangat fantastis dan susah dibayangkan manusia. Dapat hidup hingga mencapai usia 100 tahun saja sudah merupakan sesuatu yang luar biasa.
Marilah kita coba pelajari tanda-tanda lainnya sebagaimana yang terdapat dalam BUDDHAVACANA MAITREYA BODHISATTVA SUTRA:
"O, Arya Sariputra! Pada saat Buddha baru tersebut dilahirkan di dunia Jambudvipa. Situasi dan kondisi dunia Jambudvipa ini jauh lebih baik daripada sekarang! Air laut agak susut dan daratan bertambah. Diameter permukaan laut dari ke 4 lautan masing-masing akan menyusut kira-kira 3,000 yojana, Bumi Jambudvipa dalam 10.000 yojana persegi? Persis kaca dibuat dari permata lazuardi dan permukaan buminya demikian rata dan bersih?"
Nah, pertanyaannya apakah sekarang kondisi dunia sudah lebih baik dari jaman Sang Buddha? Jawabnya belum! Apakah kondisi fisik dunia sudah seperti yang digambarkan pada Sutra di atas? Jawabnya juga belum! Karena itu jelas sekali Maitreya belumlah terlahir di muka bumi ini dan saat ini masih jaman Buddha Sakyamuni.
2.Jaman Tiga Pancaran
Umat Buddha Maitreya membagi jaman dalam apa yang mereka sebut dengan tiga pancaran.
(i) Jaman pancaran hijau, Buddhanya adalah Dipankara.
(ii) Jaman pancaran merah, Buddhanya adalah Sakyamuni.
(iii) Jaman pancaran putih, Buddhanya adalah Maitreya.
Sekarang telah memasuki jaman pancaran putih, karena itu ajaran Buddha Sakyamuni tidak berlaku lagi.
Kritikan: Marilah kita pelajari urutan Buddha-Buddha yang telah hadir di dunia ini sebagaimana yang tercantum dalam kitab suci Tipitaka: BUDDHAVAMSA, yang merupakan bagian ke-14 dari KHUDDAKA NIKAYA menyebutkan mengenai 25 Buddha pada masa lampau (dengan menambahkan nama 18 Buddha pada daftar 7 Buddha yang terdapat pada Mahapadana Sutta): Dipankara, Kondanna, Mangala, Sumana, Revata, Sobhita, Anomadassin, Paduma, Narada, Padumuttara, Sumedha, Sujata, Piyadassin, Atthadassin, Dhammadasin, Siddhattha, Tissa, Phussa, Vipassin, Sikhin, Vessabhu, Kakusandha, Konagama, Kassapa, dan Gotama (Sakyamuni). Lalu kalau begitu kemanakah Buddha-Buddha yang telah hadir di antara Buddha Dipankara dan Buddha Sakyamuni. Digolongkan dalam pancaran apakah Mereka itu? Jelas sekali pengarang ajaran Maitreya tidak paham Tipitaka. Mereka tidak menyadari bahwa di antara Buddha Dipankara dan Buddha Sakyamuni masih terdapat banyak Buddha-Buddha lainnya. Kalau mereka sendiri tidak paham Tipitaka bagaimana dapat kita mempercayai ajaran mereka?
3.Triratna atau Tiga Mestika (San Bao) ala Maitreya.
Ada tiga mestika atau San Bao yang diajarkan oleh aliran Maitreya:
(i) Membuka apa yang disebut dengan "pintu suci", yakni suatu titik di tengah-tengah alis. Aliran Yi Guan Tao (Maitreya) mengajarkan bahwa titik tersebut merupakan titik tempat keluarnya roh yang benar pada saat seseorang akan meninggal.
(ii) Mengatupkan tangan dengan cara tertentu: Telapak tangan kanan dengan posisi empat jari merapat, kecuali ibu jari, posisi horisontal agak mengarah ke bawah menekuk membentuk huruf V dengan telapak bagian dalam menghadap ke arah tubuh kita. Telapak tangan kiri dengan posisi sama seperti tangan kanan menempel menutupi telapak tangan kanan sehingga telapak tangan kanan berada di antara telapak kiri dan tubuh kita. Ujung ibu jari tangan kiri menyentuh kuku ibu jari tangan kanan, kedua ibu jari posisi horizontal mengarah ke bawah.
(iii) Lima kata rahasia yang tidak boleh bocor berbunyi: "Wu Tai Fo Mi Le."
Kritikan: Bagi seseorang yang belajar Buddha Dharma, maka tidak dikenal istilah "pintu suci" atau tempat keluarnya roh. Lagipula dalam Buddhisme tidak dikenal adanya roh yang kekal (atta). Juga tidak pernah ada yang namanya mengatupkan tangan ala Maitreya dan lima kata rahasia tersebut. Yang menjadi pertanyaan mengapa kata-kata tersebut harus dalam Bahasa Mandarin? Tidak bolehkah diterjemahkan dalam bahasa lain? Hal ini juga bertentangan dengan Buddha Dharma, dimana Sang Buddha mengajarkan bahwa Dharma ajarannya bolehlah diterjemahkan dalam bahasa apapun juga. Lebih jauh lagi apa yang mereka sebut dengan tiga mestika tersebut jauh sekali berbeda dengan yang terdapat dalam Buddha Dharma.
4.Lao Mu
Kita baca puisi yang ditulis oleh Aliran Maitreya berikut ini: "Buddha Maitreya, bangkitkanlah kekuatan jiwa, sehingga aku mampu bangkit dari kegelapan... Bekerja dan berkorban dalam nama LAOMU adalah pengimpasan dosa, namun tetap kulakukan tanpa pamrih. Membina diri berarti mencintai diri sendiri. Siapa membina, dialah yang mendapatkan. Bukanlah LAOMU yang menjauhiku, melainkan akulah yang telah menjauhkan diri dari LAOMU. Buddha Maitreya, bantulah aku dalam menghancurkan ego ini, sehingga mampu menjadi seorang pengasih bagi sesama. Terima kasih LAOMU, kesempatan masih Kau berikan kepadaku. LAOMU, melalui alam semesta, aku bersaksi akan kebesaran Kasih dan Kuasa-Mu!
Datang kepada LaoMu
Ada kalanya kita lelah dan datang kepada LaoMu, tetapi tampaknya LaoMu diam saja. Lao Mu sepertinya meninggalkan kita menghadapi semua masalah itu sendiri. Sesungguhnya tak ada yang lebih benar dari LaoMu 'LaoMu tak pernah meninggalkan kita' terlebih-lebih disaat kita dalam keadaan sulit. Hingga ada kisah yang mengatakan orang jahat lebih dekat dengan surga karena semakin jahat seseorang maka Tuhan akan berada semakin dekat untuk menyadarkannya. Penyebab mengapa kita merasa 'dianggap sepi' adalah karena kita datang sebagai cangkir yang sudah terlalu penuh. Tak ada lagi tempat kosong bagi LaoMu dan para Buddha untuk meletakkan penghiburan serta kekuatan bagi kita. Ketika menghadap LaoMu, hendaknya membiarkan hening mengisi diri, Biarkan cangkir menjadi kosong. Ketika kita sedih tak perlu datang dengan kata-kata, LaoMu mengetahui dengan jelas semua yang kita alami. Hanya ada kita yang mau berserah diri untuk dihibur-Nya dan bersandar pada tiang-Nya. Jika kita menghendaki LaoMu berkuasa sebagai Sang penghibur sejati dan sumber kekuatan diri, maka jangan pernah meragukan petunjuk-Nya. Ingat ketika kita merasa sedih, merasa pilu, merasa derita pastikan dalam diri kita bahwa LaoMu ada disamping kita, sebaliknya jika kita merasa bahagia, gembira LaoMu juga menyertai kita. "
Kritikan: Pertama kali tidak ada dalam Agama Buddha sesuatu yang disebut dengan nama Lao Mu. Menilik puisi di atas jelas sekali Umat Maitreya hendak mengasosiasikan Lao Mu dengan Tuhan, padahal dalam Buddhisme tidak dikenal konsep Tuhan semacam itu. Tidak ada Tuhan yang pengasih, sebagaimana yang dibabarkan Sang Buddha dalam JATAKA VI:208:
"Dengan mata, seseorang dapat melihat pandangan memilukan. Mengapa" mahadewa "itu tidak menciptakan secara baik? Bila kekuatannya dikatakan tak terbatas, Mengapa tangannya begitu jarang memberkati, Mengapa dia tidak menganugerahi kebahagiaan saja? Mengapa kejahatan, kebohongan dan ketidak-tahuan merajalela Mengapa kepalsuan menang, sebaliknya kebenaran dan keadilan gagal Saya menganggap, padangan tentang "mahadewa" adalah Ketakadilah yang membuat dunia yang diatur keliru. "
Demikianlah pandangan Buddhis tentang Tuhan sudah jelas dan tidak ada yang namanya Lao Mu sebagai Tuhan ataupun mahadewa. Sajak-sajak di atas jelas lebih dekat pada Kr*st*n daripada Buddhisme. Oleh sebab itu jelas sekali Yi Guan Tao bukanlah Buddhis.
C.KESIMPULAN.
Sebenarnya masih banyak kesalahan ajaran Yi Guan Tao ditinjau dari sudut pandang Buddhisme, namun karena terbatasnya waktu akan dibatasi sampai di sini saja, karena hal-hal yang dipaparkan di atas sudah cukup jelas membuktikan perbedaan doktrin yang menyolok antara Buddhisme yang sejati dengan Yi Guan Tao. Yang kita perlu tahu hanya satu hal: YI GUAN TAO BUKAN BUDDHIS dan banyak ajarannya yang bertentangan dengan Buddhisme yang sejati. Bagi Umat Yi Guan Tao saran saya belajarlah Buddhisme yang sejati, agar pintu penerangan sempurna terbuka bagi kalian.
DAFTAR PUSTAKA
Mizuno, Kogen: Buddhist Sutras, Origin, Development, Transmission, Kosei Publishing, Tokyo, 1995.
Dharma Pitaka
Walshe, Maurice: The Long Discourses of the Buddha, A Translation of the Digha Nikaya, Wisdom Publication, 1995.
Paludan, Ann: Chronicle of The Chinese Emperors, Thames & Hudson, 1999.