Kemungkinan2 alasannya:
1. Banyak orang tua tionghoa yang mengirim anak-anaknya ke sekolah ka****k dan kr****n, karena ada persepsi bahwa sekolah-sekolah tersebut lebih maju dan merupakan sekolah favorit. Akibatnya, di sekolah2 tersebut kemudian mereka awal-awalnya ikut-ikutan masuk agama yang menjadi label sekolah tersebut, lama kelamaan berubah menjadi tertarik untuk benar2 pindah agama.
2. Pelajaran agama kr****n dan ka****k di sekolah umumya dinilai lebih mudah, sehingga banyak siswa yang memilih mengikuti kedua agama tersebut dengan asumsi akan membantu nilai. Agama Buddha seringkali dianggap sulit karena banyak hapalan2 bahasa sansekerta atau pali. Bermula dari proses ini, individu yang awalnya memilih dengan alasan mencari kemudahan, lama2 digiring ke agama kr****n dan ka****k oleh guru-gurunya untuk menjadi lebih serius.
3. Umumnya kr****n memiliki strategi untuk menambah umat yang lebih agresif dan ambisius dibandingkan Buddhis. Misalnya, seringkali mereka mendekati individu2 beragama lain yang menjadi target dengan secara tidak langsung menjanjikan bantuan2 yang sesuai dengan masalahnya. Contoh, jika seseorang laki2 sulit dapat pacar, maka dijamin masuk ke kelompok kr****n tersebut akan mudah mendapatkannya. Atau jika kesulitan keuangan, seringkali ditawarkan program2 bantuan. Lagipula, koneksi kr****n dan ka****k sangat luas.
4. Ada sebagian anak muda yang menilai bahwa kr****n dan ka****k lebih modern dan stylish dibandingkan Buddhisme. kr****n dan ka****k cenderung identik dengan Barat dan kemajuan.
5. Di zaman Orde Baru, sangat banyak orang tionghoa yang takut dikait-kaitkan dengan komunisme akhirnya lebih memilih memeluk agama-agama yang tidak identik dengan tionghoa. Untuk memeluk Islam, terdapat keenggana karena peran kelompok Islam ttt dalam pembantaian komunis, jadi mereka akhirnya memilih kr****n dan ka****k sebagai pelarian teraman. Perpindahan orang tionghoa pada era era paska 1965 ini adalah gelombang pertama bertambahnya jumlah pemeluk kr****n dan ka****k dari orang tionghoa secara signifikan sejak berdirinya Republik Indonesia.