//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: DHAMMA yang wajib di laksanakan oleh para upasaka-upasika (termasuk Pandita)  (Read 21541 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
DHAMMA yang wajib di laksanakan oleh para upasaka-upasika (termasuk Pandita):

~ PUNNAKIRIYA VATTHU 3 (3 macam perbuatan berjasa) yaitu:
1. Danamaya: Jasa yang di peroleh dengan memberikan dana
2. Silamaya: Jasa yang di peroleh dengan mempertahankan kelakuan bermoral
3. Bhavanamaya: Jasa yang diperoleh dengan mengembangkan bahvana/meditasi
(Anguttaranikaya IV. 241)

~ SAPPURISA PANATTI 3 (3 macam Dhamma yang patut dilaksanakan atau ciri orang yang bajik) yaitu:
1. Dana: Berdana kepada orang yang patut diberikan dana
2. Pabbajja: Penglepasan keduniawian, tidak melakukan kekejaman
3. Matapitu-upatthana: Melindungi dan memelihara orang tua, berusaha memberikan kebahagiaan lahir dan batin
(Anguttaranikaya I. 151)

~ SADDHA 4 (4 macam kenyakinan) yaitu:
1. Kamma Saddha: Kenyakinan terhadap Hukum Kamma
2. Vipaka Saddha: Kenyakinan terhadap akibat dari Hukum Kamma
3. Kammassakata Saddha: Kenyakinan bahwa semua makhluk mempunyai kamma masing-masing dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
4. Tathagatabodhi Saddha: Kenyakinan terhadap pencapaian Penerangan Sempurna dari Sang Buddha, yakin bahwa Sang Buddha adalah Yang Maha Suci, Yang Maha Tahu, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Pengasih dan penyayang.
(Vijja Dhamma hal. 50)

~ ARIYA VADDHI 5 (5 macam Dhamma kepunyaan orang berbudi) yaitu:
1. Saddha: Mempunyai kenyakinan yang kuat terhadap Sang Tri Ratna, yang merupakan kebenaran dan kebajikan
2. Sila: Bersusila, melakukan perbuatan baik
3. Suta: Belajar dan mendengar untuk mencari pengetahuan benar
4. Caga: Mempunyai kemurahan hati, senang membantu dan tidak mementingkan diri sendiri.
(anguttaranikaya III.80)

~ UPASAKA DHAMMA 5 (5 macam Dhamma kepunyaan Upasaka dan Upasika) yaitu:
1. Mempunyai Kenyakinan (Saddha), kenyakinan terhadap Sang Tri Ratna
2. Mempunyai kesucian Sila
3. Tidak percaya akan perbuatan tahyul dan kabar angin atau desas desus yang belum di cek kebenarannya.
4. Tidak mencari sumber kebaikan dan kebenaran di luar Dhamma
5. Berbuat kebaikkan sesuai dengan Dhamma.
(Anguttaranikaya III. 206)

~ UPASAKA DHAMMA 7 (7 macam Dhamma untuk kemajuan batiniah Upasaka-Upasika) yaitu:
1. Sering mengunjung para Bhikkhu
2. Sering mendengarkan Dhamma
3. Melatih diri melaksanakan adhi-sila (sila tertinggi)
4. Mempunyai Kenyakinan terhadap para Bhikkhu yang tua dan muda vassanya.
5. Mendengarkan Dhamma tanpa tujuan untuk mengeritik
6. Tidak mencari sumber kebaikkan dan kebenaran di luar Dhamma
7. Berbuat kebaikkan sesuai dengan Dhamma
(Anguttaranikaya IV. 25.26)

~ ATTHA SILA 8 (8 macam sila/tata susila) yaitu:
1. Panatipata Veramani: Menahan diri dari pembunuhan
2. Adinnadana Veramani: Menahan diri dari pencurian
3. Abrahmacariya Veramani: Menahan diri dari hubungan kelamin
4. Musavada Veramani: Menahan diri dari berdusta
5. Sura Merayamajja Pamadatthana Veramani: Menahan diri dari makanan dan minuman yang memabukkan dan ketagihan.
6. Vikalabhojana Veramani: Menahan diri tidak akan makan setelah pukul 12.00 tengah hari.
7. Nacca Gita Vadita Visukadassana Malagandha Vilepana Dharana Mandana Vibhusanatthana Veramani: Menahan diri tidak akan menari, menyanyi, bermain musik, melihat pertunjukan, memakai bunga-bungaan, wangi-wangian, pomade dan perhiasan-perhiasan bersolek lainnya.
8. Uccasayana Mahasayana Veramani: Menahan diri tidak akan memakai tempat duduk dan tempat tidur yang mewah.
(Anguttaranikaya IV. 248)

~ SAPPURISA DHAMMA 8 (8 macam harta dari orang yang baik) yaitu:
1. Saddhamma Samannagato: Mempunyai kebajikan 7 macam adalah:
a. Mempunyai kenyakinan (saddha)
b. Mempunyai rasa malu (hiri)
c. Mempunyai rasa takut (ottappa)
d. Mempunyai banyak pengetahuan (bahussuta)
e. Mempunyai usaha yang giat (viriya)
f. Mempunyai kesadaran (sati)
g. Mmepunyai kebjikasanaan (panna)

2. Sappurisa Bhatti: Bergaul dengan orang baik
3. Sappurisa Cinti: Berfikir yang benar, tidak berfikir untuk merugikan diri sendiri dan makhluk lain.
4. Sappurisa Manti: Berunding dengan orang yang baik
5. Sappurisa Vaco: Berbicara yang benar, yaitu tidak bicara bohong, tidak menghina dan memfitnah, tidak bicara kasar, tidak omong kosong dan tidak bicara merugikan orang lain
6. Sappurisa Kammanto: Berbuat yang benar, yaitu tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
7. Sappurisa Ditthi: Mempunyai pandangan yang benar, yaitu berbuat baik dapat kebaikkan, berbuat jahat dapat kejahatan dan lain-lainya.
8. Sappurisa Danam Ditthi: Berdana sesuai dengan Sappurisa Dana 8 (8 macam dana dari orang yang baik)
(Majjhimanikaya III. 23)

~ DASA SILA 10 (10 macam sila/tata susila) yaitu:
1. Panatipata Veramani: Menahan diri dari pembunuhan
2. Adinnadana Veramani: Menahan diri dari pencurian
3. Abrahmacariya Veramani: Menahan diri dari hubungan kelamin
4. Musavada Veramani: Menahan diri dari berdusta
5. Sura Merayamajja Pamadatthana Veramani: Menahan diri dari makanan dan minuman yang memabukkan dan ketagihan.
6. Vikalabhojana Veramani: Menahan diri tidak akan makan setelah pukul 12.00 tengah hari.
7. Nacca Gita Vadita Visukadassana Veramani: Menahan diri tidak akan menari, menyanyi, bermain musik, melihat pertunjukan
8. Malagandha Vilepana Dharana Mandana Vibhusanatthana Veramani: Menahan diri tidak akan memakai bunga-bungaan, wangi-wangin, pomade dan perhiasan-perhiasan bersolek lainnya.
9. Uccasayana Mahasayana Veramani: Menahan diri tidak akan memakai tempat duduk dan tempat tidur yang mewah.
10. Jatarupa Rajata patiggahana Veramani: Menahan diri tidak akan menerima mas dan perak (berarti uang).
(Khuddakapatha I. 1)

Sumber : Kamus Umum Buddha Dhamma (Panjika)

Semoga bermanfaat...

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Rilna

  • Teman
  • **
  • Posts: 77
  • Reputasi: 3
apakah upasaka/upasika harus menjalankan atthasila dan dasasila?

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
~ UPASAKA DHAMMA 7 (7 macam Dhamma untuk kemajuan batiniah Upasaka-Upasika) yaitu:
1. Sering mengunjung para Bhikkhu
2. Sering mendengarkan Dhamma
3. Melatih diri melaksanakan adhi-sila (sila tertinggi)
4. Mempunyai Kenyakinan terhadap para Bhikkhu yang tua dan muda vassanya.
5. Mendengarkan Dhamma tanpa tujuan untuk mengeritik
6. Tidak mencari sumber kebaikkan dan kebenaran di luar Dhamma
7. Berbuat kebaikkan sesuai dengan Dhamma
(Anguttaranikaya IV. 25.26)
point ke 5 ,kalau orang yang berceramah/penceramah tertentu,berceramah mengatasnamakan Buddha Dhamma,tetapi malah menyesatkan bagaimana??
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
~ SAPPURISA DHAMMA 8 (8 macam harta dari orang yang baik) yaitu:
1. Saddhamma Samannagato: Mempunyai kebajikan 7 macam adalah:
a. Mempunyai kenyakinan (saddha)
b. Mempunyai rasa malu (hiri)
c. Mempunyai rasa takut (ottappa)
d. Mempunyai banyak pengetahuan (bahussuta)
e. Mempunyai usaha yang giat (viriya)
f. Mempunyai kesadaran (sati)
g. Mmepunyai kebjikasanaan (panna)

Kalau 7 harta orang suci yaitu : hiri,ottapa,saddha,caga,suta,panna,sila..itu yang mana ya?apakah sama dengan yang di atas yang diterangkan?apakah beda antara 7 harta orang suci,dengan 7 macam kebajikan?

Mohon bantuannya.. _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
5. Sappurisa Vaco: Berbicara yang benar, yaitu tidak bicara bohong, tidak menghina dan memfitnah, tidak bicara kasar, tidak omong kosong dan tidak bicara merugikan orang lain

tidak berbicara kasar,kategorinya apa ya?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
~ SAPPURISA PANATTI 3 (3 macam Dhamma yang patut dilaksanakan atau ciri orang yang bajik) yaitu:
1. Dana: Berdana kepada orang yang patut diberikan dana
2. Pabbajja: Penglepasan keduniawian, tidak melakukan kekejaman
3. Matapitu-upatthana: Melindungi dan memelihara orang tua, berusaha memberikan kebahagiaan lahir dan batin
(Anguttaranikaya I. 151)
bagi orang tua, si anak menikah dan mempunyai keturunan, adalah kebahagiaan.
namun bila sang anak ingin hidup selibat?
Samma Vayama

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Quote
5. Sappurisa Vaco: Berbicara yang benar, yaitu tidak bicara bohong, tidak menghina dan memfitnah, tidak bicara kasar, tidak omong kosong dan tidak bicara merugikan orang lain

tidak berbicara kasar,kategorinya apa ya?
tidak menyakiti lawan bicara
penuh pertimbangan
Samma Vayama

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
 [at]  bro Riky_dave ...

Kalau kita sudah 'menilai' sesuatu itu 'menyesatkan' menurut saya, lebih baik kita ambil 'makna'nya, tanpa melakukan reaksi keluar yang nantinya juga kita malah 'ikut' tersesat ... toh batin kita aja dah bereaksi bukan ?

Coba deh, apa kita 'selalu' bisa membentuk rasa, persepsi dan bentuk pikiran kita sendiri sesuai dengan apa yang kita mau ? tentu tidak bukan ? Kalau dalam 'diri' kita saja sudah sedemikian rupa sulitnya, apalagi yang 'diluar sana' ?

Terlalu banyak 'kamma' yang kita perbuat nantinya yang tentu juga akan menimbulkan akibat baru kalau kita terus 'mengkoreksi' apa yang ada diluar sana ... :)

salam,

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
5. Sappurisa Vaco: Berbicara yang benar, yaitu tidak bicara bohong, tidak menghina dan memfitnah, tidak bicara kasar, tidak omong kosong dan tidak bicara merugikan orang lain

tidak berbicara kasar,kategorinya apa ya?
tidak menyakiti lawan bicara
penuh pertimbangan

ketika "suatu" kalimat diucapkan untuk "memberitahukan" kebenaran kepada orang tertentu,tentunya kita yang notabene bukan seorang Buddha,tidak akan bisa mengetahui apakah kalimat tersebut akan menyakiti dia atau tidak..ini kan sangat tidak terukur karena yang akan "mendengar" adalah orang lain,atau pihak lain??

dan kadang kala kebenaran itu menyakitkan,
kadang kala dia sangat pahit,
tetapi sepahit apapun dia,
dia tetaplah merupakan sebuah kebenaran..

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
[at]  bro Riky_dave ...

Kalau kita sudah 'menilai' sesuatu itu 'menyesatkan' menurut saya, lebih baik kita ambil 'makna'nya, tanpa melakukan reaksi keluar yang nantinya juga kita malah 'ikut' tersesat ... toh batin kita aja dah bereaksi bukan ?
oo..cara terbaik ada "diam" dan "mengiyakan" saja gitu toh??hihihi...


Quote
Coba deh, apa kita 'selalu' bisa membentuk rasa, persepsi dan bentuk pikiran kita sendiri sesuai dengan apa yang kita mau ? tentu tidak bukan ? Kalau dalam 'diri' kita saja sudah sedemikian rupa sulitnya, apalagi yang 'diluar sana' ?
masalahnya adalah kita bukan kategori[lebih tepatnya saya bukan orang suci,kalau anda saya tidak tahu] orang suci..itu saja..


Quote
Terlalu banyak 'kamma' yang kita perbuat nantinya yang tentu juga akan menimbulkan akibat baru kalau kita terus 'mengkoreksi' apa yang ada diluar sana ... :)

salam,
Lho?apakah kamma sekarang menjadi tameng atau suatu bentuk "ancaman" atas sebuah "kebenaran"?jika ada penceramah yang berkata Buddha Gotama adalah murid dari Maitreya,lantas kita harus "diam" dan "mengiyakan" dengan alasan yang anda sebutkan diatas??Bagaimana bila ada orang lain yang "menanyakan" hal tersebut?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
oo..cara terbaik ada "diam" dan "mengiyakan" saja gitu toh??hihihi...

Diam tidak selamanya berarti setuju lho ... :))

Quote
masalahnya adalah kita bukan kategori[lebih tepatnya saya bukan orang suci,kalau anda saya tidak tahu] orang suci..itu saja..

ya, kita bukan kategori orang suci ... tapi untuk apa kita mengenal ajaran ? Apakah untuk dipakai berbuat baik? Dan apakah perbuatan baik itu tidak dapat menimbulkan kesucian ? :)

Quote
Lho?apakah kamma sekarang menjadi tameng atau suatu bentuk "ancaman" atas sebuah "kebenaran"?jika ada penceramah yang berkata Buddha Gotama adalah murid dari Maitreya,lantas kita harus "diam" dan "mengiyakan" dengan alasan yang anda sebutkan diatas??Bagaimana bila ada orang lain yang "menanyakan" hal tersebut?

Anumodana _/\_

Bicara kebenaran, apakah kita sudah mengerti sepenuhnya bahwa 'langkah' yang kita lakukan adalah merupakan kebenaran bro ? Bukankah itu hanya keluar dari 'aku'nya kita saja ? Yang jelas kita telah membuat kamma baru yang hasilnya belum tentu akan menguntungkan batin kita, tapi sudah jelas terlihat ruginya ... (adu argumen) ... :)
Kalau ada penceramah seperti itu, saat dia masih ceramah, paling yang saya lakukan hanya tetap mendengar dengan diam (walau gak setuju) ... Kalau ada sesi tanya jawab, saya baru menanyakan sumbernya ... kalau ia menunjukkan sumbernya, ya saya akan kembali diam (walau tetap tak setuju) ... :)
Kalau ada orang yang bertanya langsung kepada saya tentang hal itu, saya akan kasih taunya lewat kacamata saya ... itu aja koq ... :)

Anumodana juga ... _/\_

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Quote
5. Sappurisa Vaco: Berbicara yang benar, yaitu tidak bicara bohong, tidak menghina dan memfitnah, tidak bicara kasar, tidak omong kosong dan tidak bicara merugikan orang lain

tidak berbicara kasar,kategorinya apa ya?
tidak menyakiti lawan bicara
penuh pertimbangan

ketika "suatu" kalimat diucapkan untuk "memberitahukan" kebenaran kepada orang tertentu,tentunya kita yang notabene bukan seorang Buddha,tidak akan bisa mengetahui apakah kalimat tersebut akan menyakiti dia atau tidak..ini kan sangat tidak terukur karena yang akan "mendengar" adalah orang lain,atau pihak lain??

dan kadang kala kebenaran itu menyakitkan,
kadang kala dia sangat pahit,
tetapi sepahit apapun dia,
dia tetaplah merupakan sebuah kebenaran..

Anumodana _/\_
brow, inget cerita sang buddha, tentang, ada bayi yg umurnya cuma 7 hari
lalu SB hanya menyuruh ortu tsb melakukan dana.
SB tidak berkata bayinya hanya akan bertahan 7  hari...

you got my point??
Samma Vayama

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
Diam tidak selamanya berarti setuju lho ...
ya..kita diam melihat pembunuhan,ketika diam melihat pencurian,ya..diam saja,toh bukan urusan kita... :)

Quote
ya, kita bukan kategori orang suci ... tapi untuk apa kita mengenal ajaran ? Apakah untuk dipakai berbuat baik? Dan apakah perbuatan baik itu tidak dapat menimbulkan kesucian ? :)
perbuatan baik atau jahat tidak dapat menimbulkan kesucian... :)

Quote
Bicara kebenaran, apakah kita sudah mengerti sepenuhnya bahwa 'langkah' yang kita lakukan adalah merupakan kebenaran bro ? Bukankah itu hanya keluar dari 'aku'nya kita saja ? Yang jelas kita telah membuat kamma baru yang hasilnya belum tentu akan menguntungkan batin kita, tapi sudah jelas terlihat ruginya ... (adu argumen) ... :)
Kalau ada penceramah seperti itu, saat dia masih ceramah, paling yang saya lakukan hanya tetap mendengar dengan diam (walau gak setuju) ... Kalau ada sesi tanya jawab, saya baru menanyakan sumbernya ... kalau ia menunjukkan sumbernya, ya saya akan kembali diam (walau tetap tak setuju) ... :)
Kalau ada orang yang bertanya langsung kepada saya tentang hal itu, saya akan kasih taunya lewat kacamata saya ... itu aja koq ... :)

Anumodana juga ... _/\_

saya tidak mengatakan bahwa langkah kita itu benar atau salah[ini karena kaitannya adalah dualisme],lihat point ini, "5. Mendengarkan Dhamma tanpa tujuan untuk mengeritik" ,kalimat point ke 5 itu mengandung banyak penafsiran,makanya saya memberi sebuah case dan bertanya,dan soal anda,yang saya kritisi adalah sikap "daging sapi"[untung dan rugi,apalagi berhubungan dengan Kamma,padahal sesungguhnya kita tidak tahu bagaimana sistem kerja kamma tersebut,mungkin anda tahu?boleh dibagikan? :)]
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
5. Sappurisa Vaco: Berbicara yang benar, yaitu tidak bicara bohong, tidak menghina dan memfitnah, tidak bicara kasar, tidak omong kosong dan tidak bicara merugikan orang lain

tidak berbicara kasar,kategorinya apa ya?
tidak menyakiti lawan bicara
penuh pertimbangan

ketika "suatu" kalimat diucapkan untuk "memberitahukan" kebenaran kepada orang tertentu,tentunya kita yang notabene bukan seorang Buddha,tidak akan bisa mengetahui apakah kalimat tersebut akan menyakiti dia atau tidak..ini kan sangat tidak terukur karena yang akan "mendengar" adalah orang lain,atau pihak lain??

dan kadang kala kebenaran itu menyakitkan,
kadang kala dia sangat pahit,
tetapi sepahit apapun dia,
dia tetaplah merupakan sebuah kebenaran..

Anumodana _/\_
brow, inget cerita sang buddha, tentang, ada bayi yg umurnya cuma 7 hari
lalu SB hanya menyuruh ortu tsb melakukan dana.
SB tidak berkata bayinya hanya akan bertahan 7  hari...

you got my point??
bukannya ceritanya adalah seorang anak yang akan meninggal tujuh hari karena akan dimangsa oleh raksasa kemudian Sang Buddha menyuruh orang tuanya memberikan dana kepada Sangha dan para Sangha membacakan paritta selama 7 hari tersebut?

saya tidak mendapatkan "pointnya",mohon bantuannya _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
bukannya ceritanya adalah seorang anak yang akan meninggal tujuh hari karena akan dimangsa oleh raksasa kemudian Sang Buddha menyuruh orang tuanya memberikan dana kepada Sangha dan para Sangha membacakan paritta selama 7 hari tersebut?
saya tidak mendapatkan "pointnya",mohon bantuannya _/\_
yah, apapun versinya, intinya ntuh anak gak akan tahan ampe 7 hari.

kembali ke pertanyaan anda, mengenai , kasar tidaknya suatu pembicaraan,
yang mana , saia sebutkan, adalah "tidak menyakiti perasaan org lain"
OKEH??
SB, tidak berkata "bayi ente cuma 7 hari umurnya"<< maka akan tersakiti perasaan ortu tsb

gmn brow??
Samma Vayama

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
ya..kita diam melihat pembunuhan,ketika diam melihat pencurian,ya..diam saja,toh bukan urusan kita... :)

Kalau itu yang anda 'tangkap' dari tulisan saya membahas "5. Mendengarkan Dhamma tanpa tujuan untuk mengeritik", yah monggo aja bro ... :)

Quote
perbuatan baik atau jahat tidak dapat menimbulkan kesucian... :)

Pernah saya baca, ada seseorang mencapai kesucian karena kekuatan sila (saya lupa sumbernya),
Lalu dalam JMB8 bukankah 3 diantaranya adalah juga praktek sila ? :)

Quote
saya tidak mengatakan bahwa langkah kita itu benar atau salah[ini karena kaitannya adalah dualisme],lihat point ini, "5. Mendengarkan Dhamma tanpa tujuan untuk mengeritik" ,kalimat point ke 5 itu mengandung banyak penafsiran,makanya saya memberi sebuah case dan bertanya,[untung dan rugi,apalagi berhubungan dengan Kamma,padahal sesungguhnya kita tidak tahu bagaimana sistem kerja kamma tersebut,mungkin anda tahu?boleh dibagikan? :)]

anda bertanya, anda mendapat respon ... saya merespon, saya direspon lagi ... kurang lebih gitu aja simpelnya ...
Kalau saya diam (tidak menuliskan pendapat), apa saya direspon ? tidak kan ? :)

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
gini loh bro ricky, saya setuju sekaligus tidak setuju dengan anda...yah tergantung situasi..

kalau ada org membabarkan dhamma,dan apabila keliru..kita tidak perlu langsung angkat tangan dan protes di situ juga.....banyak masalah loh..
misalkan para tradisi mahayana atau tibetan atau apalah mereka berbicara yg tidak sesuai tradisi theravada.. saya protes tentu umat lain yg fanatak mahayana bisa saja tersakiti dan saya yang terancam.

adapun situasi dimana kita bisa mengangkat tangan dan "secara halus" bertanya.......


 [at] andry
mengenai SangBuddha tidak ngomong, tuh pangeran yang mati karena tangga gimana? apa pangeran tidak tersakiti?
saya tentu tidak ingin menghina SangBuddha atau mengkritik...mungkin beliau punya alasan atau pada waktu itu menganggap "perkataan-an atau ucapan tersebut tidak lah bermanfaat atau juga bermanfaat"

karena Sang Buddha bukan orang cerewet....jadi tentu berbicara yg perlu-perlu saja.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
cik lili itu dasa sila harus d jalanin tiap hari? soalnya buat g sila 3 bahaya bisa menyebabkan bini mengira g selingkuh :whistle: :whistle:
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
dasa sila -> samanera
umat awam hanya 5 sila
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
ngarti bro klo umat awam cuman pancasila tp kan kt cik lili wajib di laksanakan upasaka, yah klo ce it capgo its oke lah soalnya klo tiap hari runyam rumah tangga ;) ;) klo yg laennya maseh bisa si  :)) :))
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
bukannya ceritanya adalah seorang anak yang akan meninggal tujuh hari karena akan dimangsa oleh raksasa kemudian Sang Buddha menyuruh orang tuanya memberikan dana kepada Sangha dan para Sangha membacakan paritta selama 7 hari tersebut?
saya tidak mendapatkan "pointnya",mohon bantuannya _/\_
yah, apapun versinya, intinya ntuh anak gak akan tahan ampe 7 hari.

kembali ke pertanyaan anda, mengenai , kasar tidaknya suatu pembicaraan,
yang mana , saia sebutkan, adalah "tidak menyakiti perasaan org lain"
OKEH??
SB, tidak berkata "bayi ente cuma 7 hari umurnya"<< maka akan tersakiti perasaan ortu tsb

gmn brow??

bagaimana dengan kasus Magandiya?apakah pernyataan Buddha itu kasar atau tidak kasar?bermanfaat atau tidak bermanfaat?perkataan tersebut ada 2 sisi bak pisau bermata dua...bermanfaat bagi orang tua Magandiya,tetapi menjadi ular berbisa bagi Magandiya,sehingga Magandiya mendendam kepada Buddha Gotama,yang menyebabkan tewasnya Samawati dan para dayangnya..

Lantas bagaimana kita bisa mengetahui hal tersebut kasar atau tidak kasar?bahkan seorang Buddha pun tidak bisa menghindari "pernyataan" semacam itu..

Mohon bantuan kebijaksanaanya _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
Pernah saya baca, ada seseorang mencapai kesucian karena kekuatan sila (saya lupa sumbernya),
Lalu dalam JMB8 bukankah 3 diantaranya adalah juga praktek sila ?
Apakah ini hendak dikaitan dengan Boddhisatta yang mencapai kesempurnaan melalui usaha,keyakinan itu?

kebajikan dan kejahatan tidak mengantarkan pada "kesucian",kalau memang bisa boleh anda bawa "case" nya ke sini untuk dibatas?atau ada link sutta yang membahasnya,bahwa dengan kebajikan maka niscaya tiada belenggu penderitaan?

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
gini loh bro ricky, saya setuju sekaligus tidak setuju dengan anda...yah tergantung situasi..

kalau ada org membabarkan dhamma,dan apabila keliru..kita tidak perlu langsung angkat tangan dan protes di situ juga.....banyak masalah loh..
misalkan para tradisi mahayana atau tibetan atau apalah mereka berbicara yg tidak sesuai tradisi theravada.. saya protes tentu umat lain yg fanatak mahayana bisa saja tersakiti dan saya yang terancam.

adapun situasi dimana kita bisa mengangkat tangan dan "secara halus" bertanya.......

Ya,saya tahu,maka point ke 5 diatas,mesti dipertanyakan dan diklarifikasi oleh "si penulis" di thread ini,inilah tujuan diskusi,untuk berbagi ilmu pengetahuan..

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Dalam kasus Magandiya pertimbangannya sudah jelas:
- 2 orang mencapai kesucian & 1 orang masuk neraka
atau
- 3 orang tidak mencapai apa-apa
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Dalam kasus Magandiya pertimbangannya sudah jelas:
- 2 orang mencapai kesucian & 1 orang masuk neraka
atau
- 3 orang tidak mencapai apa-apa

Nah,masalahnya itu adalah dia Buddha,dan kita BUKAN BUDDHA,Buddha sendiri sudah jelas BILANG bahwa HIDUP DI DUNIA TIDAK TERLEPAS DARI PRO DAN KONTRA ^:)^

jadi soal "perkataan kasar" itu menurut saya sangat tidak relevan :-?

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Dalam kasus Magandiya pertimbangannya sudah jelas:
- 2 orang mencapai kesucian & 1 orang masuk neraka
atau
- 3 orang tidak mencapai apa-apa

Nah,masalahnya itu adalah dia Buddha,dan kita BUKAN BUDDHA,Buddha sendiri sudah jelas BILANG bahwa HIDUP DI DUNIA TIDAK TERLEPAS DARI PRO DAN KONTRA ^:)^

jadi soal "perkataan kasar" itu menurut saya sangat tidak relevan :-?



mungkin begini Riky, jika kita mengatakan "Dasar TOLOL" kepada seorang yang memang tolol, ini adalah termasuk perkataan kasar, walaupun benar

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Dalam kasus Magandiya pertimbangannya sudah jelas:
- 2 orang mencapai kesucian & 1 orang masuk neraka
atau
- 3 orang tidak mencapai apa-apa

Nah,masalahnya itu adalah dia Buddha,dan kita BUKAN BUDDHA,Buddha sendiri sudah jelas BILANG bahwa HIDUP DI DUNIA TIDAK TERLEPAS DARI PRO DAN KONTRA ^:)^

jadi soal "perkataan kasar" itu menurut saya sangat tidak relevan :-?



mungkin begini Riky, jika kita mengatakan "Dasar TOLOL" kepada seorang yang memang tolol, ini adalah termasuk perkataan kasar, walaupun benar

Hum..Berati Savaka Buddha melakukan pelanggaran!!Lihat dari Kasus YM Culapanthaka.. :)
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Dalam kasus Magandiya pertimbangannya sudah jelas:
- 2 orang mencapai kesucian & 1 orang masuk neraka
atau
- 3 orang tidak mencapai apa-apa

Nah,masalahnya itu adalah dia Buddha,dan kita BUKAN BUDDHA,Buddha sendiri sudah jelas BILANG bahwa HIDUP DI DUNIA TIDAK TERLEPAS DARI PRO DAN KONTRA ^:)^

jadi soal "perkataan kasar" itu menurut saya sangat tidak relevan :-?



mungkin begini Riky, jika kita mengatakan "Dasar TOLOL" kepada seorang yang memang tolol, ini adalah termasuk perkataan kasar, walaupun benar

Hum..Berati Savaka Buddha melakukan pelanggaran!!Lihat dari Kasus YM Culapanthaka.. :)

mungkin saja, tapi kalau memang itu pelanggaran, sang kakak tentu sudah memahami dan siap menerima konsekuensinya. lagipula, sang kakak sudah terbebas, jadi meskipun marah dan berkata kasar tapi dilakukan tanpa LDM

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Dalam kasus Magandiya pertimbangannya sudah jelas:
- 2 orang mencapai kesucian & 1 orang masuk neraka
atau
- 3 orang tidak mencapai apa-apa

Nah,masalahnya itu adalah dia Buddha,dan kita BUKAN BUDDHA,Buddha sendiri sudah jelas BILANG bahwa HIDUP DI DUNIA TIDAK TERLEPAS DARI PRO DAN KONTRA ^:)^

jadi soal "perkataan kasar" itu menurut saya sangat tidak relevan :-?



mungkin begini Riky, jika kita mengatakan "Dasar TOLOL" kepada seorang yang memang tolol, ini adalah termasuk perkataan kasar, walaupun benar

Hum..Berati Savaka Buddha melakukan pelanggaran!!Lihat dari Kasus YM Culapanthaka.. :)

mungkin saja, tapi kalau memang itu pelanggaran, sang kakak tentu sudah memahami dan siap menerima konsekuensinya. lagipula, sang kakak sudah terbebas, jadi meskipun marah dan berkata kasar tapi dilakukan tanpa LDM

jadi sesungguhnya masalah "perkataan kasar" ini sungguh sulit untuk "dipahami" karena banyak sisi dimana Buddha sendiri mengucapkan "kata2 kasar"[yang terlihat bagi kita,seperti kata dungu,menjijkan,dan lain sebagainya],begitu juga Savaka Buddha[dari beberapa kasus..]..Maka apakah "kata2" tersebut nantinya "mencerahkan" atau "malah menjurusmuskan" seseorang sungguh sangat sulit untuk diketahui[karena kita bukanlah SammaSambuddha]..

Jadi bagaimana "kebenaran" itu harus disampaikan?bukankah jelas dalam Brahmajala Sutta,Digha Nikaya,bahwa "Apa yang benar katakan sebagai benar dan apa yang salah katakan sebagai yang salah" begitu juga didalam Dhammapada Atthakatha,bahwa ,"Jangan menganggap ketidakbenaran sebagai kebenaran,dan seterusnya... "

Bukan kah "pembabaran Dhamma" seharusnya tidak "dilihat" untuk "menyenangkan" hati orang lain?

Antara madu dan racun,sulit untuk dibedakan.. :)

Anumodana ko _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
bukannya ceritanya adalah seorang anak yang akan meninggal tujuh hari karena akan dimangsa oleh raksasa kemudian Sang Buddha menyuruh orang tuanya memberikan dana kepada Sangha dan para Sangha membacakan paritta selama 7 hari tersebut?
saya tidak mendapatkan "pointnya",mohon bantuannya _/\_
yah, apapun versinya, intinya ntuh anak gak akan tahan ampe 7 hari.

kembali ke pertanyaan anda, mengenai , kasar tidaknya suatu pembicaraan,
yang mana , saia sebutkan, adalah "tidak menyakiti perasaan org lain"
OKEH??
SB, tidak berkata "bayi ente cuma 7 hari umurnya"<< maka akan tersakiti perasaan ortu tsb

gmn brow??

bagaimana dengan kasus Magandiya?apakah pernyataan Buddha itu kasar atau tidak kasar?bermanfaat atau tidak bermanfaat?perkataan tersebut ada 2 sisi bak pisau bermata dua...bermanfaat bagi orang tua Magandiya,tetapi menjadi ular berbisa bagi Magandiya,sehingga Magandiya mendendam kepada Buddha Gotama,yang menyebabkan tewasnya Samawati dan para dayangnya..

Lantas bagaimana kita bisa mengetahui hal tersebut kasar atau tidak kasar?bahkan seorang Buddha pun tidak bisa menghindari "pernyataan" semacam itu..

Mohon bantuan kebijaksanaanya _/\_
begini brow,
1st : saya tidak begitu ingat dengan cerita tsb, tp yg pentingkan pointnya.. sudah dapet..
2nd: gini brow,[imo] pertanyaan ttg magadiya irrelevant dgn kisah pertama (bayi yg umurnya 7 hari)
, pada kasus magadiya ada 2 opsi:
1, penembusan bagi ortu
2, nyemplungnya magadiya ke empang avici
bagi seseorang yg sudah mencapai tahapan tertentu, maka bisa mengetahui kata2 yg dpt membawa pencerahan pd seseorang.
TAPI, saya tidak bisa berkomentar lebih jauh, karena saia tidak begitu ingat kronologis cerita tersebut, (setahu saia tidak begitu simpel deh, ada kaitan dgn past life magadiya)

Kalo ada sumber/cerita lengkap mungkin kita bisa meneruskan diskusi tersebut
Samma Vayama

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
 [at] Riky,

benar, kata2 kasar ini adalah wilayah abu-abu, suatu ucapan yg dicapkan kepada seseorang akan terdengar kasar, tetapi kata yang sama jika diucapkan kepada orang lain, tidak terdengar kasar, jadi memang kata2 kasar ini sangat subyektif dari sisi pendengar, mungkin lebih tepat jika kata2 kasar ini didefinisikan sebagai "niat si pengucap dalam mengucapkan kata2 itu" apakah bermaksud kasar atau tidak.

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Quote
Pernah saya baca, ada seseorang mencapai kesucian karena kekuatan sila (saya lupa sumbernya),
Lalu dalam JMB8 bukankah 3 diantaranya adalah juga praktek sila ?
Apakah ini hendak dikaitan dengan Boddhisatta yang mencapai kesempurnaan melalui usaha,keyakinan itu?

kebajikan tidak mengantarkan pada "kesucian",kalau memang bisa boleh anda bawa "case" nya ke sini untuk dibatas?atau ada link sutta yang membahasnya,bahwa dengan kebajikan maka niscaya tiada belenggu penderitaan?

Anumodana _/\_

Sorry buat sis Lily, numpang OOT yah... _/\_ ... :)

Saya tidak mengaitkan ini dengan Boddhisatta yang mencapai kesempurnaan melalui usaha,keyakinan atau lainnya ... Cuma ingin bertanya sama bro Riki_dave ... :)
1. Yang disebut kebajikan ? (kejahatan saya gak bahas)
2. Terjemahan "kesucian" ?
3. Yang mengantar pada "kesucian" ?

Case dari saya sih simpel aja ...  apa yang pertama harus dilakukan seseorang untuk menjadi "suci" ?

Anumodana juga ... _/\_

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
jadi sesungguhnya masalah "perkataan kasar" ini sungguh sulit untuk "dipahami" karena banyak sisi dimana Buddha sendiri mengucapkan "kata2 kasar"[yang terlihat bagi kita,seperti kata dungu,menjijkan,dan lain sebagainya],begitu juga Savaka Buddha[dari beberapa kasus..]..Maka apakah "kata2" tersebut nantinya "mencerahkan" atau "malah menjurusmuskan" seseorang sungguh sangat sulit untuk diketahui[karena kita bukanlah SammaSambuddha]..

Jadi bagaimana "kebenaran" itu harus disampaikan?bukankah jelas dalam Brahmajala Sutta,Digha Nikaya,bahwa "Apa yang benar katakan sebagai benar dan apa yang salah katakan sebagai yang salah" begitu juga didalam Dhammapada Atthakatha,bahwa ,"Jangan menganggap ketidakbenaran sebagai kebenaran,dan seterusnya... "

Bukan kah "pembabaran Dhamma" seharusnya tidak "dilihat" untuk "menyenangkan" hati orang lain?

Antara madu dan racun,sulit untuk dibedakan.. :)

Anumodana ko _/\_
Mungkin yg harus dipahami adalah ranah bicara kita dalam ranah apa?
dlm ranah kawan, kadang kata2 kasar bisa di anggap sebagai kata2 sayang, disini benar, ungkapan yg bro riky ungkapkan masuk.

Namun dalam ranah dhamma, bukan lagi berdasarkan si subjek, tp berdasarkan sesuatu yg lebih luhur...
Samma Vayama

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
bukannya ceritanya adalah seorang anak yang akan meninggal tujuh hari karena akan dimangsa oleh raksasa kemudian Sang Buddha menyuruh orang tuanya memberikan dana kepada Sangha dan para Sangha membacakan paritta selama 7 hari tersebut?
saya tidak mendapatkan "pointnya",mohon bantuannya _/\_
yah, apapun versinya, intinya ntuh anak gak akan tahan ampe 7 hari.

kembali ke pertanyaan anda, mengenai , kasar tidaknya suatu pembicaraan,
yang mana , saia sebutkan, adalah "tidak menyakiti perasaan org lain"
OKEH??
SB, tidak berkata "bayi ente cuma 7 hari umurnya"<< maka akan tersakiti perasaan ortu tsb

gmn brow??

bagaimana dengan kasus Magandiya?apakah pernyataan Buddha itu kasar atau tidak kasar?bermanfaat atau tidak bermanfaat?perkataan tersebut ada 2 sisi bak pisau bermata dua...bermanfaat bagi orang tua Magandiya,tetapi menjadi ular berbisa bagi Magandiya,sehingga Magandiya mendendam kepada Buddha Gotama,yang menyebabkan tewasnya Samawati dan para dayangnya..

Lantas bagaimana kita bisa mengetahui hal tersebut kasar atau tidak kasar?bahkan seorang Buddha pun tidak bisa menghindari "pernyataan" semacam itu..

Mohon bantuan kebijaksanaanya _/\_
begini brow,
1st : saya tidak begitu ingat dengan cerita tsb, tp yg pentingkan pointnya.. sudah dapet..
2nd: gini brow,[imo] pertanyaan ttg magadiya irrelevant dgn kisah pertama (bayi yg umurnya 7 hari)
, pada kasus magadiya ada 2 opsi:
1, penembusan bagi ortu
2, nyemplungnya magadiya ke empang avici
bagi seseorang yg sudah mencapai tahapan tertentu, maka bisa mengetahui kata2 yg dpt membawa pencerahan pd seseorang.
TAPI, saya tidak bisa berkomentar lebih jauh, karena saia tidak begitu ingat kronologis cerita tersebut, (setahu saia tidak begitu simpel deh, ada kaitan dgn past life magadiya)

Kalo ada sumber/cerita lengkap mungkin kita bisa meneruskan diskusi tersebut

Ada,ada sumbernya,,..di Dhammacitta di RAPB[adakah seseorang yang mau mengambil nya untuk saya,karena warnet di tempat saya tidak bisa membuka secara online bacaan yang terdapat didalam perpusatakaan DC :-(]
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
Pernah saya baca, ada seseorang mencapai kesucian karena kekuatan sila (saya lupa sumbernya),
Lalu dalam JMB8 bukankah 3 diantaranya adalah juga praktek sila ?
Apakah ini hendak dikaitan dengan Boddhisatta yang mencapai kesempurnaan melalui usaha,keyakinan itu?

kebajikan tidak mengantarkan pada "kesucian",kalau memang bisa boleh anda bawa "case" nya ke sini untuk dibatas?atau ada link sutta yang membahasnya,bahwa dengan kebajikan maka niscaya tiada belenggu penderitaan?

Anumodana _/\_

Sorry buat sis Lily, numpang OOT yah... _/\_ ... :)

Saya tidak mengaitkan ini dengan Boddhisatta yang mencapai kesempurnaan melalui usaha,keyakinan atau lainnya ... Cuma ingin bertanya sama bro Riki_dave ... :)
1. Yang disebut kebajikan ? (kejahatan saya gak bahas)
2. Terjemahan "kesucian" ?
3. Yang mengantar pada "kesucian" ?

Case dari saya sih simpel aja ...  apa yang pertama harus dilakukan seseorang untuk menjadi "suci" ?

Anumodana juga ... _/\_


1.Saya tidak tahu
2.Saya tidak tahu
3.KESADARAN.

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
Namun dalam ranah dhamma, bukan lagi berdasarkan si subjek, tp berdasarkan sesuatu yg lebih luhur...

Bingung sama yang ini!!
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
3. SUBHASITA SUTTA

Kata-kata yang Baik

Demikian yang telah saya dengar: suatu ketika Sang Buddha tinggal di hutan Jeta, di dekat Savatthi. Beliau berkata kepada para bhikkhu:

'Ucapan yang memiliki empat ciri adalah ucapan yang disampaikan dengan baik, tidak salah dan tidak dicela oleh para bijaksana; yaitu ucapan seorang bhikkhu yang berbicara hanya yang bermanfaat dan bukan yang tidak bermanfaat, yang berbicara hanya yang berharga dan bukan yang tidak berharga, yang berbicara hanya yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan, yang berbicara hanya yang benar dan bukan yang tidak benar. Ucapan yang bercirikan empat faktor ini adalah ucapan benar dan bukan ucapan buruk, tidak salah dan tidak dicela oleh para bijaksana.' Demikianlah sabda Sang Penguasa, dan setelah itu, sebagai Guru, Beliau melanjutkan dengan mengatakan ini:
1.    'Ucapan yang bermanfaat adalah yang paling utama, kata orang-orang suci.
Orang harus berbicara apa yang berharga dan bukan yang tidak berharga. Inilah yang kedua.
Orang harus berbicara apa yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan. Inilah yang ketiga.
Orang harus berbicara apa yang benar dan bukan apa yang salah. Dan inilah yang keempat.'

   Kemudian seorang bhikkhu bernama Vangisa bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Sang Buddha. Dengan penuh hormat dia menaruhkan jubahnya di satu bahu, dan dengan tangan yang disatukan dia minta izin kepada Sang Buddha untuk berbicara. Setelah memperoleh izin, dia mengatakan kata-kata pujian ini:    

 
2.    'Marilah kita menggunakan kata-kata yang tidak menyakitkan kita.
Marilah kita menggunakan kata-kata yang tidak saling menyakiti.
Itulah kata-kata yang sungguh-sungguh bermanfaat.
3.    Marilah kita berucap yang menyenangkan, yang kata-katanya membuat orang-orang gembira. Karena memilih tidak berucap jahat, marilah kita berucap yang menyenangkan untuk orang lain.    
4.    Kata-kata tentang kebenaran adalah kekal. Demikianlah sifatnya yang abadi. Seperti kata pepatah, kata-kata tentang kebenaran tidak dapat mati. Dan dikatakan bahwa orang-orang yang baik sangat kokoh dalam kebenaran, kesejahteraan, dan keluhuran.    
5.    Dan kata-kata yang diucapkan oleh Sang Buddha, kata-kata yang membuat padamnya penderitaan, menuju akhir penderitaan, merupakan kata-kata yang paling berharga.'
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
'Ucapan yang memiliki empat ciri adalah ucapan yang disampaikan dengan baik, tidak salah dan tidak dicela oleh para bijaksana; yaitu ucapan seorang bhikkhu yang berbicara hanya yang bermanfaat dan bukan yang tidak bermanfaat, yang berbicara hanya yang berharga dan bukan yang tidak berharga, yang berbicara hanya yang menyenangkan dan bukan yang tidak menyenangkan, yang berbicara hanya yang benar dan bukan yang tidak benar. Ucapan yang bercirikan empat faktor ini adalah ucapan benar dan bukan ucapan buruk, tidak salah dan tidak dicela oleh para bijaksana.' Demikianlah sabda Sang Penguasa, dan setelah itu, sebagai Guru, Beliau melanjutkan
Mohon bantuannya..yang saya boldkan itu..Mohon kasih saya contohnya.. _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
1.Saya tidak tahu
2.Saya tidak tahu
3.KESADARAN.

Anumodana _/\_

1. :)
2. :)
3. oh itu ... dilanjut yah ... :) ...apakah kesadaran perlu latihan ? Perlukah kondisi tertentu untuk mendukung supaya 'kesadaran' berkembang ? Langkah apa awalnya ? Oh iya tambahan ... pengertian dari 'tindakan yang dilakukan lewat pikiran' itu gimana yah ?

Anumodana ... _/\_

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Quote
3. oh itu ... dilanjut yah ... :) ...apakah kesadaran perlu latihan ? Perlukah kondisi tertentu untuk mendukung supaya 'kesadaran' berkembang ? Langkah apa awalnya ? Oh iya tambahan ... pengertian dari 'tindakan yang dilakukan lewat pikiran' itu gimana yah ?

Anumodana ... _/\_
Masalahnya banyak kasus yang menunjukan "dengan mendengarkan" khotbah Buddha seseorang mencapai tataran kesucian Arahatta..dan kasus YM Culapanthaka mencapai kesucian dengan menggosok kain putih dengan berkata kotor,kotor,dan kotor..Saya sama sekali tidak mengerti "tentang" kondisi yang mendukung seseorang untuk mencapai "kesadaran",bagi saya "langkah awal adalah langkah terakhir"...

Buddha berkata,"Oleh karena adanya "cetana" maka itu disebut dengan "kamma" yang dilakukan melalui 3 pintu[pikiran,ucapan dan perbuataan].."

maaf saja,saya hanyalah orang yang buta,dengan pengetahuan yang "terbatas sekali" sehingga saya tidak tahu faktor pendukung seseorang untuk mencapai kesadaran,dan hal2 yang anda tanyakan,setahu saya itu adalah kapasitas untuk seorang yang Telah Sadar..Bukan seseorang yang masih GELAP BATIN seperti saya..

Mungkin anda lebih memiliki kapasitas tersebut,maka uraikanlah kepada saya yang dungu ini..

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Quote
Namun dalam ranah dhamma, bukan lagi berdasarkan si subjek, tp berdasarkan sesuatu yg lebih luhur...

Bingung sama yang ini!!
ehheheheheh
Samma Vayama

Offline g.citra

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.372
  • Reputasi: 31
  • Gender: Male
  • Hidup adalah Belajar, Belajar adalah Hidup
Saya sama sekali tidak mengerti "tentang" kondisi yang mendukung seseorang untuk mencapai "kesadaran",bagi saya "langkah awal adalah langkah terakhir"...

Mengenai kasus-kasus yang telah tertulis, saya tidak membahas lebih jauh ... :)

Misal, anda suka bermeditasi dan kegiatan ini dilakukan secara teratur (terjadwal) ... Bagaimana kalau suatu saat, anda menemui masalah yang 'lumayan berat', apakah anda merasa 'ada semacam ganjalan' dalam pelaksanaan latihan anda yang memang sudah terjadwal ?

Menurut saya itu 'kondisi'nya dan masih sangat berpengaruh pada kita (orang yang masih berlatih) ... Lain halnya kalau anda sudah bisa mengantisipasi hal ini ... Ini menandakan, dalam hal pengembangan batin, anda sudah jauh lebih maju dari saya ... :)

langkah awal akan terus bergerak kalau tidak 'diakhiri bro' ... :)

Anumodana _/\_

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Saya sama sekali tidak mengerti "tentang" kondisi yang mendukung seseorang untuk mencapai "kesadaran",bagi saya "langkah awal adalah langkah terakhir"...

Mengenai kasus-kasus yang telah tertulis, saya tidak membahas lebih jauh ... :)

Misal, anda suka bermeditasi dan kegiatan ini dilakukan secara teratur (terjadwal) ... Bagaimana kalau suatu saat, anda menemui masalah yang 'lumayan berat', apakah anda merasa 'ada semacam ganjalan' dalam pelaksanaan latihan anda yang memang sudah terjadwal ?

Menurut saya itu 'kondisi'nya dan masih sangat berpengaruh pada kita (orang yang masih berlatih) ... Lain halnya kalau anda sudah bisa mengantisipasi hal ini ... Ini menandakan, dalam hal pengembangan batin, anda sudah jauh lebih maju dari saya ... :)

langkah awal akan terus bergerak kalau tidak 'diakhiri bro' ... :)

Anumodana _/\_


Maaf,selama saya bermeditasi tidak pernah terikat oleh waktu dan jadwal seperti itu...jadi saya tidak bisa berkomentar "lebih jauh" lagi..

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Rina Hong

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.255
  • Reputasi: -2
  • Gender: Female
At riky : Belajar dhamma tanpa berniat mengkritik maksudnya kita menjadi orang yg punya sikap belajar,kalau ada perkataan yg kurang berkenan kita lupakan,perkataan yg bermanfaat kita simpan sebagai pelajaran,jika kita tidak dapat membedakan maka kita perlu dasar atau sumber,sutta misalnya.
Untuk hal kesucian,juga harus didukung kamma baik,karna tanpa melakukan kebajikan dan banyak melakukan kamma buruk akan mengganggu jalannya pemusatan pikiran.
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Jangan lupa Maṅgalasutta, Parabhavasutta dan Sigalovādasutta - semunya dikhususkan untuk umat awam lho!

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
At riky : Belajar dhamma tanpa berniat mengkritik maksudnya kita menjadi orang yg punya sikap belajar,kalau ada perkataan yg kurang berkenan kita lupakan,perkataan yg bermanfaat kita simpan sebagai pelajaran,jika kita tidak dapat membedakan maka kita perlu dasar atau sumber,sutta misalnya.
Untuk hal kesucian,juga harus didukung kamma baik,karna tanpa melakukan kebajikan dan banyak melakukan kamma buruk akan mengganggu jalannya pemusatan pikiran.
Sekarang masalahnya adalah ketika suatu Ajaran tertentu membawa nafas Buddhisme tetapi sama sekali bertolak belakang dengan Buddhisme bagaimana?
Masalah kamma baik mendukung untuk kesucian saya no comment deh..setahu saya YM Moggalana yang pernah membunuh orang tuanya pada masa lampau juga dapat mencapai tingkat kesucian dan banyak murid SB yang pernah melakukan "kejahatan besar" dimasa lampau bisa mencapai tingkat kesucian..Tingkat kesucian kalau mau dikaitan dengan Kebajikan,itu tidak bisa dibicarakan tanpa adanya SammaSambuddha...

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
At riky : Belajar dhamma tanpa berniat mengkritik maksudnya kita menjadi orang yg punya sikap belajar,kalau ada perkataan yg kurang berkenan kita lupakan,perkataan yg bermanfaat kita simpan sebagai pelajaran,jika kita tidak dapat membedakan maka kita perlu dasar atau sumber,sutta misalnya.
Untuk hal kesucian,juga harus didukung kamma baik,karna tanpa melakukan kebajikan dan banyak melakukan kamma buruk akan mengganggu jalannya pemusatan pikiran.
Sekarang masalahnya adalah ketika suatu Ajaran tertentu membawa nafas Buddhisme tetapi sama sekali bertolak belakang dengan Buddhisme bagaimana?
Masalah kamma baik mendukung untuk kesucian saya no comment deh..setahu saya YM Moggalana yang pernah membunuh orang tuanya pada masa lampau juga dapat mencapai tingkat kesucian dan banyak murid SB yang pernah melakukan "kejahatan besar" dimasa lampau bisa mencapai tingkat kesucian..Tingkat kesucian kalau mau dikaitan dengan Kebajikan,itu tidak bisa dibicarakan tanpa adanya SammaSambuddha...

Anumodana _/\_

bang Ricky, Bhikkhu Moggalana membunuh orang tuanya dan kehidupan berikutnya lahir di neraka Avici lama................. sekali dan sesudah 'menikmati perbuatan buruk nya berbuah di neraka' karena makluk neraka juga bisa mati serta beliau juga lahir dan mati berulang2 sesuai perbuatannya, sampai suatu saat beliau lahir jadi manusia dan mencapai Arahat serta menjadi 2 siswa utama Buddha Gotama. Dan sesudah menjadi Arahat beliau tetap masih harus 'menikmati perbuatan buruk dulu yang membunuh ke dua ortunya' yaitu dianiaya/disiksa oleh para penjahat.
Tapi karena sudah menikmati perbuatan buruknya di neraka Avici, halangan untuk menjadi orang suci sudah tidak ada lagi dan kesempatan untuk menjadi orang suci jadi tetap ada.
Beliau bisa menjadi siswa utama juga karena memang kehidupan dulunya sudah punya tekad yang kuat bersama Bhikkhu Sariputta di kehidupan sebelumnya (coba baca sejarah Bhikkhu Sariputta & Moggalana)

Kembali lagi saya pernah mengikuti diskusi dasar Abhidhamma, dan pernah dengar bahwa setiap manusia punya kesempatan menjadi makhluk suci atau mencapai Jhana dalam kehidupan ini, asalkan dia termasuk mahluk Tihetuka kemudian tidak melakukan 5 perbuatan buruk yang berat (Akusala Garuka Kamma).
kamsia

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
At riky : Belajar dhamma tanpa berniat mengkritik maksudnya kita menjadi orang yg punya sikap belajar,kalau ada perkataan yg kurang berkenan kita lupakan,perkataan yg bermanfaat kita simpan sebagai pelajaran,jika kita tidak dapat membedakan maka kita perlu dasar atau sumber,sutta misalnya.
Untuk hal kesucian,juga harus didukung kamma baik,karna tanpa melakukan kebajikan dan banyak melakukan kamma buruk akan mengganggu jalannya pemusatan pikiran.
Sekarang masalahnya adalah ketika suatu Ajaran tertentu membawa nafas Buddhisme tetapi sama sekali bertolak belakang dengan Buddhisme bagaimana?
Masalah kamma baik mendukung untuk kesucian saya no comment deh..setahu saya YM Moggalana yang pernah membunuh orang tuanya pada masa lampau juga dapat mencapai tingkat kesucian dan banyak murid SB yang pernah melakukan "kejahatan besar" dimasa lampau bisa mencapai tingkat kesucian..Tingkat kesucian kalau mau dikaitan dengan Kebajikan,itu tidak bisa dibicarakan tanpa adanya SammaSambuddha...

Anumodana _/\_

bang Ricky, Bhikkhu Moggalana membunuh orang tuanya dan kehidupan berikutnya lahir di neraka Avici lama................. sekali dan sesudah 'menikmati perbuatan buruk nya berbuah di neraka' karena makluk neraka juga bisa mati serta beliau juga lahir dan mati berulang2 sesuai perbuatannya, sampai suatu saat beliau lahir jadi manusia dan mencapai Arahat serta menjadi 2 siswa utama Buddha Gotama. Dan sesudah menjadi Arahat beliau tetap masih harus 'menikmati perbuatan buruk dulu yang membunuh ke dua ortunya' yaitu dianiaya/disiksa oleh para penjahat.
Tapi karena sudah menikmati perbuatan buruknya di neraka Avici, halangan untuk menjadi orang suci sudah tidak ada lagi dan kesempatan untuk menjadi orang suci jadi tetap ada.
Beliau bisa menjadi siswa utama juga karena memang kehidupan dulunya sudah punya tekad yang kuat bersama Bhikkhu Sariputta di kehidupan sebelumnya (coba baca sejarah Bhikkhu Sariputta & Moggalana)

Kembali lagi saya pernah mengikuti diskusi dasar Abhidhamma, dan pernah dengar bahwa setiap manusia punya kesempatan menjadi makhluk suci atau mencapai Jhana dalam kehidupan ini, asalkan dia termasuk mahluk Tihetuka kemudian tidak melakukan 5 perbuatan buruk yang berat (Akusala Garuka Kamma).
kamsia


Setahu saya Akusala Garuka Kamma hanya berlaku pada kehidupan saat ini,contohnya Raja Ajasattu yang membunuh ayahnya karena diperalat oleh Devadatta..[walau ada Buddha disampingnya dan dia mendana besar2an tetapi dia tidak mampu mencapai kesucian terendah sekalipun(sotapanna)]

kembali ke penjelasaan anda,saya paham bahwa YM Moggalana telah menikmati kamma nya sendiri,maka disini dapat kita ketahui bahwa kehidupan kita telah berkalpa2 bahkan tidak tertutup kemungkinan kita telah pernah hidup pada zaman Gotama hanya saja tidak ada kamma baik untuk mendengarkan Dhamma Bhagava,atau mungkin kita salah 1 pengikut dari 6 pertapa berpandangan salah?Who know?

Kembali soal "kebajikan" saya rasa itu sangat tidak relevan,kita hidup pada saat ini,bukan 1 detik yang lalu bukan 1 detik kedepan,kita tidak tahu "seberapa" kebajikan yang telah kita lakukan atau "seberapa" keburukan yang telah pernah kita lakukan..Seperti kata Sri Pannavaro,walaupun kita melakukan kebajikan yang sangat banyak kita tetap menderita..Alasannya apa?karena kita "melekat" kita masih belum bisa "melepas"..

itu lah alasan mendasar,makanya hanya dengan "KESADARAN" maka semua tetek bengek sudah teratasi...saya hanya takut nantinya oknum2 tertentu "memandang" sebelah mata pada meditator,dengan berkata,"Apa yang dilakukan oleh para meditator,meditasi melulu,entah apa yang dicapai,lebih baik daripada duduk diam, ikut baksos,lakuin kebajikan lebih bermanfaat.." Bagaimana jikalau muncul pandangan ini menurut anda??

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
akusala garuka kamma justru bisa berakibat pada banyak kehidupan.
kusala garuka kamma justru kalau sudah habis maka akibatnya gak berlangsung lagi.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
akusala garuka kamma justru bisa berakibat pada banyak kehidupan.
kusala garuka kamma justru kalau sudah habis maka akibatnya gak berlangsung lagi.

maksud saya "berlaku" untuk "penghalangan" seseorang mencapai tataran kesucian..itu kan yang dimaksud untuk menyambung pernyataan selanjutnya... :)

Buddha sendiri berkata orang yang melakukan Akusala Garuka Kamma tidak akan dapat mencapai tataran kesucian pada kehidupan tersebut..

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

 

anything