//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Riwayat Agung Para Buddha  (Read 228652 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Mara ke-5
« Reply #255 on: 28 October 2008, 11:17:42 PM »
(5) “Karena tidak mengalami kemajuan dalam usaha spiritualnya dan menjadi malas dan putus asa, mereka mulai merasa bosan dan terjatuh dalam kekecewaan.

Sejak saat kemalasan dan kelembaman (thina-middha) berkembang, mereka mulai tidur-tiduran di dalam vihàra, berguling-guling dari satu sisi ke sisi lain dan tidur menelungkup.

Thina-middha ini adalah bala tentara kelima dari Màra.
(Beberapa petapa mati tenggelam dalam lautan bala tentara kelima dari Màra ini.)


~RAPB 1, pp. 581-582~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Mara ke-6
« Reply #256 on: 29 October 2008, 01:00:12 PM »
(6) “Tidur yang berlebih-lebihan karena kemalasan menyebabkan kebuntuan dalam meditasi mereka dan ketumpulan dalam pikiran. Diliputi oleh kemelekatan mereka menjadi lemah dan bingung karena hal-hal sepele ini dan itu.

Karena rasa takut (bhiru) berkembang dalam keguncangan dari ketakutan mereka; dan dengan hati yang bergetar mereka menganggap tunggul kayu sebagai gajah, seekor macan sebagai raksana.

Bhiru ini adalah bala tentara keenam dari Màra.
(Beberapa petapa mati tenggelam dalam lautan bala tentara keenam dari Màra ini.)


~RAPB 1, p. 582~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Mara ke-7
« Reply #257 on: 29 October 2008, 01:02:15 PM »
(7) “Walaupun mereka berlatih meditasi setelah mengatasi rasa takut dan memperoleh dorongan melalui latihan, jalan untuk mencapai Jhàna dan mencapai Magga telah tenggelam.

Karena keraguan (vicikicchà) berkembang dan mereka tidak yakin apakah mereka telah berada pada Jalan atau tidak, berada dalam praktik maupun teori.

Keraguan (vicikicchà) ini adalah bala tentara ketujuh dari Màra.
(Beberapa petapa mati tenggelam dalam lautan bala tentara ketujuh dari Màra ini.)


~RAPB 1, p. 582~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Mara ke-8
« Reply #258 on: 29 October 2008, 01:04:07 PM »
8 “Setelah berhasil melenyapkan vicikicchà, beberapa orang terus menerus berusaha siang dan malam tanpa putus. Begitu tanda-tanda tidak lazim muncul dalam meditasi mereka, mereka mulai menganggap tinggi diri mereka.

Karena keangkuhan dan kesombongan (makkha-thamba) mereka berkembang, mereka tidak dapat menerima pendapat orang lain; mereka merusak reputasi baik mereka; mereka tidak menghormati saudara tua mereka; bersikap tidak sabar.

Makkha-thamba ini adalah bala tentara kedelapan dari Màra.
(Beberapa petapa mati tenggelam dalam lautan bala tentara kedelapan dari Màra ini.)


~RAPB 1, p. 582~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Mara ke-9
« Reply #259 on: 29 October 2008, 01:06:54 PM »
(9) “Jika mereka meneruskan bermeditasi, setelah melenyapkan makkha-thamba, mereka bahkan melihat lebih banyak tanda-tanda yang tidak lazim dan menjadi bangga akan kemajuan yang mereka capai.

Berbagai macam kemelekatan dan keangkuhan (tanhà-màna) muncul sebagai berikut: mereka menjadi gembira dan bersukacita karena memperoleh banyak hadiah; mereka gembira dan bersukacita karena terkenal di empat penjuru; mereka gembira dan bersukacita karena memperoleh hal-hal menakjubkan yang tidak pernah dialami oleh orang lain; dan mereka gembira dan bersukacita karena kemasyhuran dan pengikut yang banyak yang diperoleh melalui khotbah-khotbah mengenai ajaran yang salah dan keangkuhan yang diperlihatkan melalui keinginan jahat dan kemelekatan untuk meningkatkan keuntungan mereka.

Kelompok faktor-faktor tanhà-màna adalah bala tentara kesembilan Màra.
(Beberapa petapa mati tenggelam dalam lautan bala tentara kesembilan dari Màra ini.)


~RAPB 1, pp. 582-583~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Mara ke-10
« Reply #260 on: 29 October 2008, 01:10:13 PM »
(10) “Beberapa petapa yang menghadapi 9 kelompok di atas mempraktikkan pemujaan dan penghormatan diri sendiri yaitu; mereka selalu mencela (att’uukkamsa) dan merendahkan orang lain (paravambhana).

Dua ini, att’uukkamsa dan paravambhana, adalah bala tentara kesepuluh Màra.


~RAPB 1, p. 583~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Lima Mimpi Bodhisatta
« Reply #261 on: 30 October 2008, 01:17:01 PM »
Kelompok lima bhikkhu meninggalkan Bodhisatta pada awal bulan Citta dan pindah ke Migadàya, Taman Rusa. (Waktu itu sebenarnya adalah tepat pada waktu Bodhisatta telah menyelesaikan latihan dukkaracariya. Ketika para pelayan bhikkhu meninggalkan-Nya, Bodhisatta hidup menyendiri memperoleh tingkat kesunyian yang mendukung kemajuan dan memperkuat konsentrasi-Nya. Demikianlah Beliau hidup dalam kesunyian total selama lima belas dan mempraktikkan meditasi dan memperoleh kemajuan. Bodhisatta mulia bermimpi lima mimpi luar biasa setelah tengah malam menjelang fajar pada tanggal empat belas di bulan Vesàkha.

Lima Mimpi Bodhisatta

(1) Beliau bermimpi bahwa Beliau sedang tertidur di atas permukaan tanah, dengan Pegunungan Himalaya sebagai bantalnya, tangan kiri-Nya di Samudra Timur, tangan kanan-Nya di Samudra Barat dan kedua kaki-Nya di Samudra Selatan. Mimpi pertama menandakan pencapaian Kemahatahuan, menjadi Buddha di antara manusia, dewa, dan brahmà.

(2) Beliau bermimpi bahwa sejenis rumput yang disebut tiriya dengan tangkai merah berukuran sebuah gandar sapi muncul dari pusar-Nya dan sewaktu Beliau melihat, rumput tersebut tumbuh, pertama berukuran setengah lengan, kemudian satu lengan, satu fathom (1 fathom = 1.8 meter), satu ta, satu gavuta, setengah yojanà, satu yojanà dan seterusnya. Tumbuh tinggi dan lebih tinggi hingga mencapai langit, angkasa luas, seribu yojanà ke atas dan diam di sana. Mimpi kedua ini menandakan bahwa Beliau akan mampu mengajar Jalan Berfaktor Delapan, (Atthangika Magga), yang adalah Jalan Tengah (Majjhima Patipadà), kepada umat manusia dan dewa.

(3) Beliau bermimpi, ada sekumpulan ulat berbadan putih dan kepala hitam perlahan-lahan merayap ke atas kaki-Nya, menutupi dari ujung kaki hingga ke lutut-Nya. Mimpi ketiga ini menandakan banyaknya orang (berkepala hitam) yang mengenakan pakaian putih menghormati dan berlindung (Màhasaranàgaumana) kepada Buddha.

(4) Beliau bermimpi, empat jenis burung berwarna biru, keemasan, merah, dan abu-abu terbang datang dari empat penjuru dan sewaktu mereka turun dan berdiri di atas kedua kaki-Nya, semua burung-burung itu berubah menjadi putih. Mimpi keempat menandakan kasta-kasta dari empat kasta dalam masyarakat, yaitu, kasta kesatria, kasta brahmana, kasta waisya, dan kasta sudra, dapat melaksanakan ajaran Buddha, menjadi bhikkhu dan mencapai Kearahattaan.

(5) Beliau bermimpi bahwa Beliau sedang berjalan mondar-mandir, ke sana kemari di setumpukan kotoran setinggi gunung tanpa menjadi kotor. Mimpi kelima ini menandakan perolehan empat kebutuhan, yaitu: jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan, dan memanfaatkannya tanpa terikat dan melekat pada mereka.


~RAPB 1, pp. 589-591~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #262 on: 30 October 2008, 02:57:11 PM »
Pertanyaan saya. apakah Mara adalah sebuah personal ? jika iya ,Mara telah banyak mencelakakan praktek orang yang ingin mencapai kesucian dan juga usaha mengganggu Buddha,kenapa tidak masuk ke neraka Avici?sedangkan Devadatta yang bisa dikatakan oleh Mara menjadi haus akan kekuasaaan malah dilempar ke Avici.
Apakah Mara itu? sebagai personal atau kualitas batin yang buruk?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #263 on: 30 October 2008, 03:27:51 PM »
Dari Wikipedia http://en.wikipedia.org/wiki/Mara_(demon)

Ada 4 Mara:
1. Klesa-mara, atau Mara sebagai perwujudan dari sifat2 jahat.
2. Mrtyu-mara, atau Mara as kematian, dalam arti lingkaran tanpa akhir dari kelahiran dan kematian.
3. Skandha-mara, atau Mara sebagai metafora dari kehidupan yang berkondisi.
4. Devaputra-mara, atau Mara sang putera dewa, yaitu, Mara sebagai makhluk personal, bukan sebagai suatu metafora.

Mara sebagai personal memang akan masuk neraka, dan jika Mara tsb jatuh ke alam neraka, maka posisinya akan digantikan oleh Mara yg baru lagi.

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #264 on: 31 October 2008, 04:22:13 PM »
MARA 5 ( 5 macam rintangan/halangan), yaitu :
1. Khanda (Skhandha) : lima kelompok kehidupan
2. Kilesa (Klesa) : Nafsu-nafsu/kekotoran batin
3. Abhisankhara (Abhisamskara) : Pencipta-pencipta besar
4. Maccu (Mrtyu) : Kematian
5. Devaputta (Devaputra) : Makhluk-makhluk yang tidak terlihat

Keterangan :
~Lima kelompok kehidupan atau di dlm istilah yang lebih umum di sebut nama dan rupa, di sebut sebagai salah satu dari rintangan-rintangan atau halangan2 karena mereka adalah sebab2 dari penderitaan sedemikian jauh sehingga kadang2 seseorang merasa bosan akan mereka dan mencoba untuk melakukan usaha-usaha bunuh diri
~Nafsu2 adalah juga termasuk kelompok2 rintangan lain karena mereka mempunyai kekuatan mengikat dan merusak pikiran2 yang berada di bawah pengaruh2 mereka
~Pencipta-pencipta besar, di sini terutama menunjukkan segi yang tidak baik karena kekuatan2 melemahkannya. Suatu contoh dapat di lihat pada seorang yg, selama saat di mana perbuatan2 jahat atau buruk menguasai dirinya, kehilangan kekuatan menahan diri sehingga terseret oleh mereka
~Bahwasannya kematian di anggap sebagai suatu halangan adalah jelas dimana terbukti bahwa kesempatan untuk memupuk kebaikan menjadi terhalang atau terhenti. Mungkin salah satu contoh  yg paling baik adalah bekas guru-guru Sang Buddha, Alara dan Uddaka, yang kesempatan mereka untuk memahami Dhamma menjadi hilang karena kematian mereka beberapa saat saja sebelum Sang Buddha mencapai penerangan Sempurna. Seandainya mereka masih tetap hidup dan mendengarkan ajaran Sang Buddha, mereka pasti akan mengertinya dengan segera, karena telah memiliki suatu tingkat perkembangan batin yang cukup maju.
~Makhluk2 yg tidak terlihat, di sini diterjemahkan dari istilah Devaputta, yg secara harafiah berarti para dewa. Ini harus dibatasi pada macam2 makhluk jahat yang memiliki kemauan jahat dan cenderung untuk menganggu manusia (tetapi  karena hal itu mereka tidak seharusnya di sebut para deva atau devaputta dan sebaliknya mereka harus di sebut para hantu, setan atau istilah2 lain yg demikian. itulah sebabnya istilah itu di sini lebih disukai dengan arti yg netral : Makhluk2 yang tidak terlihat).

Catatan :
1. Macam mara atau rintangan yang pertama (lima kelompok kehidupan) seharusnya juga menyatakan kenyataan kebalikan bahwasannya bagi kebanyakkan orang, lima kelompok kehidupan adalah lebih menyenangkan dan lebih menarik daripada sifat menjijikkan atau kotor; dan inilah sebabnya mengapa lima kelompok kehidupan merupakan suatu perintang atau penghalang besar karena dalam satu hal yg demikian mereka nampak lebih kuat untuk merintangi atau menghalangi usaha2 apapun yang dilakukan Sang Siswa untuk menyadari sifat mereka yang sebenarnya.
2. Macam yang kelima, makhluk2 yang tidak terlihat, menunjukkan pada mereka yang memiliki kelahiran secara spontan. Biasanya itu menunjukkan macam2 makhluk jahatdan cenderung untuk mencelakai atau menganggu manusia. tetapi di dalam pandangan mutlak atau tujuan terakhir diatas keduniawian, macam makhluk2 yg baik, yg berdiam di dalam alam2 kedevaan, kadang2 mereka secara tidak diketahui merupakan suatu rintangan atau halangan dimana mereka (atau perhubungan dengan mereka) dapat menjadikan sebab kemelekatan, dengan demikian akan menghambat kemajuan sang siswa untuk maju lebih jauh, untuk mencapai tujuan teakhir di atas keduniawian. Ini di sebut demikian terutama bagi mereka yang mencari keadaan tanpa kematian atau nibbana.
(Visuddimagga 211 Theragatha Atthakatha II.16,46)

Sumber :
Kamus Umum Buddha Dhamma (pali-sanskerta-indonesia) Penyusun PANJIKA

Semoga bermanfaat...
_/\_ :lotus:

« Last Edit: 31 October 2008, 04:28:48 PM by Lily W »
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #265 on: 01 November 2008, 11:22:54 AM »
Penjelasan Rinci halaman 3121,

"Dari penjelasan di atas bahwa satu mahàkappa terdiri dari empat asaïkhyeyya kappa, dan satu asaïkhyeyya kappa terdiri dari 84 antara kappa. Sehingga satu mahàkappa sama dengan 256 antara kappa menurut perhitungan manusia."

Seharusnya 64.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #266 on: 01 November 2008, 04:55:46 PM »
 [at] Kainyin: lamo tak besuo, bertapa dimana?

Thanks atas koreksinya, menurut informasi terakhir, cetakan kedua sudah sampai di mesin percetakan, jadi koreksi ini mungkin akan di-apply untuk cetakan ke-3. Anumodana

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Welas asih Bodhisatta
« Reply #267 on: 01 November 2008, 07:03:03 PM »
(1) Sa pàdamule kilantam passanto tarunam sutam pitàvudikkhi tam Màram, Mettàyanto dayàparo

Seorang ayah yang penuh welas asih tidak akan menunjukkan kemarahan sedikit pun kepada putranya yang nakal, bahkan sebaliknya ia akan merangkulnya, memangkunya dan menidurkannya di pangkuannya dengan cinta kasih dan welas asih seorang ayah terhadap anaknya.

Demikian pula, Bodhisatta mulia memperlihatkan kesabaran terhadap semua perbuatan buruk dari Màra jahat, tidak sedikit pun merasa sedih; dan Beliau melihat Màra tanpa rasa takut tetapi dengan penuh cinta kasih dan welas asih.


~RAPB 1, p. 608~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Welas asih Bodhisatta
« Reply #268 on: 01 November 2008, 07:07:35 PM »
(2) Tadà so àsabhim vàcam, sihanàdam nadi muni
     Na jànàti sayam mayham, dàsabhàvampayam khalo


(3) Yena kenaci kammena, jàto devapure vare
     sakam gatim ajànanto, lokajetthomhi mannati


Ketika Màra mendekati-Nya disertai bala tentara-Nya dan menghina-Nya, Beliau berkata dengan tegas, “Màra jahat ini tidak sadar bahwa ia sebenarnya telah menjadi pelayan-Ku; terlahir di Alam Dewa Vasavatti hanya karena sedikit kebajikan, namun tidak menyadari umur kehidupannya, waktu kematiannya, dan alam sengsara yang menunggunya setelah kematiannya, ia berpikir, ‘Aku kekal; Akulah satu-satunya yang mengatur seluruh alam dunia.’

Ia tidak pernah merenungkan, tidak pernah menyadari, keadaannya yang menyedihkan dan risiko terjatuh ke alam sengsara. Karena kebodohannya, ia berani melakukan kejahatan seperti ini.”


~RAPB 1, p. 608~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Welas asih Bodhisatta
« Reply #269 on: 01 November 2008, 07:20:06 PM »
(4) Anantalokadhàtumhi
     sattànam hi katam subham
     mayheka Pàramitàyàpi
     kalam nàgghati solasim


(5) Tiracchàno saso hutvà
     disvà yàcakamàgatam
     pacitvàna sakam mamsam
     patitoggimhi dàtave


Jika kumpulan jasa-jasa baik seluruh makhluk-makhluk di seluruh alam semesta yang tidak terhitung banyaknya ditempatkan di satu sisi dari sebuah timbangan kebijaksanaan dan kumpulan jasa-jasa baik yang Kulakukan dalam bentuk Pàrami, ditempatkan di sisi lainnya, kumpulan jasa-jasa baik dari seluruh makhluk tidak dapat menyamai bahkan seper dua ratus lima puluh enam (1/256) dari jasa-jasa baik yang dihasilkan dari satu Pàrami yang Kulakukan.

Benar! Bahkan dalam kehidupan-Ku sebagai kelinci di alam binatang, Aku telah dengan sengaja melompat ke dalam kobaran api untuk memberikan daging-Ku yang telah matang dengan penuh kegembiraan ketika Aku melihat ia yang mengharapkan daging-Ku.

[...] Kedengarannya sombong; namun kenyataannya, tidak demikian; kata-kata itu adalah wajar dan benar.
Penjelasannya, manusia selain Bodhisatta biasanya melakukan kebajikan dengan mengharapkan kebahagiaan sebagai manusia atau dewa. (Bahkan para umat Buddha yang terlahir sebagai manusia pada masa kehidupan seorang Buddha, dan yang mengetahui bahwa perbuatan dàna yang dilakukan dengan harapan kebahagiaan dalam kehidupan selanjutnya, vattanissita dàna, tidaklah sangat bermanfaat dibandingkan dengan perbuatan dàna yang dilakukan dengan tujuan mencapai Nibbàna, vivattanissata dàna, dalam pikiran bawah sadar mereka, mereka menginginkan kehidupan yang lebih baik dan berbahagia meskipun mereka tidak menunjukkannya dengan jelas saat melakukan dàna itu).

Kebajikan yang dilakukan oleh makhluk lain menghasilkan kelahiran yang tetap berada dalam lingkaran penderitaan; hal ini seolah-olah orang-orang ini menghabiskan kekayaan jasa mereka dalam kehidupan di alam manusia, kebahagiaan manusia, kehidupan di alam surga, kebahagiaan surgawi. Bagaikan seseorang yang menghabiskan uangnya untuk kebutuhan pribadinya setiap kali ia memperoleh uang dan tidak mampu menabung, semua makhluk selain Bodhisatta, yang berbahagia dalam penderitaan lingkaran kehidupan, vattàbhirata, adalah orang-orang miskin yang tidak memiliki kekayaan kebajikan.

Sedangkan Bodhisatta, Beliau hanya bercita-cita untuk mencapai Kebuddhaan, setiap kali Beliau melakukan kebajikan untuk memenuhi Pàrami; hasilnya, semua kebajikan yang dilakukan oleh Bodhisatta tetap utuh tidak berkurang dalam batin-Nya sebagai suatu jasa (kammasamangi) selama belum menghasilkan Buah Sabbannuta Nàna.

Oleh karena itu, bagaikan seseorang yang tidak menghambur-hamburkan simpanan uangnya namun menabung uangnya yang dikumpulkan menjadi semakin kaya hari demi hari, demikian pula Bodhisatta memiliki kekayaan kebajikan yang semakin bertambah, kelahiran demi kelahiran, menjadi seorang yang paling kaya dalam hal kekayaan jasa.

Seorang kaya yang memiliki banyak crore uang tidak dapat dibandingkan dengan sekumpulan orang miskin dan melarat dalam hal kekayaan; mereka pasti akan kalah dalam perbandingan ini.

Demikian pula, seorang Bodhisatta kaya yang memiliki kekayaan jasa yang tidak terkatakan yang berasal dari Kesempurnaan tidak dapat dibandingkan dalam hal kebajikan dengan kekayaan jasa yang dimiliki oleh semua makhluk di seluruh alam semesta yang tidak terhingga banyaknya; mereka pasti terkalahkan karena mereka miskin dalam hal kebajikan karena mereka menghabiskannya semua begitu mereka memperolehnya sewaktu mereka memperoleh kehidupan yang baik, (bhavasampatti), dan menikmati kesenangan (bhogasampatti). Oleh karena itu kata-kata tegas Bodhisatta (seperti di atas) tidaklah berlebihan; adalah sesuatu yang wajar dan benar adanya.


~RAPB 1, pp. 608-611~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~