//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Keakuan  (Read 9831 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline EMAK

  • Sebelumnya twkwong
  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 3
  • Gender: Female
  • Emak
Keakuan
« on: 03 December 2007, 03:02:51 PM »
 _/\_ Saudara-saudara. Didalam ajaran Buddhist kita berusaha atau berlatih untuk menghilangkan KEAKUAN didalam diri kita. Jika suatu keinginan mengandung unsur KE-AKU-AN, apakah tidak perlu adanya tujuan dalam menciptakan keluarga atau dalam mendidik anak. Atau terima saja urusan keluarga dimasa depan dan dipikirkan nanti kalau saatnya sudah tiba, atau biarkan saja anak-anak kita akan menjadi apa saja di kemudian hari terserah karma dia masing-masing. Sepertinya pendapat ini mengandung ketidakadaan usaha. Apakah kita tidak perlu mempunyai rencana untuk itu semua. Karena rencana atau  tujuan merupakan keinginan, dan keinginan mengandung unsur KEAKUAN. Mohon pendapat Saudara-saudara disini...  ^:)^ Thanks.
Memiliki pengetahuan dan keterampilan,
Terlatih baik dalam tata susila,
Ramah tamah dalam ucapan,
Itulah Berkah Utama.
(Mangala Sutta)

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Keakuan
« Reply #1 on: 03 December 2007, 03:05:22 PM »
menurut gw

kalo masih mao menikmati samsara mending jangan hilangkan keakuan sepenuhna...hilangkan keakuan hanya ketika kita dilanda bencana sehingga tidak bisa berkutik sama sekale...

kalo sudah ingin keluar dari samsara..maka hilangkanlah keakuan...

please note that..ajaran sang Buddha itu majority ditujukan kepada orang2 yg ingin keluar dari samsara... dan orang2 yg ingin keluar dari samsara biasane..tidak beristri, tidak beranak, tidak berharta...

CMIIW
« Last Edit: 03 December 2007, 03:08:37 PM by El Sol »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Keakuan
« Reply #2 on: 03 December 2007, 03:36:14 PM »
Selama kita masih belum arahat (termasuk anagami, sakadagami dan sotapanna), si AKU masih akan selalu ada. Dan si Aku tentu harus berpikir dan bertindak untuk hidup dimasyarakat, dimana masih ada keinginan, cita2x, dll.

Seiring dengan hidup itu, kita berlatih perlahan, tidak bisa langsung kita negasi-kan keberadaan si AKU itu sih. Kalau sudah kondisi mendukung, si AKU akan hilang sendiri.
There is no place like 127.0.0.1

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Keakuan
« Reply #3 on: 03 December 2007, 04:27:09 PM »
bang twkwong, menurut saya, buddhisme haruslah dipelajari dengan merenung dan mengalami sendiri semua ajaran2nya.

kita gak berlatih untuk menghilangkan keakuan karena buku kita bilang gitu.
kita juga gak berlatih untuk menghilangkan keakuan karena bhante bilang begitu.
kita gak berlatih untuk menghilangkan keakuan karena buddha bilang begitu.
bahkan kita gak melabeli keakuan itu jelek hanya karena orang lain bilang begitu.

mari kita analisa pelan2... lepaskan semua dogma agama buddha yg kita miliki...

pertanyaan pertama yg seharusnya anda tanyakan dan renungkan adalah "apa yg saya cari?". umumnya dengan perenungan singkat orang2 bisa menemukan benang merahnya dan menjawab, "yg saya cari adalah kebahagiaan". jawaban cantik. memang kita mencari2 kebahagiaan.

sekarang pertanyaan berikutnya adalah dengan pengalaman kita hidup sebagai manusia, apa yg kita anggap sebagai kebahagiaan, yg kita nikmati dengan senang hati? jangan menjawab dengan dogma buku. putar kembali pengalaman2 anda, saat anda merasa benar2 menikmati sesuatu.

untuk pertanyaan di atas, saat jawaban kita masih berupa kesenangan duniawi seperti es krim haagendazs, playstation 3, sex, sofa empuk, naik gaji dan jabatan, maka tidaklah perlu kita berusaha menghilangkan keinginan ataupun menghilangkan keakuan. level kita masih di level duniawi. gak perlu mencoba mengingkari diri, mencoba "menghilangkan" keakuan. 

namun di saat anda bisa melihat es krim haagendazs terasa menyakitkan lidah anda, televisi plasma 60 inchi membuat mata anda perih, kwetiau medan terasa memuakkan dan sentuhan ce cakep terasa seperti goresan amplas, semua yg berbau duniawi terasa menjemukan dan palsu, maka berarti anda sudah menembus pengertian dengan dukkha. di saat itu juga, anda akan berlari untuk melepas, berlari untuk merealisir kebahagiaan yg sejati.

setahu saya, penembusan pengertian dukkha seperti ini hanya bisa didapat setelah latihan vipassana dalam waktu yg lamaaaa dengan pencapaian nyana2 atau juga dengan pencapaian jhana2 meditasi, maka kita bisa melihat kenikmatan duniawi ini apa adanya, kasar dan tidak memuaskan.

kata ajahn brahm, setelah anda mencapai jhana dan merenungkan kembali kenikmatan duniawi yg pernah anda dapatkan dibandingkan dengan jhana, orgasme seks terasa sangat kasar dan menyakitkan... otomatis, tanpa dipaksakan, akan berjalan keluar dari sakitnya samsara...

semuanya terjadi otomatis, tidak perlu dipaksakan....
teruslah menjalani hidup, planning keuangan dan karir, ngurusin anak2 dan istri.

step by step...  ;D
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Keakuan
« Reply #4 on: 03 December 2007, 05:02:24 PM »
Apa benar ya keinginan mengandung unsur KEAKUAN? Ataukah dari beberapa keinginan ada yang mengandung KEAKUAN? :-?
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Keakuan
« Reply #5 on: 03 December 2007, 05:08:01 PM »
 [at] morph
I think it's very obvious kalo TS itu adalah cewe...dilihat dari lambang "cewe" diatas gambarnya...

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Keakuan
« Reply #6 on: 03 December 2007, 05:33:33 PM »
oops, gak pernah perhatiin kolom kiri... kalo gitu ganti "mbak"  :))
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: Keakuan
« Reply #7 on: 04 December 2007, 09:10:46 AM »
Quote
Saudara-saudara. Didalam ajaran Buddhist kita berusaha atau berlatih untuk menghilangkan KEAKUAN didalam diri kita. Jika suatu keinginan mengandung unsur KE-AKU-AN, apakah tidak perlu adanya tujuan dalam menciptakan keluarga atau dalam mendidik anak. Atau terima saja urusan keluarga dimasa depan dan dipikirkan nanti kalau saatnya sudah tiba, atau biarkan saja anak-anak kita akan menjadi apa saja di kemudian hari terserah karma dia masing-masing. Sepertinya pendapat ini mengandung ketidakadaan usaha. Apakah kita tidak perlu mempunyai rencana untuk itu semua. Karena rencana atau  tujuan merupakan keinginan, dan keinginan mengandung unsur KEAKUAN. Mohon pendapat Saudara-saudara disini...


Menurut saya pertanyaan tersebut muncul karena anda belum memahami buddhism. Atau juga mungkin karena salah memahami buddhism.
Bila anda seorang buddhist tentu akan melihat bahwa banyak ajaran juga mengenai kehidupan berkeluarga.

Seseorang berlatih spiritual itu ada tahapan-tahapannya. Di tataran seperti kita, maka pembelajaran buddhism tentu sesuai dengan kondisi kita sebagai perumah tangga. Meskipun demikian, pemahaman ketanpa-akuan berguna untuk mengurangi kemelekatan kita pada obyek-obyek duniawi. Akan tetapi, pemahaman seperti itu tidak banyak berpengaruh pada keutuhan ego kita saat ini. Oleh karena itu, maka dengan berbagai macam cara seorang buddhis melatih transformasi batin. Baru sampai pada tahapan tertentu, seorang sadhaka mulai tertransformasi batinnya hingga mulai merealisasi pemahaman tanpa aku. Pada saat pemahaman tanpa aku tersebut direalisasi secara benar, maka bukan berarti perannya sebagai manusia dalam kebenaran konvensional (samutti sacca) diabaikan / lenyap. Dia masih memiliki pancakandha yang tentu saja memerlukan pemeliharaan dan perawatan. Disinilah maka makna 'ketanpaakuan' baru dapat dimengerti secara benar -- yang mana tentu saja tidak seperti yang anda pertanyakan tersebut. Proses dari semua itu adalah natural (alamiah). Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan seperti yang anda kemukakan tidak pernah menjadi masalah karena setiap tahapan proses tentu mempunyai suatu mekanismenya sendiri untuk mempertahankan eksistensinya.

Dengan kata lain, kalau orang seperti kita yang masih mempunyai ego yg kuat kemudian berpikir (bertanya-tanya) ataupun berusaha (effort) untuk merasakan kondisi tanpa-aku, tentu itu sudah tidak natural lagi. Dan tentu saja hal ini memunculkan banyak problem dan gangguan, terutama dalam konstitusi psychophysical maupun sosial kita. Tapi seseorang yang memang sudah matang dan tahapannya menginjak tahapan tersebut, maka semua itu berjalan dengan mulus tanpa adanya permasalahan seperti yg anda kemukakan.

Ini adalah subyek yang sangat dalam dan meluas. Sangat tidak mungkin bagi saya untuk menjelaskan hal ini kepada anda mengingat dugaan saya bahwa anda belum memahami buddhism. Silakan simpan dulu pertanyaan anda tersebut dan belajarlah secara lengkap baru kemudian menganalisa. Analisa tidak mungkin menjadi benar bila pengetahuan-pengetahuan kognitif belum kita pahami secara tepat.

Sebagai tambahan:
Anda jangan merancukan mengenai konsep 'aku' dalam pengertian spiritual buddhistik dengan konsep 'ego' dalam terminologi psikologi / psychiatry. Tambahan lagi, kalau anda menelaah pengalaman Bernadette Roberts, maka disitu akan tampak adanya perbedaan antara lenyapnya inti as a being (no-self experience) dan leburnya ego dalam suatu pengalaman oceanic (menyatu, meluas, tanpa batas tapi tetap ada pusat).

Ini adalah subyek kompleks dan mendalam dimana untuk membahasanya dibutuhkan pemahaman akan terminologi2 dan konsep2 yg tepat.
« Last Edit: 04 December 2007, 09:23:02 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: Keakuan
« Reply #8 on: 04 December 2007, 10:41:04 AM »
Quote
Saudara-saudara. Didalam ajaran Buddhist kita berusaha atau berlatih untuk menghilangkan KEAKUAN didalam diri kita. Jika suatu keinginan mengandung unsur KE-AKU-AN, apakah tidak perlu adanya tujuan dalam menciptakan keluarga atau dalam mendidik anak. Atau terima saja urusan keluarga dimasa depan dan dipikirkan nanti kalau saatnya sudah tiba, atau biarkan saja anak-anak kita akan menjadi apa saja di kemudian hari terserah karma dia masing-masing. Sepertinya pendapat ini mengandung ketidakadaan usaha. Apakah kita tidak perlu mempunyai rencana untuk itu semua. Karena rencana atau  tujuan merupakan keinginan, dan keinginan mengandung unsur KEAKUAN. Mohon pendapat Saudara-saudara disini...


Menurut saya pertanyaan tersebut muncul karena anda belum memahami buddhism. Atau juga mungkin karena salah memahami buddhism.
Bila anda seorang buddhist tentu akan melihat bahwa banyak ajaran juga mengenai kehidupan berkeluarga.

Seseorang berlatih spiritual itu ada tahapan-tahapannya. Di tataran seperti kita, maka pembelajaran buddhism tentu sesuai dengan kondisi kita sebagai perumah tangga. Meskipun demikian, pemahaman ketanpa-akuan berguna untuk mengurangi kemelekatan kita pada obyek-obyek duniawi. Akan tetapi, pemahaman seperti itu tidak banyak berpengaruh pada keutuhan ego kita saat ini. Oleh karena itu, maka dengan berbagai macam cara seorang buddhis melatih transformasi batin. Baru sampai pada tahapan tertentu, seorang sadhaka mulai tertransformasi batinnya hingga mulai merealisasi pemahaman tanpa aku. Pada saat pemahaman tanpa aku tersebut direalisasi secara benar, maka bukan berarti perannya sebagai manusia dalam kebenaran konvensional (samutti sacca) diabaikan / lenyap. Dia masih memiliki pancakandha yang tentu saja memerlukan pemeliharaan dan perawatan. Disinilah maka makna 'ketanpaakuan' baru dapat dimengerti secara benar -- yang mana tentu saja tidak seperti yang anda pertanyakan tersebut. Proses dari semua itu adalah natural (alamiah). Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan seperti yang anda kemukakan tidak pernah menjadi masalah karena setiap tahapan proses tentu mempunyai suatu mekanismenya sendiri untuk mempertahankan eksistensinya.

Dengan kata lain, kalau orang seperti kita yang masih mempunyai ego yg kuat kemudian berpikir (bertanya-tanya) ataupun berusaha (effort) untuk merasakan kondisi tanpa-aku, tentu itu sudah tidak natural lagi. Dan tentu saja hal ini memunculkan banyak problem dan gangguan, terutama dalam konstitusi psychophysical maupun sosial kita. Tapi seseorang yang memang sudah matang dan tahapannya menginjak tahapan tersebut, maka semua itu berjalan dengan mulus tanpa adanya permasalahan seperti yg anda kemukakan.

Ini adalah subyek yang sangat dalam dan meluas. Sangat tidak mungkin bagi saya untuk menjelaskan hal ini kepada anda mengingat dugaan saya bahwa anda belum memahami buddhism. Silakan simpan dulu pertanyaan anda tersebut dan belajarlah secara lengkap baru kemudian menganalisa. Analisa tidak mungkin menjadi benar bila pengetahuan-pengetahuan kognitif belum kita pahami secara tepat.

Sebagai tambahan:
Anda jangan merancukan mengenai konsep 'aku' dalam pengertian spiritual buddhistik dengan konsep 'ego' dalam terminologi psikologi / psychiatry. Tambahan lagi, kalau anda menelaah pengalaman Bernadette Roberts, maka disitu akan tampak adanya perbedaan antara lenyapnya inti as a being (no-self experience) dan leburnya ego dalam suatu pengalaman oceanic (menyatu, meluas, tanpa batas tapi tetap ada pusat).

Ini adalah subyek kompleks dan mendalam dimana untuk membahasanya dibutuhkan pemahaman akan terminologi2 dan konsep2 yg tepat.

Tepat sekali penjelasan diatas, jadi inget mengenai Iddhipada, kadang masih ada sebagian buddhist masih bingung membedakan nafsu keinginan dengan keinginan, tanha dengan chanda  :|
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: Keakuan
« Reply #9 on: 04 December 2007, 10:41:45 AM »
menurut gw

kalo masih mao menikmati samsara mending jangan hilangkan keakuan sepenuhna...hilangkan keakuan hanya ketika kita dilanda bencana sehingga tidak bisa berkutik sama sekale...

kalo sudah ingin keluar dari samsara..maka hilangkanlah keakuan...

please note that..ajaran sang Buddha itu majority ditujukan kepada orang2 yg ingin keluar dari samsara... dan orang2 yg ingin keluar dari samsara biasane..tidak beristri, tidak beranak, tidak berharta...

CMIIW

Sol diluar topik, itu foto siapa sol?? cakep bener  ;D
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline EMAK

  • Sebelumnya twkwong
  • Teman
  • **
  • Posts: 88
  • Reputasi: 3
  • Gender: Female
  • Emak
Re: Keakuan
« Reply #10 on: 04 December 2007, 12:52:27 PM »

Ini adalah subyek yang sangat dalam dan meluas. Sangat tidak mungkin bagi saya untuk menjelaskan hal ini kepada anda mengingat dugaan saya bahwa anda belum memahami buddhism. Silakan simpan dulu pertanyaan anda tersebut dan belajarlah secara lengkap baru kemudian menganalisa. Analisa tidak mungkin menjadi benar bila pengetahuan-pengetahuan kognitif belum kita pahami secara tepat.

Sebagai tambahan:
Anda jangan merancukan mengenai konsep 'aku' dalam pengertian spiritual buddhistik dengan konsep 'ego' dalam terminologi psikologi / psychiatry. Tambahan lagi, kalau anda menelaah pengalaman Bernadette Roberts, maka disitu akan tampak adanya perbedaan antara lenyapnya inti as a being (no-self experience) dan leburnya ego dalam suatu pengalaman oceanic (menyatu, meluas, tanpa batas tapi tetap ada pusat).


Makhlum nich pengetahuan dhammaku masih dangkal, mohon pencerahannya suhu...  dan jangan sungkan-sungkan berbagi dhamma ^:)^

Tepat sekali penjelasan diatas, jadi inget mengenai Iddhipada, kadang masih ada sebagian buddhist masih bingung membedakan nafsu keinginan dengan keinginan, tanha dengan chanda  :|

Mohon penjelasan  yang lebih lengkap bro Radi.  ;)
Memiliki pengetahuan dan keterampilan,
Terlatih baik dalam tata susila,
Ramah tamah dalam ucapan,
Itulah Berkah Utama.
(Mangala Sutta)

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Keakuan
« Reply #11 on: 04 December 2007, 02:40:45 PM »
menurut gw

kalo masih mao menikmati samsara mending jangan hilangkan keakuan sepenuhna...hilangkan keakuan hanya ketika kita dilanda bencana sehingga tidak bisa berkutik sama sekale...

kalo sudah ingin keluar dari samsara..maka hilangkanlah keakuan...

please note that..ajaran sang Buddha itu majority ditujukan kepada orang2 yg ingin keluar dari samsara... dan orang2 yg ingin keluar dari samsara biasane..tidak beristri, tidak beranak, tidak berharta...

CMIIW

Sol diluar topik, itu foto siapa sol?? cakep bener  ;D
my future gundik...yg permaisuri menyusul...;D

Offline Predator

  • Sebelumnya: Radi_muliawan
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 585
  • Reputasi: 34
  • Gender: Male
  • Idealis tapi realistis dan realistis walau idealis
Re: Keakuan
« Reply #12 on: 04 December 2007, 02:54:08 PM »
menurut gw

kalo masih mao menikmati samsara mending jangan hilangkan keakuan sepenuhna...hilangkan keakuan hanya ketika kita dilanda bencana sehingga tidak bisa berkutik sama sekale...

kalo sudah ingin keluar dari samsara..maka hilangkanlah keakuan...

please note that..ajaran sang Buddha itu majority ditujukan kepada orang2 yg ingin keluar dari samsara... dan orang2 yg ingin keluar dari samsara biasane..tidak beristri, tidak beranak, tidak berharta...

CMIIW

Sol diluar topik, itu foto siapa sol?? cakep bener  ;D
my future gundik...yg permaisuri menyusul...;D

Dasar kadal cap kampak..  :P
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Keakuan
« Reply #13 on: 04 December 2007, 03:07:20 PM »
menurut gw

kalo masih mao menikmati samsara mending jangan hilangkan keakuan sepenuhna...hilangkan keakuan hanya ketika kita dilanda bencana sehingga tidak bisa berkutik sama sekale...

kalo sudah ingin keluar dari samsara..maka hilangkanlah keakuan...

please note that..ajaran sang Buddha itu majority ditujukan kepada orang2 yg ingin keluar dari samsara... dan orang2 yg ingin keluar dari samsara biasane..tidak beristri, tidak beranak, tidak berharta...

CMIIW

Sol diluar topik, itu foto siapa sol?? cakep bener  ;D
my future gundik...yg permaisuri menyusul...;D

Dasar kadal cap kampak..  :P
kalo yg avatar eloe? istrimu kah?  :P rambutne panjang juga yak... :))

Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: Keakuan
« Reply #14 on: 04 December 2007, 05:55:02 PM »
kok pada keluar topic seh????  :(  :-[  :-?
Ayo... anak-anak... kembali ke laptop....  ^-^

 ^:)^ ^:)^ ^:)^

 

anything