thanks bro karuna_murti.... (bhavana = meditasi)...
kalau saya boleh bantu perjelas,
bhavana/meditasi dibagi menjadi 2 yaitu samatha dan vipasana.
Hasil dari samatha adalah jhana, sementara ke-khas-an buddhis terletak pada vipassana dimana hasilnya adalah kesucian batin.
jika diibaratkan seperti rumput/ilalang, jhana seperti rumput yang ditindih batu sehingga kondisinya tidak bisa berkembang, namun belum mati sehingga begitu batu itu diangkat, rumput kembali hidup
sementara kesucian seperti rumput yang sudah dicabut sampai ke akar2nya sehingga tidak mungkin akan hidup lagi
semoga contoh ini bisa dimengerti yah
Adakah sebab kenapa manual book spt tripitaka (maupun alkitab) tidak
ditulis oleh Buddha Gautama (Yesus) sendiri?
menurut saya. penulisan yg langsung dari penciptanyakan akan lebih akurat dan
dapat menghindarin salah tafsir....
Apakah penulisan yg akurat dalam suatu kitab tsb sangatlah penting?
thanks atas pencerahannya!
Pada jaman itu, ilmu diturunkan langsung dari guru ke muridnya secara lisan
Pun ada beberapa konsili/sidang agung, yang dihadiri oleh para Arahat yaitu:
1. SIDANG AGUNG I (KONSILI I)
Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlangsung selama 2 bulan
Dipimpin oleh YA.Maha Kassapa dan dihadiri oleh 500 orang Bhikkhu yang semuanya Arahat.
Sidang diadakan di Goa Satapani di kota Rajagaha.
Sponsor sidang agung ini adalah Raja Ajatasatu.
Tujuan Sidang:
Menghimpun Ajaran Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu yang berlainan.
Mengulang Dhamma dan Vinaya agar Ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi ajaran-ajaran lainnya. Y.A. Upali mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda mengulang Dhamma.
2. SIDANG AGUNG II (KONSILI II)
Diadakan pada tahun 443 SM (100 tahun sesudah yang I), berlangsung selama 4 bulan.
Dipimpin oleh YA. Revata dan dibantu oleh YA. Yasa serta dihadiri oleh 700 Bhikkhu.
Sidang diadakan di Vesali
Sponsor sidang agung ini adalah Raja Kalasoka.
Tujuan Sidang:
Sekelompok Bhikkhu Sangha (Mahasanghika) menghendaki untuk memperlunak Vinaya yang sangat keras (tetapi gagal).
Kesimpulan/Hasil Konsili II:
Kesalahan-kesalahan Bhikkhu-Bhikkhu dari suku Vajjis yang melangggar pacittiya dibicarakan, diakui bahwa mereka telah melanggar Vinaya dan 700 Bhikkhu yang hadir menyatakan setuju.
Pengulangan Vinaya dan Dhamma, yang dikenal dengan nama "Satta Sati" atau "Yasathera Sanghiti" karena Bhikkhu Yasa dianggap berjasa dalam bidang pemurnian Vinaya.
3. SIDANG AGUNG III (KONSILI III)
Diadakan pada tahun +/- 313 SM (230 tahun setelah sidang I).
Dipimpin oleh Y.A. Tissa Moggaliputta.
Sidang diadakan di Pataliputta.
Sponsor Sidang Agung ini adalah Raja Asoka dari Suku Mauriya.
Tujuan Sidang:
Menertibkan perbedaan pendapat yang mengaktifkan perpecahan Sangha.
Memeriksa dan menyempurnakan Kitab Suci Pali (memurnikan Ajaran Sang Buddha).
Raja Asoka meminta agar para Bhikkhu mengadakan upacara Uposatha setiap bulan, agar Bhikkhu Sangha bersih dari oknum-oknum yang bermaksud tidak baik.
Kesimpulan / Hasil Konsili III:
Menghukum Bhikkhu-Bhikkhu selebor.
Ajaran Abhidhamma diulang tersendiri oleh Y.A. Maha Kassapa, sehingga lengkaplah pengertian Tipitaka (Vinaya,Sutta, dan Abhidhamma). Jadi pengertian Tipitaka mulai lengkap (timbul) pada Konsili III.
Y.A. Tissa memilih 10.000 orang Bhikkhu Sangha yang benar-benar telah memahami Ajaran Sang Buddha untuk menghimpun Ajaran tersebut menjadi Tipitaka dan perhimpunan tersebut berlangsung selama 9 bulan.
Keterangan:
Pada saat itu Sangha sudah terpecah dua, yaitu : Theravãda (Sthaviravada) dan Mahasanghika.
Sementara itu ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa pada Konsili III ini bukan merupakan konsili umum, tetapi hanya merupakan suatu konsili yang diadakan oleh Sthaviravada.
4. SIDANG AGUNG IV (KONSILI IV)
Diadakan pada masa pemerintahan Raja Vattagamani Abhaya (tahun 101 - 77 SM).
Dipimpin oleh Y.A. Rakhita Mahathera dan dihadiri oleh +/- 500 Bhikkhu.
Sidang diadakan di Alu Vihara (Aloka Vihara) di Desa Matale.
Tujuan Sidang:
Mencari penyelesaian karena melihat terjadinya kemungkinan-kemungkinan yang mengancam Ajaran-ajaran dan kebudayaan-kebudayaan Agama Buddha oleh pihak-pihak lain.
Kesimpulan / Hasil Konsili IV:
Mengulang Tipitaka.
Menyempurnakan komentar Tipitaka.
Menuliskan Tipitaka dan komentarnya di atas daun lontar.
Keterangan:
Konsili ini diakui sebagai konsili yang ke IV oleh sekte Theravãda.
Jadi disini bisa kita lihat bahwa kodifikasi/penulisan terjadi dengan diverifikasi oleh bhikkhu2 yang semuanya Arahat, yang notabene sudah melaksanakan "jalan"
Betul sekali, akurasi sangat penting, karena itulah maka tipitaka diverifikasi kembali oleh para bhikkhu yang sudah Arahat (Ariya SAngha), bukan bhikkhu2 yang masih termasuk Sammuti Sangha
semoga bisa bermanfaat yah