//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula  (Read 421696 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1110 on: 13 December 2008, 11:11:52 PM »
         Tanpa jhana, tak ada kebijaksanaan;
          Tanpa kebijaksanaan, tak ada jhana;
          Tapi dia yang telah memiliki jhana dan kebijaksanaan,
          Sebenarnya telah dekat pada Nibbana.

Jhana bukankah untuk memperoleh kebijaksanaan, tetapi konsentrasi. Dan konsentrasi itu diperoleh melalui Samatha.. Jhana itu juga mampu membangkitkan bakat tertentu seperti kemampuan bathin dsb...

Kebijaksanaan bisa dicapai meskipun seseorang tidak memiliki Jhana. karena kebijaksanaan diperoleh melalui pandangan terang (Vipassana).

Nibbana baru terealisasi apabila sanggup melenyapkan segala kekotoran bathin..
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1111 on: 13 December 2008, 11:17:41 PM »
jadi ada kemungkinan seseorang yg telah mencapai jhana tapi tidak mendapatkan penerangan dan kebijaksanaan ya?

« Last Edit: 13 December 2008, 11:21:04 PM by Reenzia »

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1112 on: 13 December 2008, 11:36:01 PM »
Memang tidak...
Jhana itu diperoleh melalui Samatha Bhavana... Samatha bhavana adalah meditasi untuk ketenangan bathin. Untuk melatih konsentrasi.. Dan untuk memperoleh Jhana. Btw, gak semua orang bsia mencapai jhana juga...

Untuk memperoleh pandangan terang, kebijaksanaan dan mencapai tingkat kesucian; Sotapanna, Sakadagami, Anagami hingga Arahat; maka harus melalui Vipassana Bhavana.

Makanya, ada pernyataan dari beberapa guru meditasi yang mengatakan bahwa Jhana (samatha) tidak penting karena tidak membawa pembebasan.


Note: Orang yang telah mencapi Jhana masih bisa kehilangan jhana itu bila tidak latihan lagi. Sementara orang yang mencapai kesucian tertentu, misal Sotapanna/sotapati, maka tiak akan turun lagi bahkan setelah bertumimbal lahir.
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1113 on: 13 December 2008, 11:41:20 PM »
ooh begitu...........

terima kasih atas penjelasannya _/\_

Offline Huiono

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 492
  • Reputasi: 32
  • Gender: Male
  • Hmm...
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1114 on: 14 December 2008, 12:02:26 AM »
Terima kasih kembali...

Untuk penjelasan Jhana, Samatha, Vipassana dkk yang lebih akurat, kayanya rekan2 DC yg lain udah banyak posting...

Ada yang dengan detail menjelaskan sifat2 Jhana juga. Kalo gak salah di thread meditasi..
"During times of universal deceit, telling the truth becomes a revolutionary act"
                                                                                                   -George Orwell

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1115 on: 14 December 2008, 06:05:39 AM »
memang ada pendapat tentang tidak diperlukannya jhana, tapi kalau kita tilik ke tipitaka disana dengan jelas dikatakan Jalan Mulia Berunsur 8, Samma Samadhi adalah pengembangan Jhana

"Dan apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar? (i) Dimana ada seorang bhikkhu — sepenuhnya melepaskan sensualitas, melepaskan kualitas (mental) tidak terampil — memasuki & berdiam dalam jhana pertama: kegirangan dan kenikmatan yang muncul dari pelepasan, disertai oleh pemikiran yang diarahkan & penilaian. (ii) Dengan menenangkan pemikiran yang diarahkan & evaluasi, dia memasuki & berdiam didalam jhana kedua: kegirangan dan kenikmatan muncul dari konsentrasi, penyatuan dari kesadaraan yang bebas dari pemikiran yang diarahkan & penilaian — kepastian dari dalam. (iii) Dengan hilangnya kegirangan, dia tetap dalam ketenangan, perhatian & awas, dan merasakan kenikmatan dengan tubuhnya. Dia memasuki & berdiam didalam jhana ketiga, yang dinyatakan oleh Yang Mulia, 'Ketenangan & perhatian, dia memiliki kenikmatan yang terus menerus.' (iv) Dengan meninggalkan kenikmatan & sakit — bersamaan hilangnya kebahagiaan & penderitaan yang sebelumnya — dia memasuki & berdiam didalam jhana keempat: kemurnian dari ketenangan & perhatian penuh, tidak nikmat ataupun sakit. Ini, para bhikkhu, yang disebut konsentrasi benar."

Tanpa jhana, tidak akan ada pencerahan sempurna disana.

Ini berbeda antara tidak perlu Jhana dan tidak perlu Samatha yah, karena satu merupakan kondisi yg satu lagi merupakan metoda meditasi.

Pada Yuganaddha Sutta, AN 4.170 dikatakan bahwa dari 4 cari tersebut, cara ke 4 juga memerlukan konsentrasi(samadhi)

"Puna caparaṃ, āvuso, bhikkhuno dhammuddhaccaviggahitaṃ mānasaṃ hoti. So, āvuso, samayo yaṃ taṃ cittaṃ ajjhattameva santiţţhati sannisīdati ekodi hoti samādhiyati. Tassa maggo sañjāyati. So taṃ maggaṃ āsevati bhāveti bahulīkaroti. Tassa taṃ maggaṃ āsevato bhāvayato bahulīkaroto saññojanāni pahīyanti, anusayā byantī honti.

"Kemudian ada kasus dimana pikiran seorang bhikkhu yang kegelisahan tentang Dhamma [Comm: kekotoran pandangan] terkendali dengan baik. Ada suatu waktu dimana pikirannya menjadi seimbang didalam, tenang, dan menjadi terpusat & terkonsentrasi. Didalam dirinya sang jalan muncul. Dia mengikuti jalan itu, mengembangkannya, menjalaninya. Seiring dia mengikuti sang jalan, mengembangkannya & menjalaninya — belenggu-belenggunya ditinggalkan, obsesi-obsesinya hancur.


There is no place like 127.0.0.1

Offline tula

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 482
  • Reputasi: 24
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1116 on: 14 December 2008, 08:40:56 AM »
sebenarnya selain konsentrasi (jhana) dan perhatian (sati), diperlukan juga pandangan benar.

terimas kasih pak sume ;D ... bentul .. pandangan benar itu ga boleh lupa, tp sebaiknya pandangan benar itu uda dari sebelum2 nya di ketaui, dan memompa semangat utk menjalankan meditasi sehingga mencapai pandangan benar yg lebih dalam lagi ....

jadi ke 3 hal tersebut memang seperti 1 paket aja.
dari penjelasan2 ini harusnya uda jelas semua pertanyaan2 sebelumnya, dan bisa masing2 memulai step by step (ooo bebeeee ;D :hammer:)

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1117 on: 14 December 2008, 09:04:56 AM »
Saya copy paste dari thread lain tentang samatha dan vipassana bhavana,

Berikut kutipan kata-kata Sang Guru Agung, Buddha Gotama dan Sang Bendahara Dhamma, YM. Ananda di dalam Tipitaka yang bisa menjawab pertanyaan tentang Samatha Bhavana dan Vipassana Bhavana.

72. Ketenangan dan Pandangan Terang
Empat jenis orang ini, O para bhikkhu, terdapat di dunia ini. Apakah empat orang ini?
Para bhikkhu, di sini ada orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.46 Orang lain memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak memperoleh ketenangan pikiran internal. Ada orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal dan tidak juga kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal. Dan ada lagi orang lain yang memperoleh ketenangan pikiran internal dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh ketenangan pikiran internal tetapi tidak memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana bentukan-bentukan harus dilihat? Bagaimana bentukan-bentukan harus dijelajahi? Bagaimana bentukan-bentukan harus dipahami dengan pandangan terang?"47 Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini; mereka harus dijelajahi dengan cara begini; mereka harus dipahami dengan pandangan terang dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal tetapi tidak ketenangan pikiran internal harus mendatangi orang yang memperoleh ketenangan internal dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran dapat ditenangkan? Bagaimana pikiran harus dimantapkan? Bagaimana pikiran harus dipusatkan? Bagaimana pikiran harus dikonsentrasikan?" Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini, ditenangkan dengan cara begini, dipusatkan dengan cara begini, dikonsentrasikan dengan cara begini." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang tidak memperoleh ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus mendatangi orang yang memperoleh kedua-duanya dan bertanya kepadanya: "Sahabat, bagaimana pikiran harus dimantapkan? ... Sahabat, bagaimana bentukan harus dilihat? ..." Yang lain kemudian menjawab sebagaimana yang telah dilihat dan dipahaminya demikian: "Pikiran harus dimantapkan dengan cara begini ... Bentukan-bentukan harus dilihat dengan cara begini ..." Nantinya orang ini akan memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal.

Di sini, para bhikkhu, orang yang memperoleh baik ketenangan pikiran internal maupun kebijaksanaan yang lebih tinggi mengenai hal-hal harus memantapkan diri hanya dalam keadaan-keadaan yang bajik ini dan mengerahkan usaha selanjutnya untuk menghancurkan noda-noda.

(IV, 94)

Catatan:

46 AA menjelaskan ketenangan pikiran internal (ajjhattam cetosamatha) sebagai konsentrasi penyerapan mental yang penuh (yaitu jhana), dan kebijaksanaan pandangan terang yang lebih tinggi tentang hal-hal (adhipaññadhammavipassana) sebagai pengetahuan pandangan terang yang memahami bentukan-bentukan (sankharapariggahaka-vipassanañana). Yang terakhir ini disebut "kebijaksanaan yang lebih tinggi" dan merupakan pandangan terang dalam "hal-hal" yang dibentuk oleh lima kelompok khanda.

47 "Bentukan-bentukan" (sankhara) merupakan fenomena terkondisi dari lima kelompok khanda: bentuk badan jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan berniat dan kesadaran.


83. Jalan Menuju Tingkat Arahat

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika YM Ananda berdiam di Kosambi di Vihara Ghosita. Di sana YM Ananda menyapa para bhikkhu demikian:
"Para sahabat!"
"Ya, sahabat," jawab para bhikkhu. Kemudian YM Ananda berkata:
"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semua melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini. Apakah yang empat itu?

"Di sini, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan.65 Ketika dia telah mengembangkan pandangan terang yang didahului ketenangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.66

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang.67 Sementara dia mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan berpasangan.68 Sementara dia mengembangkan ketenangan dan pandangan terang yang digabungkan secara berpasangan itu, Sang Jalan pun muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Atau juga, para sahabat, pikiran seorang bhikkhu dicengkeram oleh kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi.69 Tetapi ada saat ketika pikirannya secara internal menjadi mantap, tenang, terpusat, dan terkonsentrasi; kemudian Sang Jalan itu muncul di dalam dirinya. Sekarang dia mengejar, mengembangkan dan mengolah jalan itu. Sementara dia melakukannya, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari pun lenyap.

"Para sahabat, siapa pun bhikkhu atau bhikkhuni yang menyatakan di hadapanku bahwa mereka telah mencapai pengetahuan akhir tingkat Arahat, semuanya melakukannya dengan salah satu dari empat cara ini."
(IV, 170)

Catatan:

65 Samatha-pubbangamam vipassanam. Ini mengacu pada meditator yang menggunakan ketenangan sebagai sarana prakteknya (samatha-yanika), yaitu orang yang pertama-tama mengembangkan konsentrasi akses, jhana-jhana atau pencapaian tanpa-bentuk dan kemudian mengambil meditasi pandangan terang (vipassana).

66 "Sang Jalan" (magga) adalah jalan supra-duniawi pertama, jalan pemasuk-arus. Untuk "mengembangkan jalan itu", menurut AA, berarti berpraktek untuk pencapaian tiga jalan yang lebih tinggi. Mengenai sepuluh kekotoran batin, lihat Bab III, no. 65-67; tentang tujuh kecenderungan mendasar, lihat Bab I, no. 25.

67 Vipassana-pubbangamam samatham. AA: "Ini mengacu pada orang yang lewat kecenderungan alaminya terlebih dahulu mencapai pandangan terang, dan kemudian, berdasarkan atas pandangan terang, menghasilkan konsentrasi (samadhi)." AT: "Ini adalah orang yang menggunakan pandangan terang sebagai sarana (vipassana-yanika)."

68 Samatha-vipassanam yuganaddham. Di dalam praktek jenis ini, orang memasuki jhana pertama. Kemudian, setelah keluar dari situ, dia menerapkan pandangan terang pada pengalaman itu; yaitu orang melihat bahwa lima kelompok kehidupan di dalam jhana (bentuk, perasaan, persepsi, dll.) itu bersifat tidak kekal, terkena penderitaan dan tanpa-diri. Kemudian dia memasuki jhana kedua dan merenungkannya dengan pandangan terang; dan menerapkan prosedur pasangan seperti itu pada jhana-jhana lain juga, sampai dia dapat merealisasikan jalan pemasuk-arus dll.

69 Dhammuddhacca-viggahitam manasam hoti. Menurut AA, "kegelisahan" (uddhaca) yang dimaksudkan di sini adalah reaksi terhadap munculnya sepuluh "korupsi pandangan terang" (vipassanupakkilesa) ketika mereka secara salah dianggap merupakan indikasi pencapaian-Sang-Jalan. Istilah dhammavitakka, "pemikiran-pemikiran tentang keadaan-keadaan yang lebih tinggi" (lihat Teks 41 dan Bab III no. 70) diambil untuk mengacu pada sepuluh korupsi yang sama itu. Tetapi, ada kemungkinan bahwa "kegelisahan yang disebabkan oleh keadaan-keadaan pikiran yang lebih tinggi" itu adalah tekanan mental yang disebabkan karena keinginan untuk merealisasikan Dhamma, suatu keadaan kecemasan spiritual yang kadang-kadang dapat mempercepat pengalaman pencerahan instan. Sebagai contoh, lihat kisah tentang Bahiya Daruciriya di Ud I, 10.

Sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=739

Kemudian perhatikan jawaban Ajahn Chah tentang pertanyaan tentang Samatha dan Vipassana:
TANYA :
Anda katakan Samatha (konsentrasi) dan Vipassana (wawasan-kebijaksanaan) adalah sama. Dapatkah Anda terangkan lebih lanjut?
JAWAB :
Ini sederhana. Konsentrasi (samatha) dan Wawasan-kebijaksanaan (vipassana) bekerja bersama-sama. Mula-mula pikiran menjadi hening dengan memusatkan diri pada satu obyek meditasi. Pikiran bisa diam jika Anda duduk dengan mata terpejam. Inilah samatha dan akhirnya dasar yang diperoleh (dari samatha) ini adalah kondisi bagi timbulnya wisdom, kebijaksanaan dan vipassana. Pikiran demikian hening, apakah Anda duduk dengan mata terpejam atau ketika Anda berkeliling dengan bus kota. Seperti inilah ia. Dulu Anda seorang anak kecil. Kini Anda seorang dewasa. Apakah anak kecil dan orang dewasa adalah orang yang sama? Anda bisa katakan ia sama, namun bila dilihat dari sisi yang berbeda, Anda juga bisa katakan ia berbeda. Demikian juga, samatha dan vipassana dapat dilihat secara berbeda. Sama juga halnya makanan dengan tahi. Makanan dan tahi bisa dikatakan sama dan mereka juga bisa dikatakan berbeda. Jangan hanya percaya dengan apa yang saya ucapkan, praktekkanlah dan lihatlah ke dalam dirimu sendiri. Tidak diperlukan hal-hal yang spesial. Jika Anda periksa bagaimana konsentrasi dan kebijaksanaan muncul, Anda akan tahu kebenaran (truth) bagi diri Anda sendiri. Dewasa ini banyak orang melekat pada kata-kata. Mereka menyebut latihan mereka vipassana. Samatha kelihatannya dikesampingkan. Atau mereka menyebutnya latihan samatha. Adalah penting latihan samatha sebelum vipassana, itulah yang mereka katakan. Semua ini tolol, lucu. Jangan rancu dengan berpikir demikian. Sederhananya, latihanlah yang sungguh-sungguh maka Anda akan me- lihatnya sendiri.

Pada thread yang lain ada diungkapkan bagaimana sikap toleransi Ajahn Chah dengan teknik meditasi yang berbeda yang dijalankan oleh muridnya tanpa menyatakan bahwa teknik beliaulah yang paling benar, inilah sedikit penjelasan dari beliau tentang hal tersebut, yang pada dasarnya tidak luput dari apa yang tercatat di dalam Tipitaka yang telah dikutip di atas.
TANYA :
Apa komentar guru mengenai praktek meditasi yang lain? Dewasa ini kelihatannya banyak sekali guru meditasi dan juga sistem meditasi yang berbeda-beda, yang mana hal ini bisa membingungkan.
JAWAB :
Seperti halnya masuk ke sebuah kota. Seseorang dapat mengambil jalan dari arah utara, tenggara, dari banyak jalan menuju kota. Sering sistem-sistem meditasi ini kelihatannya berbeda secara permukaan. Apakah Anda berjalan di jalan ini atau itu, cepat atau lambat, jika Anda penuh perhatian-sadar, maka semua adalah sama. Satu point yang sangat esensial, dimana semua cara berprak- tek yang benar, akhirnya pasti kembali pada `Jangan melekat!'. Di akhir jalan, semua sistem meditasi hanyalah dibiarkan berlalu, dilepas. Tidak ada seorang pun yang melekat pada gurunya. Bila sebuah sistem menuntun pada pelepasan untuk tidak melekat (berpegang teguh) pada apapun, maka itu adalah praktek yang benar.
Anda boleh saja pergi berkeliling, mengunjungi guru yang bermacam-macam dan mencoba sistem lainnya. Beberapa dari Anda bahkan sudah melakukannya. Ini adalah keinginan yang alami saja. Akan Anda dapati bahwa semua pertanyaan yang diajukan dan bahkan pengetahuan dari beraneka sistem tersebut tidak akan menuntun Anda pada kebenaran. Akhirnya Anda akan bosan dan capek sendirinya. Anda dapati hanya dengan berhenti dan memeriksa pikiranmulah, Anda dapat men- emukan apa yang disabdakan oleh Buddha. Tidak perlu pergi mencarinya diluar dari diri anda. Pada akhirnya Anda harus kembali kepada wajah sejatimu sendiri. Disiilah dimana Dhamma dapat dipahami.
 
Sumber : http://www.samaggiphala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1017&multi=T&hal=0
(Ada baiknya anda membaca secara utuh naskah diatas tentang Samadhi-Bhavana, sebagaimana gaya bicara Ajahn Chah yang khas dengan bahasa umum dan ilustrasi sederhana menjadikannya yang lebih nyaman untuk disimak.)

Referensi:
Petikan Anguttara Nikaya, terjemahan dari bahasa Pali oleh: Nyanaponika Thera dan Bhikku Bodhi, terjemahan dari bahasa Inggris oleh: Dra. Wena Cintiawati dan Dra. Lanny Anggawati, Terbitan Wisma Sambodhi, Klaten. http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka_dtl.php?cont_id=739
yaa... gitu deh

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1118 on: 16 December 2008, 02:21:56 PM »
sebenarnya selain konsentrasi (jhana) dan perhatian (sati), diperlukan juga pandangan benar.

terimas kasih pak sume ;D ... bentul .. pandangan benar itu ga boleh lupa, tp sebaiknya pandangan benar itu uda dari sebelum2 nya di ketaui, dan memompa semangat utk menjalankan meditasi sehingga mencapai pandangan benar yg lebih dalam lagi ....

jadi ke 3 hal tersebut memang seperti 1 paket aja.
dari penjelasan2 ini harusnya uda jelas semua pertanyaan2 sebelumnya, dan bisa masing2 memulai step by step (ooo bebeeee ;D :hammer:)

jika sila dan samadhi dijalankan akan menghasilkan panna
dengan adanya panna, maka akan dapat menjalankan sila dgn lebih benar dan juga bisa bersamadhi dgn lebih benar

seperti bola salju yg semakin lama semakin besar...... demikianlah kombinasi sila, samadhi dan panna bekerja.....

namun demikian juga dalam kondisi akusala
Karena kurangnya panna, membuat org hanya menjalankan sila atau samadhi saja, atau bahkan tidak menjalankan sama sekali
karena kurang atau tidak menjalankan sila dan samadhi, membuat panna-nya semakin menurun...

semoga penjelasan ini bisa membantu.........

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1119 on: 16 December 2008, 02:54:29 PM »
Memang tidak...
Jhana itu diperoleh melalui Samatha Bhavana... Samatha bhavana adalah meditasi untuk ketenangan bathin. Untuk melatih konsentrasi.. Dan untuk memperoleh Jhana. Btw, gak semua orang bsia mencapai jhana juga...

Untuk memperoleh pandangan terang, kebijaksanaan dan mencapai tingkat kesucian; Sotapanna, Sakadagami, Anagami hingga Arahat; maka harus melalui Vipassana Bhavana.

Makanya, ada pernyataan dari beberapa guru meditasi yang mengatakan bahwa Jhana (samatha) tidak penting karena tidak membawa pembebasan.


Note: Orang yang telah mencapi Jhana masih bisa kehilangan jhana itu bila tidak latihan lagi. Sementara orang yang mencapai kesucian tertentu, misal Sotapanna/sotapati, maka tiak akan turun lagi bahkan setelah bertumimbal lahir.


Senada dgn bro medho, bahwa jhana memang tidak diperlukan utk mencapai kesucian, namun bukan berarti menisbikan Samatha yah.

Pada awal meditasi, samatha diperlukan utk mengumpulkan konsentrasi yg cukup, namun selanjutnya terserah si meditator mau lanjut ke jhana, atau beralih ke vipassana.

Pada saat seorang Arahat akan meninggal, maka cuti cittanya terdiri dari :
1. kamajavanasamantara : musnahnya kama javana, ini jenis nibbana yg biasanya
2. jhana-samanantara : cuti dalam kondisi jhana
3. paccavekkhana-samanantara : cuti dalam kondisi merenungkan jhana
4. abhinna-samanantara : cuti dalam kondisi citta dalam abhinna
5. jivitasamasisi : cuti dalam merenungkan magga, phala, nibbana dan kilesa2 yg sudah dilenyapkan

disini bisa dilihat bhw pada no 1 dan 5, tidak perlu jhana

tapi untuk no 2 - 4, perlu jhana.....cmiiw

mohon koreksi jika ada salah dalam istilah bahasa pali......

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1120 on: 17 December 2008, 11:33:08 AM »
Senada dgn bro medho, bahwa jhana memang tidak diperlukan utk mencapai kesucian, namun bukan berarti menisbikan Samatha yah.

Pada awal meditasi, samatha diperlukan utk mengumpulkan konsentrasi yg cukup, namun selanjutnya terserah si meditator mau lanjut ke jhana, atau beralih ke vipassana.

Pada saat seorang Arahat akan meninggal, maka cuti cittanya terdiri dari :
1. kamajavanasamantaramaranasanna : musnahnya kama javana (cuti citta yg timbul dari javana yang menjadi mahakiriya), ini jenis Pari-nibbana yg biasanya
2. jhana-samanantara : cuti dalam kondisi jhana
3. paccavekkhana-samanantara : cuti dalam kondisi merenungkan jhana
4. abhinna-samanantara : cuti dalam kondisi citta dalam abhinna
5. jivitasamasisi : cuti dalam merenungkan magga, phala, nibbana dan kilesa2 yg sudah dilenyapkan

disini bisa dilihat bhw pada no 1 dan 5, tidak perlu jhana

tapi untuk no 2 - 4, perlu jhana.....cmiiw

mohon koreksi jika ada salah dalam istilah bahasa pali......

_/\_ :lotus:
« Last Edit: 17 December 2008, 11:35:06 AM by Lily W »
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1121 on: 17 December 2008, 01:06:39 PM »
anumodana utk koreksinya ci lily.......

baru saja saya mo koreksi juga

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1122 on: 17 December 2008, 06:20:22 PM »
hmm kalo menurut aye justru jhana itu wajib utk arahant.

kalau merujuk ke sutta sih perlu.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1123 on: 18 December 2008, 01:59:12 AM »
[at] Allah DC

Sutta yg mengatakan jhana perlu utk pencapaian arhat boleh tau Suhu? Minta linknya :P

Kalo misalnya di JMB8, samma-samadhi itu ngga berarti appana samadhi (jhana) kan? :)

mohon pencerahannya ^:)^

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

Offline anggara

  • Teman
  • **
  • Posts: 51
  • Reputasi: 6
Re: Ngapain Jadi Buddhist? Q & A untuk Pemula
« Reply #1124 on: 18 December 2008, 02:11:50 AM »
 [at] xuvie,

on behalf of suhu
sebagian besar Sutta2 dalam Digha Nikaya menyebutkan demikian, misalnya dalam DN2 Samanaphala Sutta

 

anything