//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 584150 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #780 on: 11 August 2011, 11:06:03 AM »
jadi, apakah orang yg sedang menyelam di kolam renang tidak praktik?

kalau nyelam pakai oksigen = praktik....  =))
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #781 on: 11 August 2011, 11:25:51 AM »
Saat mendengar kata "praktik", maka teori yang paling menonjol muncul pada pikiran saya adalah tentang usaha benar yaitu memunculkan hal-hal bermanfaat yang belum muncul, dan mempertahankan yang telah muncul. Dan sebaliknya yaitu menghindari munculnya hal-hal tidak bermanfaat yang belum muncul, dan memadamkan yang telah muncul.
Ya, menurut saya juga begitu. Hanya saja, ini dituangkan dalam seluruh kehidupan kita, bukan hanya salah satu aspek.

Quote
Kemarin saya baca di Samyutta Nikaya, kalau tidak salah tentang gagang kapak yang aus? Maaf kalau salah, saya lupa-lupa ingat. Intinya dikatakan bahwa sehari-harinya kita tidak tahu seberapa banyak yang aus. Tapi suatu saat ketika kapak itu menjadi benar-benar aus (tidak dapat digunakan lagi), barulah kita mengetahuinya. Sama halnya seperti tali kapal yang sehari-harinya terendam air laut dan terjemur matahari. Sehari-harinya tidak terlihat ausnya, tapi suatu saat karena telah rapuh akhirnya dia terputus, maka saat itulah baru muncul pengetahuan tentang ausnya tali. Ini seperti berusaha dan tidak melihat hasil yang nyata sehari-harinya, tapi saat terlepasnya suatu noda atau mencapai suatu tahap pencerahan, barulah kita sadari?
Ya, kita berlatih juga belum tentu bisa menyadari manfaatnya secara langsung, tapi suatu saat, melewati satu fase tertentu, hal tersebut terlihat nyata dan kita ketahui. Karena itulah dalam berlatih kita tidak usah terlalu menimbang-nimbang 'maju-mundur', 'berapa banyak yang sudah dilakukan', karena nantinya hanya akan timbul keraguan. Yang terbaik adalah kita memiliki pengertian benar dalam berlatih dan lakukan saja yang terbaik secara terus-menerus.



Quote
Tentang masalah saya, mungkin kalau disingkat, jadinya begini:
Ketika menghadapi masalah, maka secara logika, saya bisa menemukan penyebabnya. Tapi untuk mengatasinya, saya merasa bergelimang kilesa. Seperti ada suatu keyakinan dalam diri saya tentang "sisi gelap" saya yang tidak bisa diubah. Saya melekat akan gambaran diri masa lalu saya. Dan ada suatu ketidakpercayaan diri untuk mengatasinya. Walaupun saya menyadari ini semua dan secara teori saya tahu tentang "hidup di masa sekarang", tapi tetap saja pikiran saya terseret ke masa lalu. Mungkin ini yang disebut Kebodohan ya?

Bagaimana caranya berada di jalur yang benar dalam praktik?
Betul, memang seperti itu. Kita bisa secara logika melihatnya, namun ada kalanya logika pun tidak cukup. Bukan berarti tidak logis, tapi karena logika adalah terkondisi oleh kita sendiri. Satu contoh yang nyata adalah kemelekatan, kebencian, dan kebodohan bathin, tidak bisa dilogikakan, namun nyata. Misalnya bro Thres sedang menderita karena patah hati, maka kita bisa logikakan bahwa karena kemelekatan, maka timbul rasa sayang, lalu timbul perasaan gini-gitu dst... dst... Tapi coba logikakan kemelekatan itu, darimana datangnya, bagaimana prosesnya. Tidak akan bisa, yang ada hanya pikiran berputar-putar dan 'menipu' kita sendiri. Demikian juga latihan melepasnya, tidak bisa dilogikakan, namun ada.

Seperti tali kapal tadi, kemelekatan itu tidak muncul dengan tiba-tiba, tapi dipupuk. Hanya saja kita tidak menyadarinya sampai 'terlanjur' melekat. Demikian juga latihan melepasnya, tidak bisa instan. Kita tidak akan mengetahuinya sampai pada masanya 'tali putus' dan kita akan menyadarinya.
Jadi bro thres jangan berpandangan bahwa 'sisi gelap' itu tidak bisa berubah. Berpegang pada pandangan benar, jalani saja, dan dalam latihan, jangan melogikakan. Kalau dari pengalaman saya sendiri, seperti itu.


Quote
Wah, ini balik lagi ke diri saya yang saya maksudkan. Kalau saya baca tentang tulisan saya di atas mengenai usaha benar, saya tahu penyebab dari masalah saya, tapi saat saya menemukan kilesa, saya bingung ;D Saya bingung ketika saya menyadari bahwa pikiran saya mengembara dan terjerat begitu jauh, lalu terwujud dalam bentuk pikiran yang gelisah dan "gelap". Saya seringkali terlambat menyadarinya, dan ketika kilesa telah menjadi begitu besar, di saat itulah saya baru menyadarinya dan merasa kewalahan. Apalagi ditambah dengan kemelekatan saya akan "diri" saya di masa lalu, dan ketidakpercayaan diri saya untuk mengatasinya.
Buddha mengatakan:
"Para bhikkhu, saya tidak melihat hal yang demikian mencelakakan sebagaimana pikiran yang tidak jinak, tidak terkuasai, tidak terlindung, dan tidak terkendali, mencelakakan.
Para bhikkhu, saya tidak melihat hal yang demikian tidak membahayakan sebagaimana pikiran jinak, terkuasai, terlindung, terkendali, tidak membahayakan."


Memang demikianlah pikiran kita bisa membawa ke mana-mana. Terlambat menyadari berarti lebih baik daripada 'tidak' menyadari. Berikutnya diusahakan 'tidak terlambat'. Saya pikir esensi dari latihan memang untuk menjadikan diri lebih baik, bukan semata-mata harus mencapai tujuan akhir saja (hilangnya kilesa). Jadi jangan kehilangan semangat, walaupun hanya bermanfaat 0.0001, itu sudah lebih baik daripada tidak sama sekali, atau bahkan merosot.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #782 on: 11 August 2011, 11:35:02 AM »
Kalo saya memcoba menyadari perasaan, persepsi, bentuk2 pikiran, dll. Tetapi ketika disadari, yang terjadi hal-hal tersebut semakin lama semakin tidak terkontrol  :|. Apakah yang saya alami ini juga adalah sebuah keterlambatan menyadari ?

Apakah ketika hal-hal tersebut semakin besar, sebaiknya kita alihkan perhatian ke suatu objek misal, kembung kempis perut ?
Tidak terkendalinya bagaimana maksudnya?

Kalau menurut saya, kadang terjadi dalam satipatthana, kita tidak menyadari objek, tapi teralihkan oleh pikiran yang berhubungan dengan objek. Jadi misalnya kita sedang mengamati perasaan, lalu ingatan yang berkenaan dengan perasaan ini ikut timbul bahkan mengambil alih perhatian kita, akhirnya ke mana-mana. Saya pikir ini memang hambatan umum bagi orang yang berlatih.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #783 on: 11 August 2011, 11:42:11 AM »
kalau nyelam pakai oksigen = praktik....  =))
Kalau lagi jhana IV ke atas, tidak praktik donk?! ;D

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #784 on: 11 August 2011, 11:47:37 AM »
Tidak terkendalinya bagaimana maksudnya?

Kalau menurut saya, kadang terjadi dalam satipatthana, kita tidak menyadari objek, tapi teralihkan oleh pikiran yang berhubungan dengan objek. Jadi misalnya kita sedang mengamati perasaan, lalu ingatan yang berkenaan dengan perasaan ini ikut timbul bahkan mengambil alih perhatian kita, akhirnya ke mana-mana. Saya pikir ini memang hambatan umum bagi orang yang berlatih.

Mungkin seperti itu, begitu diamati muncul ingatan, spekulasi, persepsi, dll. Saya pikir proses kemunculan hal-hal tersebut yang memang belum mampu untuk saya amati prosesnya...

Offline thres

  • Teman
  • **
  • Posts: 62
  • Reputasi: 4
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #785 on: 11 August 2011, 11:53:54 AM »
Thanks bro Kainyn karena mengerti saya. Dan ketika membaca tulisan yang dimiringkan (yang kata-kata Sang Buddha) itu, saya sedikit terharu :|

Kadang saya berpikir, kalau serius di dalam Buddha-Dhamma, kita senantiasa berusaha untuk berpandangan benar. Dan saat berpandangan benar, maka kita tidak mungkin menjadi pribadi yang "cengeng".

Maksud saya, ketika kita mulai melogikakan usaha kita dan merasa tidak berdaya atau tidak mampu, maka setelah menyadarinya, kita lalu dengan terus-terang mengakui kecenderungan yang belum diatasi itu, lalu mulai belajar lagi untuk momen selanjutnya.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #786 on: 11 August 2011, 12:00:07 PM »
Thanks bro Kainyn karena mengerti saya. Dan ketika membaca tulisan yang dimiringkan (yang kata-kata Sang Buddha) itu, saya sedikit terharu :|

Kadang saya berpikir, kalau serius di dalam Buddha-Dhamma, kita senantiasa berusaha untuk berpandangan benar. Dan saat berpandangan benar, maka kita tidak mungkin menjadi pribadi yang "cengeng".

Maksud saya, ketika kita mulai melogikakan usaha kita dan merasa tidak berdaya atau tidak mampu, maka setelah menyadarinya, kita lalu dengan terus-terang mengakui kecenderungan yang belum diatasi itu, lalu mulai belajar lagi untuk momen selanjutnya.
Betul, memang kadang yang bikin berat adalah kita berusaha tapi belum mencapai tujuan sehingga sepertinya sia-sia dan kita menyerah. Padahal sebetulnya kita sudah benar meng-aus-kan talinya, hanya belum putus saja.

Berlatih memang dimulai dengan mengakui keterbatasan diri dan berusaha menyadari kelebihan diri, sehingga kita tahu apa yang harus dikikis, dan apa yang harus dikembangkan.

Offline mettama

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 39
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #787 on: 11 August 2011, 12:53:07 PM »
 _/\_ Ada pertanyaan Bro Kainyn...

Mula-mula untuk jadi pengikut agama Budha adalah paham akan Lima Sila setelah mengerti dan bisa menjalankannya
dengan baik, kita akan lanjut ke pemahaman tentang empat jalan Mulia yaitu Penderitaan, penyebab Penderitaan, menakhiri Penderitaan dan mencari jalan untuk melenyapkan penderitaan itu sendiri...
Contoh nih  kalau sedih penyebabanya apa sedih, kemudian cara mengakhiri terus cari jalan keluarnya...
Contoh lagi kalau lagi Jatuh Cinta penyebabnya apa dan mengakhiri apa dan cari jalan keluarnya apa?
dan masih banyak lagi penderitaan yang harus dicari penyebabnya mengakhiri dan mencari jalanya untuk pederitaan itu sendiri?
Yang menjadi pertanyaa adalah apakah kalau kita tahu itu semua apakah umat awam pasti damai dengan mengetahui empat jalan mulia tsb?seandainya semua umat awam seperti itu bearti tidak ada amarah ya? dan tidak bisa mencintai orang lagi atau mempunyai ilusi untuk cinta karena ada pepatah bilang Cinta itu sama dengan Ilusi?
 ;D maksudnya semuanya datar2 saja......

Satu lagi   

Teman- teman sedarma bisa tolong bantu gak gimana caranya bisa memahami 8 jalan kebenaran....... soalnya sudah pernah di coba menghapalin tapi gak bisa ingat semuanya apalah memahami?  hehehe sudah pernah dicoba ditulis di dinding atau di tempel di tempat yang bisa di lihat masih juga gak bisa ingat dan hapal.....?  :( ;D... (maklum tidak bisa mengingat yang banyak). Tapi kalau ada yang tahu cara nya termudah untuk mengingat dan memahami bertahu ya dan tolong di share ya...... terimkasih... ^:)^ :))

Offline Wijayananda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 532
  • Reputasi: 69
  • Gender: Male
  • Semua akan berlalu...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #788 on: 11 August 2011, 01:41:32 PM »
;D Masa' sih? Tapi kalau penilaian pribadi saya sekilas, PH bukan orang yang mata duitan. Mencari banyak pengikut mungkin saja, tapi kalau untuk duit, menurut saya tidak.
Setuju dgn om kainyn,sejauh yg saya tahu PH bkn org spt itu..oh iya kbr terakhir PH kemarin dr wall fbnya,beliau turun 7 kg dan terus diare selama 4 bulan,sekarang check up menyeluruh.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #789 on: 11 August 2011, 02:17:41 PM »
_/\_ Ada pertanyaan Bro Kainyn...

Mula-mula untuk jadi pengikut agama Budha adalah paham akan Lima Sila setelah mengerti dan bisa menjalankannya
dengan baik, kita akan lanjut ke pemahaman tentang empat jalan Mulia yaitu Penderitaan, penyebab Penderitaan, menakhiri Penderitaan dan mencari jalan untuk melenyapkan penderitaan itu sendiri...
Contoh nih  kalau sedih penyebabanya apa sedih, kemudian cara mengakhiri terus cari jalan keluarnya...
Penyebab penderitaan dirangkum menjadi tiga: keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin. Jalan keluarnya secara singkat adalah moralitas, konsentrasi, dan kebijaksanaan.


Quote
Contoh lagi kalau lagi Jatuh Cinta penyebabnya apa dan mengakhiri apa dan cari jalan keluarnya apa?
dan masih banyak lagi penderitaan yang harus dicari penyebabnya mengakhiri dan mencari jalanya untuk pederitaan itu sendiri?
Dimulai dengan menerima kenyataan apa adanya, tidak mengharapkan apa yang memang tidak mungkin terjadi. Kembangkan pola pikir melepas keinginan dan jangan memupuk keinginan yang baru.


Quote
Yang menjadi pertanyaa adalah apakah kalau kita tahu itu semua apakah umat awam pasti damai dengan mengetahui empat jalan mulia tsb?
Mengetahui dan mengalami sendiri adalah berbeda. Hampir setiap Umat Buddha tahu Kebenaran Mulia, tapi tidak semua Umat Buddha berbahagia.


Quote
seandainya semua umat awam seperti itu bearti tidak ada amarah ya? dan tidak bisa mencintai orang lagi atau mempunyai ilusi untuk cinta karena ada pepatah bilang Cinta itu sama dengan Ilusi?
 ;D maksudnya semuanya datar2 saja......
Dalam Ajaran Buddha, cinta itu banyak jenisnya. Yang umum adalah metta, yaitu keadaan tanpa kebencian; dan satu lagi adalah piya, yaitu cinta karena kemelekatan. Ketika orang dikuasai cinta kemelekatan, maka ia akan bahagia kalau bersama orang tersebut, dan menderita kalau kehilangan orang tersebut.

Apakah cinta (piya) itu ilusi? Ya, memang cinta adalah permainan pikiran yang tidak mau mengakui kenyataan bahwa itu semua hanyalah kemelekatan, sehingga dikemas dengan bungkus ilusi dan merk yang indah.

Belajar Buddhisme juga bukan untuk membuat orang jadi robot yang datar, tetapi memahami fenomena kehidupan itu sendiri. Apakah cinta itu memiliki hakikat sejati yang indah? Itu hanya kita sendiri yang punya jawaban cocok.


Quote
Satu lagi   

Teman- teman sedarma bisa tolong bantu gak gimana caranya bisa memahami 8 jalan kebenaran....... soalnya sudah pernah di coba menghapalin tapi gak bisa ingat semuanya apalah memahami?  hehehe sudah pernah dicoba ditulis di dinding atau di tempel di tempat yang bisa di lihat masih juga gak bisa ingat dan hapal.....?  :( ;D... (maklum tidak bisa mengingat yang banyak). Tapi kalau ada yang tahu cara nya termudah untuk mengingat dan memahami bertahu ya dan tolong di share ya...... terimkasih... ^:)^ :))
Tidak perlu dipaksakan hafal kalau tidak bisa. Mulailah dengan memiliki pandangan benar, maka otomatis akan mengubah pola pikir kita tentang hidup. Dari pola pikir tersebut akan berpengaruh pada seluruh sisi kehidupan kita.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #790 on: 11 August 2011, 02:20:54 PM »
Setuju dgn om kainyn,sejauh yg saya tahu PH bkn org spt itu..oh iya kbr terakhir PH kemarin dr wall fbnya,beliau turun 7 kg dan terus diare selama 4 bulan,sekarang check up menyeluruh.
Kita memang tidak pernah kenal seseorang kecuali mungkin telah bersama-sama dalam waktu lama. Tapi semoga saja memang bukan.

Semoga kamma baik Pak Hud mengondisikannya untuk cepat sembuh.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #791 on: 11 August 2011, 03:57:19 PM »
Kalo saya memcoba menyadari perasaan, persepsi, bentuk2 pikiran, dll. Tetapi ketika disadari, yang terjadi hal-hal tersebut semakin lama semakin tidak terkontrol  :|. Apakah yang saya alami ini juga adalah sebuah keterlambatan menyadari ?

Apakah ketika hal-hal tersebut semakin besar, sebaiknya kita alihkan perhatian ke suatu objek misal, kembung kempis perut ?

Mungkin seperti itu, begitu diamati muncul ingatan, spekulasi, persepsi, dll. Saya pikir proses kemunculan hal-hal tersebut yang memang belum mampu untuk saya amati prosesnya...

Ini sedikit pengalaman saya. 70 persen saya meditasi sambil ngantuk. Tapi kadang ada jugalah sedikit pencerahan (kalau tidak sedang ngantuk atau gelisah). Tolong dikoreksi kalau ada yang salah.

Pertama-tama, saya ambil nafas sebagai perhatian utama.

Saat perhatian lebih kuat, bisa juga saya menyadari "adegan mundur". Misalnya: kenapa saya ingat Pak Amir? oh, karena saya teringat kalo Pak Amir jual kipas angin. Kenapa saya teringat kipas angin? oh karena tadi saya merasakan angin kuat menerpa wajah saya saat meditasi, dan terbayang sebuah kipas angin.

Biasanya saat disadari bahwa "ada ingatan muncul", maka ingatan atau objek-objek pikiran itu justru berhenti. Dan terserah kita, mau dilanjutkan atau tidak. Lalu apakah perenungan mau dilanjutkan ke jasmani (misalnya memperhatikan napas lagi), atau mau ke perenungan objek-objek pikiran (dhammanupassana). Dhammanupassana di sini adalah menyelidiki pengalaman tadi (misalnya pengaruh suatu sensasi pada pikiran dan bagaimana ingatan muncul darinya). Kalau tidak ada yang menarik, kembali lagi ke nafas.

Lama-kelamaan, ini menjadi semacam "permainan" yang menarik.
___________________

Kalau yang muncul adalah ingatan yang cukup mengundang perasaan yang kuat, memang berlangsung cepat dan kalau tidak disadari, lama-kelamaan jadi besar.

Kalau cepat disadari (emosi belum besar), mungkin ada kecenderungan untuk "mengijinkan" diri mengingatnya. Sebelum itu terjadi, coba renungkan dulu apakah bermanfaat atau tidak. Kalau dirasa akan bermanfaat, coba diingat sambil usahakan tetap pegang pandangan benar.

Tapi kalau emosi sudah besar (misalnya marah), coba perhatikan kemarahan itu. Bukan perhatikan objek atau orang yang menyebabkan kita marah. Perhatikan sensasi kemarahan itu, rasanya pada tubuh kita. Perhatikan terus. Kalau pikiran lebih jernih, coba lanjut ke Dhammanupassana seperti di atas atau kalau tidak ada yang menarik, kembali ke nafas.
« Last Edit: 11 August 2011, 03:59:11 PM by Mayvise »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #792 on: 11 August 2011, 04:08:11 PM »
Ini sedikit pengalaman saya. 70 persen saya meditasi sambil ngantuk. Tapi kadang ada jugalah sedikit pencerahan (kalau tidak sedang ngantuk atau gelisah). Tolong dikoreksi kalau ada yang salah.

Pertama-tama, saya ambil nafas sebagai perhatian utama.

Saat perhatian lebih kuat, bisa juga saya menyadari "adegan mundur". Misalnya: kenapa saya ingat Pak Amir? oh, karena saya teringat kalo Pak Amir jual kipas angin. Kenapa saya teringat kipas angin? oh karena tadi saya merasakan angin kuat menerpa wajah saya saat meditasi, dan terbayang sebuah kipas angin.

Biasanya saat disadari bahwa "ada ingatan muncul", maka ingatan atau objek-objek pikiran itu justru berhenti. Dan terserah kita, mau dilanjutkan atau tidak. Lalu apakah perenungan mau dilanjutkan ke jasmani (misalnya memperhatikan napas lagi), atau mau ke perenungan objek-objek pikiran (dhammanupassana). Dhammanupassana di sini adalah menyelidiki pengalaman tadi (misalnya pengaruh suatu sensasi pada pikiran dan bagaimana ingatan muncul darinya). Kalau tidak ada yang menarik, kembali lagi ke nafas.

Lama-kelamaan, ini menjadi semacam "permainan" yang menarik.
___________________

Kalau yang muncul adalah ingatan yang cukup mengundang perasaan yang kuat, memang berlangsung cepat dan kalau tidak disadari, lama-kelamaan jadi besar.

Kalau cepat disadari (emosi belum besar), mungkin ada kecenderungan untuk "mengijinkan" diri mengingatnya. Sebelum itu terjadi, coba renungkan dulu apakah bermanfaat atau tidak. Kalau dirasa akan bermanfaat, coba diingat sambil usahakan tetap pegang pandangan benar.

Tapi kalau emosi sudah besar (misalnya marah), coba perhatikan kemarahan itu. Bukan perhatikan objek atau orang yang menyebabkan kita marah. Perhatikan sensasi kemarahan itu, rasanya pada tubuh kita. Perhatikan terus. Kalau pikiran lebih jernih, coba lanjut ke Dhammanupassana seperti di atas atau kalau tidak ada yang menarik, kembali ke nafas.

tapi saya lebih curiga ada sesuatu antara anda dengan pak amir

Offline Wijayananda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 532
  • Reputasi: 69
  • Gender: Male
  • Semua akan berlalu...
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #793 on: 11 August 2011, 04:23:22 PM »
tapi saya lebih curiga ada sesuatu antara anda dengan pak amir
Hmmh tercium aroma balas dendam ne..hehehe

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #794 on: 11 August 2011, 04:34:40 PM »
tapi saya lebih curiga ada sesuatu antara anda dengan pak amir

Hmmh tercium aroma balas dendam ne..hehehe

Saya kelewatan "sesuatu" ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

 

anything