//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Puisi Han-shan (Gunung Dingin) dari Dinasti Tang  (Read 4322 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Puisi Han-shan (Gunung Dingin) dari Dinasti Tang
« on: 24 March 2009, 10:51:40 AM »
Ramalan menunjukkan tempatku di antara perbukitan ini
di mana jalur kabur memotong jejak pria dan wanita
apa yang di luar pekarangan
awan putih menyelimuti cadas tersembunyi
hidup di sini setelah beberapa tahun lamanya
terus menerus saya menyaksikan musim semi dan musim dingin berganti
sebarkan kata-kata ini pada keluarga-keluarga dengan lonceng dan kuali
ketenaran kosong tak ada nilainya.

Setiap orang yang membaca puisiku
harus melindungi kemurnian hatinya hati mereka
buang hasrat obsesif-mu, lanjutkan kesederhanaan sehari-harimu
taklukan yang jahat dan yang licik, sehingga kau menjadi lulus [jujur]
buang dan and hilangkan karma burukmu
pulang ke rumah dan ikuti sifat sejatimu
saat itu kau akan mendapatkan tubuh-Buddha
secepat larinya Lu-ling

Mencari tempat untuk mengasingkan diri
Gunung Dingin akan melakukannya
angin sepoi di antara cemara yang lebat
semakin dekat kau mendengar semakin baik suaranya
di bawahnya seorang laki-laki yang memutih rambutnya
berkomat komit membaca naskah Taois
telah berada di sini sepuluh tahun tak bisa kembali
sepenuhnya lupa jalan yang ditempuhnya kemari
Hatiku seperti bulan di musim gugur
terang sempurna di dalam kolam hijau nan dalam
tak ada yang bisa dibandingkan dengannya
engkau katakanlah padaku, bagaimana hal ini bisa dijelaskan

Ingin pergi ke tebing timur
berangkat sekarang setelah beberapa tahun
kemarin saya menggunakan sulur untuk menarik diriku ke atas
tapi di tengah jalan, angin dan kabut membuatnya jadi sulit
jalan sempit menjepit jubahku
lumutnya begitu licin, saya tak bisa melanjutkan
jadi saya berhenti tepat di sini, di bawah pohon kayu manis ini
menggunakan awan sebagai bantal dan terlelap tidur

Duduk sendirian dalam damai di hadapan tebing ini
bulan purnama adalah suar langit
sepuluh ribu hal adalah refleksi belaka
bulan hakikatnya tidak bercahaya
terbuka lebar, jiwa pada dirinya adalah murni
pegang teguh pada kekosongan sadarilah misteri halus-nya
lihat pada bulan seperti ini
bulan ini yaitu adalah sumbu hati
Saya suka rumahku tersembunyi dengan rapi
sebuah tempat tinggal yang terpisah dari kesibukan dan debu dunia
menginjak rumput membuat tiga jalan setapak
melihat ke atas pada awan membuat tetangga di keempat penjuru
ada burung yang menolong dengan suara nyanyian
tapi tidak ada seorangpun bertanya tentang kata-kata Dharma
hari ini di antara pohon-pohon kering ini
berapa tahun untuk membuat semusim semi

Orang bertanya jalan menuju Gunung Dingin
jalan ke Gunung Dingin tidak dilalui
di musim panas esnya maih belum leleh
sinar matahari remang-remang di luar kabut
meniruku bagaimana kamu bisa mencapai sini
jika hatimu mirip dengan milikku
engkau kembali ke yang paling pusat

Saya tinggal di bawah sebuah tebing hijau
rumput liar yang tidak kusiangi tumbuh di pekarangan
sulur baru bergantungan, semuanya saling bergulungan
cadas tua tumbuh tegak dalam lereng terjal
monyet-monyet memetik buah di gunung
bangau menangkap ikan di kolam
dengan satu atau dua buku [karya] para dewa
di bawah pohon saya berkomat-kamit membaca dengan keras
Saat tahun ini berlalu ia, digantikan setahun penuh kekhawatiran
namun ketika musim semi tiba warna benda-benda menjadi segar dan baru
para bunga gunung tertawa dalam air hijau
pohon tebing menari dalam kabut biru kehijauan
lebah dan kupu-kupu menunjukkan kebahagiaannya
para burung dan ikan bahkan lebih menawan hati
hasratku akan seorang teman berkelana masih belum terpuaskan
Saya berjuang setiap malam namun tidak bisa tidur

Tulisanmu begitu bagus
tubuhmu besar dan kuat
namun kelahiran membekalimu dengan tubuh yang terbatas
dan kematian menjadikanmu hantu tak bernama
sudah demikian sejak masa kuno
niat baik apa yang muncul dari perjuanganmu saat ini
jika kau bisa kemari ke sini di antara awan putih
saya akan mengajarkanmu lagu jamur ungu

Jika engkau selalu diam dan tak berkata apapun
kisah apa yang harus diceritakan oleh generasi lmuda
jika engkau menyembunyikan dirimu sendiri dari hutan lebat
bagaimana cahaya kebijaksanaanmu bersinar menembusnya
sekarung tulang belulang bukan sebuah wadah yang kokoh
angin dan embun beku dengan segera melaksanakan tugasnya
membajak sebuah ladang batu dengan kerbau lempung
dan masa panen tak akan pernah tiba
Pada anak sungai hijau, air sumbernya adalah jernih
di Gunung Dingin lingkaran sinar bulan berwarna putih
sunyikan pemahamanmu dan jiwa ada dirinya adalah tercerahkan
lihat segala sesuatu sebagai Kekosongan dan dunia ini bahkan lebih tenang

Sekarang tempat peristirahatanku di kedalaman hutan
namun saya dilahirkan sebagai seorang petani
tumbuh dewasa dengan sederhana dan jujur
berbicara jelas tanpa rayuan
yang membesarkanku bukanlah belajar demi lencana giok jabatan
namun keyakinan kebajikan seorang manusia akan kemudian memperoleh mutiara
bagaimana kita bisa menjadi seperti keindahan mengapung itu
angsa liar ditiup angin di atas ombak sejauh mata memandang

Awan dan gunung semuanya menyatu bersama di puncak langit biru
jalan kasar dan hutan lebat tanpa pelancong
nun jauh bulan kesepian, putih terang berkilau-kilau
dari dekat sekawanan burung bersedu sedan layaknya anak kecil
seorang laki-laki tua duduk sendirian bertenggeran di pegunungan hijau ini
sebuah gubuk kecil pengasingan hidup membiarkan rambutku tumbuh putih
puas dengan tahun-tahun berlalu dengan bahagia hari ini
acuh dengan kehidupan ini bak air mengalir ke timur

Di dalam rumahku ada sebuah gua
di dalam gua tidak ada apapun lagi
kekosongan murni benar-benar luar biasa
gemilang dan indah gemerlap bak surya
makanan vegetarian memelihara tubuh tua ini
katun  dan kulit menutupi bentuk ilusif-nya.
biarkan seribu orang suci muncul di hadapanku
aku memiliki Dharmakaya diriku sendiri
Meskipun banyak rintangan saya mengejar sang biarawan agung
pegunungan berkabut sejuta tingkatan tingginya
beliau menunjukkan jalan pulang ke rumah
bulan bundar tunggal lentera langit

Di depan sungai kecil hijau berkilau-kilauan saat mengalir
ke arah tebing terjal sebuah cadas besar dengan tepi bagus untuk duduk
hatiku seperti awan sendirian tanpa sesuatu pun untuk bergantung
jauh sekali dari urusan duniawi
apa yang dibutuhkan di sini mencari untuk apapun

Saat generasi ini melihat Han-shan
mereka semua menyebut saya adalah orang gila
tak berharga untuk tatapan kedua
tubuh ini hanya dibalut oleh katun dan kulit
mereka tak paham apa yang saya katakan
saya tidak berbicara seperti  jenis perbincangan mereka
saya ingin mengatakan bahwa kalian semua hanya bersinggah
kalian bisa bangkit dan menghadapi Gunung Dingin
Aku.  Saya bahagia dengan cara hidup sehari-hari
seperti kabut dan sulur di jurang bercadas ini
keliaran ini begitu bebas dan leluasa
teman lamaku si awan putih melintas dengan malas lagi
ada jalan, namun tidak mencapai dunia
acuh akan siapa yang bisa terganggu oleh pemikiran
di malam hari saya duduk sendirian di atas kasur batu
semenara bulan bundar mendaki wajah Gunung Dingin
Di tengah-tengah seribu awan dan sepuluh ribu sungai kecil
di sini hidup seorang mantan pelajar, daku
setiap hari berkelana di gunung hijau ini
di malam hari pulang ke rumah tidur di bawah tebing
mendadak musim semi dan musim gugur telah berlalu
dan tak ada debu yang menumpuk mengganggu ketenangannya
kebahagiaan demikian yang aku bergantung padanya
di sini setenang air sungai musim gugur
Saya melihat orang melafalkan sutra
yang bergantung pada kata-kata dan kemampuan mereka berbicara
mulut mereka bergerak namun hati mereka tidak
hati dan mulut mereka saling bertentangan
karena hakikat sejati hati adalah tanpa konflik
jadi jangan biarkan semuanya teraduk dalam kata-kata
belajat mengenal diri badaniah-mu
jangan mencari sesuatu sebagai gantinya
dengan demikian engkau menjadi majikan dari mulutmu
mengetahui dengan baik sepenuhnya tiada sisi dalam dan luar

Keterangan Penulis:
Hanshan (寒山, "Si Gunung Dingin") adalah sosok legendaris yang dikaitkan dengan sebuah kumpulan yang berasal dari Jaman Dinasti Tang.Hidup antara Abad Kedelapan hingga kesembilan. Terkenal sebagai tokoh Buddhisme Zen, sekaligus Taois. Ia dianggap sebagai inkarnasi dari Bodhisattva Manjusri.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Puisi Han-shan (Gunung Dingin) dari Dinasti Tang
« Reply #1 on: 24 March 2009, 12:15:37 PM »
Saya terbiasa hidup dalam pengasingan
namun sewaktu-waktu pergi ke Kuoching
mengunjungi Yang Mulia Feng-kan
atau mendatangi Master Shih-Te.
Namun saya kembali ke Tebing Dingin sendirian,
mematuhi kesepakatan tak terucap.
Saya mengikuti sebuah sungai yang tak bermata air
mata airnya kering namun sungainya tidak .
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek