//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Riwayat Agung Para Buddha  (Read 226277 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #105 on: 30 June 2008, 12:52:40 PM »
Q13:  (vii) Tanpa kejujuran seseorang pasti berprasangka miring oleh kemelekatan karena jasa yang dilakukan oleh orang lain, atau oleh ketidaksenangan karena kerugian yang diakibatkan oleh orang lain; karena itu kebenaran tidak berlaku pada situasi demikian. Hanya dengan kejujuran seseorang yang dalam situasi menghadapi kesukaan atau ketidaksukaan dapat terbebas dari prasangka miring yang disebabkan oleh keserakahan, atau oleh kebencian atau kebodohan yang menghalangi kebenaran. [RAPB 1, p. 132]  gak ngerti maksudnya tuh gimana yah ???

Q14:  (iv) Jika suatu saat, karena lupa, seseorang melanggar satu atau dua Sila, kemudian karena merasa malu dan merasa takut, seseorang segera melakukan penebusan dengan cara yang benar, dengan menerima kembali sila setelah membuat pengakuan atau menjalani penebusan kesalahan Parivasa dan manatta untuk menyucikan moralitasnya kembali. (Setelah melakukan pelanggaran, seorang bhikkhu harus menjalani penebusan parivasa dan memenuhi penebusan manatta; seorang umat awam atau sàmanera harus mengambil ulang sila dan mematuhi sila tersebut untuk dapat memperbaiki). [RAPB 1, p. 146]  Mengenai penebusan dengan cara yang benar, kalo udah ada yg pernah saya langgar & harus mengambil sila kembali, caranya gimana? Sama gak menerima Sila dari Bhante dgn membaca Sila sendiri di rumah utk mengulang ambil sila tsb?
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #106 on: 30 June 2008, 04:59:09 PM »
 [at] Indra: saat ini saya baru membaca ampe hal 77... saya hanya mengambil asumsi sementara, apakah meditasi yg Bodhisatta gunakan untuk kesempurnaan adalah samatha bhavana?

_/\_

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #107 on: 30 June 2008, 05:08:05 PM »
Mempergunakan samatha sebagai alat bantu vipassana.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #108 on: 30 June 2008, 07:05:27 PM »
[at] Indra: saat ini saya baru membaca ampe hal 77... saya hanya mengambil asumsi sementara, apakah meditasi yg Bodhisatta gunakan untuk kesempurnaan adalah samatha bhavana?

_/\_

Mr.Wei,

ini akan menjadi diskusi yg menarik.
Saya tidak pernah membaca mengenai hal ini, jadi apa yg saya coba jelaskan berikut ini adalah murni dari analisa pribadi saya.

Penjelasan:
Mengingat bahwa dalam karir Sang Bodhisatta, Beliau pernah beberapa kali bertemu dengan Buddha-Buddha di masa lampau dan bahkan pernah menjadi bhikkhu jadi ada kemungkinan bahwa Beliau juga mempelajari Vipassana dari Buddha-Buddha masa lampau itu.

Tetapi ada kemungkinan bahwa Beliau tidak berlatih Vipassana. Berlatih Vipassana akan mengantarkan seseorang untuk mencapai Kesucian, yaitu Sotapanna hingga Arahat. dan ini agak berbahaya, karena jika Sang Bodhisatta mencapai kesucian maka gagallah cita-citanya untuk menjadi Samma Sambuddha. oleh karena itu, agar Beliau bisa memenuhi Paraminya selama 4 asankheyya dan 100000 kappa itu, Beliau tidak boleh mencapai Kesucian. Dengan kata lain, Beliau tidak bervipassana.

Dari 2 asumsi ini yg mana yg anda pilih Mr. Wei?

 _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #109 on: 30 June 2008, 07:30:01 PM »
Q13:  (vii) Tanpa kejujuran seseorang pasti berprasangka miring oleh kemelekatan karena jasa yang dilakukan oleh orang lain, atau oleh ketidaksenangan karena kerugian yang diakibatkan oleh orang lain; karena itu kebenaran tidak berlaku pada situasi demikian. Hanya dengan kejujuran seseorang yang dalam situasi menghadapi kesukaan atau ketidaksukaan dapat terbebas dari prasangka miring yang disebabkan oleh keserakahan, atau oleh kebencian atau kebodohan yang menghalangi kebenaran. [RAPB 1, p. 132]  gak ngerti maksudnya tuh gimana yah ???

Paragraf ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang bertentangan dengan Kesempurnaan Kejujuran. Prasangka miring yang disebabkan oleh Lobha, Dosa dan Moha adalah 3 faktor yang bertentangan dengan Sacca Parami (Kesempurnaan Kejujuran), jadi untuk memenuhi Kesempurnaan ini seseorang harus menggunakan kejujuran untuk menghadapi prasangka miring oleh lobha, Dosa, Moha itu.


Q14:  (iv) Jika suatu saat, karena lupa, seseorang melanggar satu atau dua Sila, kemudian karena merasa malu dan merasa takut, seseorang segera melakukan penebusan dengan cara yang benar, dengan menerima kembali sila setelah membuat pengakuan atau menjalani penebusan kesalahan Parivasa dan manatta untuk menyucikan moralitasnya kembali. (Setelah melakukan pelanggaran, seorang bhikkhu harus menjalani penebusan parivasa dan memenuhi penebusan manatta; seorang umat awam atau sàmanera harus mengambil ulang sila dan mematuhi sila tersebut untuk dapat memperbaiki). [RAPB 1, p. 146]  Mengenai penebusan dengan cara yang benar, kalo udah ada yg pernah saya langgar & harus mengambil sila kembali, caranya gimana? Sama gak menerima Sila dari Bhante dgn membaca Sila sendiri di rumah utk mengulang ambil sila tsb?


Kalau Yumi bisa menemukan bhikkhu untuk mengambil ulang Sila tersebut tentu lebih baik, tapi kalau tidak ada bhikkhu, boleh saja dibaca sendiri dengan tekad bahwa saya akan melaksanakan Sila ini dengan sungguh-sungguh. sebagai umat awam, Sila itu bukanlah larangan, tetapi janji tekad pada diri sendiri untuk tidak melanggar. Tapi, kalau dari pengalaman saya sih, menerima Sila dari bhikkhu akan menambah semangat untuk lebih berusaha untuk tidak melanggar, kalau ambil sendiri rasanya kurang bertanggung jawab.
Kalau saya, setiap ketemu bhikkhu dan situasi mengijinkan saya punya kebiasaan untuk memohon Tisarana dan Pancasila, tidak peduli apakah saya melanggar atau tidak, sepertinya sih pasti melanggar.


Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #110 on: 30 June 2008, 07:57:48 PM »
[at] Indra: saat ini saya baru membaca ampe hal 77... saya hanya mengambil asumsi sementara, apakah meditasi yg Bodhisatta gunakan untuk kesempurnaan adalah samatha bhavana?

_/\_

Mr.Wei,

ini akan menjadi diskusi yg menarik.
Saya tidak pernah membaca mengenai hal ini, jadi apa yg saya coba jelaskan berikut ini adalah murni dari analisa pribadi saya.

Penjelasan:
Mengingat bahwa dalam karir Sang Bodhisatta, Beliau pernah beberapa kali bertemu dengan Buddha-Buddha di masa lampau dan bahkan pernah menjadi bhikkhu jadi ada kemungkinan bahwa Beliau juga mempelajari Vipassana dari Buddha-Buddha masa lampau itu.

Tetapi ada kemungkinan bahwa Beliau tidak berlatih Vipassana. Berlatih Vipassana akan mengantarkan seseorang untuk mencapai Kesucian, yaitu Sotapanna hingga Arahat. dan ini agak berbahaya, karena jika Sang Bodhisatta mencapai kesucian maka gagallah cita-citanya untuk menjadi Samma Sambuddha. oleh karena itu, agar Beliau bisa memenuhi Paraminya selama 4 asankheyya dan 100000 kappa itu, Beliau tidak boleh mencapai Kesucian. Dengan kata lain, Beliau tidak bervipassana.

Dari 2 asumsi ini yg mana yg anda pilih Mr. Wei?

 _/\_


Menurut saya the last one...
Karena betul, jikalau mencapai Arahat dahulu, maka cita2nya mencapai Samma Sambuddha akan gagal...

Tapi kalau kita lihat dalam konteks mahayana, Bodhisattva seperti Avalokitesvara sebenarnya sudah mencapai parinirvana/kesucian namun karena walas asihnya maka Bodhisattva menundanya dan menjadi Bodhisattva.

Tapi karena ini kita bahas dalam lingkup kanon Pali, maka kasus Avalokitesvara ini tidak bisa disangkutpautkan ;D

Alasan kenapa saya mengatakan bahwa Bodhisatta ber samatha adalah karena Beliau mencapai jhana2 (klo dalam vipassana kayaknya saya tidak pernah mendengar pencapaian jhana 1-2-3).

Kalau ada salah mohon diluruskan _/\_

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #111 on: 01 July 2008, 09:42:48 AM »
Quote
Mengingat bahwa dalam karir Sang Bodhisatta, Beliau pernah beberapa kali bertemu dengan Buddha-Buddha di masa lampau dan bahkan pernah menjadi bhikkhu jadi ada kemungkinan bahwa Beliau juga mempelajari Vipassana dari Buddha-Buddha masa lampau itu.

Tetapi ada kemungkinan bahwa Beliau tidak berlatih Vipassana. Berlatih Vipassana akan mengantarkan seseorang untuk mencapai Kesucian, yaitu Sotapanna hingga Arahat. dan ini agak berbahaya, karena jika Sang Bodhisatta mencapai kesucian maka gagallah cita-citanya untuk menjadi Samma Sambuddha. oleh karena itu, agar Beliau bisa memenuhi Paraminya selama 4 asankheyya dan 100000 kappa itu, Beliau tidak boleh mencapai Kesucian. Dengan kata lain, Beliau tidak bervipassana.

Saya kira meditasi yang dilatih adalah keduanya, samatha bhavana dan vipassana bhavana.
Untuk terjadinya sesuatu, harus ada sebab yang sesuai. Dalam hal ini Bodhisatta memang harus belajar pada Buddha sebelumnya, dan meditasi yang dilakukan mungkin saja Vipassana, tetapi karena sebab timbulnya pengetahuan sempurna belum cukup, maka tidak mencapai tingkat kesucian.
_/\_
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #112 on: 01 July 2008, 12:59:30 PM »
[at] atas

Cukup masuk akal juga, dan sepertinya memang demikian. Kamsia, Karuna

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #113 on: 02 July 2008, 12:17:33 PM »

Paragraf ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang bertentangan dengan Kesempurnaan Kejujuran. Prasangka miring yang disebabkan oleh Lobha, Dosa dan Moha adalah 3 faktor yang bertentangan dengan Sacca Parami (Kesempurnaan Kejujuran), jadi untuk memenuhi Kesempurnaan ini seseorang harus menggunakan kejujuran untuk menghadapi prasangka miring oleh lobha, Dosa, Moha itu.


 _/\_ Trims ko.. atas penjelasan mengenai mengambil ulang sila tersebut. Yg prasangka miring ini sebetulnya masih ga tangkap maksudnya.. Maksudnya harus jujur utk menghadapi kecurigaan ya? prasangka miring = prasangka negatif? tapi gpp lagi lar, lewatin aja.. intinya jujur aja deh..  :))
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #114 on: 02 July 2008, 12:27:35 PM »
Upekkhà Pàrami yang terdiri dari faktor Tatramajjhattatà dan pannà;

Tatramajjhattatà dapat dikelompokkan dalam Jhàna Pàrami karena berhubungan;

dan faktor Pannà karena sama dengan Nanupekkha dapat dikelompokkan dalam Pannà Pàrami. [RAPB 1, pp. 170-171]

 ??? ??? ???

 
(e) Melalui pasangan Dàna dan Pannà, kebajikan ganda dari konsentrasi dan meditasi Pandangan Cerah; dan juga kebajikan ganda dari buku-buku pariyatti dan meditasi;
(g) Melalui pasangan Sila dan Viriya, kebajikan ganda dari konsentrasi dan meditasi Pandangan Cerah;
 [RAPB 1, pp. 172]

Ini juga kurang jelas.. Maksudnya gimana yah? Apa hubungannya dana dgn membaca buku2 pariyatti & meditasi? Juga Sila & Virya dgn konsentrasi & meditasi pandangan cerah.. Sapa tahu ada yg lebih paham? Tolong jelasin dunk..

Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #115 on: 02 July 2008, 12:31:21 PM »
Sedangkan di sini, lebih ditujukan untuk Bodhisatta yang bercita-cita untuk mencapai Pencerahan Sempurna, semua usaha dalam meditasi harus didahului oleh adanya Mahàkarunà dan Upàya-kosalla Nàna dan berhenti pada tingkat keenam dari penyucian pengetahuan Jalan (Patipadà Nànadasana Visuddhi) sebelum mencapai Jalan yang disebut tahap penyucian pengetahuan Jalan dan Buahnya (Nànadasana Visuddhi).
Sehubungan dengan sepuluh tingkat pengetahuan Pandangan Cerah, pengembangan kebijaksanaan dijelaskan sampai pada bagian pertama dari pengetahuan keseimbangan mengenai bentuk (Sankhàraupekkhà Nàna), dengan penekanan pada sembilan tingkat di bawahnya dari Pandangan Cerah Vipassanà. [RAPB 1, pp. 160-161]

  ??? ~X( terlalu dalam...
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Serve to be Perfect.. Be Perfect to Serve..
« Reply #116 on: 02 July 2008, 12:38:06 PM »
Bagaimana Kesempurnaan Usaha, dan Seterusnya Dipenuhi?

Secara umum, keinginan untuk menaklukkan musuh-musuhnya, berusaha tanpa henti, bahkan Bodhisatta yang berusaha sendiri mengatasi musuh-musuhnya berupa kotoran batin dan menginginkan agar makhluk-makhluk lain juga melakukan usaha yang sama bekerja keras setiap saat dalam memenuhi Kesempurnaan ini.

Oleh karena itu, Bodhisatta terus-menerus merenungkan dengan penuh perhatian, “Apa yang telah kulakukan hari ini untuk memperoleh jasa dan kebijaksanaan? Apa yang telah kulakukan hari ini untuk kesejahteraan orang lain?” Dengan merenungkan demikian setiap hari, Beliau bekerja dengan penuh semangat untuk melayani makhluk-makhluk lain.
……………………………………………………………………………………………………

Pikirannya bebas dari objek-objek kenikmatan indria, besar maupun kecil, tidak membicarakan objek-objek kenikmatan indria besar maupun kecil.

Dalam setiap perbuatan, Beliau mengembangkan dan menggunakan Upàya-kosalla Nàna.
Beliau selalu bekerja dengan tekun demi kesejahteraan makhluk-makhluk lain.

Beliau sabar dalam menghadapi objek-objek indria, baik yang disukai maupun yang tidak disukai.

Beliau berpegang teguh pada kebenaran, tidak akan menyelewengkannya bahkan demi hidupnya.

Beliau melindungi semua makhluk, tidak membeda-bedakan, dengan cinta kasih dan welas asih. Bagaikan seorang ayah yang ingin mengambil alih penderitaan anak-anaknya, bahkan Beliau berkeinginan untuk mengambil alih penderitaan semua makhluk.

Beliau bergembira atas kebajikan yang dilakukan oleh semua makhluk. Beliau terus-menerus merenungkan keagungan Buddha dan keagungan kekuasaannya. Apa pun yang dilakukannya melalui ucapan dan perbuatan, dilakukan dengan pikiran yang tertuju pada Pencerahan Sempurna.

Demikianlah, Bodhisatta terus-menerus mengabdikan dirinya dalam kebajikan seperti dàna, dan lain-lain, mengumpulkan jasa dan kebijaksanaan yang tiada bandingnya hari demi hari.

Selanjutnya, setelah melepaskan kehidupan dan jasmaninya demi melindungi makhluk-makhluk lain, Beliau mencari cara meringankan berbagai macam penderitaan yang dialami oleh makhluk-makhluk lain—lapar, haus, panas, dingin, angin, matahari, dan lain-lain.

Kebahagiaan apa pun yang diperolehnya dengan melenyapkan penderitan-penderitaan tadi, kebahagiaan jasmani dan batin yang dihasilkan dari tinggal di taman-taman indah, istana, kolam, dan hutan, kebahagiaan pencapaian Jhàna yang dinikmati oleh para Buddha, Pacceka Buddha, Ariya Sàvaka, dan para Bodhisatta yang telah melepaskan keduniawian seperti yang Beliau dengar dari makhluk-makhluk lain, Beliau ingin memberikan kebahagiaan tersebut kepada semua makhluk tanpa kecuali.

(Semua perbuatan Bodhisatta yang telah dijelaskan tersebut, dilakukan sebelum Beliau mencapai Jhàna).

~RAPB 1, pp. 161-162~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Yumi

  • Sebelumnya snailLcy
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.353
  • Reputasi: 123
  • Gender: Female
  • Good morning, Sunshine..
Saat Beliau telah berhasil mencapai Jhàna..
« Reply #117 on: 02 July 2008, 12:43:45 PM »
Beliau berusaha untuk melimpahkan buah dari Jhàna yang Beliau nikmati—kebahagiaan, ketenangan, kegembiraan, konsentrasi, pengetahuan akan hal-hal sebagaimana adanya—kepada makhluk-makhluk lain agar mereka juga dapat menikmatinya seperti dirinya.

Lebih jauh lagi, Beliau melihat makhluk-makhluk dilanda penderitaan akan kelahiran yang berulang-ulang (samsàra vatta dukkha), penderitaan yang disebabkan oleh kotoran batin (kilesa dukkha), dan penderitaan yang diakibatkan oleh bentuk-bentuk kamma (abisankhàra dukkha) yang menjerat makhluk-makhluk dalam samsàra.

Demikianlah, Beliau melihat penderitaan yang dialami oleh makhluk-makhluk: Beliau melihat dengan jelas makhluk-makhluk yang berada di alam sengsara (Niraya) mengalami dipotong-potong, dibakar api terus-menerus, hancur, kesakitan dalam waktu yang lama.

Beliau melihat makhluk-makhluk di alam binatang yang mengalami penderitaan karena kebencian, tekanan, melukai, dan membunuh binatang lain atau harus bekerja keras untuk makhluk lain.

Beliau melihat makhluk-makhluk di alam hantu yang dibakar api yang berkobar-kobar, lemah karena lapar, haus, angin, matahari, dan lain-lain, memakan apa yang telah dimuntahkan, menelan ludah dan dahak, dan lain-lain, dan mengacung-acungkan tangannya dalam kesedihan.

Beliau melihat makhluk-makhluk manusia, jatuh bangun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya; menderita hukuman seperti dipotong tangannya, kakinya, dan lain-lain karena melakukan kejahatan; menyeramkan, jelek, cacat; terbenam dalam lumpur penderitaan, tidak berbeda dengan makhluk-makhluk di Alam Niraya;
beberapa manusia, yang mengalami kelaparan dan kehausan karena kekurangan bahan makanan mirip dengan hantu kelaparan.
Beberapa dari mereka yang lebih lemah ditundukkan oleh mereka yang lebih kuat, memaksa yang lemah untuk melayani dan hidup tergantung dari yang kuat. Beliau melihat penderitaan ini tidak berbeda dengan binatang.
 

Bodhisatta melihat dengan jelas dewa-dewa di enam alam indria (yang terlihat sangat bahagia oleh manusia) menderita kegelisahan karena menelan ‘racun’ kenikmatan indria dan terbakar oleh api keserakahan, kebencian, dan kebodohan, bagaikan sebatang pohon kering yang terbakar dan semakin marak oleh tiupan angin, tanpa sedetik pun merasakan kedamaian, selalu berjuang dengan putus asa dan bergantung dari yang lain untuk bertahan hidup.

Beliau melihat jelas para brahmà di alam bentuk dan alam tanpa bentuk, setelah hidup dalam waktu yang sangat lama, selama delapan puluh empat ribu mahàkappa; akhirnya kalah terhadap hukum ketidakkekalan dan akhirnya jatuh kembali ke dalam lingkaran kelahiran, usia tua, dan kematian yang tidak terkalahkan dan penuh penderitaan seperti burung yang bersemangat tinggi terbang jauh dan jauh di angkasa atau seperti anak panah yang dilepaskan ke angkasa oleh seorang yang kuat.

Melihat dengan jelas penderitaan-penderitaan ini, Bodhisatta merasakan perasaan religius yang mendesak (Samvega), dan memancarkan cinta kasih dan welas asih kepada semua makhluk dengan tanpa membeda-bedakan dalam tiga puluh satu alam kehidupan.

Bodhisatta, dengan demikian mengumpulkan kebajikan tanpa terputus memenuhi persyaratan untuk mencapai Pencerahan Sempurna dengan tindakan, ucapan, dan pikiran yang baik, berusaha dengan saksama dan dengan penuh ketekunan agar semua Pàrami dapat dipenuhi hingga tingkat tertinggi.

Usaha yang berfungsi untuk mengantarkannya menuju Kebuddhaan—gudang yang tidak terbayangkan, tiada bandingan, tidak ternoda, dengan sifat-sifat murni—kuatnya tidak terbayangkan. Orang-orang biasa bahkan tidak berani mendengar mengenai usaha ini apalagi mempraktikkannya.

~RAPB 1, pp. 163-164~
Para bhikkhu, fajar berwarna kuning keemasan adalah pertanda awal terbitnya matahari.
Demikian pula, kesempurnaan sila adalah awal timbulnya Jalan Mulia Berunsur Delapan.
~Silasampada Sutta - Suryapeyyala~

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #118 on: 02 July 2008, 10:41:16 PM »
Upekkhà Pàrami yang terdiri dari faktor Tatramajjhattatà dan pannà;

Tatramajjhattatà dapat dikelompokkan dalam Jhàna Pàrami karena berhubungan;

dan faktor Pannà karena sama dengan Nanupekkha dapat dikelompokkan dalam Pannà Pàrami. [RAPB 1, pp. 170-171]

 ??? ??? ???

 
(e) Melalui pasangan Dàna dan Pannà, kebajikan ganda dari konsentrasi dan meditasi Pandangan Cerah; dan juga kebajikan ganda dari buku-buku pariyatti dan meditasi;
(g) Melalui pasangan Sila dan Viriya, kebajikan ganda dari konsentrasi dan meditasi Pandangan Cerah;
 [RAPB 1, pp. 172]

Ini juga kurang jelas.. Maksudnya gimana yah? Apa hubungannya dana dgn membaca buku2 pariyatti & meditasi? Juga Sila & Virya dgn konsentrasi & meditasi pandangan cerah.. Sapa tahu ada yg lebih paham? Tolong jelasin dunk..


membaca buku-buku Pariyatti, dalam konteks itu adalah berhubungan dengan Panna yaitu Sutamaya Panna, hal. 158). Sila adalah prasyarat bagi konsentrasi, menurut guru-guru, orang yg memiliki Sila yg baik akan lebih mudah berkonsentrasi (samadhi) daripada orang yg Sila-nya buruk, adn Viriya adalah satu dari lima kualitas yang mendukung Pandangan Cerah.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Riwayat Agung Para Buddha
« Reply #119 on: 02 July 2008, 10:55:59 PM »
Sedangkan di sini, lebih ditujukan untuk Bodhisatta yang bercita-cita untuk mencapai Pencerahan Sempurna, semua usaha dalam meditasi harus didahului oleh adanya Mahàkarunà dan Upàya-kosalla Nàna dan berhenti pada tingkat keenam dari penyucian pengetahuan Jalan (Patipadà Nànadasana Visuddhi) sebelum mencapai Jalan yang disebut tahap penyucian pengetahuan Jalan dan Buahnya (Nànadasana Visuddhi).
Sehubungan dengan sepuluh tingkat pengetahuan Pandangan Cerah, pengembangan kebijaksanaan dijelaskan sampai pada bagian pertama dari pengetahuan keseimbangan mengenai bentuk (Sankhàraupekkhà Nàna), dengan penekanan pada sembilan tingkat di bawahnya dari Pandangan Cerah Vipassanà. [RAPB 1, pp. 160-161]

  ??? ~X( terlalu dalam...

Ini bagian yg menarik, mungkin pertanyaan yang dimaksudkan adalah "mengapa pengembangan kebijaksanaan bagi Bodhisatta itu dibatasi/tidak menyeluruh?"

Ini berhubungan dengan cita-cita Bodhisatta, yaitu menjadi Samma Sambuddha, kalau Bodhisatta mempraktikkan kebijaksanaan secara penuh, dikhawatirkan Beliau akan mencpai tingkatan Arahat, dan kalau ini terjadi, artinya cita-citanya gagal. (hilang sudah harapan untuk menjadi Samma Sambuddha.

Seperti yang diucapkan oleh Bodhisatta Sumedha (not Sumedho),"Aku bisa saja menjadi Arahat saat ini juga kalau aku menginginkan. Tapi apalah gunanya seorang Superman sepertiku menjadi murid tak berguna dari Buddha Dipankara, Aku ingin menjadi Samma Sambuddha seperti Buddha Dipankara ...dst"

Karena tekadnya untuk menjadi Samma Sambuddha itu pulalah yang mencegah Beliau menjadi Arahat meskipun Beliau dalam beberapa kelahirannya pernah menjadi bhikkhu sebagai murid dari Buddha, agar cita-citanya menjadi Samma Sambuddha dapat tercapai.

Silahkan dikoreksi... _/\_