Salam Nammobuddhaya,
Saya cerita dulu ya latabelakang masalahnya, silahkan duduk yang manis sedia kopi dan biscuit.
Ada Cetya di daerah belimbing, Tangerang, nama cetya nya saya lupa, nanti saya cari info lagi.
Cetya tersebut berdiri pada tahun 2008, didirikan oleh Sdr. Alm. Yohanes. Ko Yohanes merupakan anak dari 6 bersaudara yang yang semuanya beragama kr****n, hanya beliau yang beragama Buddha. Ko Yohanes sendiri mempunyai misi dalam hidupnya untuk membangun 7 tempat ibadah agama Buddha.
Semenjak 2005 hingga sekarang baru 2 tempat ibadah yang berhasil dibangun dengan uang pribadi beliau, Vihara "Bala Guna" di dadap dan Cetya di belimbing, masing2 didaerah Tangerang. Pada awal tahun 2012 Ko Yohanes meninggal karena sakit ginjal bocor yang diderita sejak lama, meninggalnya pun didalam Vihara "Bala Guna" (memang tempat tinggalnya di Vihara). Beberapa bulan sebelum meninggal Ko Yohanes sering sekali berpesan kepada umat, bila saat dia telah tiada, agar Vihara "Bala Guna" dan Cetya nya tetap melakukan aktivitas kebakitan seperti biasa dan jangan sampai tutup. Ko Yohanes pun sering berpesan agar jasadnya nanti dikubur di belakang lingkungan Vihara.
Dari semua pesan yang sering diutarakan ke umat, tidak satupun dilaksanakan oleh saudara-saudara kandungnya. Sepeninggalan Ko Yohanes, Jasadnya tidak dikubur melainkan dikremasi karena tidak ada yang urus kuburannya nanti. Cetya dibelimbing sudah makin berkurang umatnya, dikarenakan oleh saudaranya yang berusaha untuk mengurangi umat (saya gak gitu tau seperti apa), kerena Cetya akan segera ditutup. Namun umat didaerah belimbing keberatan, lalu saudara nya mengajukan syarat, jika masih mau melakukan aktivitas kebaktian, silahkan kumpulkan uang dalam 6 bulan (mulai dari Oktober 2012) sebesar Rp 30jt untuk membeli Cetya dan tanahnya. Saudaranya mengatakan, bahwa Ko Yohanes meninggalkan surat wasiat di kamar vihara yang menyatakan bahwa Vihara dan Cetya nya diserahkan kepada saudaranya. Cepat lambat Vihara "Bala Guna" akan bernasib sama.
Saya pernah menjadi umat di Vihara "Bala Guna", dan saya lumayan dekat dengan Almarhum sejak awal dibangun Vihara "Bala Guna".
Untuk menyediakan uang sebesar itu tidak ada umat yang sanggup, karena rata2 umat didaerah sana mempunyai ekonomi yang pas2an. Dengan ditutupnya Cetya tersebut, saya sangat khawatir dan sedih, kerena generasi muda khusunya anak2, mau tidak mau bisa berpindah agama, karena memang disana gereja sudah banyak.
Semoga ada dermawan yang dapat mencarikan solusi.