[at] kamala
IMO, pertama-tama penting untuk mendapatkan deskripsi jelas fanatik itu sendiri
kalau merujuk KBBI rasanya kurang tepat, agak ngambang
saya coba share berdasarkan persepsi saya ya
IMO fanatik itu bahasa kerennya tanha (nafsu keinginan), mis: fanatik merk, makanan, rasa, dsb akibatnya ada antipati/penolakan/kekurangsukaan/kebencian thd merk lain, makanan lain, rasa lain, dsb
siapa yg tidak lagi fanatik? Arhat, Pacceka Buddha, dan Samma Sambuddha
jadi hakekatnya semua orang selain di atas adalah masih fanatik cuma tergantung kadarnya, dan biasanya stereotype fanatik disandang untuk yg kadarnya tinggi, sedangkan untuk yg kadarnya rendah kita anggap wajar dan tidak kita katakan fanatik
tentunya sebisa mungkin kadar fanatiknya rendah, mungkin kiatnya kalau suka merk tertentu jgn berlebihan, begitu pula kpd merk lain jgn diremehkan
- praktik huo kung (saat upacara patidana , makanan yg dipersembahkan dibakar utk dikirim kepada para leluhur)
- dengan membaca sutra/mantra tertentu bisa menghapus kamma buruk
- untuk mencapai kesucian wajib vegetarian
- dengan memohon pada Sang Buddha dan para Bodhisatta akan dikabulkan permintaannya
- dll
kalau untuk yg di atas ini, bisa jadi iya kalau kita melihatnya secara harafiah
IMO, ini lebih dititikberatkan untuk orang2 yg tebal LDM namun secara perlahan diarahkan/diharapkan ke Dhamma yg sejati
mis: baca mantra 1000x dgn khusuk saya kira sama saja spt meditasi/pemusatan pikiran, dan alangkah baiknya seiring waktu tidak lagi ter-iming2 melakukannya semata untuk menghapus karma buruk
jadi untuk hal ini tidak bedanya kalau orang berdana ter-iming2 dapat karma baik, tentunya juga memupuk LDM