Kalau dalam kisah Ghatikara, bagaimana Buddha Kassapa menolak pemberian Raja Kisi tetapi alih-alih menyatakan sudah " memiliki" rumah di tempat Ghatikara. Bukan-kah secara harfiah, penggalan cerita tersebut menyirat-kan bahwa "mungkin" saja Ghatikara sudah menghibah-kan semua kekayaan-nya sebagai pendukung Ti-Ratna. Tetapi bagaimana-pun ada celah untuk kita berspekulasi di dalam hal ini.
Tetap saja walaupun Bro Indra sudah menjadi pendukung Tiratana, kalau ada bhikkhu yang masuk ambil gitarnya untuk menjadi bhikkhu bergitar, saya rasa akan 'disikat' juga sama Bro Indra.
Memang benar, selalu ada celah. Karenanya saya sangat setuju ungkapan "sati adalah sila tertinggi". Seseorang bisa dibilang melanggar sila, selain karena perbuatan fisiknya, juga adalah dorongan keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin. Tanpa ketiga akar tersebut, perbuatan fisik saja tidak akan menyebabkan pelanggaran sila. Contohnya Pilinda Vacca dengan 'vasala'-nya yang terkenal, atau kasus Buddha Kassapa yang justru bukan karena keserakahan, namun ingin memberikan manfaat bagi si Ghatikara. Banyak sekali kasus lain seperti Mahakassapa yang mengambil air beras dari seorang wanita miskin yang ragu memberikannya (karena takut tidak pantas), bukan karena rakus, tapi demi kebaikan orang tersebut.
Tanpa kebijaksanaan, orang justru cenderung salah memahami sila, maka terjadilah pembenaran atau penyalahan.