//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: nyeri dalam vipassana ?  (Read 15965 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #30 on: 06 February 2011, 10:28:17 AM »
soal sikap batin kan dari postingan bro ko fabian yg aye quote

Quote
Dengan sikap batin yang telah menjadi netral (tidak menolak maupun melekat) maka proses yang terjadi pada batin dan jasmani meditator tersebut tak lagi memiliki pengaruh terhadap meditator tersebut. Selanjutnya karena proses batin tak lagi memiliki pengaruh terhadap batin meditator maka proses-proses tersebut seperti pelita kehabisan minyak dan akan berhenti dengan sendirinya.

Bila Seorang meditator telah mampu mengatasi yang ada dalam dirinya demikian maka, hal-hal yang ada diluar tak lagi memiliki pengaruh terhadap dirinya. Ialah yang disebut pemenang yang sesungguhnya (pemenang arus).

kata kunci dari sotapanna adalah sammaditthi, tanpa sammaditthi, tapi bisa seperti yg disebutkan ko fab diatas kan bukan berarti dia sotapanna.

gituloh maksud aye bro.

soal
Quote
Sekali lagi perlu saya tekankan guru-guru meditasi manapun yang tidak memperhatikan karakteristik batin dan jasmani, tak akan pernah mencapai keseimbangan batin Vipassana, oleh karena itu tak akan mencapai Magga-Phala.
yah, misalnya kalau ada guru yg mengajarkan memperhatikan karakteristik batin dan jasmani dan mencapai keseimbangan batin (entah apa itu keseimbangan batin vipassana?) tapi punya pandangan salah, misalnya masih menganggap ada atta diluar batin-jasmani, juga mencapai magga-phala bro?

Quote
Mengenai yang saya bold: Bila demikian sekarang saya mau balik bertanya: bagaimana dengan guru-guru meditasi lain (non Buddhis) yang mencapai Jhana, apakah mereka telah memiliki pandangan benar...?
kan itu yg aye singgung sebelumnya. Tanpa pandangan benar yah going no where gitu, apalagi disebut sotapanna.

rangkuman aye: pandangan benar wajib sebagai prequisite, sebagai teori.
There is no place like 127.0.0.1

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #31 on: 06 February 2011, 11:07:53 PM »
soal sikap batin kan dari postingan bro ko fabian yg aye quote

kata kunci dari sotapanna adalah sammaditthi, tanpa sammaditthi, tapi bisa seperti yg disebutkan ko fab diatas kan bukan berarti dia sotapanna.

Bro tuhan yang baik, coba tolong terangkan samma ditthi yang bagaimana yang dimaksudkan..?

Quote
gituloh maksud aye bro.

soal  yah, misalnya kalau ada guru yg mengajarkan memperhatikan karakteristik batin dan jasmani dan mencapai keseimbangan batin (entah apa itu keseimbangan batin vipassana?) tapi punya pandangan salah, misalnya masih menganggap ada atta diluar batin-jasmani, juga mencapai magga-phala bro?

Apakah bro mengerti apa yang saya maksudkan dengan ketiga karakteristik? Apakah ketiga karakteristik menurut definisi anda bro...?

Quote
kan itu yg aye singgung sebelumnya. Tanpa pandangan benar yah going no where gitu, apalagi disebut sotapanna.

rangkuman aye: pandangan benar wajib sebagai prequisite, sebagai teori.
sama dengan jawaban diatas, pandangan benar yang bagaimana...?
Coba tolong berikan definisi nya atau kriterianya.
« Last Edit: 06 February 2011, 11:13:24 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #32 on: 07 February 2011, 08:11:29 AM »
Bro tuhan yang baik, coba tolong terangkan samma ditthi yang bagaimana yang dimaksudkan..?
Kalau sammaditthi sih biasanya -> Pengetahuan tentang Dukkha, pengetahuan tentang asal mula Dukkha, pengetahuan tentang berhentinya Dukkha, pengetahuan tentang cara berlatih yang membawa pada berhentinya dukkha. Kalau Ko Fab sendiri?

kan bisa melakukan

Quote
Dengan sikap batin yang telah menjadi netral (tidak menolak maupun melekat) maka proses yang terjadi pada batin dan jasmani meditator tersebut tak lagi memiliki pengaruh terhadap meditator tersebut. Selanjutnya karena proses batin tak lagi memiliki pengaruh terhadap batin meditator maka proses-proses tersebut seperti pelita kehabisan minyak dan akan berhenti dengan sendirinya.

Bila Seorang meditator telah mampu mengatasi yang ada dalam dirinya demikian maka, hal-hal yang ada diluar tak lagi memiliki pengaruh terhadap dirinya. Ialah yang disebut pemenang yang sesungguhnya (pemenang arus).
tanpa harus memiliki sammaditthi.


Quote
Apakah bro mengerti apa yang saya maksudkan dengan ketiga karakteristik? Apakah ketiga karakteristik menurut definisi anda bro...?
nanti dulu jawabnya ko fab, coba dijawab yg saya tanya dulu deh, biar ganti2an, nanti 1 arah pulak lagipula nanti kejawab sendiri.

Dutiyampi ahh

yah, misalnya kalau ada guru yg mengajarkan memperhatikan karakteristik batin dan jasmani dan mencapai keseimbangan batin (entah apa itu keseimbangan batin vipassana?) tapi punya pandangan salah, misalnya masih menganggap ada atta diluar batin-jasmani, juga mencapai magga-phala bro?


Quote
sama dengan jawaban diatas, pandangan benar yang bagaimana...?
Coba tolong berikan definisi nya atau kriterianya.
duh kek terasa di interogasi nih, di atas tadi udah disinggung ko fab.


tapi utk mempersingkat diskusi yg karena ego *saya* nanti bisa makin jauh ngomongnya, mending kita ambil kesimpulan masing2 aja, sapa tau ternyata sama aja yg dimaksud cuma beda bahasa atau lost in writing. Menurut aye,
1. Mau sebagaimana canggihnya meditasi, tanpa pandangan benar maka dalam sudut pandang buddhis in term of kesucian masih belum kemana2.
2. Banyak meditasi yg bisa melatih kita memiliki batin netral (tidak menolak atau melekat), tapi itu hanya mengkondisikan batin demikian. Tanpa pandangan benar dan mengetahui ajaran Dhamma, tentu tidak bisa masuk kategori Sotapanna karena tentu (3) belenggu itu belum patah sama sekali.
There is no place like 127.0.0.1

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #33 on: 08 February 2011, 06:06:11 PM »
Kalau sammaditthi sih biasanya -> Pengetahuan tentang Dukkha, pengetahuan tentang asal mula Dukkha, pengetahuan tentang berhentinya Dukkha, pengetahuan tentang cara berlatih yang membawa pada berhentinya dukkha. Kalau Ko Fab sendiri?

Wah pandangan kita agak berbeda soal ini bro... Bila samma ditthi seperti itu yang dimaksudkan maka, menurut saya tidak diperlukan dalam meditasi, pengertian seperti itu akan muncul sendirinya bila kita telah mencapai Magga-Phala. Bila Sammaditthi seperti itu merupakan prasyarat untuk kemajuan maka, Pangeran Sidhattha tak akan mencapai Pencerahan, karena sebelum mencapai Pencerahan, Beliau belum mengetahui Empat Kebenaran Ariya tersebut.

Tetapi bila pandangan benar yang dimaksudkan misalnya adalah bahwa, ada suatu akibat dari suatu perbuatan (misalnya kalau kita berlatih kita akan maju sebagai akibatnya) maka, ya pandangan benar seperti ini memang merupakan prasyarat mutlak untuk semua jenis Bhavana.

Quote
kan bisa melakukan
 tanpa harus memiliki sammaditthi.

Coba baca kembali replypost saya #24, simak kembali baik-baik. berikut saya kutipkan kembali.
Secara ringkas prosesnya kurang lebih demikian: Dengan bertambah kuatnya konsentrasi maka kita mampu melihat segala sesuatu sebagaimana apa adanya (anicca dukkha dan anatta). Rasa nyeri adalah dukkha, dukkha bersifat anicca dan juga bersifat anatta.

Dengan memperhatikan salah satu karakteristik dari ketiga karakteristik tersebut, maka kita mengetahui bagaimana proses timbul dan lenyapnya dukkha. Akhirnya kita sampai pada tahap dimana batin melihat secara netral terhadap semua proses yang terjadi pada batin dan jasmani (yang menimbulkan dukkha).


Bro katakan kan bisa melakukan tanpa harus memiliki sammaditthi, sedangkan saya terangkan prosesnya melalui melihat ketiga karakteristik, apakah pengetahuan yang melihat ketiga karakteristik bukan sammaditthi/pandangan benar...?

 
Quote
nanti dulu jawabnya ko fab, coba dijawab yg saya tanya dulu deh, biar ganti2an, nanti 1 arah pulak lagipula nanti kejawab sendiriDutiyampi ahh

yah, misalnya kalau ada guru yg mengajarkan memperhatikan karakteristik batin dan jasmani dan mencapai keseimbangan batin (entah apa itu keseimbangan batin vipassana?) tapi punya pandangan salah, misalnya masih menganggap ada atta diluar batin-jasmani, juga mencapai magga-phala bro?.

Bila pertanyaan saya dijawab maka itu akan merupakan jawabsan pertanyaan bro. Saya tanyakan apa yang dimaksud dengan ketiga karakteristik? Tentu saja jawaban atas pertanyaan saya adalah pertanyaan jawaban yang benar atas pertanyaan bro sendiri.

Berikut saya kutip ulang pertanyaan bro, "apakah kalau ada guru yg mengajarkan memperhatikan karakteristik batin dan jasmani dan mencapai keseimbangan batin (entah apa itu keseimbangan batin vipassana?) tapi punya pandangan salah, misalnya masih menganggap ada atta diluar batin-jasmani, juga mencapai magga-phala bro?"

Sebenarnya jawaban pertanyaan ini terletak pada definisi ketiga karakteristik (tilakkhana) itu sendiri, yaitu anicca, dukkha dan anatta.
Apakah pada seseorang yang telah melihat anatta (salah satu dari ketiga karakteristik) masih akan berpandangan atta?

Quote
duh kek terasa di interogasi nih, di atas tadi udah disinggung ko fab.
Oh ya maaf bila terasa menginterogasi, sebenarnya hanya mengulangi pertanyaan karena pertanyaannya sama dengan yang diatas dan memerlukan jawaban yang sama.
Berapa kali saya berikan, keterangan kepada teman-teman di forum berulang-ulang bahwa ketiga karakteristik (anicca, dukkha dan anatta)adalah suatu kebenaran absolut yang dapat dilihat/dialami pada waktu meditasi. Bukan hanya buah pemikiran belaka.
Jadi ketiga karakteristik dapat dilihat oleh semua meditator yang maju dalam meditasinya (meditasi Vipassana tentunya). Bila seorang meditator berlatih Vipassana Bhavana tetapi belum dapat melihat ketiga karakteristik, maka saya katakan meditator itu belum maju.

Quote
tapi utk mempersingkat diskusi yg karena ego *saya* nanti bisa makin jauh ngomongnya, mending kita ambil kesimpulan masing2 aja, sapa tau ternyata sama aja yg dimaksud cuma beda bahasa atau lost in writing. Menurut aye,
1. Mau sebagaimana canggihnya meditasi, tanpa pandangan benar maka dalam sudut pandang buddhis in term of kesucian masih belum kemana2.
Pandangan benar in terms of kesucian kalau memang benar sesuai dengan teori bro (yaitu empat kebenaran Ariya), maka Pangeran Sidhattha tak akan pernah mencapai kesucian, karena Empat Kebenaran Ariya diketahui oleh Sang buddha setelah Beliau mencapai pencerahan.

Quote
2. Banyak meditasi yg bisa melatih kita memiliki batin netral (tidak menolak atau melekat), tapi itu hanya mengkondisikan batin demikian. Tanpa pandangan benar dan mengetahui ajaran Dhamma, tentu tidak bisa masuk kategori Sotapanna karena tentu (3) belenggu itu belum patah sama sekali.

Tanpa meditasi sekalipun seseorang dapat saja memiliki batin yang netral, tetapi bila baca kembali reply post saya #24 dan reply #28   jelas bukan itu yang saya maksudkan. Supaya mudah saya berikan linknya berikut ini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19385.15

Simak kembali bagaimanakah proses mendapatkan kenetralan batin yang saya tuliskan tersebut? Apakah saya mengatakan kenetralan batin dengan memiliki pengetahuan melihat ketiga karakteristik atau kenetralan batin tanpa memiliki pengetahuan melihat ketiga karakteristik?

Mettacittena,
« Last Edit: 08 February 2011, 06:08:14 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #34 on: 10 February 2011, 01:25:16 PM »
Kekna masalahnya disini deh

Quote
Dengan memperhatikan salah satu karakteristik dari ketiga karakteristik tersebut, maka kita mengetahui bagaimana proses timbul dan lenyapnya dukkha. Akhirnya kita sampai pada tahap dimana batin melihat secara netral terhadap semua proses yang terjadi pada batin dan jasmani (yang menimbulkan dukkha).

Dengan sikap batin yang telah menjadi netral (tidak menolak maupun melekat) maka proses yang terjadi pada batin dan jasmani meditator tersebut tak lagi memiliki pengaruh terhadap meditator tersebut. Selanjutnya karena proses batin tak lagi memiliki pengaruh terhadap batin meditator maka proses-proses tersebut seperti pelita kehabisan minyak dan akan berhenti dengan sendirinya.
let say ambil dukkha atau anicca saja... masa masih sotapanna? unless kata2 itu diganti menjadi ketiga bukan salah satu saja.



Quote
Pandangan benar in terms of kesucian kalau memang benar sesuai dengan teori bro (yaitu empat kebenaran Ariya), maka Pangeran Sidhattha tak akan pernah mencapai kesucian, karena Empat Kebenaran Ariya diketahui oleh Sang buddha setelah Beliau mencapai pencerahan.
kalao ini kan kita ngomong jalur murid, bukan jalur sammasambuddha. Dikatakan dalam Janavasabha sutta, trigger awalnya itu adalah pandangan benar lalu sampai pada konsentrasi benar, lengkap sudah jalan mulia berunsur 8, lalu baru didapat pengetahuan benar yg berujung pada pembebasan benar.

There is no place like 127.0.0.1

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #35 on: 10 February 2011, 04:05:36 PM »
Kekna masalahnya disini deh
let say ambil dukkha atau anicca saja... masa masih sotapanna? unless kata2 itu diganti menjadi ketiga bukan salah satu saja.

Bro tuhan yang baik, quote yang bro ambil dari reply #24 berikut ini hanya sepotong, sehingga mengubah artinya.

Quote
"Dengan memperhatikan salah satu karakteristik dari ketiga karakteristik tersebut, maka kita mengetahui bagaimana proses timbul dan lenyapnya dukkha. Akhirnya kita sampai pada tahap dimana batin melihat secara netral terhadap semua proses yang terjadi pada batin dan jasmani (yang menimbulkan dukkha).

Dengan sikap batin yang telah menjadi netral (tidak menolak maupun melekat) maka proses yang terjadi pada batin dan jasmani meditator tersebut tak lagi memiliki pengaruh terhadap meditator tersebut. Selanjutnya karena proses batin tak lagi memiliki pengaruh terhadap batin meditator maka proses-proses tersebut seperti pelita kehabisan minyak dan akan berhenti dengan sendirinya
".

Padahal lengkapnya seharusnya demikian: ( http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19385.15  )

Quote
"Secara ringkas prosesnya kurang lebih demikian: Dengan bertambah kuatnya konsentrasi maka kita mampu melihat segala sesuatu sebagaimana apa adanya (anicca dukkha dan anatta). Rasa nyeri adalah dukkha, dukkha bersifat anicca dan juga bersifat anatta.

Dengan memperhatikan salah satu karakteristik dari ketiga karakteristik tersebut, maka kita mengetahui bagaimana proses timbul dan lenyapnya dukkha. Akhirnya kita sampai pada tahap dimana batin melihat secara netral terhadap semua proses yang terjadi pada batin dan jasmani (yang menimbulkan dukkha

Dengan sikap batin yang telah menjadi netral (tidak menolak maupun melekat) maka proses yang terjadi pada batin dan jasmani meditator tersebut tak lagi memiliki pengaruh terhadap meditator tersebut. Selanjutnya karena proses batin tak lagi memiliki pengaruh terhadap batin meditator maka proses-proses tersebut seperti pelita kehabisan minyak dan akan berhenti dengan sendirinya
."

Perhatikan alinea yang telah saya garis tebal, jadi yang dimaksudkan sebenarnya meditator tersebut telah melihat ketiga karakteristik, lalu kemudian menekankan pada salah satu dari ketiga karakteristik untuk menembus Magga-Phala.
Kalau bro hanya mengutip dua alinea terakhir maka terkesan seolah-olah dari awal meditator hanya memperhatikan satu karakteristik saja hingga akhir, padahal tidak demikian. Walau ada Sutta (kalau tidak salah) yang mengajarkan hanya memperhatikan salah satu karakteristik, tapi menurut  pendapat saya mereka yang memperhatikan salah satu karakteristik secara otomatis juga akan melihat kedua karakteristik lainnya.

Quote
kalao ini kan kita ngomong jalur murid, bukan jalur sammasambuddha. Dikatakan dalam Janavasabha sutta, trigger awalnya itu adalah pandangan benar lalu sampai pada konsentrasi benar, lengkap sudah jalan mulia berunsur 8, lalu baru didapat pengetahuan benar yg berujung pada pembebasan benar.

Saya setuju trigger awalnya adalah pandangan benar, tetapi seperti yang sudah saya katakan sebelumnya pandangan benar yang mana? Bila pandangan benar yang dimaksud adalah ada buah suatu perbuatan, maka saya setuju.
Tapi bila pandangan benar yang dimaksud adalah dukkha, awal dukkha, lenyapnya dukkha dan Jalan (Cattari Ariya saccani) maka saya tak sependapat.

Karena Cattari Ariya Saccani hanya diselami oleh para meditator yang telah menembus Magga-Phala.

Apakah dikatakan dalam Sutta tersebut bahwa pandangan benar yang dimaksud adalah Cattari Ariya Saccani..?

Mettacittena,
« Last Edit: 10 February 2011, 04:16:07 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #36 on: 10 February 2011, 04:37:08 PM »
Quote
Perhatikan alinea yang telah saya garis tebal, jadi yang dimaksudkan sebenarnya meditator tersebut telah melihat ketiga karakteristik, lalu kemudian menekankan pada salah satu dari ketiga karakteristik untuk menembus Magga-Phala.
Kalau bro hanya mengutip dua alinea tersebut maka terkesan seolah-olah dari awal meditator hanya memperhatikan satu karakteristik saja hingga akhir, padahal tidak demikian. Walau ada Sutta (kalau tidak salah) yang mengajarkan hanya memperhatikan salah satu karakteristik, tapi menurut  pendapat saya mereka yang memperhatikan salah satu karakteristik secara otomatis juga akan melihat kedua karakteristik lainnya.
ok kalo gitu kgk sependapat deh soal lihat satu pasti lihat yg lain. Menurut aye banyak orang bisa liat satu tapi nda bisa liat yg laen.

Quote
Saya setuju trigger awalnya adalah pandangan benar, tetapi seperti yang sudah saya katakan sebelumnya pandangan benar yang mana? Bila pandangan benar yang dimaksud adalah ada buah suatu perbuatan, maka saya setuju.
Tapi bila pandangan benar yang dimaksud adalah dukkha, awal dukkha, lenyapnya dukkha dan Jalan (Cattari Ariya saccani) maka saya tak sependapat.

Karena Cattari Ariya Saccani hanya diselami oleh para meditator yang telah menembus Magga-Phala.

Apakah dikatakan dalam Sutta tersebut bahwa pandangan benar yang dimaksud adalah Cattari Ariya Saccani..?
Kalau dalam rujukan Jalan Mulia Berunsur 8, Sang Buddha sih menjelaskannya demikian. Kalo nda salah dalam Mahasatipatthana sutta juga demikian. Ada beberapa lagi juga demikian. Kalau saya sih berpendapat demikian, ngikutin sutta.

Yah soal hanya bisa diselami yg menembus magga-phala. Ini bisa panjang lagi nih. Ini kembali lagi kepada soal apakah ada perbedaaan antara magga dan phala, sekejab atau tidak ;D. lalu ketika orang punya pandangan benar, bukankan dia sotapanna? yah ini subject to be discuss panjang dan tergantung lihat dari mana lagi. hehehe



There is no place like 127.0.0.1

Offline koengsukmana

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 10
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #37 on: 11 February 2011, 12:57:35 PM »
saya sependapat dengan bro fabian, dari uraian bro fabian...terlihat bahwa bro fabian merupakan seorang meditator vipassana,
yang menembus dengan dalam karakteristik anicca, dukkha, anatta,, sebagai insight langsung....bukan pemahaman yang berasal dari buku-buku atau dari sutta-sutta  _/\_

setelah pencerahan Buddha, lalu lahirlah Mahasatipatthana sutta, yang konon dijelaskan Buddha di desa kuru, karena penduduknya bijaksana.

tidak bisa dibalik, seperti yang bro sumedho katakan,
jawaban bro sumedho seperti jawaban... mahasiswa kepada dosennya.... berdasarkan sutta ini.....berdasarkan sutta ini.... = saya menjawab demikian....demikian....
apakah bro sumedho merupakan seorang meditator vipassana? saya rasa = jelas bukan... ,
bro sumedho tidak menembus cukup dalam terhadap anicca, dukkha, anatta. pemahaman bro sumedho sebagai TEORI belaka, yang dihapal berdasarkan sutta-sutta saja... _/\_ ^:)^
klo jawaban bro sumedho demikian, tentunya yang  pangeran siddharta lakukan kuliah di sekolah tinggi agama....bukan meditasi di hutan. _/\_ ^:)^
maaf bro sumedho...



Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #38 on: 11 February 2011, 01:17:45 PM »
saya sependapat dengan bro fabian, dari uraian bro fabian...terlihat bahwa bro fabian merupakan seorang meditator vipassana,
yang menembus dengan dalam karakteristik anicca, dukkha, anatta,, sebagai insight langsung....bukan pemahaman yang berasal dari buku-buku atau dari sutta-sutta  _/\_

setelah pencerahan Buddha, lalu lahirlah Mahasatipatthana sutta, yang konon dijelaskan Buddha di desa kuru, karena penduduknya bijaksana.

tidak bisa dibalik, seperti yang bro sumedho katakan,
jawaban bro sumedho seperti jawaban... mahasiswa kepada dosennya.... berdasarkan sutta ini.....berdasarkan sutta ini.... = saya menjawab demikian....demikian....
apakah bro sumedho merupakan seorang meditator vipassana? saya rasa = jelas bukan... ,
bro sumedho tidak menembus cukup dalam terhadap anicca, dukkha, anatta. pemahaman bro sumedho sebagai TEORI belaka, yang dihapal berdasarkan sutta-sutta saja... _/\_ ^:)^
klo jawaban bro sumedho demikian, tentunya yang  pangeran siddharta lakukan kuliah di sekolah tinggi agama....bukan meditasi di hutan. _/\_ ^:)^
maaf bro sumedho...




komentar yg menarik,

Bro keong,

kualifikasi apa yg anda miliki sehingga anda bisa menilai bahwa
(a) seseorang adalah meditator vipassana yang menembus dengan dalam karakteristik anicca, dukkha, anatta,, sebagai insight langsung....bukan pemahaman yang berasal dari buku-buku atau dari sutta-sutta,
dan
(b) seseorang tidak menembus cukup dalam terhadap anicca, dukkha, anatta. bahwa pemahamannya sebagai TEORI belaka, yang dihapal berdasarkan sutta-sutta saja.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #39 on: 11 February 2011, 01:31:12 PM »
wah kalau soal penilaian pribadi sih itu lain cerita lagi bro.

Kalau dari sudut pandang saya, justru apa yg bro yakinini itu juga merupakan salah satu teori juga loh. Banyak teman2 saya yg bisa mengatakan demikian tanpa perlu bermeditasi. Jadi bisa mengatakan orang yg tidak sependapat/berbeda pendapat sebagai orang teoritis yg tidak pernah "menembus?". Orang cenderung memiliki pengalaman, sesuai dengan apa yg sudah pernah didengar juga biasanya.

Saya mencoba kembali lagi kepada Sutta/khotbah Sang Buddha utk kros cek ulang dari praktek dan pengalaman saya. Sejauh ini yg saya lakukan, bukan dengan kata si ini, si itu, guru ini, guru itu. Kalau misalnya bertentangan dengan Sutta/Khotbah Sang Buddha, bagaimana donk?

kalau soal saya sudah "menembus" atau tidak yah... mungkin hanya saya yang tahu, kecuali bro cukup sangat sakti sehingga bisa melakukan itu.
There is no place like 127.0.0.1

Offline koengsukmana

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 10
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #40 on: 11 February 2011, 09:42:37 PM »
bro sumedho, saya belum tercerahkan.
apakah anda sudah tercerahkan? ariya puggala?

bila sudah, saya mohon dengan tulus...tolong ajarkan saya _/\_ ^:)^ maaf, bila kata2 saya tidak berkenan di hati bro sumedho...


bila belum, kita seperti perumpamaan beberapa orang buta yang memegang gajah dari arah berbeda, ada yang pegang kepala, telinga, ekor dll

metta cittena  :)

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #41 on: 11 February 2011, 10:26:18 PM »
Terlepas dari masalah soal tercerahkan atau belum,  masalah sudut pandang dan praktek dalam buddhisme itu bisa berbeda2. Paling gampang dilihat dari berbagai guru2 yg memiliki pandangan berbeda. Coba anda katakan kepada guru2 yg memiliki pandangan berbeda demikian juga.

Jika kita mengetahui bahwa kita seperti orang buta yg memegang gajah, maka janganlah katakan orang buta lain bahwa definisi gajahnya salah bukan? Kecuali saya salah tentang anda yg sudah tidak buta. Mohon dikoreksi jika bro sudah tidak buta.

Kita semua tentu kembali kepada definisi dan petunjuk guru kita Sang Buddha. Dibandingkan pengetahuan raba2 orang buta sendiri2. Bukan begitu?
There is no place like 127.0.0.1

Offline koengsukmana

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 10
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #42 on: 12 February 2011, 02:45:34 AM »
inti dari meditasi vipassana adalah sati yang berkesinambungan,
rasa sakit jasmani...akan terlihat jelas dalam semua posisi tubuh, baik berdiri, berjalan, duduk, berbaring, mandi, mencuci,dll

maksud&tujuan ditulisnya topik ini adalah
untuk menolak perNyataan:
 ada hubungan rasa nyeri (ketika meditasi duduk) <-> dengan iskemia(kekurangan darah/darah tidak lancar) dalam meditasi duduk, sehingga menimbulkan kesemutan, kaku, panas, pegal, gatal, bisa lumpuh dll,

sebaliknya rasa nyeri ini perlu diobservasi dengan sati&konsentrasi yang dalam, sehingga bisa menembus rasa nyeri tersebut pada jasmani,

*tentunya sati ini dipakai untuk meng-observasi vedana, citta, dhamma, selain daripada rupa...

setelah melewati rasa sakit jasmani yang tidak tertahankan, seorang meditator akan sampai pada Vipassanupakilesa

maksud saya menulis topik ini, untuk menyebarkan dhamma agar semua orang bisa mencicipi Vipassanupakilesa, pseudo-Nibbana, pencerahan semu, sebelum orang tersebut mencapai magga-ñana.

agar tidak pernah takut& ragu untuk menembus rasa sakit jasmani tersebut, yang tidak tertahankan,

pernyataan ini dimuat dalam buku ajahn maha boowa, mahasi sayadaw...

"pain is the key to Nibbana"-pernyataan ini perlu ditembus& dibuktikan secara langsung

namaskara  ^:)^




Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #43 on: 12 February 2011, 06:38:39 AM »
inti dari meditasi vipassana adalah sati yang berkesinambungan,
rasa sakit jasmani...akan terlihat jelas dalam semua posisi tubuh, baik berdiri, berjalan, duduk, berbaring, mandi, mencuci,dll

maksud&tujuan ditulisnya topik ini adalah
untuk menolak perNyataan:
 ada hubungan rasa nyeri (ketika meditasi duduk) <-> dengan iskemia(kekurangan darah/darah tidak lancar) dalam meditasi duduk, sehingga menimbulkan kesemutan, kaku, panas, pegal, gatal, bisa lumpuh dll,

sebaliknya rasa nyeri ini perlu diobservasi dengan sati&konsentrasi yang dalam, sehingga bisa menembus rasa nyeri tersebut pada jasmani,

*tentunya sati ini dipakai untuk meng-observasi vedana, citta, dhamma, selain daripada rupa...

setelah melewati rasa sakit jasmani yang tidak tertahankan, seorang meditator akan sampai pada Vipassanupakilesa

maksud saya menulis topik ini, untuk menyebarkan dhamma agar semua orang bisa mencicipi Vipassanupakilesa, pseudo-Nibbana, pencerahan semu, sebelum orang tersebut mencapai magga-ñana.

agar tidak pernah takut& ragu untuk menembus rasa sakit jasmani tersebut, yang tidak tertahankan,

pernyataan ini dimuat dalam buku ajahn maha boowa, mahasi sayadaw...

"pain is the key to Nibbana"-pernyataan ini perlu ditembus& dibuktikan secara langsung

namaskara  ^:)^




Sepertiny dengan maksud demikian lalu membuat topik dengan pertanyaan demikian tidak efektif. Alangkah baiknya jika bro bisa membuka maksudnya lebih awal atau bahkan di postingan pertama supaya lebih cepat goool :)

Soal "pain is the key to nibbana", sebenarnya ada sisi lainnya juga karena bukan hanya pain saja yg ada dalam Vedana. Dalam Vedana Samyutta disinggung bahwa Sukha is the key to nibbana juga. Mengapa demikian? Karena bukan rasa sakitnya yg harus dimengerti tapi bagian yg di bold dibawah ini, bukan rasa sakitnya saja.

Quote from: Samyutta Nikaya 36.2: Sukha Sutta

“Para bhikkhu, terdapat tiga perasaan ini. Apakah tiga ini? Perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, perasaan bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan. Ini adalah tiga perasaan itu” [205]
Apakah menyenangkan ataupun menyakitkan Bersama dengan perasaan bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan, Baik internal maupun eksternal,

Jenis perasaan apa pun yang ada: Setelah mengetahui, “Ini adalah perasaan, Tidak bertahan lama, mengalami kehancuran,” Setelah menyentuh dan menyentuh lagi perasaan-perasaan itu, melihat lenyapnya perasaan-perasaan itu, Demikianlah seseorang kehilangan nafsu terhadap perasaan-perasaan itu.228

btw
Quote
maksud saya menulis topik ini, untuk menyebarkan dhamma agar semua orang bisa mencicipi Vipassanupakilesa, pseudo-Nibbana, pencerahan semu, sebelum orang tersebut mencapai magga-ñana.
mengapa bro, kalau vipassanaupakilesa itu disebut pseudo-Nibbana? apakah itu pseudo-Nibbana? Nibbana palsu? Nibbana tiruan? Mirip Nibbana?


bonus: Mahasi sayadaw sendiri banyak membuat komentar2 dari Sutta, menjelaskan berdasarkan sutta ini, sutta itu. Jadi apakah mahasi sayadaw bukan meditator vipassana? Apakah mahasi sayadaw belum menembus anicca dukkha anatta? Dan pemahamannya merupakan TEORI belaka?
« Last Edit: 12 February 2011, 06:40:59 AM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: nyeri dalam vipassana ?
« Reply #44 on: 12 February 2011, 08:26:21 AM »
bro sumedho, saya belum tercerahkan.
apakah anda sudah tercerahkan? ariya puggala?

bila sudah, saya mohon dengan tulus...tolong ajarkan saya _/\_ ^:)^ maaf, bila kata2 saya tidak berkenan di hati bro sumedho...


bila belum, kita seperti perumpamaan beberapa orang buta yang memegang gajah dari arah berbeda, ada yang pegang kepala, telinga, ekor dll

metta cittena  :)


Tidak perlu seorang ariya puggala untuk mencerahkan seseorang.
jika kualitas orang tsb masih cetek, buddha pun ga sanggup mencerahkannya
namun jika kualitasnya 'sudah saatnya', maka sebutir batupun sudah cukup untuk mencerahkan orang tsb..


Satu lagi, kita semua saling asah-asih-asuh disini, ariya atau tidak, sama saja...

Masuk ke sini dengan trik merendah dan mulai mengadu domba adalah tindakan yg jauh dari kebijaksanaan...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)