//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: tindakan netral (???)  (Read 52186 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: tindakan netral (???)
« Reply #135 on: 31 December 2008, 12:05:36 PM »
198. Secara emosional, keyakinan adalah sikap tenang dan ceria yang membebaskan kita dari keraguan dan ketidak-pastian yang mematikan. Bila keyakinan demikian kuat dalam batin, kita seakan melambung kegirangan, bukannya tertekan karena menyadari ketidak-sempurnaan kita, sebab kita yakin bahwa kita mengambil jalan yang benar. Selain dengan cara merenungkan kehidupan dan teladan-teladan dari Sang Buddha, maka ada beberapa hal yang dapat membangkitkan aspek emosional dari keyakinan, misalnya melakukan peribadatan Puja, ataupun sekadar membayangkan patung Sang Buddha. Hal lain yang dapat membangkitkan keyakinan adalah perjalanan ziarah ke empat Tempat Suci: Lumbini, tempat Beliau dilahirkan; Bodh Gaya, tempat Beliau mencapai Pencerahan; Sarnath, tempat Beliau mengajarkan Dhamma pertama kalinya; dan Kusinara, tempat Beliau mencapai Nibbana akhir. Ketegaran dan pengorbanan yang diperlukan untuk perjalanan ziarah, suasana spiritual yang kuat di Tempat-tempat Suci, dan pengetahuan bahwa kita telah mengikuti langkah kaki jutaan manusia yang telah mengunjungi tempat-tempat ini sebelum kita, membuat perjalanan ziarah menjadi suatu pembangkit keyakinan dan kemurnian dari segalanya. Tidaklah mengherankan mengapa Sang Buddha menyarankan Siawa-siswa-Nya untuk mengunjungi Tempat-tempat suci setidaknya sekali dalam hidup mereka. Beliau bersabda:

          Ada empat tempat, yang bila dilihat, menimbulkan perasaan yang kuat. Apa empat itu? "Disini Sang Tathagata dilahirkan," adalah yang pertama. "Disini Sang Tathagata mencapai Pencerahan Sempurna," adalah yang ke dua. "Disini Sang Tathagata memutar Roda Dhamma," adalah yang ke tiga. "Disini Sang Tathagata mencapai Nibbana akhir," adalah yang ke empat. Bhikkhu-bhikkhu, bhikkhuni-bhikkhuni, para umat awam yang berkeyakinan, hendaknya mengunjungi tempat-tempat ini. Dan siapa pun yang mati sewaktu perjalanan ziarah di kuil-kuil dengan hati yang bersungguh-sungguh, maka setelah meninggalkan raganya, dia akan terlahir di alam surga.11

      Keyakinan adalah penting sebab akan melibatkan dan memacu intelektual, kemauan dan emosi kita dalam pencarian Nibbana. Keyakinan sendiri tidak akan membawa ke Nibbana, tapi bila digabung dengan kebajikan, akan menghancurkan tiga dari Sepuluh Belenggu yang pertama dan menjadikan pencapaian Nibbana sesuatu yang telah pasti. Keyakinan adalah benih (saddha bijam)12 yang darinya bunga kebebasan akan tumbuh.

 199. Tahap berikut yang dicapai dan dilalui secara berangsur dalam perjalanan ke Nibbana, adalah apa yang disebut Yang-Kembali-Sekali (sakadagami). Tahap ini dicapai bila seorang, selain telah mengembangkan Empat Lengan Pemenang-Arus yang menghancurkan tiga Belenggu diatas, juga telah melemahkan dua belenggu berikutnya, nafsu-indriawi dan kehendak-jahat. Yang-Kembali-Sekali akan, seperti sebutannya, terlahir hanya sekali lagi di dunia, walau mungkin saja terlahir lebih dulu di alam dewa beberapa kali, sebelum akhirnya mencapai Nibbana. Bila nafsu-indriawi telah hancur secara lengkap dan kehendak-jahat telah terganti cinta, tahap Yang-Tak-Kembali (anagami) tercapai. Manusia seperti ini, sewaktu mati akan terlahir di alam dewa, dan dari sini akan mencapai Nibbana tanpa terlahir kembali di dunia.

      Dengan terhapusnya Sepuluh Belenggu secara keseluruhan berkat pengembangan kebijaksanaan, seseorang akan mencapai Pencerahan-penuh dan disebut sebagai Arahat. Istilah 'Arahat' secara harfiah berarti 'Yang Mulia', nama yang sangat tepat bagi seorang yang telah mencapai tingkat tertinggi dari pencapaian spiritual manusia. Arahat telah meleburkan semua kotoran-batin lewat kebijaksanaan yang mendalam, dan telah memiliki nilai-nilai spiritual, seperti welas-asih, tak-tergantung, kejujuran dan kebijaksanaan seutuhnya. Seorang Arahat, sewaktu kematian raganya, mencapai kedamaian dan kebahagiaan abadi Nibbana. Hal lain yang penting diketahui, ialah bahwa setelah menjadi Pemenang-Arus, seorang bisa dapat menyelesaikan tiga tahap selanjutnya dalam beberapa tahun, satu kehidupan, beberapa kehidupan, paling banyak dalam tujuh kali kehidupan.

 200. Apa perbedaan antara seorang Arahat dan Buddha? Ciri khas dari seorang Buddha adalah pengejawantahan dari kebijaksanaan yang sempurna (pañña) dan welas-asih yang sempurna (karuna). Kebijaksanaan sempurna adalah realisasi Buddha dari Pengetahuan Lipat-tiga (tevijja), pengetahuan kehidupan-kehidupan sebelumnya, pengetahuan muncul dan matinya makhluk-makhluk, dan pengetahuan tentang hancurnya kotoran-kotoran batin (lihat 210). Welas-asih yang sempurna mendorong dan merembes setiap aspek dalam perilaku seorang Buddha. Seorang Buddha mengungkapkan Dhamma yang ditemukan-Nya sendiri "terbit dari perasaan cinta-kasih dan welas-asih pada semua makhluk", Beliau mengajarkannya dikarenakan "perasaan yang terbit dari welas-asih", Beliau mengunjungi, menghibur dan menyembuhkan orang sakit karena "perasaan yang terbit dari welas-asih", dan Beliau merukunkan mereka yang berselisih karena "perasaan yang terbit dari welas-asih" Beliau sendiri berkata pada kita:

          Apapun yang hendaknya dilakukan seorang guru dikarenakan rasa welas-asih pada murid-muridnya, demi kesejahteraan mereka; telah Saya lakukan padamu.13

      Matrceta mengagungkan welas-asih yang mulia dari Sang Buddha lewat sajaknya yang indah, bernama Satapañcasatka:

          Dikau baik, walau tidak dipinta,
          Dikau mencintai tanpa alasan,
          Dikau sahabat bagi yang asing tercampakkan,
          Dan Dikau menjadi sanak bagi yang tak bersanak.

          Perbuatan baik Dikau puji,
          Perbuatan buruk Dikau persalahkan,
          Tapi pada mereka yang bertindak demikian,
          Dikau bebas dari 'memihak' atau 'tidak memihak'.

          Walau Dikau lebih menyenangi ketenangan menyendiri
          Welas-asih mendorong-Mu melewati waktu
          Bersama kerumunan orang-banyak.

          Bagaikan naga yang perkasa,
          Keluar dari danaunya dengan pesona
          Welas-asih mendorong-Mu pindah dari hutan ke kota
          Demi keselamatan mereka yang akan belajar.

          Dikau memperingatkan yang keras-kepala, menahan yang gegabah.
          Dan meluruskan yang menyimpang.
          Dikau memberi semangat pada yang lamban dan mengekang yang gegabah
          Sebenarnyalah, Dikau adalah penuntun yang tiada bandingannya bagi manusia.

          Permusuhan malah membangkitkan kehangatan-Mu,
          Kebejatan menerima bantuan-Mu,
          Yang ganas menemukan kelembutan-Mu.
          Betapa mempesona hati-Mu yang agung!

          Dengan batin yang tak-terikat.
          Dikau bekerja tenang demi kesejahteraan dunia.
          Betapa mengagumkan seorang Buddha - keberadaan alami seorang Buddha!

          Dikau makan makanan miskin, terkadang kelaparan.
          Dikau menelusuri jalan-jalan kasar dan Dikau tidur beralas tanah,
          Yang keras terinjak oleh kaki ternak

          Dikau adalah Raja,
          Tapi Dikau tidak bertindak seolah kuasa pada lainnya
          Semua dapat menggunakan Dikau seakan pelayannya
          Untuk mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan

          Dikau membantu mereka yang ingin mencelakakan-Mu
          Melebihi orang yang membantu dia yang baik padanya.
          Kepada musuh yang berkehendak jahat,
          Dikau adalah sahabat yang berkehendak baik padanya.
          Kepada mereka yang senang mencari kesalahan-kesalahan
          Dikau malah, mencari kebajikan-kebajikannya.14


 201. Seorang Arahat tidak berbeda dari seorang Buddha; arahat juga mencapai Pengetahuan Lipat Tiga dan mewujudkan Welas-Asih yang sama. Perbedaannya adalah: Seorang Buddha menemukan Kebenaran tanpa bantuan siapapun, sedang Arahat menemukan Kebenaran setelah mendengar atau membaca pelajaran seorang Buddha. Sekali waktu, Sang Buddha menanya Siswa-siswa-Nya tentang perbedaan alami antara Beliau dan Siswa-siswa yang mencapai Pencerahan, Beliau menjawab:

          "Tathagata, seorang Arahat, Buddha yang Tercerahi penuh adalah Penyebab munculnya Jalan yang belum muncul, Yang mempermaklumkan Jalan yang belum dipermaklumkan, Yang mengetahui Jalan, Yang mengerti Jalan, Yang terlatih dalam Jalan. Dan Siswa-siswa adalah yang mengikuti-Nya. Inilah perbedaan, penyebab perbedaan antara Tathagata, seorang Arahat, Buddha yang tercerahi penuh dan seorang bhikkhu yang membebaskan dirinya lewat kebijaksanaan.15

      Sang Buddha bagaikan perintis yang membuka jalan di dalam hutan dan menemukan lembah subur nan indah, sedang para Arahat lain bagaikan mereka yang mengikuti jalan yang dibuka perintis itu dan lalu pindah menetap ke lembah itu pula. Seorang Buddha dan Arahat sama-sama berjalan di jalan yang sama dan juga sama-sama tiba di tujuan yang sama yakni Nibbana. Letak perbedaannya adalah Buddha adalah penemu dan tiba terlebih dahulu di Nibbana, sedang Arahat menemukannya sebagai hasil rintisan Buddha. Pada hakekatnya, tiada perbedaan penting diantaranya. Untuk menemukan Nibbana dan Jalan yang menuju ke Nibbana, seorang diri tanpa bantuan siapapun; seorang Buddha harus mengembangkan ketahanan, tekad yang kuat, kebijaksanaan dan cinta-kasih pada tingkat yang tidak seharusnya sederajat dengan seorang Arahat biasa. Jadi dapat dikatakan, seorang Arahat memiliki nilai-nilai dan mewujudkan hal-hal yang sama dari seorang Buddha, namun seorang Buddha memiliknya dalam derajat yang lebih tinggi. Beliau adalah tertinggi didalam satu persamaan. Sang Buddha bersabda:

          "Ibarat seekor ayam betina mempunyai delapan, sepuluh atau selusin telur yang dierami dengan baik, dihangati dengan baik dan ditetaskan dengan baik. Apakah anak ayam yang pertama memecahkan cangkangnya dengan cakar dan paruh, dan muncul dengan selamat, disebut anak ayam yang tertua atau yang termuda?"
          "Yang pertama, Tuanku, disebut yang tertua."
          "Demikian pula, setelah memecahkan cangkang ketidak-tahuan demi keselamatan mereka yang hidup dalam ketidak-tahuan, memecahkan cangkang yang sebelumnya melingkupi, Sayalah yang pertama di dunia, Tercerahi dengan jerih payah dengan pencerahan yang tak terbandingi. Sayalah yang tertua didunia, yang tertinggi."16


 202. Pada zaman Sang Buddha, banyak istilah yang digunakan untuk melukiskan seorang yang telah mencapai Nibbana - Buddha (Dia yang telah bangun), Tathagata (Dia yang telah datang; ataupun, Dia yang telah pergi), Arahat (Dia yang mulia), Muni (Dia yang tenang), Brahmin (Dia yang tertinggi), Vedagu (Yang mengetahui) - dan semua istilah ini digunakan baik untuk Sang Buddha maupun Siswa-siswa-Nya yang telah Tercerahi. Lalu, secara berangsur istilah Buddha dan Tathagata hanya digunakan untuk Buddha sendiri, hal ini untuk membedakan-Nya dari Siswa Tercerahi, yang seperti dikatakan diatas, disebut Arahat. Lalu, berabad-abad setelah Parinibbana Sang Buddha, dirasakan oleh sebagian pengikut Sang Buddha bahwa perbedaan antara Buddha dan Arahat, lebih dari sekadar perbedaan antara perintis dan pengikut. Mereka percaya bahwa Sang Buddha mencapai Nibbana lebih tinggi, lebih lengkap dari pada yang dicapai para Arahat. Mereka menganut paham yang salah ini, dengan sendirinya menganggap adalah lebih baik menjadi Buddha dari pada mencapai 'ke-Arahat-an kelas dua". Mereka yang memahami ajaran Sang Buddha dengan tepat, tetap bertahan bahwa perwujudan Buddha dan Arahat adalah sama. Kelompok yang lain mempertahankannya sebagai berbeda. Sejumlah legenda-legenda fantastik kemudian dicangkokkan pada riwayat kehidupan Sang Buddha, demi untuk menekankan "perbedaan kedua tingkat" tersebut. Akhirnya, perpecahan tidak dapat dihindari. Kelompok yang berkehendak mengambil Jalan ke Pencerahan "yang lebih sempurna", dan menyebut kelompoknya sebagai Mahayana, Jalan Besar atau Jalan Lebih-tinggi serta menyebut mereka yang memilih Jalan ke Pencerahan "kelas-dua" sebagai kelompok Hinayana, Jalan Kecil atau Jalan Lebih-rendah. Abad-abad berikutnya semakin ditandai dengan perbedaan-perbedaan pemahaman diantara ke dua kelompok ini, malah juga dalam kelompoknya sendiri masing-masing. Tetapi kenyataan sebenarnya, semua perbedaan ini timbul dari kemampuan untuk menyadari, bahwa hanya ada satu keadaan Nibbana dan bahwa hanya ada 'mereka yang sudah' dan 'mereka yang belum' Tercerahi.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: tindakan netral (???)
« Reply #136 on: 31 December 2008, 12:26:47 PM »
Demikian pula halnya, seseorang dengan tekun melaksanakan meditasi tidak perlu mengetahui, berapa banyak kotoran batin terhapus hari ini, berapa banyak kemarin dan berapa lagi di lain waktu. Cukup, bahwa dia mengetahui bahwa kotoran itu sedang terhapus.

      Juga di dalam Dhammapada, Sang Buddha menasehati kita:

          Janganlah memandang remeh kebajikan, dengan berkata:
          "Kebajikan kecil ini tidak akan berbuah pada saya."

          Setetes demi setetes tempayan air terisi.
          Demikian pula, sedikit demi sedikit,
          Seorang bijaksana dipenuhi kebajikan
.

      Perubahan atau transisi dari keberadaan samsara ke realisasi Nibbana adalah suatu yang bertahap, dan selama masa transisi ini, kita dengan jelas melalui empat tahapan. Kita akan menelusuri empat tahapan itu.

 

Anumodana Bro Ryu telah mempost kutipan artikel ini... sungguh panjang, namun saya ambil sedikit intinya yg relevan dgn pembahasan kita sekarang.

Perbuatan baik sangatlah diperlukan, tidak usah memusingkan apakah perbuatan baik akan membawa kepada kelahiran kembali atau tidak... karena untuk saat ini perbuatan baiklah yg akan mengikis kekotoran batin kita sedikit demi sedikit sehingga kita siap ke tahapan berikutnya (apa itu? saya juga tidak tau).

Kadang, seringkali kita tergoda untuk berpikir bahwa ada jalan pintas ke nibbana, yakni "mendingan bertindak netral, ngapain bertindak baik jikalau tindakan baik itu akan membawa kelahiran kembali jua...". Berpikiran begini harus disertai pula impelmentasi yg riil. Apakah cotoh tindakan netral itu? Apakah kita dapat melakukannya di keseharian kita? Anumodana sekali jika ada yg bisa mencontohkannya.

Bukankah satu2nya yg dapat kita lakukan hanyalah melakukan perbuatan baik (sila), melatih pikiran (samadhi) dan meningkatkan kebijaksanaan kita (panna)? Jika berbicara kenyataan yg riil, kita akan kembali lagi pada tiga kata sakti: Sila Samadhi dan Panna....

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: tindakan netral (???)
« Reply #137 on: 31 December 2008, 12:45:31 PM »
Selama belum mencapai tingkat Arahat, perbuatan baik seseorang hanya didasari atas pemikiran untuk tidak berbuat hal buruk. Kalau ditilik lebih jelas, maka modusnya adalah untuk mencari buah perbuatan kebaikan (pahala) dan menghindari akibat buruk. Tidak bisa dipungkiri, ada ego terselubung yang halus sekali yang menjadi motor dari tindakan itu... Kehendak untuk melakukan tindakan netral pun didasari oleh ego. Dan ini yang sangat sulit disadari oleh putthujana. Permainan pikiran ini hanya bisa ditembus oleh orang yang sudah terbebas, Arahanta...

Arahanta tidak lagi berbuat atas dasar lobha, dosa dan moha. Arahanta sudah terlepas dari keakuan, sehingga dalam setiap tindakannya tidak lagi ditemukan unsur LDM, yang perbuatannya bila disimpulkan menjadi berlandaskan aLaDaM. Para Arahanta akan selalu bertindak netral, batinnya tidak akan mengalami siklus inflasi lagi. Semua perbuatannya akan sesuai dengan kebenaran (Dhamma). Dan oleh karena itu, para Arahanta senantiasa berbuat kebajikan.

Sekilas nampak bahwa perbuatan baik itu sama-sama mengandung nilai kebajikan. Namun perbuatan baik yang dilakukan oleh para Arahanta mengandung skala dasar yang sangat berbeda dari perbuatan baik awam, yaitu modusnya...

Selamat mendikte bentuk-bentuk pikiran sendiri...

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: tindakan netral (???)
« Reply #138 on: 31 December 2008, 03:32:18 PM »
Quote
Kata2 Sang Buddha tersebut adalah terjemahan bahasa indonesia.
Apakah bahasa PALInya memang tertulis begitu? Bukannya terjemahan lebih tepatnya: janganlah menyukai/menyenangi apapun (instead mencintai)
ga tau jg tuh... :P
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: tindakan netral (???)
« Reply #139 on: 31 December 2008, 03:43:26 PM »
Jadi LDM itu sendiri, tidak akan pernah bisa berada secara bersamaan pada 1 tindakan, itu kenapa dalam sutta itu disebutkan 3 asal mula tindakan
Pun aLaDaM tidak MUNGKIN bisa muncul secara bersamaan pada seorang putthujhana s/d anagami krn sampai anagami sekalipun, masih belum bisa mematahkan sanyojana yg paling halus yaitu uddhacca (kegelisahan batin), yg merupakan bagian dari Moha
hehehe... saya bukan pakar abhidhamma,
tapi... kalau Anda bilang seorang putthujana (non-ariya, sotopana sekalipun) tidak dapat melakukan tindakan bebas dari LDM (ketiga2nya!)
maka tidak ada tihetuka puggala yg lahir
dan tidak ada kesempatan utk mencapai magga-phala...
krn syarat mencapai magga-phala (&jhana) adalah tihetuka puggala
bukankah begitu?

Quote
Yang justru berbeda dengan kesimpulan bro tesla :
Quote
ada tindakan manusia yg bebas dari LDM
Quote
ada tindakan yg bebas dari LDM terlepas dari apakah dia arahat atau bukan-arahat.
yup, disini kita berbeda pendapat...
(1) sumedho, bond, markos ---> tindakan bebas dari LDM hanya ada pada arahta
(2) tesla, sebaliknya ---> ada pada non-arahat

Quote
Itu yg bro Medho pertanyakan dari tesla,
Quote
bisakah non arahant berbuat tanpa LDM ?
Jika bisa, artinya switched back bolak balik antara non arahant dan arahant levelnya *karena LDM ada dan tidak ada terus berganti* ?
itulah yg saya katakan, pertanyaan ke2 dari bro Medho seolah menyatakan bahwa hanya arahat yg bisa berbuat tanpa LDM...

Quote
tapi apakah itu berarti bhw tindakan ini didasari oleh LDM? tentunya bukan, karena pemicunya tetaplah aLobha, namun masih dicemari oleh akusala
disini dasar perbedaan kita,
menurut saya, tindakan tsb masih didasari LDM...
sedangkan menurut bro markos, tindakan itu didasari alobha yg tercemari LDM.

Quote
Semoga kali ini bisa jadi jelas bhw :
Quote
tidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
lalu bagaimana seorang tihetuka pugalla terlahir? ???
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: tindakan netral (???)
« Reply #140 on: 31 December 2008, 03:44:10 PM »
dengan begitu bukankah lebih baik dari awal dijelaskan dengan benar apa tujuan berbuat kebajikan
karena dengan diberitahu bahwa dengan berbuat baik akan menghasilkan vipaka baik,
dan bila tujuan orang tersebut malah berusaha mengumpulkan vipaka baik
malah menimbulkan moha dan memupuk lobha?

apa ada jalan keluar lain untuk mengundang orang mempelajari dhamma
selain dengan menjanjikan 'keuntungan' yang akan diperoleh?

yah mending kalo pada akhirnya mereka mengerti kalo tujuan berbuat baik tak hanya mendapatkan vipaka baik
yang apa lagi bila tujuan utamanya adalah itu, akan malah menyesatkan
nah bila ngga sadar gimana?

karena ironisnya saia pernah bertanya kepada banyak orang,
apabila berbuat kebajikan dan tidak membuahkan vipaka baik apakah akan tetap dilakukan?
jawabnya tidak! tujuan mereka benar hanya 'mengincar' vipaka baik dibalik perbuatannya

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: tindakan netral (???)
« Reply #141 on: 31 December 2008, 03:47:24 PM »
Tapi, jangan salah tanggap dulu bahwa tindakan2 baik tidak diperlukan... (karena didefenisikan tindakan baik akan membawa kelahiran kembali, maka sebagian orang akan berpikir bahwa apa gunanya bertindak metta dan karuna... toh akan lahir kembali jua di alam lain).

ooops...
saya tidak mengatakan sama sekali bahwa tindakan baik (ataupun buruk) tidak diperlukan...

back to basic dulu... perlu diingat bahwa tujuan umat BUddhist bukan hanya nibbana, namun ada 3, yaitu:
1. memiliki kondisi baik pada kehidupan ini
2. memiliki kondisi baik pada kehidupan mendatang
3. merealisasikan nibbana...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: tindakan netral (???)
« Reply #142 on: 31 December 2008, 03:56:43 PM »
karena ironisnya saia pernah bertanya kepada banyak orang,
apabila berbuat kebajikan dan tidak membuahkan vipaka baik apakah akan tetap dilakukan?
jawabnya tidak! tujuan mereka benar hanya 'mengincar' vipaka baik dibalik perbuatannya

hehehe... menurut saya justru jawaban orang2 sangatlah jujur... :jempol:

menurut saya, tujuan 'mengincar' vipaka baik itu bukanlah hal buruk, namun proses pembelajaran dhamma itu sendiri...

karena setelah menerima kondisi yg baik, kemudian kondisi yg baik itu tetap tak luput dari perubahan (anicca). melekatinya hanya akan menghasilkan penderitaan (dukkha), karena kondisi tsb tidak mungkin selamanya bersama kita.

menurut saya sih begitu,
jadi opini saya sih... jika ingin mendapat kondisi baik di kehidupan ini ataupun mendatang, berbuat baik jugalah... hal ini bukan hal yg buruk kok :)
semoga memperjelas bahwa saya tidak menentang perbuatan baik.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: tindakan netral (???)
« Reply #143 on: 31 December 2008, 03:59:34 PM »
Quote
yah mending kalo pada akhirnya mereka mengerti kalo tujuan berbuat baik tak hanya mendapatkan vipaka baik
yang apa lagi bila tujuan utamanya adalah itu, akan malah menyesatkan
nah bila ngga sadar gimana?

membuahkan vipaka baik emank hal yang baik, tapi bila terus-terusan pengertiannya seperti itu
bukankah memupuk lobha?

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: tindakan netral (???)
« Reply #144 on: 31 December 2008, 04:10:27 PM »
Oh ya,
Sy mo nambahin sedikit.

Perlu diingat bahwa, dalam suatu tindakan yg kita lakukan terdiri atas milyaran kesadaran.

Jadi, bagi seorang manusia biasa -yg batinnya masih kental oleh tanha- tidaklah mungkin mempertahankan milyaran kesadaran ini murni netral / sobhana semua. Dalam milyaran citta tsb pasti akan tercemar sedikit / banyak oleh batin akusala.

Contohnya:
Menolong orang tua menyeberang.
Dalam usaha menolong orang tua menyeberang jalan, terdapat rentetan proses:
A. Dimulai dari melihat orang tua ingin menyeberang
B. timbul rasa kasihan.
C. lalu timbul keinginan untuk menolong
D. action mulai menolong
E. berhasil menyeberangkan si orang tua
F. puas atas hasil tsb

Nah masing2 tindakan yg sudah jelas 'baik' ini, ternyata masih terdiri atas milyaran milyaran proses batin. Misalkan proses A:
A1. pada waktu melihat orang tua tidak bisa menyeberang, timbul sedikit rasa sebal melihat kendaraan yg terlalu rame
A2. timbul keraguan sewaktu mau mebolong, turun gak yah? gw mau buru2 nih...
...dstnya...

Nah pada proses melihat kendaraan yg rame ini pun masih terdiri atas milyaran kesadaran juga:
A.1.1. mulai dari mengarahkan pandangan, menerima bentuk yg masuk, memproses warna kendaraan... dstnya...

Dari contoh ini terlihat jelas bahwa dalam suatu tindakan singkat yg kita lakukan, sebenarnya terdiri atas milyaran kesadran yg timbul dan lenyap. Inilah yg dimaksud oleh rekan2 lain bahwa pada manusia biasa, suatu tindakan kita (yg teridir atas milyaran citta) tidak mungkin murni terbebas dari LDM.

Masing2 dari milyaran citta yg timbul dalam tindakan singkat tsb akan mengkondisikan vipaka masing2 pula, semuanya bersatu padu dan akan berbuah jika kondisinya sudah menunjang.

Teorinya, hanya seorang Arahat yg bisa mempertahankan timbul lenyapnya citta secara murni terus menerus.

-----

Disini terlihat jelas perlunya TINDAKKAN BAIK oleh seorang manusia biasa, karena akan menghadirkan milyaran kesadaran baik (meski tidak bisa murni), yg akan berpadu dan berakumulasi membentuk trend batin yg baru sehingga batin si putthujana akan lebih murni dari sebelumnya dan siap untuk ke level yg lebih tinggi.

::


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: tindakan netral (???)
« Reply #145 on: 31 December 2008, 04:11:50 PM »
_/\_

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: tindakan netral (???)
« Reply #146 on: 31 December 2008, 04:53:21 PM »
menurut saya, tujuan 'mengincar' vipaka baik itu bukanlah hal buruk, namun proses pembelajaran dhamma itu sendiri...

Hmmm... kelihatannya terjadi miskomunikasi, lebih baik kita pstikan dulu, perbautan baik mana yg kita diskusikan sekarang:
~ Perbuatan baik yg dimotivasi oleh batin positif (metta / karuna)
ataukah
~ Perbuatan baik yg dimotivasi oleh keinginan2 menguntungkan diri sendiri (lobha)?

Perbuatan baik yg pertama adalah universal. Seseorang yg tidak mengenal Buddha Dhamma-pun dapat berbuat baik dan akan berefek positif terhadap batinnya. Misalnya orang non Buddhist yg berdana kepada pengemis karena rasa kasihan yg timbul. Meski tidak mengerti kamma vipaka, orang ini -telah mengikis sedikit ego nya. Inilah konteks perbuatan baik yg saya maksud selama ini.

Quote
menurut saya sih begitu,
jadi opini saya sih... jika ingin mendapat kondisi baik di kehidupan ini ataupun mendatang, berbuat baik jugalah... hal ini bukan hal yg buruk kok :)
semoga memperjelas bahwa saya tidak menentang perbuatan baik.

Berkaitan dgn penjelasan sy diatas, kita tidak dapat men-generalisir bahwa bahwa seseorang yg berbuat baik artinya orang tsb ingin mendapat kehidupan mendatang yg baik.

Kenyataanya, sangatlah banyak orang2 yg berbuat baik karena 'hanya ingin menolong orang lain (tanpa mengharapkan akibat pada diri sendiri)'.... <--- tindakan inilah yg sy maksud selama diskusi disini.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: tindakan netral (???)
« Reply #147 on: 31 December 2008, 04:56:10 PM »
maksud saia itu yg ke dua, jadi dimotivasi karena ada imbalannya..
apakah gak ada cara lain biar orang lebih tertarik belajar dhamma selain dengan iming2 vipaka baik?

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: tindakan netral (???)
« Reply #148 on: 31 December 2008, 05:47:01 PM »
Quote
Quote
Semoga kali ini bisa jadi jelas bhw :
Quote
tidak mungkin ada tindakan putthujhana s/s anagami yg bebas total dari LDM
lalu bagaimana seorang tihetuka pugalla terlahir? ???

bagaimana saya balik pertanyaanya, apakah tihetuka puggala masih ada LDM, walaupun setitik noda saja?  ;D

karena sampai alam brahma yg tertinggi saja masih ada avijja yg sangat halus dalam bentuk tanha yg juga suangat halus ;D nah ini bagaimana?

« Last Edit: 31 December 2008, 05:52:16 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: tindakan netral (???)
« Reply #149 on: 31 December 2008, 06:06:46 PM »
maksud saia itu yg ke dua, jadi dimotivasi karena ada imbalannya..
apakah gak ada cara lain biar orang lebih tertarik belajar dhamma selain dengan iming2 vipaka baik?

belajar dharma, iming iming-nya nibbana... hehehehe...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan